EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011

SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh: HERNI PUSPITA K 7404087 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN 2011

Oleh: HERNI PUSPITA K 7404087

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Wahyu Adi M.Pd Muhtar S.Pd, M.Si NIP. 196305201989031005 NIP. 196612311994121001 Drs. Wahyu Adi M.Pd Muhtar S.Pd, M.Si NIP. 196305201989031005 NIP. 196612311994121001

Pada hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

: Dra. Sri Witurachmi MM .............................

Sekretaris : Sohidin SE, M.Si, Ak ………………. Anggota I

: Drs. Wahyu Adi M.Pd ………………….

Anggota II : Muhta r S.Pd, M.Si ..……………….

Disyahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dekan,

Prof Dr Furqon Hidayatullah M.Pd NIP. 196007271987021001

Herni Puspita. EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM

GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011.

Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola praktik industri siswa SMK Negeri 2 Surakarta, khususnya untuk siswa yang melakukan praktik kerja di industri tahun 2011/2012 Pola praktik kerja disini yang dimaksudkan meliputi ; pola Majelis Sekolah dalam penyelenggaraan PSG, Pola kerja sama antara SMK Negeri 2 dengan industri, Pola sinkronisasi yang dikembangkan serta pola penyelenggaraan praktik kerja industri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena terjadinya sesuatu dipandang lebih penting dari pada adanya sesuatu. Cuplikan berdasarkan keingintahuan peneliti dengan memilih informan yang dipandang tahu, namun tidak menutup kemungkinan ke informan lain sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara mendalam serta teknik dokumentasi. Pengumpulan data mengikuti tiga langkah utama, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check. Untuk memperoleh data yang valid dilakukan penggunaan beberapa metode serta penggunaan sumber data untuk memperoleh data yang sama. Analisis data menekankan pada proses pengaturan urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, katagorisasi dan satuan uraian dasar. Analisis menggunakan model interaktif dengan menekankan pada empat kegiatan pokok, yaitu : (1) Menelaah seluruh perolehan data, (2) Melakukan reduksi data, (3) Menyajikan data serta (4) Menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) SMK Negeri 2 Surakarta telah menyelenggarakan PSG dengan model sistem blok, (2) Pola kerja Majelis Sekolah mendasarkan pada program kerja yang telah disusun sehingga arahnya lebih terfokus, (3) Pola kerjasama antara SMK Negeri 2 Surakarta dengan industri berdasarkan azas saling menguntungkan dengan naskah perjanjian bersama, (4) Sinkronisasi program diklat menggunakan pendekatan optimasi, (5) Pola penyelenggaraan praktik kerja siswa di industri menggunakan sistem blok yaitu siswa bekerja di industri selama satu semester, setelah itu baru kembali ke sekolah untuk melaksanakan program diklat lagi

Saran khusus yang disampaikan adalah : (1) Upayakan agar model penyelenggaraan sistem blok bisa dipertahankan, khususnya bagi siswa yang praktik di PT King’s Surakarta, (2) Kepada SMK Negeri 2 Surakarta, hendaknya

mencari terobosan ke industri lain agar bisa mengadopsi model yang dilaksanakan PT King’s Surakarta

Herni Puspita. AN EVALUATION ON THE IMPLEMENTATION OF MULTIPLE SYSTEM EDUCATION MODEL IN SMK NEGERI 2 SURAKARTA IN 2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, January 2012.

The main objective of research is to find out how the industrial practical pattern of SMK Negeri 2 Surakarta’s students, particularly for those doing work

practicing in industry in 2011/2012. The work practice patterns intended here include: School Chamber pattern in implementing PSG, Cooperation pattern between SMK Negeri (Public Vocational School) 2 with industry, synchronization pattern developed as well as industrial work practice implementation pattern.

This research employed a qualitative approach, because the incidence of something was considered as more important than the existence of something. The sample was taken based on the author’s curiosity by selecting the knowledgeable informant, but it was not impossible for turning to other informant according to the author’s need and confidence. The data was collected using observation, in-depth

interview as well as documentation technique. The data collection followed three main steps: orientation, exploration and member check. For obtaining the valid data, several methods were used, so was the data source for obtaining the similar data. The data analysis emphasized on the data sequence regulation process, organization within a pattern, categorization in one basic elaboration. The analysis was done using an interactive model emphasizing on four main activities: (1) Studying all data obtained, (2) reducing data, (3) presenting data, as well as (4) conclusion drawing.

The result of research showed that: (1) SMK Negeri 2 Surakarta had implemented PSG using block system model, (2) School Chamber working pattern relied on the arranged platform so that the directed was more focused, (3) Cooperation pattern between SMK Negeri 2 Surakarta and industry was based on the mutual benefit principle with contract agreement, (4) Synchronization of short course program for industrial students using block system in which the students worked in industry for one semester, and then returned back to school to attend short course anymore.

Special recommendations given included: (1) try to maintain the implementation of block system, particularly for the students doing job practice in PT King’s Surakarta, (2) the Headmaster of SMK Negeri 2 Surakarta should look for breakthrough to other industry in order to adopt the model the PT King’s Surakarta had implemented.

