Mengembangkan Industri Perikanan
Mengembangkan Industri Perikanan
Di beberapa negara, industri perikanan telah m am pu m enj adi penggerak perekonom ian nasional. Cina adalah salah sat unya. N egara ini m erupak an produsen ik an t erbesar di dunia. Sejak tahun 1 9 9 0 , produksi ikan di negara tersebut m enduduki peringkat pertam a di dunia, m encapai 3 0 % dari t ot al produk si ik an dunia.
FOKUS
penangkapan ikan, perlindungan lingkungan perikanan, serta Conservation and Management of Pollack Resources in the Central perlindungan hewan-hewan air lainnya).
Bering Sea. Tidak hanya itu, negara Cina juga terlibat dalam Guna mendukung pengembangan sektor kegiatan internasional lainnya seperti International Commission perikanan, negara Cina giat melakukan kegiatan penelitian for the Conservation of Atlantic Tunas (ICCAT) pada tahun dan pendidikan di sektor perikanan. Pada akhir abad ke- 1996, Indian Ocean Tunas Commission (IOCT), aktif
20, pendidikan dan teknik perikanan di negara Cina berparitisipasi dalam Multilateral High Level Conference berkembang menjadi suatu sistem yang mencakup penelitian, (MHLC) yang disebut juga dengan Forum Fisheries Agency pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Hal ini dilakukan (FFA). Negara Cina juga aktif berpartisipasi dengan dalam rangka memenuhi kebutuhan di berbagai tingkap organisasi internasional lainnya yang terkait dengan dan jenis lapangan pekerjaan. Sehubungan dengan hal perlindungan sumber daya perikanan seperti The International tersebut, terdapat lebih dari 210 institut yang terkait dengan Whaling Commission (IWC), The Comission of International Trade penelitian dan pengembangan di sektor perikanan. Setiap in Endangered Species (CITES). Sebagai anggota dari Asia- provinsi ataupun kota yang tersebar di negara tersebut Pasific Economic Cooperation (APEC) Kelompok Kerja memiliki insitut yang bergerak dalam penelitian perikanan. Perikanan dan North Pacific Marine Science Organizations Selain itu, khusus untuk penciptaan SDM yang unggul di (PICES), Cina berkontribusi dalam mempromosikan sektor perikanan, terdapat 29 universitas dan akademi, serta kerjasama antar anggota. Berkenaan dengan kerjasama lebih dari 3000 ekstension yang menangani pendidikan di bilateral di sektor perikanan, beberapa perusahaan perikanan sektor tersebut.
yang ada di negara Cina meningkatkan kuota tangkapan Selain pembangunan perikanan dari dalam negeri, mereka atau memperoleh ijin dari negara lain melalui skema Cina juga secara aktif berpartisipasi dengan kegiatan kerjasama nonpemerintah. Dalam rangka mempererat perikanan internasional. Dari tahun 1992, Cina telah kerjasama internasional dalam sektor perikanan, pemerintah melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat, Rusia, Jepang, negara Cina melakukan perjanjian kerjasama dengan Korea, dan Polandia mengenai isyu pembentukan Pollack beberapa negara. Negara Cina juga menandatangani lusinan Resource Conservation and Management Mechanism pada Central persetujuan kerjasama dengan negara-negara yang relevan, Bering Sea yang pada akhirnya dibentuk The Convention on seperti Jepang, Koera, Vietnam, Amerika Serikat, Rusia,
Papua New Guini, Yaman, dan lan-lain. Sumber : www.lib.noaa.gov/china
Bagaimana perbandingan posisi perikanan Cina dan Indonesia dalam perdagangan internasional ? Pada tahun 2003, Cina adalah pengekspor ikan terbesar di dunia dan Indonesia adalah negara pengekspor terbesar ke-12. Berikut adalah data dari www..fao.org
INTERNATIONAL TRADE IN FISHERY COMMODITIES BY PRINCIPAL IMPORTERS AND EXPORTERS (US$ 1000)
