Lebih Dekat
Lebih Dekat
Pada bulan Mei 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas melakukan penjaringan data dan informasi mengenai pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Ternate. Penjaringan data dan informasi dilaksanakan melalui kunjungan lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) bersama perwakilan Kelompok Kerja (Pokja) penyusun RZWP-3-K, BKPRD, serta instansi lain terkait. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda BKPRN yaitu fasilitasi akselerasi penyelesaian penetapan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Perda RZWP-3-K).
Sumber: dokumen Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Kota Ternate telah menetapkan Perda No. 36 Tahun 2011 tentang Minapolitan Dufa-dufa, Kawasan Sulamada, dan Kawasan Pesisir
RZWP-3-K Kota Ternate. Proses penyusunan RZWP3K telah dimulai Falajawa. Kawasan Minapolitan Dufa-dufa terletak di kecamatan
sejak tahun 2009 melalui fasilitasi Ditjen Kelautan, Pesisir dan Ternate Utara, pada kawasan ini terdapat pelabuhan perikanan
Pulau-Pulau Kecil, KKP dan PT. Sucoindo. Proses didahului dengan dan merupakan sentra penjualan ikan. Pemda Kota Ternate juga
pembahasan terhadap kajian yang telah disusun oleh PT. Sucoindo. menyampaikan bahwa akan disusun Rencana Zonasi Rinci untuk
Pembahasan hasil kajian dilakukan oleh Tim Pokja penyusun Kawasan Minapolitan Dufa-dufa. Sementara, Kawasan Sulamadaha
RZWP-3-K Kota Ternate yang dibentuk melalui Keputusan Walikota di kecamatan Pulau Ternate yang berdasarkan Perda RZWP-3-K
Ternate No. 46/III.2/KT/2011 tentang Pembentukan Kelompok merupakan kawasan konservasi. Sulamadaha terkenal sebagai
Kerja Penyusunan Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir lokasi wisata karena memiliki pantai dengan air laut yang jernih dan
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Kota Ternate Tahun 2011. lokasinya dikelilingi oleh hutan. Terakhir, Kawasan Pesisir Falajawa
Selanjutnya dilakukan proses penyusunan Rancangan Perda RZWP- yaitu wilayah pesisir yang berlokasi di kecamatan Ternate Tengah.
3-K. Kegiatan reklamasi yang dilakukan pada kawasan Falajawa hanya
Dalam proses penyusunan RZWP-3-K, Pemda Kota Ternate telah mengacu pada RTRW dan tidak memperhatikan RZWP-3-K yang melaksanakan konsultasi publik sebanyak 3 (tiga) kali, sebelum
telah ditetapkan sehingga pengaturan matra laut Kota Ternate akhirnya pada bulan Juni 2009 rancangan Perda RZWP-3-K
belum optimal diimplementasikan [ias/oc].
tersebut disampaikan kepada DPRD Kota Ternate untuk kemudian ditetapkan. Setelah pembahasan oleh DPRD, dilakukan kajian kembali untuk mengoreksi hal-hal tertentu guna memperkaya kajian penyusunan RZWP-3-K, hingga kemudian pada bulan September tahun 2011 RZWP-3-K Kota Ternate ditetapkan melalui Perda No.
on
36 Tahun 2011. Pada awal proses penyusunan, RZWP-3-K tersusun dalam satu
dokumen dengan RTRW yang direncanakan ditetapkan dalam 1 Peraturan Daerah yang terintegrasi. Namun pada proses lebih lanjut, rencana tersebut belum dapat terwujud karena penetapan RTRW Kota Ternate masih terkendala permasalahan kehutanan.
Berkenaan dengan implementasi Perda RZWP-3-K, terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi seperti masih maraknya pembangunan infrastruktur pada wilayah pesisir yang kurang tertib serta kegiatan reklamasi yang tidak merujuk pada Perda RZWP-3-K.
landspatial bappenas
Kondisi tersebut ditengarai akibat minimnya sosialisasi RZWP-3-K yang dilakukan oleh Pemda Kota Ternate.