- Kesulitan akan bertambah jika selalu dihitung-hitung, tetapi akan lenyap setelah

diperhatikan. (Imam Malik)

- Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu

loncatan menuju sukses. (Pytagoras)

 Skripsi ini kupersembahkan untuk:  Bapak dan Ibu yang Ku Hormati,  Teman-temanku yang telah mendoakanku  Almamater

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas rahmat, hidayah dan taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN

SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011 ”. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu dengan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan Surat Keputusan tentang ijin penyusunan skripsi dan ijin research.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahyu Adi M.Pd, MM, selaku pembimbing I, yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Muhtar S.Pd, M.Si selaku pembimbing II, yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak dan Ibu dosen program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama peneliti menempuh kuliah.

7. Drs. Susanta MM selaku kepala SMK N 2 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

yang telah memberikan bantuan kepada peneliti sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.

9. Siswa-siswi SMK N 2 Surakarta, khususnya kelas II yang telah bersedia memberi informasi dalam penelitian ini.

10. Teman-teman kuliah seangkatan yang telah memberi dorongan kepada peneliti menyelesaikan skripsi.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang maha Kuasa memberikan balasan kepada setiap pribadi yang telah membantu peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saran dan kritik dari pembaca, sangat diharapkan. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan.

Surakarta, Januari 2012

Peneliti,

Herni Puspita

C. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………..….. 22 . Subjek Penelitian, Informan kunci dan Informan ……..… 23 D

E. Cuplikan (sampling) …………………………………… 23

F. Teknik Pengumpulan data ………………………………. 24

G. Instrumen Penelitian ……………………………………. 25

H. Validitas data …………………………………………… 25

I. Analisis Data ……………………………………………. 26

BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………… 29

A. Diskripsi Lokasi Subjek dan Data Penelitian serta Kriteria Evaluasi .....................................…………… 29

B. Deskripsi Data Penelitian ............................................. 39

C. Jawaban Tergadap Permasalahan Penelitian ................. 82

D. Kriteria dan Pembahasan Hasil Penelitian ....................... 94

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ………...... 104

A. Kesimpulan …………………………………………. 104

B. Implikasi hasil Penelitian ………………………………… 106

C. Saran saran ……………………………………………….. 107

DAFTA R PUSTAKA ………………………………………………... 108 LAMPIRAN …………………………………………………………… 111

Halaman Tabel 4.1. Periodisasi Kepemimpinan SMK Negeri 2 Surakarta .......... 30

Tabel 4.2. Profil Bidang Keahlian, Program Keahlian dan Jumlah Siswa 31 Tabel 4.3. Keadaan Kondisi Ekonomi Orang Tua Siswa SMK

Negeri 2 Surakarta .............................................................. 31

Tabel 4.4. Jumlah Guru SMK Negeri 2 Surakarta menurut Bidang

Keahlian ............................................................................ 32 Tabel 4.5. Jumlah ruang penunjang sarana belajar ............................ 32

Tabel 4.6. Daftar buku bacaan di perpustakaan SMK Negeri 2 Surakarta ............................................................................ 33 Tabel 4.7. Berbagai peralatan yang dimiliki SMK Negeri 2 Surakarta ........................................................................ 34 Tabel 4.8. Jumlah staf pengajar dan administrasi di SMKN 2

Surakarta. ..................................................................... 40 Tabel 4.8. Jumlah staf pengajar dan administrasi di SMKN 2 Surakarta. .................................................................... 40 Tabel 4.9. Susunan program kurikulum 1994 di SMK Negeri 2 Surakarta .................................................................... 42 Tabel 4.10 Pemetaan Profil kemampuan berdasarkan kurikulum/ silabi program studi mesin produksi rumpun TPL ... 60 Tabel 4.11 Pemetaan jenis pekerjaan dan program

pelatihan keterampilan melalui kerja langsung di PT King’s yang bergerak dalam usaha rekayasa

dan konstruksi ........................................................... 62 Tabel 4.12 Sinkronisasi antara silabi di sekolah ddengan pemetaan jenis ketrampilan di industri ................... 63 Tabel 4.13 Bentuk program pengajaran di sekolah setelah

malaui proses sinkronisasi antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri .......... 65

Halaman

Lampiran 1 . PEMETAAN PROFIL KEMAMPUAN .................................. 111

Lampiran 2 . PEMETAAN JENIS PEKERJAAN PADA DUNIA

USAHA/DUNIA INDUSTRI/INSTANSI ... 112

Lampiran 3. SINKRONISASI KURIKULUM DENGAN

PEKERJAAN DI DUNIA USAHA/INDUSTRI/INSTANSI

Lampiran 4 . RENCANA PROGRAM DIKLAT DI DUNIA

USAHA/INDUSTRI ................................................................

Lampiran 5 . PROGRAM DIKLAT DI SEKOLAH .................................. 115

Lampiran 6 . IDENTITAS SISWA .............................................................

Lampiran 7 . IDENTITAS DUNIA USAHA/INDUSTRI ........................ 117

Lampiran 8 . LAPORAN KEGIATAN SISWA SECARA BERKALA ..... 118

Lampiran 9 . LAPORAN KEMAJUAN PRAKTIK KEAHLIAN

PADA LINI PRODUKSI ....................................................