Japan 13.453.375 13.646.071 12.395.943 China 3.999.274 4.485.274 5.243.459 USA 10.289.325 10.065.328 11.655.429 Thailand 4.039.127 3.676.427 3.906.384 Spain 3.715.332 3.852.942 4.904.151 Norway 3.363.955 3.569.243 3.624.193 France 3.055.859 3.206.511 3.771.152 USA 3.316.056 3.260.168 3.398.939 Italy 2.716.373 2.906.007 3.558.950 Canada 2.797.933 3.044.403 3.300.313 Germany 2.349.088 2.419.534 2.635.070 Denmark 2.660.563 2.872.438 3.213.465 UK 2.236.944 2.327.559 2.507.661 Spain 1.844.257 1.889.541 2.226.523 China 1.787.242 2.197.793 2.388.590 Vietnam 1.781.785 2.030.320 2.207.579 Denmark 1.733.545 1.805.598 2.084.573 Netherlands 1.420.513 1.802.893 2.182.588 Korea Rep
Chile 1.939.295 1.869.123 2.134.382 China, Hongkong
1.353.123 1.699.660 Netherlands 1.231.085 1.333.131 1.700.622 Indonesia 1.533.061 1.490.854 1.550.953 Canada 1.371.517 1.353.553 1.425.811 Iceland 1.270.493 1.428.712 1.508.290 Belgium 1.000.296 1.064.229 1.387.203 Russian Fed
1.483.410 Portugal 934.922 947.483 1.101.140 France 1.018.843 1.088.572 1.326.402 Thailand 1.019.176 1.042.103 1.074.916 India 1.247.866 1.421.055 1.306.721 Sweden 731.570 804.437 1.046.993 China, Taiwan 1.809.358 1.612.223 1.298.564 Australia 516.620 553.783 639.040 Germany 1.035.359 1.156.911 1.276.759 Norway 653.927 631.485 560.394 Peru 1.213.112 1.066.654 1.031.335 Russian Fed
Korea Rep
EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005
BULETIN KAWASAN
FOKUS
Dilihat dari sisi lingkungan, Illegal Fishing mengancam potensi ketersediaan ikan, menyebabkan terjadinya penurunan stock ikan secara besar-besaran. Dan sisi kepentingan industri dan pengusahaan perikanan, Illegal Fishing menimbulkan iklim persaingan usaha dan Industri di bidang perikanan menjadi tidak sehat, citra perikanan nasional terpuruk dan kemungkinan Indonesia akan menghadapi ancaman embargo dari negara-negara pengimpor produk ikan asal Indonesia.
Permasalahan lain yang diakibatkan oleh IUU Fishing adalah terjadinya gap yang besar antara estimasi
Illegal,Unregulat ed,Unreport ed stock dengan potensi sebenarnya, mengingat
Fishing : pendekatan perhitungan stock ikan tersebut
berdasarkan tangkapan per unit (CPUE = Catch Per Ancaman Bagi Pembangunan Perikanan Unit of Effort) dari kapal yang berijin dan sebagian
tidak berijin. Selain itu bila IUU Fishing tidak dapat diatasi, maka sumberdaya perikanan Indonesia
Pem bangunan perikanan ke depan dinilai terancam mengalami kerusakan.
cerah k arena pot ensi dan prospek yang dim iliki bangsa I ndonesia. Salah sat u
Pola kegiatan IUU Fishing di Indonesia beragam,
ham bat an besar yang dihadapi
namun secara umum dapat dipilah menjadi empat
pem bangunan perikanan ( t angkap)
modus operandi. Modus pertama adalah adanya Kapal
adalah m asih banyak nya prak t ek I llegal, Unregulat ed, and Unreport ed fishing
Ikan Asing (KIA) yang melaksanakan kegiatan
( I UU Fishing) .
penangkapan di perairan Indonesia tanpa dilengkapi dokumen dan tidak pernah mendarat di pelabuhan perikanan Indonesia. Golongan ini jumlahnya cukup
UU Fishing dapat dikategorikan dalam tiga besar, berdasarkan perkiraan FAO ada sekitar 1 juta kelompok, yaitu : (1) Illegal fishing, adalah kegiatan ton per tahun dengan jumlah kapal sekitar 3000 kapal. penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah Kapal-kapal tersebut berasal dari Thailand, RRC,
atau ZEE suatu negara, tidak memiliki ijin dari negara I Filipina, Taiwan, Korsel dll. Modus kedua adalah
pantai, (2) Unregulated fishing , adalah kegiatan adanya kapal ikan berbendera Indonesia eks KIA yang penangkapan di perairan wilayah atau ZEE suatu dokumennya aspal (asli tapi palsu) atau tidak ada negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di dokumen ijin. Modus ketiga adalah adanya Kapal Ikan negara tersebut, dan (3) Unreported fishing, adalah Indonesia (KII) dengan dokumen aspal (pejabat yang kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau mengeluarkan bukan yang berwenang, atau dokumen ZEE suatu negara yang tidak dilaporkan baik palsu). Sedangkan modus keempat adalah adanya KII operasionalnya maupun data kapal dan hasil yang tidak memiliki dokumen resmi sama sekali yang tangkapannya.
