KALIMAT EFEKTIF

D. KALIMAT EFEKTIF

1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat yang baik dan benar dapat memudahkan orang lain untuk memahaminya. Kalimat yang baik haruslah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa, pilihan kata (diksi), penalaran dan keserasian. 11 Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi dan pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar apa yang dibicarakan. 12

Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis kepada pembacanya. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara

tepat pula. 13 Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, dan enak dibaca. 14 Dari keseluruhan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa ketepatan informasi sebagai syarat mutlak sebuah kalimat efektif. Agar pembaca tertarik pada apa yang disampaikan, maka sebuah kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang dapat menyampaikan gagasan atau pikiran secara tepat. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan apa yang diterima itu mungkin bersifat ide, gagasan, pesan, pengertian, atau informasi. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna.

Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif yaitu apabila kita akan membuat kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dan kalimat tersebut mudah dipahami oleh orang lain.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Agar kalimat yang ditulis dapat memberikan informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal terkait ciri-ciri kalimat

11 Soedjito, Kalimat Efektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 1-2. 12 Gorys Keraf, Komposisi, (Ende Flores: Nusa Indah, 1994), hlm. 35. 13 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Buku Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), hlm. 91.

14 Asih Anggarani, dkk., Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

efektif. Ida Bagus Putrayasa menuliskan bahwa kalimat efektif mempunyai empat sifat/ciri, yaitu kesatuan, kehematan, penekanan, dan kevariasian. 15

Sebuah kalimat, baik kalimat inti maupun kalimat luas, agar tetap berkedudukan sebagai kalimat efektif, haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran. Kesatuan tersebut bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-subjek, objek-objek, dan predikat keterangan. Selain itu kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga tidak ada kata yang mubajir atau tidak terpakai sehingga dapat disingkirkan.

Penekanan atau penegasan juga salah satu ciri kalimat efektif. Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih

mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca. 16 Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar, sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Oleh sebab itu, dalam membuat kalimat yang efektif harus memperhatikan kevariasian.

Pendapat yang hampir sama dengan pendapat di atas adalah yang dikemukakan oleh R. Kunjana Rahardi yang menuliskan ciri-ciri kalimat efektif yaitu adanya kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata. 17 Prinsip kesepadanan struktur itu di antaranya terlihat dari 1) adanya kejelasan subjek, 2) tidak adanya subjek ganda, 3) tidak adanya kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi

antarkalimat, dan 4) adanya kejelasan predikat kalimat. 18 Kejelasan subjek dapat dijamin dari tidak ditempatkannya preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat. keparalelan bentuk, ketegasan makna, dan kehematan kata.

Ciri kalimat efektif yang kedua adalah keparalelan bentuk. Adapun yang dimaksud dengan keparalelan bentuk itu adalah kesejajaran atau kesamaan bentuk atau jenis kata yang digunakan di dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama dalam konstruksi beruntun menggunakan verba, maka bentuk yang kedua dan ketiga juga harus menggunakan verba. Ciri yang ketiga adalah adanya ketegasan makna. Kalimat efektif harus mengemban makna yang tegas supaya menjadi jelas. Dapat dilihat dari fakta perulangan bentuk kebahasaan yang dilakukan secara proporsional. Ciri yang keempat adalah kehematan kata. Kalimat efektif adalah kalimat yang hemat, kalimat yang tidak berbelit-belit, kalimat yang tidak rumit dan sulit untuk memahaminya.

Sementara menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai, sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. 19 Berikut penjelasan masing-masing ciri kalimat efektif.

15 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hlm. 54. 16 Ibid., hlm. 56. 17 R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 93-94. 18 Ibid., hlm. 93.

Bab 3 Kalimat

a. Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. 20 Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat, antara predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. 21 Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan berarti kalimat tersebut harus utuh dan mempunyai satu ide pokok. Jika kalimat itu utuh dan terdapat satu ide pokok, maka kalimat tersebut telah memenuhi ciri sebagai kalimat yang memiliki kesepadanan dan kesatuan gagasan.

Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:

1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Contoh:

a) Bagi semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Salah)

b) Semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Benar)

2) Tidak terdapat subjek yang ganda.

a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para guru.

b) Soal itu saya kurang jelas. Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.

a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para guru.

b) Soal itu bagi saya kurang jelas.

3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh:

a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Sedangkan dia membeli sepeda motor Honda.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.

a) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau

20 Ibid.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha, sedangkan dia membeli sepeda motor Honda. Atau Kakaknya membeli sepeda motor yamaha. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Honda.

4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:

a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting. Perbaikannya adalah sebagai berikut.

a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

b. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. 22 Keparalelan atau kesejajaran bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan tersebut harus jelas dan logis. Kesejajaran membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan

bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama. 23 Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi, tetapi sekadar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Contoh:

a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat

terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.

22 Arifin dan Amran Tasai, op. cit., hlm. 99.

Bab 3 Kalimat

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

c. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. 24 Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. 25 Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.

2) Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim.

Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim.

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh: Saya suka akan budi pekerti mereka, saya suka akan sikap mereka.

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh: Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

24 Arifin dan Amran Tasai, op. cit., hlm. 100.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

d. Kehematan

Kehematan di sini bahwa tidak selalu yang hemat kata-kata, yang pendek bentuknya, pasti bersifat efektif. Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. 26 Kalimat efektif harus memperhatikan kehematan kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang mubazir atau tidak terpakai. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Contoh: Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

Seharusnya: Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Pelangi Renata Kanaratih Jaya yang berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi lampu neon.

Semua orang mengetahui bahwa Kamis adalah nama hari, jadi tidak perlu kita tulis hari. Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007 dan merah, kuning, dan hijau, lampu neon. Jadi, sebelum kata-kata tersebut, tidak perlu didahului kata tanggal, warna, dan lampu. Pada kamis, 25 Januari 2007, Direktur PT. Pelangi Renalz Kanartih Jaya, yang berbendera merah, kuning, dan hijau, meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi neon.

3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah. Kata hanya bersinonim dengan kata saja. Kata sejak bersinonim dengan kata dari.

Contoh:

a) Dia hanya membawa badannya saja.

b) Sejak dari pagi ia termenung. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

a) Dia hanya membawa badannya.

b) Sejak pagi ia termenung.

26 Arifin dan Amran Tasai, op. cit., hlm. 101.

Bab 3 Kalimat

4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

Bentuk Baku

Para tamu-tamu

Para tamu

Beberapa orang-orang Beberapa orang Para hadirin

Hadirin

e. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. 27 Kecermatan sangat diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-hatian, sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda. Contoh:

a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.

b) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kalimat b) salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi: Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

f. Kepaduan

Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. 28 Kepaduan (koherensi) adalah adanya hubungan yang padu (koheren) antarunsur kalimat. 29 Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat akan dikatakan padu apabila tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

Kalimat yang bertele-tele, biasanya sama sekali tidak dapat digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide yang tepat, padat, pendek, dan akurat. Misalnya, kalau dengan kata “rapat” saja cukup jelas, kenapa harus dibuat bentuk “menyelenggarakan rapat” atau “mengadakan rapat”. Demikian pula kalau dengan bentuk “menembak” saja cukup, kenapa harus diungkapkan dengan bentuk “melemparkan peluru”.

27 Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), hlm. 144. 28 Arifin dan Amran Tasai, op. cit., hlm. 103.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

g. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. 30 Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan logika. 31 Kelogisan kalimat berhubungan dengan penalaran. Kalimat yang logis itu berarti kalimat yang bernalar. Contoh:

a) Waktu dan tempat kami persilakan.

b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.

c) Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.

Kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Supaya menjadi kalimat yang logis, kalimat tersebut diperbaiki sebagai berikut.

a) Bapak Menteri kami persilakan.

b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

c) Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.

30 Arifin dan Amran Tasai, op. cit., hlm. 106.