Lampiran 10 . CATATAN SISWA DAN PEMBIMBING .................... 120

Lampiran 11 . RENCANA KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM

GANDA …………………………………………………….

Lampiran 12 . LAPORAN KEGIATAN PSG (PENDIDIKAN SISTEM

GANDA) DARI GURU PEMBIMBING .........................

Lampiran 13. LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

DARI DUNIA USAHA/INSTANSI ..............................

Lampiran 14 . Surat Ijin Penelitian …………………….………… 125

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan kemajuan ekonomi dan sosio-industri menuntut adanya hasil lulusan pendidikan kejuruan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Artinya, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan tingkat atas hendaknya dapat ditempatkan pada kedudukan yang memenuhi tuntutan dunia kerja. Tuntutan seperti itu mengandung dua sisi pendekatan. Pertama, pendekatan melalui mata diklat yang mengacu pada pemenuhan tuntutan disiplin ilmu. kedua pendekatan kerja yang menghendaki agar siswa disiapkan sebagaimana yang diinginkan oleh dunia kerja. Untuk mewujudkan kemampuan siswa agar sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, dalam perencanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan perlu mengetahui dan memperhatikan : (1) Tugas-tugas pokok yang akan dilakukan di dunia kerja, (2) Kemampuan teori dan praktis yang diperlukan untuk masing-masing tugas, (3) Seberapa banyak frekuensi kemampuan-kemampuan itu dilaksanakan pada masing-masing tugas tersebut.

Perencanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang berorientasi pada dunia kerja merupakan tuntutan, paling tidak harus diupayakan adanya pengembangan agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Terdapat beberapa rekomendasi kalangan dunia kerja sebagai institusi pasangan dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan melihat beberapa kelemahan dengan kurikulum, yang meliputi : (a) Kemampuan sekolah membekali siswa masih terbatas pada kegiatan tiruan atau kegiatan simulasi produksi sehingga menghambat proses pembelajaran yang sesungguhnya, (b) Guru sebagai pembimbing belum memiliki wawasan mutu dan sistem kerja industri, sehingga siswa kadang-kadang dibiarkan bekerja seadanya, padahal kerja industri mengacu pada standart mutu, (c) Perlunya penajaman kurikulum bagi siswa agar berkembang jiwa kemandiriannya serta, (d) Dalam penyusunan kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti tanggap dalam

10-15 ; Hardono, 1996 : 20-25). Sinyalemen itu memberi gambaran betapa penting bagi para pengembang kurikulum untuk selalu berpikir dan memperhatikan dunia kerja sebagai institusi penyerap tenaga kerja. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan hendaknya memberikan pengetahuan teori dan keterampilan praktik sesuai dengan yang ada dengan dunia kerja. Oleh karena itu, isi dari kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan hendaknya didasarkan pada analisis kebutuhan yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Penyusunan satuan-satuan pelajaran merupakan salah satu aspek pengorganisasian kurikulum, yang materinya dibagi menjadi unit-unit belajar, baik teori maupun praktik yang secara keseluruhan membentuk kompetensi yang dikehendaki. (Sukamto, 1988 : 10-15). Sementara itu, Amidjaja (1991 : 5-8) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi pada dunia kerja, sehingga harus diadakan re-orientasi kebijaksanaan pendidikan sehingga dapat dikembangkan pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk melaksanakan suatu profesi. Pendidikan hendaknya dapat memberikan latihan khusus yang bekerja sama dengan industri terkait agar tidak selalu ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan tidak terkejar kadaluarsa oleh perkembangan teknologi.

Antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan selalu terjadi kesenjangan, hal itu harus diupayakan agar kesenjangan dapat ditekan sehingga tidak menimbulkan jurang yang semakin lebar antara keduanya. Untuk kepentingan ini perlu adanya program yang menjembatani kedua dunia tersebut antara lain melalui latihan kerja. Pendidikan membekali seseorang untuk siap dilatih sedang latihan kerja menuntun untuk siap memasuki kerja. Latihan kerja merupakan kelengkapan sistem pendidikan untuk menyiapkan seseorang memasuki pekerjaan karena latihan kerja mengutamakan praktik dibanding teori. (Simanjuntak, 1992 : 6-8). Dari pendapat itu menunjukkan perlunya ada kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja agar kesenjangan dapat diatasi.

selalu berjalan mulus, masih diperlukan peningkatan pemahaman dan pendalaman serta penyebarluasan informasi secara intensif terhadap institusi calon pasangan. Keberhasilan Sekolah Menengah Kejuruan dalam melaksanakan pendidikan sistem ganda sangat ditentukan manajemen dan kreasi sekolah yang bersangkutan (Hardono, 1996 : 6-10). Kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, pemenuhan tuntutan disiplin keilmuawan, keterampilan dan keahlian tertentu merupakan hal yang harus segera ditangani. Pendidikan menengah kejuruan merupakan salah satu sub sistem pendidikan formal yang secara khusus dipersiapkan sebagai tenaga terampil tingkat menengah guna mengisi kebutuhan usaha dan pembangunan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama lima repelita telah banyak kemajuan fisik, namun sampai akhir pelita V pendidikan menengah kejuruan masih dipersepsikan belum sepenuhnya mampu mewujudkan misinya. Kritik-kritik tajam khususnya masyarakat dunia usaha yang bermuara pada ketidakpuasan terhadap tamatan pendidikan menengah kejuruan masih saja bergulir (Repelita VI, 1994 : 4-5). Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan bertalian erat dengan kondisi yang menyangkut konsep maupun pelaksanaannya. Pada tingkat konsep, pendidikan menengah kejuruan belum melibatkan dunia kerja secara sistematis, dunia kerja belum merasa bahwa pendidikan juga merupakan tanggungjawabnya.

