Asas-asas Perjanjian

G. Asas-asas Perjanjian

Membicarakan akibat dari persetujuan/perjanjian kita tidak bisa lepas dari ketentuan Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata yang membawa arti penting tentang itikad baik dan keputusan serta kebiasaan. Dalam pasal 1338 KUH Perdata dipakai istilah ”semua” menunjukkan bahwa perjanjian dimaksudkan secara umum baik itu perjanjian bernama maupun tidak Membicarakan akibat dari persetujuan/perjanjian kita tidak bisa lepas dari ketentuan Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata yang membawa arti penting tentang itikad baik dan keputusan serta kebiasaan. Dalam pasal 1338 KUH Perdata dipakai istilah ”semua” menunjukkan bahwa perjanjian dimaksudkan secara umum baik itu perjanjian bernama maupun tidak

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H. di dalam hukum perjanjian terdapat sepuluh asas yaitu : 1). Asas kebebasan mengadakan perjanjian (kebebasan berkontrak). 2). Asas konsensualime. 3). Asas kepercayaan. 4). Asas kekuatan mengikat. 5). Asas persamaan hukum. 6). Asas keseimbangan. 7). Asas kepastian hukum. 8). Asas moral. 9). Asas kepatutan. 10). Asas kebiasaan.

Bila dalam perjanjian tidak sesuai dengan maksud para pihak maka kita harus berpaling pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata dan Pasal 1339 KUH Perdata (itikad baik) agar perjanjian yang patut dan pantas sesuai asas kepatutan yang membawa pada keadilan. Oleh karena itu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik dan kepatutan karena antara itikad baik dan kepatutan tujuannya sama untuk mencapai keadilan yang diharapkan jadi Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata merupakan Pasal yang artinya senafas atau senada.

Secara umum dari kesepuluh asas yang ada itu dapatlah diperas lagi dan diambil intinya menjadi tiga asas sesuai pula dengan pendapat Prof. Rutten yaitu : o Asas konsensualisme (konsensus).

Asas ini yag menyatakan bahwa perjanjian itu telah dapat dikatakan selesai dengan adanya kata sepakat atau persesuaian kehendak dari para pihak yang mengadakan perjanjian. Jadi di sini harus ada persamaan pandangan dari para pihak untuk tercapainya tujuan dari perjanjian.

o Asas kekuatan mengikat.

Asas yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat oleh pihak- pihak berlakunya akan mengikat dan tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. Artinya perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.

o Asas kebebasan berkontrak Menurut asas ini para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian yang

dikehendakinya, tidak terikat pada bentuk tertentu. Tetapi kebebasan itu ada pembatasannya : (1) perjanjian yang dibuat meskipun bebas tetapi tidak dilarang undang-undang, (2) tidak bertentangan dengan undang- undang, (3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

H Penutup

Setelah mahasiswa mempelajari materi tentang perikatan yang bersumber dari perjanjian, maka dapatlah mahsiswa memahami seluk beluk tentang bahasan tersebut. Untuk lebih dapat mahasiswa mendalami maka ada beberapa hal yang perlu untuk didiskusikan yaitu :

1. Jelaskan dan berikan dengan contoh perbedaan dan persamaan antara perikatan dengan perjanjian.

2. Jelaskan definisi perjanjian menurut KUH Perdata dan terdapat dalam Pasal berapa.

3. Sebut dan jelaskan bagian-bagian (unsur) yang terdapat dalam perjanjian serta berikan contoh pada masing-masing bagian.

4. Sebut dan jelaskan jenis-jenis atau macam-macam perjanjian serta berikan contoh pada masing-masing jenis tersebut.

5. Jelaskan syarat sahnya perjanjian.

6. Pada tanggal 5 Desember 2006, A di Semarang mengirim surat penawaran barang kepada B di Jakarta, dan surat tersebut diterima oleh B pada tanggal 7 Desember 2006. Setelah satu hari berfikir B berkeputusan untuk menerima tawaran tersebut dan pada tanggal itu juga, 8 Desember 2006 B mengirim surat balasan yang diterima oleh A pada tanggal 10 Desember

2006. Kapan saat terjadinya persesuaian kehendak para pihak ? Jelaskan alasan anda.

7. Sebut dan jelaskan ketentuan cacad kehendak yang berada dalam KUH Perdata dan di luar KUH Perdata.

8. Sebut dan jelaskan asas-asas dalam perjanjian.