Tiga lokasi yang diatur dalam RZWP-3-K diantaranya Kawasan
14 buletin tata ruang & pertanahan
Perpres RTR KSN Warisan Budaya
Kawasan Borobudur dan Sekitarnya , Perpres No. 58 Tahun 2014
Sosialisasi Peraturan
Borobudur merupakan bangunan unik yang menyimpan berjuta
kawasan Borobudur.
unsur eksotis dan misterius, terbentang luas dan megah di Arahan peraturan zonasi pada kawasan Borobudur dibagi 2 (dua), kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil
yaitu: (1) arahan peraturan zonasi untuk pengembangan cagar Convention Corcerning the Protection of World and Natural Heritage,
budaya pada Sub Kawasan Pelestarian 1 (SP-1); dan (2) arahan Borobudur ditetapkan sebagai situs warisan dunia karena memiliki
peraturan zonasi untuk pengembangan cagar budaya pada Sub nilai-nilai universal yang luar biasa (outstanding universal value).
Kawasan Pelestarian 2 (SP-2). Dasar dari arahan peraturan zonasi Untuk itu, kawasan Borobudur dan sekitarnya dijadikan salah satu
ini adalah hirarki tingkatan pelestarian kawasan dan pengendalian Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan sudut kepentingan sosial
bentang pandang. Lebih rinci mengenai arahan peraturan zonasi budaya.
pada dua Sub Kawasan ini dijelaskan pada Tabel 1 dan 2. Penataan ruang kawasan Borobudur dan sekitarnya bertujuan
Tabel 1 Arah Peraturan Zonasi Pada SP - 1
untuk mewujudkan tata ruang kawasan Borobudur yang berkualitas dalam rangka menjamin terciptanya pelestarian kawasan Borobudur sebagai kawasan cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia. Untuk mencapainya, kebijakan yang dikembangkan antara lain: (i) perlindungan karakter dalam perwujudan 2 (dua) kebijakan tersebut, masing-masing kebijakan memiliki strategi rencana tata ruang. Strategi perwujudan kebijakan (i), dilakukan dengan: (a) mempertahankan kawasan cagar budaya dari kerusakan permanen akibat pemanfaatan ruang
.... menjamin
tanpa memperhatikan kepentingannya bagi terciptanya
Tabel 2 Arah Peraturan Zonasi Pada SP - 2
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
pelestarian
agama, dan/atau kebudayaan; (b)
kawasan
mencegah terjadinya alih fungsi lahan
Borobudur
kawasan pertanian dan kawasan hutan;
sebagai
(c) membatasi perkembangan kawasan
kawasan cagar
terbangun perkotaan; dan (d) membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang
budaya nasional
mengancam kerusakan situs cagar budaya dan warisan
yang belum tergali, struktur geologi, dan
budaya dunia
bentang pandang. Sementara, strategi perwujudan kebijakan (ii) adalah melalui pengembangan kelembagaan lintas wilayah dan lintas sektoral dalam rangka pelestarian dan pengembangan
Pengelolaan Kawasan Borobudur
SP-2
Fungsi: situs sejarah, pertanian, sempadan,
Pengelolaan kawasan Borobudur sebagai kepentingan nasional
permukiman
harus memasilitasi berbagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan Borobudur dilaksanakan oleh Menteri
Urusan Kebudayaan, Gubernur, Bupati, SP - 2
Badan Pengelola
Kawasan bertugas dan Badan Pengelolaan Kawasan sesuai
menjamin kewenangannya. Sedangkan operasional pemanfaatan pengelolaannya dilakukan oleh Badan
Pengelola Kawasan, dengan tugas
ruang sesuai pokok: (i) menjamin pemanfaatan ruang dengan rencana sesuai dengan rencana tata ruang; dan tata ruang dan (ii) menjamin pemanfaatan ruang sesuai arahan peraturan dengan arahan peraturan zonasi. zonasi Seluruh pemangku kepentingan
SP - 1
SP - 2 bertanggungjawab dalam: (i) pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi program pemanfaatan ruang; (ii) pelaksanaan
SP-1
pemantauan kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan
Fungsi: situs cagar
oleh pemerintah dan masyarakat; (iii) pemantauan pelaksanaan
Rencana Pola Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya budaya, pertanian,
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum permukiman
pelestarian dan pengelolaan situs cagar budaya dan taman cagar
buletin tata ruang & pertanahan 15 buletin tata ruang & pertanahan 15
mitigasi bencana diwujudkan melalui 7 strategi, antara lain: pelaporan kinerja perwujudan rencana tata ruang kepada Presiden
(1) meningkatkan fungsi TN gunung Merapi yang berbasis secara berkala [gp].