Pada tingkat pelaksanaan, Sekolah Menengah Kejuruan dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Menyadari hal itu, harus dipikirkan bagaimana upaya untuk memperluas jaringan kerjasama agar pendidikan lebih dekat dengan kebutuhan dunia kerja. Slamet (1993 : 3-6) mengemukakan bahwa antara Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia kerja masih terjadi pemilahan budaya, belum terjadi kerja sama dalam mempersiapkan dan mengembangkan tenaga kerja. Keadaan seperti itu membawa dampak kesenjangan antara keduanya. Hasil penilaian Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1993 : 6-7) menyatakan bahwa dari 681 sekolah menengah kejuruan negeri hanya 39,2% yang berfungsi secara memadai, dan dari 2.837 sekolah swasta hanya 6% yang layak berfungsi sebagai Sekolah Menengah Pada tingkat pelaksanaan, Sekolah Menengah Kejuruan dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Menyadari hal itu, harus dipikirkan bagaimana upaya untuk memperluas jaringan kerjasama agar pendidikan lebih dekat dengan kebutuhan dunia kerja. Slamet (1993 : 3-6) mengemukakan bahwa antara Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia kerja masih terjadi pemilahan budaya, belum terjadi kerja sama dalam mempersiapkan dan mengembangkan tenaga kerja. Keadaan seperti itu membawa dampak kesenjangan antara keduanya. Hasil penilaian Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1993 : 6-7) menyatakan bahwa dari 681 sekolah menengah kejuruan negeri hanya 39,2% yang berfungsi secara memadai, dan dari 2.837 sekolah swasta hanya 6% yang layak berfungsi sebagai Sekolah Menengah

Ketimpangan antara keduanya banyak disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena rendahnya kualitas, kualifikasi personil yang tidak sesuai, atau memang daya serap masyarakat yang rendah. Akhir-akhir ini tampaknya tudingan itu lebih diarahkan pada kualitas sumber daya manusia yang rendah dan kurang cocok (Depdikbud, 1993 : 11-13). Mantan Mendikbud, Wardiman Djojonegoro (1994 : 6) mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk mengefektifkan pendidikan menengah kejuruan yang prasarana dan sarananya terbatas, maka perlu merangsang para pelaksana pendidikan untuk selalu berpikir tentang konsep Link and Match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Program pendidikan sistem ganda menjadi salah satu model pendidikan yang paling efektif dalam mendekatkan kesesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja.

Pendidikan sistem ganda merupakan wujud nyata kebijakan link and match, khususnya pada jenjang pendidikan menengah kejuruan. Hasil penelitian Tariq Husain (1993 : 56-57) mengemukakan bahwa praktik kejuruan yang diselenggarakan di perusahaan memberikan tingkat balikan yang lebih besar jika dibandingkan dengan praktik kejuruan di sekolah. Keadaan seperti itu memberikan gambaran bahwa praktik kejuruan di perusahaan lebih efisien dalam mendekatkan dengan dunia kerja.

Pendidikan dengan sistem ganda berupaya memadukan tujuan lembaga pendidikan dengan dunia kerja sehingga diharapkan terwujud keterkaitan, Pendidikan dengan sistem ganda berupaya memadukan tujuan lembaga pendidikan dengan dunia kerja sehingga diharapkan terwujud keterkaitan,

Link dalam perspektif ini merujuk pada suatu proses, yaitu bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga hasilnya cocok (match) dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk mewujudkan implementasi pada dunia kerja merupakan suatu proses sejak persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan baik yang dilakukan pihak sekolah maupun dunia kerja. Untuk kepentingan itu semua perlu dilakukan suatu evaluasi program secara seksama guna menngumpulkan, menyusun dan mengolah fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja dan lain-lain mengenai pelaksanaan pendidikan sistem ganda serta menggunakan kesimpulan itu dalam proses pengambilan keputusan, rekomendasi dan perencanaan lebih lanjut.

