Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Hasil Penelitian Terdahulu Pramono dan Syafitri 2004 dalam penelitiannya mengenai “Analisis Profitabilitas Bank Di Indonesia” obyek dari penelitiannya adalah bank yang go public di Indonesia mulai tahun 1995-2003. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pangsa pasar dana pihak ketiga, rasio biaya operasional, Capital Adequacy Ratio, Loans to Deposit Ratio dan klasifikasi bank, secara statistik mampu menjelaskan variasi profitabilitas bank yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dari lima variabel yang dianalisis terdapat empat variabel yang mempengaruhi profitabilitas bank yang go public di Bursa Efek Jakarta yaitu pangsa pasar, rasio biaya operasional , Capital Adequacy Ratio, Loans to Deposit Ratio. Pada penelitian ini, variabel klasifikasi bank tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dari kelima variabel tersebut, Capital Adequacy Ratio mempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas bank. Penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu memiliki persamaan dalam obyek penelitian maupun variabel yang diteliti. Perbedaannya terdapat pada tahun atau periode penelitian yang dilakukan.

B. Tinjauan Teori

1. Lembaga perbankan Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk menyalurkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa bank merupakan suatu lembaga perantara bagi pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Bank menerima simpanan dana dari pihak- pihak yang memiliki kelebihan dana misalnya dalam bentuk tabungan atau deposito dan menyalurkannya kepada pihak yang memerlukan dana dalam bentuk pinjaman. Pihak yang memiliki dana akan menerima tingkat pengembalian tertentu dari bank sebagai imbalannya yang dikenal dengan bunga interest. Di pihak lain, yang menggunakan dana dari pihak bank harus membayar bunga kepada bank, sehingga bank akan memperoleh keuntungan dari selisih hasil bunga yang diterima dari kredit yang diberikan dengan bunga yang dibayarkan kepada para deposan atau penabung. Dengan adanya suntikan dana dalam bentuk kredit, maka sektor yang mengalami defisit dapat mengadakan investasi baru atau untuk membiayai modal kerjanya, dengan demikian kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga taraf kehidupan masyarakatpun juga akan dapat ditingkatkan. a. Sumber dana bank Menurut Siamat 2001:84, dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan dapat diambil kembali, baik sekaligus maupun berangsur-angsur. Menurut Santoso 1996, dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut: 1 Dana sendiri dana pihak kesatu adalah dana modal sendiri yang berasal dari pemegang saham bank atau pemilik bank. Dana sendiri terdiri dari modal disetor, cadangan-cadangan, dan laba ditahan. 2 Dana pinjaman dari pihak luar bank dana pihak kedua yang berasal dari pihak yang memberikan pinjaman kepada bank, yang terdiri dari pinjaman bank lain didalam negeri, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan diluar negeri, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, dari pinjaman dari bank sentral. 3 Dana masyarakat dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank. Yang terdiri dari giro demand deposit, deposito time Deposit, dan tabungan saving. 2. Penilaian kinerja keuangan bank Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya sehingga akan diperoleh rasio-rasio keuangan yang akan memperlihatkan posisi dan kondisi keuangan suatu bank pada periode tertentu. Laporan keuangan prestasi historis dari suatu perusahaan bersama dengan analisis bisnis dan ekonomis yang memberikan dasar untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan Westo Copeland, 1990. 3. Profitabilitas Profitabilitas berasal dari kata profit dan ability. Dalam konteks bisnis, profit berarti pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan yang diterima dari suatu kegiatan bisnis setelah dikurangi biaya-biaya yang relevan. Sedangkan ability berarti kemampuan perusahaan untuk melakukan sesuatu. Jadi yang dimaksud dengan profitabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. Tujuan fundamental bisnis perbankan adalah untuk memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Bagi pemilik saham, penanaman modal pada bank bertujuan untuk memperoleh penghasilan berupa deviden atau meningkatkan harga pasar saham yang dimilikinya. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagi deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan baik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Menurut Caves 1992, kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan: a. Rata-rata tingkat bunga pinjaman b. Rata-rata tingkat bunga simpanan c. Profitabilitas perbankan Gilbert 1994, dalam surveynya terhadap beberapa penelitian mengambil kesimpulan bahwa tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah. Apabila tingkat bunga pinjaman yang digunakan sebagai ukuran kinerja, kemungkinan ukuran tersebut akan bias, karena rata-rata tingkat bunga pinjaman akan tergantung pada portofolio pinjaman bank. Begitu juga dengan rata-rata tingkat bunga simpanan tergantung pada distribusi jatuh temponya bermacam-macam simpanan. Dalam analisis tentang profitabilitas bank, rasio Return On Asset ROA merupakan hal yang paling efektif sebagai dasar analisis untuk mengetahui kinerja suatu perbankan di dalam pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimilikinya aset untuk menghasilkan profit yang maksimum. Dalam dunia perbankan, tingkat besar kecilnya ROA dapat dipengaruhi beberapa variabel pembentuknya. Variabel-variabel tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri di dalam mempengaruhi kinerja suatu bank ROA. Dengan memadukan kesemua variabel tersebut, maka akan dapat diketahui pengaruh terbesar atau dominasi atas suatu variabel terhadap profitabilitas bank. 4. Variabel yang mempengaruhi profitabilitas Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa besar kecilnya rasio Return On Asset ROA di pengaruhi oleh beberapa variabel termasuk beberapa variabel yang di analisis dalam penelitian ini yaitu: pangsa pasar dana pihak ketiga, kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, dan klasifikasi bank. Variabel-variabel yang mempengaruhi profitabilitas bank antara lain : 1. Pangsa Pasar dan Dana Pihak Ketiga Yang Dihimpun Oleh Bank. Dana masyarakat merupakan sumber dana terbesar bagi bank. Hal itu dikaitkan dengan peranan bank sebagai perantara masyarakat dan agen masyarakat. Dana yang berasal dari simpanan masyarakat dana pihak ketiga dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito adalah sumber pembiayaan kredit terbesar bagi bank. Meraih atau membangun pangsa pasar merupakan strategi ofensif yang ditujukan untuk memperbaiki posisi pasar dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa sekalipun strategi ini beresiko dan berbiaya tinggi, namun bila diterapkan pada situasi yang tepat akan memberikan hasil yang optimal. Pangsa diukur dari dan pihak ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank dibagi dengan dana pihak ketiga total bank. Rasio ini mencerminkan posisi perusahaan dalam persaingan pasar. Van Horne 1992 mengemukakan bahwa pangsa pasar yang luas akan mempersempit peluang pasar bagi pesaing dan pendatang baru yang ingin memasuki industri. Jadi semakin tinggi rasio ini, cenderung semakin menguntungkan bagi perusahaan. Menurut Sinungan 1997, semakin meningkat pangsa pasar dana pihak ketiga, semakin meningkat kredit yang diberikan. Meningkatnya kapasitas kredit menyebabkan perolehan pendapatan bunga meningkat sehingga laba yang diperoleh bank juga meningkat. 2. Kecukupan Modal Capital Adequacy Rasio CAR. Jumlah modal suatu bank memegang peranan penting. Modal bank tidak hanya berperan sebagai dana yang siap dioperasikan tetapi juga merupakan faktor yang kritis dalam mempertimbangkan hubungan antara risiko-hasil return-risk trade off. Disamping itu, modal bank juga berperan dalam menentukan pertumbuhan kegiatan usaha suatu bank. Bank tidak dapat tumbuh tanpa dukungan modal minimal yang telah ditetapkan. Kenaikan aktiva harus didukung oleh kenaikan modal agar bank tersebut memberikan hasil yang optimal bagi pemiliknya dan dipercaya oleh nasabahnya. Menurut Dendawijaya 2001, Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. Menurut Mulyono 1999, CAR digunakan untuk menunjukkan kemampuan permodalan bank untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi surat-surat berharga. Capital Adequacy atau kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian, sehingga semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya, sehingga kenaikan rasio CAR akan diikuti oleh pemenuhan laba yang lebih baik pula karena dengan naiknya CAR membuat bank lebih leluasa dalam mengembangkan usahanya dan lebih baik dalam menampung kemungkinan adanya risiko kerugian Susilo, 2000. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlement. 3. Efisiensi. Efisiensi merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan tersebut. Efisiensi merupakan suatu ukuran yang membandingkan nilai output dari suatu proses dengan nilai inputnya. Proses dalam suatu sistem dikatakan efisien bilamana nilai outputnya melebihi nilai inputnya, sehingga sumber daya dalam suatu system akan terjaga kelangsungan operasionalnya Menipaz, 1984. Jika semakin tidak efisien suatu bank dalam mengelola usahanya yang ditandai dengan meningkatnya BOPO, maka akan semakin kecil pula kemungkinan bank untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal sehingga akan memperkecil rasio profitabilitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi BOPO mengindikasikan bahwa biaya operasionalnya semakin tinggi, dan semakin tinggi biaya operasionalnya maka akan semakin rendah tingkat labanya Mulyono, 1999. 4. Likuiditas Suatu bank dikatakan likuid jika bank dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Tingkat likuiditas bank dapat dilihat dari rasio LDR Loan to Deposit Ratio. LDR merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank Dendawijaya, 2001. Dengan kata lain, LDR digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar sementara bunga dari pinjaman yang telah diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian Susilo, 2000. Oleh karenanya Bank Indonesia telah menetapkan standar untuk LDR yaitu berkisar antara 85 sampai dengan 100. Dengan demikian jika bank mempunyai LDR terlalu rendah atau terlalu tinggi maka bank akan sulit untuk meningkatkan labanya. 5. Klasifikasi Bank. Berdasarkan kepemilikan modalnya, bank-bank di Indonesia dibagi empat yaitu : a. Bank pemerintah, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah atau Negara. contohnya: BRI, BNI 46, Bank Mandiri, dan lain-lain yang mana sekarang telah dikelola secara swasta. b. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swasta. Contohnya: BII, BCA, Lippo Bank, Bank Danamon, dan lain-lain. Bank swasta nasional ini dibagi lagi menjadi dua yaitu: 1 Bank Devisa, yaitu bank yang dapat mengadakan transaksi seperti ekspor-impor, jual beli valuta asing, dan lain-lain. 2 Bank Non-Devisa, yaitu bank yang tidak dapat mengadakan transaksi internasional. c. Bank Asing yaitu bank yang sahamnya dimiliki pihak asing. Untuk ini mereka hanya membuka cabang di Indonesia dan kantor pusat berada diluar negeri. Contoh: Citibank, Chase Manhatan, dan lain- lain. d. Bank Campuran yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sebagian lagi dimiliki oleh pihak asing. Contoh: Fuji Internasional Bank Bank Internasional Indonesia dengan F uji Bank Jepang.

C. Kerangka Konseptual