mitigasi bencana; (2) meningkatkan fungsi kawasan lindung dan mengembangkan kawasan budidaya di kawasan TN gunung Merapi
Perpres RTR KSN Rawan Bencana berbasis mitigasi bencana; (3) mengembangkan sistem evakuasi
bencana yang terintegrasi dengan sistem pusat permukiman dan
Kawasan TN Gunung Merapi sistem jaringan prasarana; (4) menyesuaikan pemanfaatan ruang ,
pada KRB Alam Geologi yang terdampak langsung; (5) melakukan
Perpres No. 70 Tahun 2014
pengendalian yang tinggi pada KRB Alam Geologi yang terdapat kantung ( enclave) permukiman; (6) meningkatkan peran dan
Pada Juni 2014, RTR Kawasan TN gunung Merapi telah ditetapkan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan melalui Perpes No. 70 Tahun 2014. Taman Nasional (TN) gunung
sistem evakuasi bencana; dan (7) mengembangkan kelembagaan Merapi seluas ± 6410 hektar ini ditetapkan sebagai salah satu
antarsektor dan antardaerah untuk meningkatkan kerjasama Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang diprioritaskan penataan
pengelolaan kawasan dan penanggulangan bencana di Kawasan TN ruangnya dalam rangka rehabilitasi kawasan dengan sudut
gunung Merapi.
kepentingan lingkungan hidup, melalui Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Perpes ini mendesak untuk segera Rencana pola ruang kawasan TN gunung Merapi ditetapkan disusun dan ditetapkan sebagai upaya mitigasi bencana
Geologi yang terdapat kantung Kawasan Rawan Bencana Alam
yang diwujudkan melalui pemetaan kawasan rawan
(enclave) permukiman
bencana (KRB); serta untuk mengatur pemanfaatan ruang, termasuk mempersiapkan jalur dan ruang evakuasi bencana.
Penataan Ruang Kawasan TN gunung Merapi bertujuan untuk mewujudkan tata ruang kawasan yang berkualitas dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan Masyarakat Kawasan TN gunung Merapi yang berbasis mitigasi bencana. Kebijakan pelestarian lingkungan diwujudkan dengan 6 strategi, yaitu: (1) meningkatkan fungsi konservasi TN gunung Merapi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan keanekaragaman hayati beserta habitatnya, serta menjaga keseimbangan tata air, iklim mikro, dan lingkungan alami; (2) meningkatkan konservasi
Rencana Pola Ruang KSN Kawasan Tn Gunung Merapi
sumber daya air di Kawasan Sekitar TN gunung Merapi;
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum
(3) merehabilitasi dan merevitalisasi TN gunung Merapi yang untuk meningkatkan perlindungan lingkungan, mengendalikan mengalami kerusakan, melalui kegiatan pemulihan hayati dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan ekosistemnya; (4) mencegah dan membatasi kegiatan pemanfaatan meningkatkan konservasi sumber daya, serta melindungi ruang yang berpotensi mengurangi fungsi lindung di Kawasan TN;
masyarakat dari risiko bencana alam geologi. Rencana pola ruang ini (5) mengendalikan dan membatasi intensitas kawasan terbangun;
terdiri atas 4 (empat) zona lindung dan 5 (lima) zona budidaya. Zona dan (6) mengembangkan kegiatan pemanfaatan ruang yang
lindung, meliputi: (1) Zona L1, Taman Nasional yang berada pada mendukung fungsi lindung Kawasan TN gunung Merapi melalui
KRB Alam Geologi; (2) Zona L2, KRB yang berdampak langsung; (3) pemanfaatan dan pengembangan potensi alam, keanekaragaman
Zona L3, KRB yang berada pada sempadan Sungai; dan (4) Zona hayati, keunikan vulkanik, serta kearifan lokal dan nilai-nilai warisan L4, KRB yang terdapat kantung ( enclave) permukiman. Sedangkan sosial budaya.