Pelaksanaan pendidikan sistem ganda SMK Negri 2 Surakarta dengan berbagai instansi atau perusahaan pasangan yang tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa masih banyak menemui kendala, baik menyangkut persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi akhir kegiatan terutama yang berkenaan dengan uji sertifikasi kemampuan profesional . Secara khusus pelaksanaan Prakerin di wilayah Surakarta belum banyak yang mengkaji terutama menyangkut evaluasi pelaksanaan program pendidikan sistem ganda yang meliputi pihak sekolah dan industri pasangan secara bersama, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

Kepentingan evaluasi ini sejalan dengan pernyataan perlunya evaluasi terhadap pelaksanaan PSG pada Sekolah Menengah Kejuruan baik yang telah maupun yang

Penelitian akan sangat bermanfaat bagi sekolah penyelenggara, dunia kerja, siswa praktikan, majelis sekolah maupun Dinas Pendidikan Nasional guna menyempurnakan pelaksaan Pendidikan Sistem Ganda di masa mendatang.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum program pendidikan sistem ganda dicanangkan, sebenarnya Sekolah Menengah Kejuruan telah melaksanakan kegiatan yang hampir sama yaitu Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dilihat dari konsepnya, pendidikan sistem ganda jauh lebih tajam dibandingkan dengan konsep PKL. Kompleksitas itu menyangkut sarana maupun daya pendukungnya. Pengalaman Sekolah Menengah Kejuruan dapat diduga bahwa permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan PKL akan muncul pula pada pelaksanaan PSG bahkan lebih kompleks lagi.

Permasalahan itu berkisar : (1) Ketidakseimbangan antara jumlah siswa pelaksana PSG dengan daya tampung dunia usaha/industri. (2) Persepsi dunia usaha/industri yang kurang mendukung program PSG. (3) kKkurangsiapan dunia usaha untuk menerima siswa peserta PSG, (4) Sulitnya mencari dunia usaha sebagai mitra kerja, hal itu akan menyulitkan pihak sekolah jika jadwal pelaksana PSG sudah mendesak, (5) Penerimaan siswa peserta PSG oleh dunia usaha yang tidak sesuai dengan jurusan yang dimiliki siswa, hal itu jelas akan menyulitkan proses pembelajaran siswa, (6) Minimnya dana dan peralatan praktek untuk mendukung pelaksanaan PSG, (7) Pola pelaksanaan yang tepat untuk PSG masih banyak kendala, (8) Kemampuan siswa yang terbatas, (9) Komunikasi pihak sekolah dengan dunia kerja yang masih tersumbat, (10) Ketidaksesuaian kesepakatan antara pihak sekolah dengan dunia usaha dalam masalah penjadwalan, (11) Ketimpangan persepsi antara dunia usaha yang bisa menerima dan menolak program PSG, (12) Faktor-faktor yang mempengaruhi dunia usaha belum bisa diajak sebagai mitra kerja pelaksanaan PSG.

C. Fokus Penelitian

Karena diduga begitu banyak permasalahan dalam pelaksanaan PSG pada SMK Negeri 2 Surakarta, maka dalam penelitian ini permasalahannya difokuskan pada : (1) Persiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta serta industri pasangan, (2) Persepsi dunia kerja terhadap program pendidikan sistem ganda, (3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta dan pada industri pasangan, (4) Peluang memperluas jaringan kerjasama dengan dunia usaha dalam mendukung pelaksaan pendidikan sistem ganda.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta , apabila terdapat perbedaan implementasi dengan program, mengapa hal itu bisa terjadi ?

2. Bagaimanakah persepsi dunia kerja terhadap program pendidikan sistem ganda ? Apabila persepsi dunia kerja positif, mengapa hal itu bisa terjadi ?

3. Bagaimana kesiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada dunia kerja ?

4. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta ?

5. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada dunia usaha di wilayah Surakarta ?

6. Bagaimana peluang memperluas jaringan kerjasama dengan dunia usaha dalam mendukung pelaksaan sistem ganda ?

Tujuan penelitian disini adalah untuk memecahkan masalah sebagaimana dikemukakan di atas yaitu :

1. Untuk mengetahui gambaran secara umum bagaimana persiapan, pelaksanaan, sampai akhir kegiatan program pendidikan sistem ganda yang dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pihak dunia usaha.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya persepsi dunia kerja terhadap pelaksanaan program pendidikan sistem ganda yang dicanangkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan sistem ganda.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini setidaknya akan memberikan manfaat baik untuk pihak sekolah maupun dunia kerja dan siswa, terlebih lagi bagi pihak Depdikbud, yaitu :

1. sebagai bahan pertimbangan dalam persiapan, mengembangkan dan melaksanakan program PSG di masa yang akan datang baik untuk pihak sekolah maupun pihak dunia kerja.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengefektifkan proses belajar mengajar di SMK sebagai upaya persiapan dalam pelaksanaan program pendidikan sistem ganda masa yang akan datang.

3. Secara teoretis kajian ini akan menambah wawasan, terutama untuk memperkaya konsep pendidikan sistem ganda demi penyempurnaan lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Menengah Kejuruan

Secara sistematis pendidikan kejuruan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional. Berbagai definisi tentang pendidikan kejuruan telah diajukan beberapa ahli. Finch dan Crunkilton (1979 : 10) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk dapat bekerja guna menopang kehidupannya. Definisi tersebut menyiratkan adanya konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pendidikan kejuruan berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.