berarti menangkap ikan tanpa ijin. Praktek IUU Fishing telah menjadi sorotan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berbagai negara di dunia terutama di berbagai forum terjadinya IUU Fishing. Terjadinya over fishing di negara- seperti FAO, CCSB (The Comission on Conseravtion negara tetang ga ditengarai menjadi salah satu of Sothern Bluefin Tuna), IOTC (Indian Ocean Tuna penyebab terjadinya praktek IUU Fishing karena Comission) dll. Indonesia sangat dirugikan dari adanya banyak nelayan asing yang kemudian mencari daerah kegiatan IUU Fishing ini. Praktek IUU Fishing saat ini tangkapan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan diperkirakan merugikan Indonesia sebesar 1.3 –4 produksi dan pemasaran. Masuknya nelayan-nelayan Milyar USD per tahun. Khusus praktek perikanan ilegal asing terutama ke wilayah Indonesia dipicu oleh masih (illegal fishing) saat ini telah merugikan negara sebesar sedikitnya nelayan-nelayan Indonesia yang 1,9 milyar USD (DKP, 2005). mengeksploitasi potensi perikanan terutama di ZEE
padahal potensinya masih sangat menjanjikan. Nelayan Indonesia pada umumnya masih
EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005
BULETIN KAWASAN
FOKUS
menggunakan kapal ikan tradisional dengan daya jelajah dan kapasitas terbatas. Selain itu industri kapal di Indonesia masih tergolong mahal termasuk sarana
Langkah Strategis
dan prasarananya sehingga nelayan Indonesia tidak
PEMBERANTASAN
mampu memiliki kapal yang efektif dan efisien. Demikian pula dengan kemampuan nelayan yang masih
IIU FISHING
rendah terutama dalam hal teknologi penangkapan. Selain kelemahan dari aspek teknis dan teknologis, lemahnya sistem penegakan hukum di laut
ntuk memberantas praktek IUU fishing, pemerintah merupakan penyebab utama terjadinya IUU Fishing
melalui Departemen Kelautan dan Perikanan ini. Dari aspek legal, banyak peraturan dan kebijakan
(DKP) telah menetapkan beberapa langkah strategis dalam pengaturan usaha perikanan yang masih belum
antara lain :
kondusif dan menghasilkan kontrol yang efektif sehingga banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum
1. Penerapan ekonomi global dengan mendorong tertentu untuk melakukan praktek IUU Fishing. Dari
peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan aspek sarana prasarana keamanan, kemampuan aparat
mengurangi kapal perikanan asing secara bertahap hukum Indonesia saat ini masih sangat minim jika
2. Menetapkan NPOA (National Plan Of Action) IUU dibandingkan dengan luas wilayah laut maupun Fishing sebagai rancangan aksi yang menjadi kekuatan yang ada. Permasalahan dalam sistem
kesepakatan bersama
penagakan hukum juga terjadi akibat lemahnya mentalitas oknum aparat penegak hukum dan pemberi
3. Mewujudkan kesepahaman dalam gerak dan ijin Hal-hal ini menyebabkan para pelanggar hukum
langkah penangahan penanggulangan illegal fishing bebas dalam melaksanakan kegiatan IUU.
yang dimulai dengan goodwill dan political will Penanggulangan IUU Fishing saat ini masih
dalam penegakan hukum
menghadapi kendala-kendala dan seringkali mengalami ketidakberhasilan. Global review
4. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana menyebutkan bahwa ketidakberhasilan dalam
pengawasan secara bertahap sesuai dengan prioritas penanggulangan kegiatan IUU Fishing memiliki
dan kemampuan
beberapa penyebab. Terutama di negara-negara berkembang, pemberantasan IUU Fishing terkendala
5. Menempatkan armada-armada kapal pengawas oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang ahli dan
pada daerah rawan pelanggaran dengan prioritas dukungan teknis serta sumber keuangan yang memadai
daerah perbatasan dengan negara lain untuk menanggulangi praktek IUU Fishing. Selain itu penanggulangan IUU Fishing seringkali tidak efektif
6. Membangun, memberdayakan dan meningkatkan jika hanya dilakukan oleh satu negara. Diperlukan
kapasitas kelembagaan pengawasan program khusus untuk pelatihan dan bentuk nyata dari
7. bantuan teknis dan keuangan secara bilateral, regional Meningkatkan operasi pengawasan secara mandin dan global. IUU Fishing juga terjadi karena kurangnya dan kerja sama operasi
8. Meningkatkan penaatan dan penegakan hukum menggunakan bendera dari negara di mana praktek
kontrol yang efektif terhadap kapal ikan yang
melalui koordinasi dan kerjasama dengan aparat IUU Fishing dilakukan. Hal ini tidak akan berhasil bila
penegak hukum terkait
tidak melakukan koordinasi dalam pelaksanaan Monitoring , Controlling , Surveillance (MCS) secara
9. Menyiapkan dukungan peraturan perundangan konsisten.
sebagai penjabaran UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang menjadi landasan operasional pengamanan.
Sumber : 1. www.dkp.go.id. Info aktual - Langkah Strategis Penanggulangan
IUU Fishing, 31 Mei 2005 2. Aji Sularso, Permasalahan IUU Fishing, PPS IPB, November 2002
16
EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005
BULETIN KAWASAN
EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005
BULETIN KAWASAN
17