Penelitian yang Relevan

B. Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah ada beberapa penelitian lain yang dilakukan mengenai miskonsepsi siswa dalam fisika. Penelitian-penelitian berikut ini dijadikan referensi dalam penelitian mengenai miskonsepsi dalam materi Gerak pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Setiap penelitian yang dicantumkan berikut ini saling melengkapi dan memperbanyak pengetahuan tentang miskonsepsi yang mungkin terjadi pada materi Gerak. Seringkali salah satu hasil penelitian mengungkapkan miskonsepsi yang tidak diungkapkan oleh peneliti lain.

tingkat SMP hingga universitas pada beberapa materi Fisika, yang kemudian hasil penelitian tersebut dibukukan. Dalam buku tersebut diungkap beberapa miskonsepsi yang sering dialami siswa pada pokok bahasan mekanika, kelistrikan, suhu dan kalor, serta optik geometri. Salah satu kesimpulan yang diambil mengenai miskonsepsi pada optik geometri adalah, mahasiswa dan guru berpendapat kecepatan cahaya bergantung pada sumbernya dan beberapa variabel lainnya sedangkan sebenarnya kecepatan cahaya hanya tergantung pada ciri-ciri medium perambatan. Pada materi suhu dan kalor, siswa SMP dan SMA memiliki miskonsepsi menyangkut kesetimbangan termal, suhu sebagai variabel intensif, serta perbedaan suhu dan kalor. Dalam salah satu bab di buku tersebut diulas miskonsepsi yang sering terjadi pada pokok bahasan Gerak. Diungkapkan bahwa banyak sekali jumlah dan tipe miskonsepsi gerak yang terdapat pada siswa SMP dan SMA. Antara lain miskonsepsi mengenai dua benda yang jatuh, gerak vertikal dan gerak horizontal, kedudukan, kecepatan, dan percepatan.

Suparno (2005: 9-28) dalam bukunya yang berjudul Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika , menyebutkan beberapa miskonsepsi dalam fisika yang sering terjadi pada diri siswa yang meliputi semua subbidang yang ada, seperti mekanika; optika dan gelombang; panas dan termodinamika; listrik dan magnet; fisika modern; dan tata surya. Dari beberapa miskonsepsi pada subbidang tersebut, miskonsepsi dalam bidang mekanika adalah yang terbanyak.

Penelitian mengenai miskonsepsi fisika pada jenjang SMA juga dilakukan oleh Maharta (2008). Dalam laporannya, disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap konsep-konsep fisika sangat tinggi, yaitu 65%. Penelitian miskonsepsi yang dilakukan mencakup beberapa materi pokok dalam Fisika. Seperti kinematika, dinamika, suhu dan kalor, serta kelistrikan. Pada salah satu soal yang mengukur pemahaman siswa mengenai konsep gaya yang bekerja pada benda yang dilempar vertikal ke atas, sebanyak 85% siswa mengalami miskonsepsi. Mereka tidak memahami bahwa benda yang Penelitian mengenai miskonsepsi fisika pada jenjang SMA juga dilakukan oleh Maharta (2008). Dalam laporannya, disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap konsep-konsep fisika sangat tinggi, yaitu 65%. Penelitian miskonsepsi yang dilakukan mencakup beberapa materi pokok dalam Fisika. Seperti kinematika, dinamika, suhu dan kalor, serta kelistrikan. Pada salah satu soal yang mengukur pemahaman siswa mengenai konsep gaya yang bekerja pada benda yang dilempar vertikal ke atas, sebanyak 85% siswa mengalami miskonsepsi. Mereka tidak memahami bahwa benda yang

tanpa gesekan tidak dipengaruhi oleh massa benda namun hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi.

Penelitian miskonsepsi dalam Kinematika juga telah dilakukan dan dituliskan dalam website Universitas Montana oleh Brown dan Crowder (2000). Dalam website tersebut diungkapkan miskonsepsi pada sub bab posisi, kecepatan, percepatan dan pembuatan grafik hubungan antara besaran-besaran tersebut. Dalam pokok bahasan percepatan, miskonsepsi yang dibahas antara lain: kelajuan yang sama menunjukkan percepatan yang sama pula pada dua buah objek, semakin besar kelajuan maka makin besar pula percepatannya, benda yang memiliki kelajuan nol maka percepatannya juga nol. Miskonsepsi yang dibahas dalam sub bab posisi, antara lain: benda yang berada di depan benda lain bergerak dengan kelajuan yang lebih besar, benda pada posisi yang sama memiliki kelajuan yang sama. Pada sub bab kecepatan, miskonsepsi yang dibahas antara lain: kecepatan selalu bernilai positif, posisi yang sama menunjukkan kecepatan yang sama, grafik kecepatan terhadap waktu sama seperti lintasan yang ditempuh benda.