zona budidaya, terdiri atas: (1) Zona B1, kawasan permukiman Delineasi Wilayah Perencanaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Delineasi wilayah perencanaan kawasan TN gunung Merapi mencakup 4 kabupaten dan 18 kecamatan, yang terdiri atas kecamatan-kecamatan yang terkena dampak erupsi merapi. Luas wilayah perencanaan tersebut sebesar 78.164 Ha, dengan rincian kecamatan sebagai berikut:
sumber: Kementerian Pekerjaan Umum
16 buletin tata ruang & pertanahan 16 buletin tata ruang & pertanahan
(1) kebijakan strategis nasional dan dinamika internal di kawasan budidaya tanaman pangan; (5) Zona B5, kawasan hutan rakyat.
Perkotaan Sarbagita, khususnya terkait pemanfaatan ruang di kawasan Teluk Benoa mendorong perlunya dilakukan revitalisasi;
... mewujudkan tata Rencana struktur ruang kawasan dan (2) potensi kawasan Teluk Benoa dapat dikembangkan sebagai ruang kawasan yang kawasan yang potensial guna pengembangan kegiatan ekonomi TN gunung Merapi ditetapkan
berkualitas dalam serta sosial budaya dan agama, dengan tetap mempertimbangkan
salah satunya untuk pelayanan
kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan pelestarian rangka menjaga sistem jaringan prasarana
evakuasi bencana, dengan
ekosistem kawasan sekitarnya, serta keberadaan prasarana dan kelestarian lingkungan utama berupa sistem evakuasi
sarana infrastruktur di kawasan Teluk Benoa. dan kesejahteraan bencana dan sistem jaringan
Jika membandingkan kedua Perpres tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat yang prasarana lainnya berupa
terdapat perubahan deliniasi kawasan serta fungsi dari kawasan berbasis mitigasi sistem jaringan pemantauan
lindung dan kawasan budidaya, dengan penambahan zona baru, bencana dan peringatan dini bencana
yaitu zona penyangga (zona P). Untuk kawasan lindung, kecamatan alam geologi. Sistem evakuasi bencana ditetapkan sebagai upaya
Denpasar digantikan dengan kecamatan Denpasar Selatan sebagai memindahkan pengungsi dari KRB Alam Geologi ke kawasan aman
delineasi kawasan konservasi perairan kawasan Sanur, dan bencana; memudahkan proses evakuasi pengungsi, dan menjamin
kawasan Teluk Benoa berubah fungsi dari kawasan konservasi keselamatan serta kebutuhan dasar pengungsi selama terjadinya
perairan (kawasan lindung) menjadi zona penyangga (kawasan bencana alam geologi. Sistem evakuasi ini terdiri dari TES (Tempat
budidaya). Sebagai contoh, pada pasal 55 ayat 5b berikut, isi pasal Evakuasi Sementara), TEA (Tempat Evakuasi Akhir), dan jalur
diubah menjadi:
evakuasi. Lokasi TES ditetapkan oleh pemerintah kabupaten sesuai “kawasan konservasi perairan di perairan kawasan Sanur di kewenangannya. Sedangkan TEA berada pada kec. Sawangan,
kecamatan Denpasar Selatan, kota Denpasar, sebagian perairan kawasan Serangan di kecamatan Denpasar Selatan, kota Denpasar, (sebelumnya tercantum: ... perairan kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, kota Denpasar dan sebagian di kecamatan Kuta Selatan, kabupaten Badung ...), perairan kawasan Nusa Dua di kecamatan Kuta Selatan, kabupaten Badung, dan perairan kawasan Kuta di kecamatan Kuta, kabupaten Badung”
Pemanfaatan ruang pada
Kawasan Perkotaan
zona penyangga harus
Denpasar, Badung,
memperhatikan 3 (tiga)
Gianyar, dan Tabanan
ketentuan dasar berikut, yaitu: (1) kegiatan yang
(Sarbagita) adalah
salah satu kawasan
diperbolehkan, berupa
kegiatan perlindungan
strategis nasional
Konsep Evakuasi dalam RTR Kawasan TN Gunung Merapi Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum
dan pelestarian fungsi
(KSN)
Keterangan:
kec. Dukun, kec. Srumbung, kec.
