Analisis Data Teknik Pengumpulan Data

1.9.5. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut pendapat Lofland Lofland Moleong, 2007: 112 adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti berlaku sebagai instrumen sendiri. Pengumpulan data lebih terfokus pada kolaborasi antara peneliti dan partisipan dengan agenda meningkatkan pemahaman para partisipan tentang situasi tertentu dalam hidup mereka dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk penglibatan partisipan dalam membuat desain penelitian, perumusan pertanyaan-pertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan partisipan mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan akhir. Guna mempermudah dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan alat bantu: catatan lapangan, kamera foto, tape recorder, dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini penggunaan tape recorder berguna untuk merekam seluruh pembicaraan yang dihasilkan dalam wawancara formal. Hasil rekaman akan dituangkan dalam transkrip wawancara yang akan membantu proses analisa data yang telah diperoleh. Kelebihan yang diperoleh adalah dapat sebagai sarana untuk mengkaji ulang informasi yang masuk, memberikan dasar untuk pengecekan kesahihan dan keandalan, memberi dasar yang kuat bahwa yang dikatakan oleh peneliti benar-benar terjadi dan dapat dicek kembali dengan mudah. Sedangkan kekurangannya adalah memakan waktu, biaya, dan mengganggu situasi latar pengamatan Moleong, 2007: 130.

1.8.5.1. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat aktifitas lapangan, yakni bersamaan dengan tahap pengumpulan data. Data-data yang berasal dari catatan lapangan, transkrip dan hasil rekaman interview ini dianalisis dengan cara mereduksi penyederhanaan data melalui serangkaian proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Analisis ini berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya sesuatu yang utuh atau tidak terpecah-pecah. Pengorganisasian dan pengelolaan data ini bertujuan untuk menemukan tema. Pada saat itu pula dilakukan reduksi data dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga tetap berada di dalamnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan dalam satu satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan sambil membuat koding. Kategorisasi tersebut berdasarkan kerangka teori, data kemudian diinterpretasikan untuk memahami fenomena yang diteliti. Data etnografis yang diperoleh melalui metoda etnografis digunakan untuk memberikan pemahaman lebih jauh terhadap konteks produksi teks di level organisasi maupun sosial. Adapun prosedur untuk melakukan analisis etnografis ini sangat ditekankan pada dasar empiris aktivitas komunikatif pekerja media massa dalam lingkungan kerjanya on the ground of others untuk menunjukkan pola-pola kekuasaan dan kontrol yang represif dan subordinatif yang tersembunyi dalam praktik organisasional dan sosial. Analisis data dilakukan secara tematik. Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan “pola” yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Setelah kita menemukan pola, kita akan mengklasifikasikan atau mengkode pola tersebut dengan memberi label, definisi atau deskripsi. Analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif disebut sebagai ‘coding’ koding. Creswell 1998 dalam Herdiansyah 2012: 72-74 menyebutkan beberapa tahapan: 1. Open Coding: Dalam open coding, peneliti menyusun informasi inisial kategori mengenai fenomena yang hendak diteliti dengan melakukan pemilahan informasi segmenting information. Dalam setiap kategori, peneliti mencari dan menemukan beberapa property atau sub-sub kategori dan memilah data untuk digolongkan ke dalam dimensi-dimensinya, atau menunjukkan kemungkinan–kemungkinan yang ekstrem dalam suatu kontinum dari property tersebut. 2. Axial Coding: Dalam axial coding, peneliti menyusun dan mengaitkan data setelah proses yang dilakukan pada open coding. Susunan data ini dipresentasikan dengan menggunakan paradigma coding atau diagram logika yang diidentifikasikan oleh peneliti sebagai central phenomenon, mengeksplorasi hubungan sebab akibat, menspesifikasikan strategi- strategi, mengindentifikasikan konteks dan kondisi yang memperkeruh intervening conditions, dan mengurangi konsekuensi-konsekuensi dari fenomena-fenomena yang diangkat. 3. Selective Coding: Dalam selective coding, peneliti melakukan identifikasi alur cerita story line dan menulis cerita yang mengaitkan kategori- kategori dalam model axial coding. Dalam tahap ini, dugaan atau hipotesis dipresentasikan secara spesifik. 4. Conditional Matrix: Akhirnya, peneliti dapat mengembangkan dan menggambarkan matriks kondisional yang mengaitkan kondisi sosial, sejarah, dan ekonomi yang memengaruhi central phenomenon.

1.8.5.2. Interpretasi Data