MAKNA KATA
C. MAKNA KATA
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering disebut juga makna konseptual. Misalnya kata makan, bermakna memasukkan ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti itu adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif tidak tetap, berbeda dari zaman ke zaman. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (donotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah makna denotatif atau konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misalnya :
Rumah
gedung, wisma, graha
Penonton
pemirsa, pemerhati
Dibuat
dirakit, disulap
Sesuai
harmonis
Makna denotatif ialah arti harfiah kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Contoh :
Dia adalah wanita cantik (denotatif) Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Dipihak lain kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini. Contoh :
Sejak dua tahu yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting subuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata hiasan. Kata membanting tualang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua benyuk idiom atau ungkapan dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata ungkapan adalah sebagai berikut :
Keras kepala Panjang tangan Sakit hati
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit atau khusus. Misalnya bunga termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah mawar, melati, anggrek.
3. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Contoh: Kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang bermakna “sebuah buku,” menjadi meja-meja yang bermakna “ banyak meja.”
4. Makna Peribahasa
Makna pribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dl peribahasa.
5. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kataataupun kalimat yang tidak mengandung arti yang sebenarnya. Contoh: raja siang, bermakna matahari.
6. Kata Konkret dan Kata Abstrak
Kata konkret adalah kata yang dapat diserap oleh panca indra. Misalnya meja, air, dan suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang sulit diserap oleh panca indra. Misalnya kemerdekaan, kebebasan.
Bab 6 Diksi
7. Majas atau Gaya Bahasa
Dalam karangan, kadang-kadang perlu digunakan kata-kata berbentuk ungkapan agar lebih hidup dan terlihat konkret. Makna yang dikandung oleh ungkapan-ungkapan itu disebut majasi. Makna majasi diperoleh bila sebuah makna denotasi kata dipakai untuk menyatakaan makna denotasi yang lain. Kata-kata yang mengandung majasi disebut majas. Beberapa majas atau gaya bahasa yang perlu diketahui :
a. Majas Persamaan atau Simile Majas persamaan yaitu, persamaan dua hal. Kedua hal itu dapat disela oleh kata seperti, ibarat dan bagai. Contohnya : Ia manis bagai putri dari kayangan
b. Majas Perumpamaan Hampir sama dengan simile, tetapi persamaan tidak mempunyai unsur disamakan. Contohnya : Bagai air di daun talas
c. Majas Metafora Metafora adalah majas yang mengimplisitkan persamaan. Metafora menyatakan secara langsung dua benda yang sama. Kalau simile mengungkapkan : Gadis itu seperti bunga melati, metafora mengungkapkan dengan cara lain, yaitu : Aku bertemu dengan bunga melaati kampung kami.
Contohnya : Ia sampah masyarakat
d. Majas Metonimi Metonimi adalah majas yang beriontasi pada bagian kecil suatu benda. Melati adalah metonimi dari bunga. Untuk menyebutkan sesuatu, cukup disebutkan bagian metoniminya saja agar makna kalimat itu lebih jelas.
Contohnya : Ia datang dengan Corolla.
e. Majas Personifikasi Majas ini adalah majas pemanusiaan alam. Alam dianggap manusia, dapat berbicara, bertindak, dan bergerak. Contohnya : pembangunan kini membelah desa dan kota.
f. Majas Litotes
Litotes adalah majas yang merendahkan diri secara berlebih-lebihan. Contohnya : Engkau menganggap ceritaku hanya angin lalu.
g. Majas Hiperbola Hiperboal adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dengan cara meninggikan hal-
hal yang tidak semestinya. Contohnya : harga-harga sekarang mencekik leher
h. Klimaks Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik.
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
i. Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
j. Antithesis
Adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang pertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
k. Repetisi Adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
l. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan ntuk uk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
m. Sinekdoke Adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratip, yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).
n. Eufimisme Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan menghina ataupun menyinggung perasaan. Anak Anda memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya. (=bodoh)
o. Sarkasme Sindiran langsung dan kasar.kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
p. Pleonasme Disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan yang jika dihilangkan, artinya tetap utuh. Contohnya : Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Ungkapan di atas
adalah pleonasme karena semua kata tersebut memiliki makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan telinga saya,