Taman Hutan Raya dan ekosistem bakau, kelautan, perikanan,
Muntilan, kec. Mungkid, kec. Salam,
kepelabuhanan, transportasi, pariwisata, pengembangan ekonomi,
TEA Tempat Evakuasi Akhir
dan kec. Ngluwar di kab. Magelang;
permukiman, sosial budaya, dan agama; dan (2) kegiatan yang
kec. Tempel, kec. Turi, kec. Pakem,
diperbolehkan bersyarat berupa kegiatan selain kegiatan yang
TES Tempat Evakuasi Sementera
kec. Cangkringan, kec. Ngemplak di
diperbolehkan yang tidak mengganggu fungsi Zona P; sedangkan
Jalur Evakuasi
(3) kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan untuk tempat Bangunan Sabo
kab. Sleman; kec. Karangnongko di
kab. Klaten [gp].
pembuangan limbah dan kegiatan yang mengganggu fungsi Zona kawasan Teluk P. Pada gambar dapat dilihat lokasi
Benoa berubah zona penyangga.
Perpres RTR KSN Kawasan Perkotaan
fungsi dari Kegiatan yang diperbolehkan dan
kawasan konservasi Sarbagita diperbolehkan bersyarat pada zona ,
Perpres No. 45 Tahun
perairan (kawasan peyangga dapat dilakukan melalui
2011 kegiatan revitalisasi termasuk jo Perpres No. 51 Tahun 2014 lindung) menjadi
penyelenggaraan reklamasi paling zona penyangga luas 700 (tujuh ratus) hektar dari
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (kawasan budidaya) kawasan Teluk Benoa. Ketentuan (Sarbagita) adalah salah satu kawasan strategis nasional (KSN)
yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan reklamasi, meliputi: dengan sudut kepentingan ekonomi, dengan program utama
1) penyediaan ruang terbuka hijau paling kurang 40 persen dari rehabilitasi/revitalisasi kawasan. Rencana Tata Ruang (RTR)
total luasan pulau hasil reklamasi; 2) penerapan ketentuan tata kawasan Sarbagita telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden
bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB (Koeisien (Perpres) No. 45 Tahun 2011 sejak Juli 2011. Namun, pada Juni
Dasar Bangunan), KLB (Koeisien Lantai Bangunan), KDH (Koeisien 2014, dilakukan beberapa perubahan melalui penetapan Perpres
Daerah Hijau), KTB (Koeisien Tinggi Bangunan), ketinggian No. 51 Tahun 2014.
