Implementasi Peran Polisi

A. Implementasi Peran Polisi

  Peraturan yang mengatur tentang peran polisi dalam menangani perlindungan hak korban tabrak lari dijelaskan didalam Pasal 227 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan angkutan jalan. Peran polisi dalam kasus kecelakaan lalu lintas tabrak lari di Kota Salatiga di tahun 2015 sudah terealisasikan sesuai undang-undang diatas.

  Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Salatiga pada saat terjadi kecelakaan lalu lintas tabrak lari sudah melakukan penanganan sebagai berikut:

  a. Mendatangi tempat kejadian dengan segera

  b. Menolong korban

  c. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara

  d. Mengolah tempat kejadian perkara

  e. Mengatur kelancaran lalu lintas

  f. Mengamankan barang bukti

  g. Melakukan penyidikan

  Selanjutnya hak korban kecelakaan lalu lintas tabrak lari yang diatur didalam Pasal 240 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lalu Lintas dan Angkutan Jalan:

  d. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas danatau Pemerintah;

  e. Ganti Kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas; dan

  f. Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi.

  Berdasarkan dasar hukum yang mengatur tentang hak korban di atas, sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas hanya mendapatkan pertolongan dan perawatan dari pihak kepolisian, namun tidak mendapatkan pertanggungjawaban dari pihak pelaku, karena dalam kasus tabrak lari sebagian besar pelakunya tidak terungkap.

  Ganti kerugian dalam kasus tabrak lari di Kota Salatiga, hanya ada 1 kasus yang mendapatkan ganti kerugian dari pelaku yaitu kecelakaan yang terjadi pada tahun 2016 di Jalan Baru Dekat Pos Kampling Sidorejo Lor, Sidorejo, korban tersebut mengalami luka ringan dan pelaku dapat terungkap. Sedangkan pada kasus tabrak lari yang terjadi di tahun 2015 - 2017 tidak mendapatkan ganti kerugian dari pelaku, karena pelaku tidak dapat terungkap.

  Selanjutnya mengenai santunan dari perusahaan asuransi yaitu Jasaraharja. Dari kasus tabrak lari yang terjadi di tahun 2015- 2017, pihak Jasa Raharja hanya memberi santunan kepada korban Selanjutnya mengenai santunan dari perusahaan asuransi yaitu Jasaraharja. Dari kasus tabrak lari yang terjadi di tahun 2015- 2017, pihak Jasa Raharja hanya memberi santunan kepada korban

  RI No.36

  37PMK.0102008 Tanggal 26 Februari 2008, setiap korban dari kecelakaan di darat dan di laut berhak mendapatkan santuan sebagai berikut :

  Biaya pengobatan di rumah sakit maksimal Rp10 juta. (1) Biaya santunan untuk korban yang mengalami cacat

  tetap maksimal Rp25 juta (besaran santunan dibedakan untuk setiap anggota tubuh yang cacat).

  (2) Santunan untuk korban meninggal dunia di darat atau di

  laut senilai Rp25 juta. (3) Santunan biaya penguburan bagi korban kecelakaan

  yang tidak memiliki ahli waris sebesar Rp2 juta

  Dasar hukum diatas mengatur mengenai santunan yang diberikan pihak jasa raharja yang dapat dikatakan hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis terhadap polisi mengenai kasus kecelakaan lalu lintas tabrak lari yang terjadi pada tahun 2015-2017. Terdapat data sebanyak 5 korban yang meninggal dunia telah diverifikasi oleh pihak Jasa Raharja sehingga mendapatkan santunan sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI No.36 37PMK.0102008 Tanggal 26 Februari 2008, yaitu santunan untuk korban meninggal dunia di darat atau di laut senilai Rp25 juta.

  Sedangkan pada korban yang mengalami luka ringan mendapatkan santunan biaya pengobatan di rumah sakit maksimal Rp10 juta, tetapi pada kasus kecelakaan tabrak lari di Kota Salatiga tahun 2015-2017 hak korban tersebut tidak terealisasikan sebagaimana yang dimaksud sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI No.36 37PMK.0102008 Tanggal 26 Februari 2008.