Pendidikan kejuruan dapat dikatakan sebagai jenis pendidikan yang sifatnya khusus, karena kelompok pelajar dan atau program yang disediakan hanya dipilih oleh peserta didik yang memiliki minat untuk mempersiapkan dirinya memasuki lapangan kerja. Kekhususan program pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan masyarakat. Menurut Hamalik program kejuruan merupakan program pengembangan, bukan program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapat pekerjaan (Oemar Hamalik, 1990 : 96).

Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan jenis pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi. Pemikiran seperti itu sesuai dengan Undang-undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 11 ayat 3 bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, dalam rangka mencari penghidupan maupun meningkatkan kehidupannya.

peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian itu mengandung makna bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian mampu disini bisa berarti mampu memilih karir sesuai bakat, minat serta kesempatan yag ada; mampu memasuki lapangan kerja; mampu berkompetisi serta mampu mengembangkan diri.

Pendidikan menengah kejuruan sebagai subsistem pendidikan nasional harus senantiasa mempersiapkan peserta didiknya mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi serta mengembangkan diri. Tercapai tidaknya misi itu sangat tergantung kualitas masukan dan sejumlah faktor dalam proses pendidikan. Salah satu faktor dalam pendidikan adalah adanya keterkaitan dan kerja sama antara sekolah dengan dunia usaha. Semakin erat hubungan itu berarti semakin relevan tamatan sekolah menengah kejuruan dengan kebutuhan masyarakat.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyelenggarakan program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan pekerjaan (Penjelasan pasal 7 No. 29 tahun 1990). Berkenaan dengan hal itu program pendidikan sekolah menengah kejuruan dikelompokkan menjadi enam, yaitu : (a) kelompok pertanian dan kehutanan, (b) kelompok teknologi dan industri, (c) kelompok bisnis dan manajemen, (d) kelompok kesejahteraan masyarakat, (e) kelompok pariwisata, (f) kelompok seni dan kerajinan. (Depdikbud, 1994 :10).

SMK Negeri 2 Surakarta dalam hal ini dikatagorikan dalam kelompok Teknologi dan industri. Dalam kurikulum SMK edisi 1999 memiliki tiga bidang keahlian yaitu : reknik bangunan,Teknik elektro dan teknik mesin,. Penyelenggaraan program pendidikan itu bertujuan mempersiapkan tamatannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesi diberbagai jenis pekerjaan.. Secara terperinci masing- masing rumpun memiliki tujuan, misi dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan itu terletak pada sasaran pencapaian keahlian masing-masing rumpun dimungkinkan dengan spesialisasi program studi tertentu.

Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut :

Bidang keahlian

Program keahlian

1. Teknik bangunan

a. Teknik konstruksi bangunan

b. Teknik perkayuan

2. Teknik elektro

a. Teknik audio video

b. Teknik listrik instalasi

3. Teknik Mesin

a. Teknik mesin perkakas

b. Teknik las

c. Teknik mekanik otomotif

Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan industri dilaksanakan mulai tahun 1994/1995 secara bertahap dari tingkat I dan dilaksanakan secara serempak di semua SMK baik negeri maupun swasta (Dikmenjur, 1993 : 7).

B. Standar Mutu dan Relevansi Tamatan SMK

Salah satu ciri yang membedakan antara pendidikan kejuruan dengan jenis pendidikan lainnya (umum) adalah bahwa pendidikan kejuruan berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi secara khusus tersebut dapat dijumpai pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 080/U/1993 yang antara lain mengemukakan bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah : (1) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, (2) menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi serta mampu mengembangkan diri.

Karena tujuan utama SMK adalah menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja, maka yang menjadi tolok ukur kualitas tamatan sekolah menengah kejuruan Karena tujuan utama SMK adalah menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja, maka yang menjadi tolok ukur kualitas tamatan sekolah menengah kejuruan

Konsep yang dicanangkan Depdikbud tentang Link and Match berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Konsep itu mengandung makna bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin spesifik bidang yang dipelajari maka lembaga pendidikan itu harus semakin tinggi pula derajat Link and Match-nya. SMK dipandang sebagai lembaga yang mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja.

Spesifikasi dari SMK menuntut lulusannya harus benar-benar sepadan dan cocok dengan kebutuhan tenaga kerja di pasaran. Mengacu pada konsep itu tamatan SMK dapat dikatakan memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan dunia kerja apabila : (1) masa tunggu tamatan sampai memperoleh pekerjaan yang relevan relatif singkat atau pendek, (2) para lulusannya bekerja sesuai dengan program atau bidang keahlian yang diberikan, (3) tingkat partisipasi lulusan di dunia pekerjaan tinggi atau prosentase lulusan yang terserap di dunia kerja tinggi. Pendidikan Menengah Kejuruan memiliki posisi sentral dalam rangka mewujudkan konsep Link and Match, karena memang tujuan penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan adalah menyiapkan tenaga terampil di tingkat menengah.

Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah menengah kejuruan, satu diantaranya adalah sebagian besar (hampir 50% dari jumlah SMK di Indonesia) fasilitasnya tidak memadai. Menghadapi hal seperti itu pemerintah berupaya mengadakan penyempurnaan melalui strategi pengembangan SMK dengan lebih menekankan pada program dalam Pelita VI. Dalam penjabaran konsep link and match berkaitan dengan tiga aspek yang lain, yaitu pemerataan, Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah menengah kejuruan, satu diantaranya adalah sebagian besar (hampir 50% dari jumlah SMK di Indonesia) fasilitasnya tidak memadai. Menghadapi hal seperti itu pemerintah berupaya mengadakan penyempurnaan melalui strategi pengembangan SMK dengan lebih menekankan pada program dalam Pelita VI. Dalam penjabaran konsep link and match berkaitan dengan tiga aspek yang lain, yaitu pemerataan,

Link berarti keterkaitan atau hubungan interaktif sedang match berarti kecocokan. Dengan begitu link and match merujuk pada suatu model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan sehingga hasilnya cocok baik dari segi jumlah, mutu, jenis, kualifikasi bahkan waktunya. Konsep link and match identik dengan konsep Demand-Supply. Dalam arti yang luas disatu pihak dunia pendidikan sebagai penghasil sumber daya manusia di lain pihak masyarakat dan dunia usaha sebagai pihak pengguna.

Link and match antara pendidikan dan pembangunan perlu mendapatkan tekanan karena kenyataannya pada setiap jenjang, jenis dan jalur pendidikan sekolah sesuai dengan fungsi dan tujuan institusionalnya terdapat dimensi tujuan yang mengandunng pesan keterkaitan dan kesesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia usaha. Untuk mewujudkan kebijakan link and match beserta strategi pokok operasionalnya diperlukan sosialisasi kepada lingkungan intern pendidikan dan masyarakat umumnya, yang meliputi penyamaan persepsi, pengembangan komitmen dan penyusunan rencana tindakan. Link and match adalah kebijakan dasar yang dipakai untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan dan dunia usaha (Repelita VI, 1994 : 15-17).

Pembangunan tidak saja memacu pertumbuhan sektor ekonomi, manun juga sektor pendidikan, meningkatnya kesempatan belajar pada berbagai level, akhirnya dibarengi peningkatan angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja dengan daya serap masyarakat tidak selalu berjalan simultan, akibatnya banyak angkatan kerja yang Pembangunan tidak saja memacu pertumbuhan sektor ekonomi, manun juga sektor pendidikan, meningkatnya kesempatan belajar pada berbagai level, akhirnya dibarengi peningkatan angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja dengan daya serap masyarakat tidak selalu berjalan simultan, akibatnya banyak angkatan kerja yang

Pendidikan sistem ganda berupaya memadukan lembaga pendidikan dengan dunia usaha-industri sehingga diharapkan terwujud keterkaitan, kesepadanan dan saling mengisi kekurangan-masing-masing. Pendidikan sistem ganda merupakan suatu bentuk penyelengggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu. Lebih lanjut tujuan penyelenggaraan pendidikan sistem ganda adalah :

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

b. Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja.

c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional.

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Program pendidikan sistem ganda harus mengacu pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapagan kerja. Standar profesi yang dimaksud harus mengandung kejelasan tentang ukuran kemampuan dan sekaligus mewujudkan kewenangan untuk melaksanakan tugas tertentu. Untuk mencapai standar profesi tersebut diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan dengan ukuran isi, waktu dan metode tertentu.

Khusus untuk pelaksanaan sistem ganda di SMK, materi atau isi pendidikan dan pelatihan meliputi lima lomponen pokok, yaitu : Khusus untuk pelaksanaan sistem ganda di SMK, materi atau isi pendidikan dan pelatihan meliputi lima lomponen pokok, yaitu :

b. Komponen dasar penunjang (adaptif) yaitu memberi bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan untuk mengikuti perkembangan IPTEK.

c. Komponen teori kejuruan ditujukan untuk membekali pengetahuan tentang teknis dasar keahlian kejuruan.

d. Komponen praktik dasar profesi, yaitu berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara baik dan benar sesuai tuntutan persyaratan keahlian profesi.

e. Komponen praktik keahlian profesi yang berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional.

Menyimak tentang strategi dan metode pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK perlu dipertimbangkan hal-hal berikut :

a. Program pendidikan sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan merupakan program bersama antara sekolah dengan dukungan dunia usaha, sehungga segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan program itu harus dibicarakan dan disepakati bersama.

b. Komponen pendidikan umum (normatif), komponen pendidikan penunjang (adaptif) dan komponen teori kejuruan sepenihnya dilaksanakan pada sekolah menengah kejuruan dan menjadi tanggungjawab sekolah.

c. Komponen praktik dasar profesi dapat dilaksanakan di sekolah, di dunia usaha- industri atau pada keduanya.

d. Komponen praktik keahlian profesi dilaksanakan di industri/dunia usaha dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dunia industri/usaha yang bersangkutan.

e. Model penyelenggaraan dapat berupa sistem harian, sistem blok, sistem jam atau kombinasi ketiganya. Model yang dipilih tergangtung kesepakatan keduanya.

a. Mutu dan relevansi program SMK dapat ditingkatkan.

b. Dapat meringankan biaya penyelenggaraan dan pengembangan SMK.

c. SMK dapat mengikuti perkembangan mutakhir IPTEK dari dunia usaha-industri.

d. Meningkatkan wawasan dan kemampuan guru.

e. Membantu mempercepat transisi peserta didik SMK dari dunia teoretik ke dunia praktik.

f. Pendidikan sistem ganda dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan SMK.

