P enyelarasan kebijakan penataan ruang nasional dan daerah menjadi isu penting dalam rangka penyelenggaraan penataan
P enyelarasan kebijakan penataan ruang nasional dan daerah menjadi isu penting dalam rangka penyelenggaraan penataan
ruang. Dalam pelaksanaannya, banyak hal yang menjadi perhatian diantaranya kapasitas kelembagaan dan penyelesaian konlik di daerah. Hal ini disampaikan pada Rapat Kerja (Raker) Regional I dan
II Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada 23 Juni 2014 di Bandung, dan 4 September 2014 di Surabaya.
Rapat kerja yang diselenggarakan bertujuan untuk memantau kemajuan pelaksanaan agenda kerja BKPRN dan menghimpun masukan untuk perumusan isu-isu strategis penyelenggaraan penataan ruang yang perlu ditindaklanjuti dalam Rakernas BKPRN tahun 2015. Pembahasan isu strategis didasarkan pada kesepakatan forum BKPRN pada Rakernas BKPRN 2013 dan Rakornas BKPRD 2014, serta usulan lainnya sehingga BKPRN dapat mendetailkan langkah tindak lanjut yang dibutuhkan terkait beberapa isu tersebut.
Rapat Kerja Regional I BKPRN diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali. Rapat dibuka oleh Dirjen Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, DR. Muh. Marwan, M.Si, dan dalam pelaksanaannya menghadirkan tiga narasumber, yaitu Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP; Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, Edi Sugiharto, SH, M.Si; dan Direktur Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, Dr. Dadang Rukmana.
Sementara, Rapat Kerja Regional II BPKRN yang diselenggarakan di Surabaya diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Pada rapat kerja tersebut, Menteri Dalam Negeri, Dr. Gamawan Fauzi, berkesempatan membuka acara. Dalam pembukaannya, beliau menyampaikan bahwa 4 hal utama dalam bidang tata ruang yang harus segera dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
penyelesaian Perda (peraturan daerah) tentang penataan ruang daerah, integrasi dokumen RTR ke dalam RPJPD dan RPJMD, optimalisasi peran BKPRD, dan penegakan aturan zonasi.
Dalam pertemuan tersebut, isu yang mengemuka adalah: (i) pengintegrasian dokumen rencana tata ruang dengan rencana pembangunan; (ii) penyelesaian konlik penataan ruang; dan (iii) optimalisasi pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam pembahasan pengintegrasian dokumen RTR dengan rencana pembangunan, terdapat usulan untuk menyusun Permen (peraturan menteri) tentang pedoman integrasi RPJPD dan RPJMD dengan RTRW. Namun demikian, dalam perintegrasiannya perlu kajian mendalam karena RPJPD dan RPJMD bersifat tidak keruangan (non-spatial), sementara RTRW bersifat keruangan (spasial). Integrasi RPJPD dan RPJMD dengan RTRW ini juga terkendala periode masa berlaku keduanya yang berbeda.
Pada kesempatan itu pula, untuk penyelenggaraan penataan ruang 2015 – 2019, BIG menyampaikan rencana menyiapkan kerangka prioritas penyediaan peta 5 (lima) tahun ke depan. Untuk itu, diperlukan data dari Kementerian Pekerjaan Umum mengenai prioritas penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang yang membutuhkan peta skala 1:5.000 pada kurun waktu 2015-2019. Selain itu, disampaikan pula bahwa dalam keputusan pemekaran wilayah, khususnya yang berlokasi pada kawasan perbatasan negara, seharusnya mempersiapkan dan memiliki peta yang akurat. Dengan adanya PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, daerah dapat menyusun peta RTR dan mengkonsultasikan hasilnya kepada BIG [ay/cr].
Ir. Budi Situmorang (kiri) memandu sidang pleno pada Rapat Kerja Regional BKPRN didampingi Imron Bulkin, Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah sebagai narasumber (tengah). Sumber: dokumentasi Dit. TRP
Menteri Dalam Negeri KIB II, Gamawan Fauzi, memberikan sambutan pada Rapat Kerja Regional BKPRN di Surabaya. Sumber: Dokumentasi Dit. TRP
Suasana pada pembukaan Rapat Regional II BKPRN di Surabaya. Sumber: Dokumentasi Dit. TRP
Status Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR)
R Status Proses Penetapan RTR KSN
encana Rinci Tata Ruang (RRTR) merupakan perangkat
operasional dari rencana umum tata ruang. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) terdiri atas: (i) RTR pulau/kepulauan dan RTR kawasan strategis nasional (KSN); (ii) RTR kawasan strategis provinsi (KSP); dan (iii) rencana detail tata ruang (RDTR) kab/kota dan RTR kawasan strategis kabupaten/ kota (KSK). RRTR disusun apabila rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala petanya memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.
RTR pulau/kepulauan dan RTR KSN ditetapkan dengan peraturan presiden. Sementara RTR kawasan strategis provinsi (KSP) dan RDTR kab/kota dan RTR kawasan strategi kabupaten/kota (KSK) ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Hingga November 2014, seluruh RTR pulau/kepulauan, dan 8 dari 76 RTR KSN telah ditetapkan. Untuk RDTR di tingkat provinsi, hanya RDTR Provinsi DKI Jakarta yang telah ditetapkan melalui Perda No. 1 Tahun 2014 dari total 73 pengajuan RDTR, dan di tingkat kabupaten, RDTR Kecamatan Kota Sumenep (Perda No. 3 Tahun 2014) dan RDTR Perkotaan Waibakul (Perda No. 8 Tahun 2013) yang telah ditetapkan dari total 1145 pengajuan RDTR.
RTR Pulau/Kepulauan
Daftar RTR Pulau/Kepulauan
RTR Kawasan Strategis Nasional
Keterangan: A Penetapan Materi Teknis
B Proses Kesepakatan di Tingkat Eselon II BKPRN Perpres RTR Kawasan Strategis Nasional
C Proses Kesepakatan di Tingkat Eselon I BKPRN D Proses Harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM E Disampaikan ke Sekretaris Kabinet
buletin tata ruang & pertanahan 23
Hari Habitat Dunia Tahun 2014: