Miskonsepsi Siswa pada Tiap Konsep

1. Miskonsepsi Siswa pada Tiap Konsep

Berikut disajikan analisis miskonsepsi siswa dalam mengerjakan konsep- konsep pada pokok bahasan termokimia disertai kemungkinan penyebab miskonsepsinya.

a. Konsep Eksoterm dan Endoterm Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep eksoterm dan endoterm ada 40,8% siswa dimana 24,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian dan 16,7% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Soal yang memuat konsep eksoterm dan endoterm adalah soal nomor 1, 2, dan 3.

24,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Siswa dapat menjelaskan definisi dari sekedar menghafal tetapi ketika dihadapkan pada soal yang disertai contoh, siswa tidak dapat menjelaskan. Dari ungkapan siswa dalam wawancara, siswa sering mengabaikan hal-hal yang dianggapnya sederhana tetapi ternyata perlu pemahaman misalnya transfer energi pada reaksi eksoterm dan endoterm. Siswa tahu adanya transfer energi dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Akan tetapi, ketika ada soal yang berupa contoh reaksi tersebut, siswa tidak dapat membedakan tanda-tanda reaksi eksoterm dan endoterm. Jadi, meskipun siswa dapat menyebutkan reaksi yang terjadi

commit to user

eksoterm dan endoterm. Siswa dapat mendefinisikan sistem dan lingkungan tetapi tidak dapat menunjukkan mana yang sistem dan mana yang lingkungan.

Siswa memberikan pernyataan bahwa pada reaksi eksoterm suhu naik sehingga entalpi sistem bertambah (perubahan entalpinya bernilai positif). Menurut siswa, pada reaksi eksoterm terjadi kenaikan suhu sehingga untuk membuat suhu naik diperlukan kalor atau sistem menyerap kalor dari lingkungan. Sedangkan pada reaksi endoterm suhu turun sehingga entalpi sistem berkurang (perubahan entalpinya bernilai negatif). Menurut siswa, pada reaksi endoterm terjadi penurunan suhu sehingga dilepaskan kalor atau sistem melepas kalor ke lingkungan. Siswa juga tidak paham tentang diagram tingkat energi pada soal nomor 3.

16,7% siswa mengalami miskonsepsi secara menyeluruh. Siswa sama sekali tidak memahami tentang konsep eksoterm dan endoterm. Siswa mengalami kesulitan memahami konsep eksoterm dan endoterm bahkan sering terbalik antara konsep eksoterm dan endoterm. Siswa juga tidak dapat mendefinisikan sistem dan lingkungan.

b. Konsep Perubahan Entalpi Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan entalpi ada 54,2% siswa dimana 27,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian dan 27,1% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Soal yang memuat konsep perubahan entalpi adalah soal nomor 4, 5, 6, dan 18.

27,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Siswa dapat menjelaskan definisi dari perubahan entalpi pembentukan tetapi tidak dapat menerapkan dalam perhitungan. Dari wawancara, siswa kesulitan menerapkan definisi ke dalam rumus. Misalnya siswa tidak paham jika entalpi pembentukan standar berlaku untuk 1 mol molekul. Ada juga siswa yang telah memahami perhitungan dalam perubahan entalpi tetapi tidak dapat mendefinisikan.

Miskonsepsi pada konsep eksoterm dan endoterm juga mengakibatkan siswa mengalami miskonsesi pada konsep ini. Mereka tidak bisa memberikan tanda yang benar pada perubahan entalpi karena tidak paham bahwa

commit to user

sebaliknya. Siswa tidak bisa menghitung perubahan entalpi baik yang melalui data

percobaan maupun data perubahan entalpi pembentukan standar karena tidak tahu rumusnya. Siswa yang tahu rumusnya kadang tertukar dengan rumus energi ikatan.

27,1% siswa mengalami miskonsepsi secara menyeluruh. Siswa tidak memahami konsep perubahan entalpi sehingga tidak bisa menerapkan dalam perhitungan. Siswa juga tidak memahami bahwa perubahan entalpi reaksi berbanding lurus dengan jumlah zat yang bereaksi.

c. Konsep Energi Ikatan Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep energi ikatan ada 35,2% siswa dimana 11,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian dan 24,1% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Soal yang memuat konsep energi ikatan adalah soal nomor 8, 9, dan 19.

11,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Ada siswa yang dapat menjelaskan energi ikatan dengan benar tetapi salah dalam menentukan energi rata-rata. Dari hasil wawancara, siswa mengungkapkan kesulitan-kesulitannya antara lain tidak bisa menuliskan reaksi yang terjadi, tidak bisa menjabarkan ikatan-ikatan dalam reaksi, mengabaikan koefisien dalam reaksi, atau rumus tertukar dengan rumus pembentukan entalpi. Siswa dapat menentukan harga energi ikatan dan perubahan entalpi reaksi dengan data energi ikatan tetapi keliru dalam menjelaskan energi ikatan.

24,1% siswa mengalami miskonsepsi secara menyeluruh. Siswa tidak memahami konsep energi ikatan dan tidak dapat menerapkan dalam soal perhitungan. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep energi ikatan berkaitan dengan pemutusan dan pembentukan ikatan.

d. Konsep Perubahan Entalpi Penguraian Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan entalpi penguraian ada 33,3% siswa dimana 18,0% siswa mengalami miskonsepsi

commit to user

memuat konsep perubahan entalpi penguraian adalah soal nomor 7 dan 16.

18,0% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Kesalahan pemahaman siswa adalah menganggap bahwa CO adalah unsur. Siswa juga tidak

memahami bahwa perubahan entalpi penguraian standar berlaku untuk 1 mol senyawa sehingga siswa tidak menghiraukan koefisien reaksi.

Siswa juga mencampuradukkan antara perubahan entalpi pembentukan dengan perubahan entalpi penguraian. Kebanyakan siswa hanya membaca dan menghafal tanpa memahami sehingga mudah lupa.

15,3% siswa yang mengalami miskonsepsi menyeluruh disebabkan karena tidak paham tentang perubahan entalpi penguraian sehingga tidak bisa mendefinisikan dan menerapkannya dalam soal.

e. Konsep Hukum Hess Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep Hukum Hess ada 23,1% siswa dimana 11,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian dan 12,0% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Soal yang memuat konsep Hukum Hess adalah soal nomor 10, 11, dan 17.

11,1% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Siswa mengetahui tentang Hukum Hess tetapi tidak dapat memahami siklus reaksi yang terjadi dan tidak dapat menerapkan dalam perhitungan. Siswa tidak tahu cara mencari perubahan entalpi reaksi dari reaksi-reaksi yang berhubungan. Saat reaksi dibalik, tanda perubahan entalpi tidak ikut diubah. Atau saat reaksi dibagi maupun dikalikan, perubahan entalpinya juga tidak disesuaikan.

12,0% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Mereka tidak paham tentang Hukum Hess sehingga tidak bisa menguraikan reaksi-reaksi dari diagram reaksi pada soal. Siswa juga tidak bisa mengerjakan perhitungan karena tidak paham tentang Hukum Hess.

f. Konsep Perubahan Entalpi Pembakaran Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep perubahan entalpi pembakaran ada 45,1% dimana 19,4% siswa mengalami miskonsepsi sebagian

commit to user

perubahan entalpi pembakaran adalah soal nomor 12, 13, 14, dan 15.

19,4% siswa mengalami miskonsepsi sebagian. Siswa mengetahui definisi perubahan entalpi pembakaran tetapi tidak dapat menerapkannya

dalam soal. Sebagian besar siswa kurang memahami reaksi pembakaran yang terjadi, sebagian lagi bahkan tidak dapat menyebutkan reaksi yang terjadi. Siswa juga mengabaikan koefisien dalam reaksi dan jumlah mol yang diminta dalam soal sehingga kurang tepat dalam mengerjakan soal.

Siswa tidak tahu rumus yang harus digunakan untuk mengerjakan soal. Selain itu, mereka juga tidak paham dengan hubungan data-data dalam soal. Siswa beranggapan bahwa pada reaksi pembakaran terjadi penyerapan kalor dari lingkungan, siswa juga tidak dapat membedakan reaksi pembakaran sempurna dan reaksi pembakaran tidak sempurna pada karbon

25,7% siswa mengalami miskonsepsi menyeluruh. Mereka tidak tahu pengertian perubahan entalpi pembakaran sehingga sama sekali tidak tahu bagaimana mengerjakan perhitungan dalam soal.