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam menopang kebutuhan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik guna menunjang perkembangan di berbagai sektor, termasuk didalamnya sektor dunia usaha. Pendidikan tidak saja berfungsi sebagai sarana, manun lebih merupakan sasaran strategis guna mencerdaskan kehidupan bangsa dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Kerjasama antara ketiganya sesuai porsi dan peran yang dimainkan.

Masyarakat dalam hal ini lembaga pengguna tenaga kerja disamping sebagai penyelengggara pendidikan formal, bisa ber[peran sebagai penyelenggara pendidikan yang bersifat terapan, misalnya dalam bentuk pelatihan atau pemagangan. Model itu dimaksudkan agar terjadi interaksi positif antara lembaga pengguna tenaga kerja dengan lembaga pendidikan sehingga ketimpangan keduanya dapat teratasi. Kaufman mengemukakan bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Lembaga pendidikan hendaknya tidak menutup diri, melainkan harus selalu mengadakan kontak hubungan dengan dunia luar. Kaufman menyebut bahwa partner pendidika terdiri dari para guru, para siswa dan masyarakat. (Dalam Made Pidarta, 1988 : 193).

dengan masyarakat. Lembaga pendidikan merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang pengembangan putera-puteri mereka, karena hampir tidak mungkin ada orang tua yang mampu membina sendiri putera-puteri mereka agar tumbuh dan berkembang secara total, integratif dan optimal seperti yang dicita- citakan masyarakat dan bangsa, sehingga tepat jika lembaga pendidikan mengambil alih fungsi itu. Lembaga pendidikanmemberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat.

Aspirasi, kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat selalu berubah sesuai dengan pengaruh masyarakat yang lebih luas. Perubahan masyarakat mengharuskan perubahan pada lembaga pendidikan. Dengan pendekatan situasional, perubahan- perubahan dalam lingkungan masyarakat, memungkinkan lembaga pendidikan tegak berdiri. Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja. Informasi itu perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra positif tentang pendidikan dikalangan mereka. Pada negara maju terutama yang menganut sistem desentralisasi, sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat.

Masyarakat begitu meyakini bahwa pendidikan adalah modal utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka. Kesadaran mereka sebagai pemilik dan penanggungjawab pendidikan cukup tinggi. partisipasi mereka cukup besar baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pelaksanaan kontrol pendidikan (Walsh, 1973 : 108). Stoop (1981 : 213) mengemukakan bahwa kerjasama itu mengisyaratkan adanya informasi kontinyu diantara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Informasi itu hendaknya berlaku dua arah, yaitu dari lembaga pendidikan kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada lembaga pendidikan.

Organisasi sekolah merupakan sistem terbuka yang berarti bahwa lembaga pendidikan hendaknya selalu mengadakan kontak hubungan dengan lingkungan.

Dengan sistem yang terbuka memungkinkan upaya kontinyu untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy (Immegart, 1972 : 87). Sebagai organisasi terbuka, sekolah hendaknya selalu mengadakan kerjasama dengan masyarakat. Lembaga pendidikan menyediakan diri sebagai agen pembaharu bagi masyarakat. Banyak hal baru bermanfaat bagi masyarakat bersumber dari lembaga pendidikan. Stoop (1981 :

16) menyebutkan fungsi itu sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin. Dikatakan fungsi layanan karena lembaga pendidikan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dikatakan fungsi pemimpin karena lembaga pendidikan memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-penemuan untuk memajukan kehidupan masyarakat.

Tenaga kerja lulusan lembaga pendidikan diharapkan memiliki konsep dan kompetensi keterampilan tertentu yang diharapkan mampu mengisi lapangan pekerjaan. Namun kenyataannya sering terjadi ketimpangan antara pengetahuan dan keterampilan yang diberikan di lembaga pendidikan dengan yang ada di dunia kerja. Untuk mengatasi ketimpangan itu diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia perusahaan. Pemahaman konsep dan keterampilan yang memadai lebih mudah diwujudkan apabila dunia kerja siap membantu lembaga pendidikan. Semakin banyak dunia kerja yang siap membantu lembaga pendidikan, makin banyak lulusan yang diharapkan siap pakai dan mampu mandiri.

Kegiatan proses belajar mengajar bisa berbentuk mencari bahan pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek di masyarakat, tanya jawab dengan anggota masyarakat, magang atau melakukan penelitian. Agar kerja sama itu menghasilkan respon yang positif, berjalan efektif. Stoop (1981 : 76) mengusulkan hendaknya bentuk kerjasama itu bersifat jujur, mulia, mencakup semua hal yang diperlukan, komprehensif, sensitif dan dapat dipahami oleh mereka.

Amidjaja (1991 : 13) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan re- orientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan re-orientasi kebijaksanaan Amidjaja (1991 : 13) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan re- orientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan re-orientasi kebijaksanaan