bangunan, dan GSB (Garis Sempadan Bangunan) terhadap jalan
buletin tata ruang & pertanahan 17
buletin 18 tata ruang & pertanahan
sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan; 3) pengembangan sentra ekonomi berbasis lingkungan dan budaya Bali; 4) pengaturan tata letak, bentuk, dan luasan, ditentukan berdasarkan hasil kajian kelayakan lingkungan; 5) aksesibilitas di dalam kawasan teluk, termasuk ketersediaan alur pelayaran dan alur aliran air antar pulau hasil reklamasi dengan memperhatikan karakteristik lingkungan, kedalaman paling kurang
2 (dua) meter dari titik surut terendah;
Zona P
DENPASAR, KUTA Fungsi: perumahan, perdagangan jasa internasional, transportasi,
industri pariwisata
GIANYAR Fungsi: perumahan, perdagangan jasa nasional, pertanian, pariwisata
JIMBARAN Fungsi: perumahan, pertanian, pariwisata, perlindungan setempat, suaka dan pelestarian alam, dan cagar budaya
TABANAN Fungsi: perumahan, perdagangan jasa nasional, pertanian, pariwisata
Keterangan:
Ds
Kawasan Perkotaan Inti Perkotaan Denpasar dan Kuta
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya Ds 1: Mangupura Ds 2: Jimbaran Ds 3: Gianyar Ds 4: Ubud Ds 5: Sukawati Ds 6: Tabanan
Rencana Jalan Bebas Hambatan
Bandar Udara Pelabuhan
Jalan Arteri Primer
UBUD Fungsi: Pariwisata, Pertanian
MANGAPURA Fungsi: pariwisata, pertanian, perdagangan jasa nasional,
SUKAWATI Fungsi: pertanian, pariwisata, sosial budaya
6) perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk kegiatan reklamasi dalam Zona P dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Guna mendukung pengembangan dan fungsi, dalam Zona P juga dapat dikembangkan sistem pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana meliputi: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di kawasan Perkotaan Sarbagita [gp].
Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum
Sesuai dengan Surat Gubernur Kalimantan Timur No. 591/7746/B. PA-BAPP/2013 tanggal 27 Agustus 2013 perihal Pengalokasian Dana Pra Sertipikasi Lahan Pertanian Tahun 2014, maka perlu adanya penetapan besaran target kegiatan sertipikasi tanah untuk Tahun 2015.
“Hasil dari penetapan besaran target kegiatan sertipikasi tanah untuk PRODA Kalimantan Timur, akan disampaikan kepada BPN Pusat agar disiapkan di Tahun 2015,” ungkap Uke Muhammad Husein, Kepala Sub Direktorat Pertanahan, Kementerian PPN/ Bappenas, pada kegiatan koordinasi dan pemantauan PRODA Provinsi Kalimantan Timur di Balikpapan, Kamis, (23/10).
PRODA merupakan program bantuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk masyarakat di wilayahnya yang memiliki lahan pertanian tetapi belum memiliki sertiikat tanah. Koordinasi pemantauan PRODA di Provinsi Kalimantan Timur bertujuan untuk menetapkan besaran target kegiatan sertipikasi tanah melalui mekanisme PRODA di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2015.
Target sertipikasi tanah yang akan dilakukan melalui mekanisme PRODA di provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2015 sebesar 921 bidang dengan rincian: kabupaten Kutai Timur (48 bidang); kabupaten Kutai Barat (149 bidang); kabupaten Kutai Kartanegara (213 bidang); kabupaten Paser (100 bidang); kabupaten Berau (200 bidang); dan kabupaten Penajam Paser Utara (211 bidang).
Pada rapat koordinasi tersebut, perwakilan bappeda di kabupaten/ kota mengusulkan agar disusunnya Petunjuk Teknis (Juknis) yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sertipikasi adalah untuk kawasan lahan pertanian dan tidak berdasarkan subyek (penerima). Hal ini dimaksudkan agar sertipikasi yang dilakukan lebih objektif dan tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan lainnya.
Peninjauan Lapangan Kabupaten Penajam Paser Utara, tepatnya di kecamatan Babulu
merupakan lokasi yang dikunjungi oleh tim Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas. Berdasarkan hasil inventarisasi, target lahan yang siap untuk disertipikasi pada kecamatan Babulu sebanyak 1200 bidang dan yang sudah disertipikatkan sebanyak 350 bidang tanah (melalui program PRONA sebanyak 250 bidang dan melalui APBD sebanyak 100 bidang).