Pengembangan Kawasan Perikanan untuk

M e m ba ngun Ekonom i Da e r M e m ba ngun Ek M e m ba ngun Ek M e m ba ngun Ek M e m ba ngun Ek onom i Da e r onom i Da e ra h onom i Da e r onom i Da e r ah ah ah ah

di beberapa negara memiliki kontibusi yang cukup dominan P paradigma pembangunan yang

erikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor

pembangunan perikanan dan

penting bagi perekonomian negara-negara di

kelautan tidak memperoleh

berbagai belahan dunia. Sektor perikanan dan kelautan

perhatian yang cukup akibat

terhadap PDB nasional. Sebagai contoh, kontribusi sektor

berorientasi agraris semata.

perikanan dan kelautan terhadap perekonomian Jepang yang

Namun sejak terjadinya

memiliki pantai sepanjang 34.386 km adalah sebesar $ 21,4

pergantian rezim pemerintahan

trilyun atau 54 persen dari total PDB nasional. Adapun RRC

semakin disadari bahwa aset

yang memiliki pantai sepanjang 32.000 km, sektor perikanan

dan sumber daya pesisir

dan kelautannya mampu menyumbangkan $ 17,353 Trilyun

memiliki peluang yang terlalu

atau 48,40 persen dari total PDB nasional.

besar untuk disia-siakan. Sejak tahun 1999, sektor maritim

Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Indonesia yang

mulai dimasukkan ke dalam

memiliki pantai sepanjang 81.000 km atau sekitar 2,5 kali

GBHN dan secara

panjang pantai RRC dan Jepang, pada tahun 1998 sektor

kelembagaan saat ini telah

perikanan dan kelautannya ternyata hanya terbentuk departemen khusus yang menangani mampu menyumbangkan sekitar $ 28 Miliar

pembangunan kelautan dan perikanan. atau hanya 20,06 persen dari total PDB

nasional (PKPSL, 2000). Hal ini tentu sangat Pembaca yang budiman, Buletin Kawasan kali ironis sebab Indonesia memiliki keunggulan

ini akan mengulas pengembangan kawasan komparatif yang sangat besar dan beragam

berbasis usaha perikanan, baik potensi, peluang di sektor ini dan berpeluang merebut

pengembangan,tantangan dan permasalahan, keunggulan kompetitif dan bersaing dengan

serta strategi pengembangannya di berbagai negara lain. Porter (1998) menyatakan bahwa

aspek. Dalam opini akan diangkat strategi keunggulan kompetitif sejati suatu bangsa

pengembangan kawasan berbasis perikanan adalah keunggulan yang dibangun atas dasar

tangkap dan budidaya. Untuk memperkaya, keunggulan komparatif yang dimiliki bangsa

disajikan pengalaman pengembangan perikanan

tersebut, dengan menerapkan

di daerah dan negara lain, serta wawancara

IPTEK mutakhir dan

dengan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS mantan Menteri

manajemen profesional pada

Kelautan dan Perikanan RI.

seluruh mata rantai sistem

Edisi ini juga merupakan edisi yang cukup istimewa, karena

usahanya yaitu produksi,

seiring dengan terjadinya perubahan struktural di tubuh

penanganan dan pengolahan

Bappenas, Buletin Kawasan mulai nomor ini akan diterbitkan

hasil, distribusi, dan pemasaran.

oleh Direktorat Kewilayahan II yang tidak lain merupakan Paradigma pembangunan “nama baru” dari Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus

kawasan berbasis perikanan dan Tertinggal. Meski demikian, Buletin Kawasan tetap akan dan kelautan di Indonesia terbit secara berkala untuk menghadirkan isu-isu aktual m

g pengembangan kawasan bagi para pembaca.

baru memperoleh momentum emasnya beberapa tahun terakhir

Selamat membaca.

ini. Pada masa orde baru,

Fokus

• Mengoptimalkan Potensi Perikanan Melalui Pengembangan Kawasan Terpadu - 2

Wawancara

• Prospek Pasar dan Peluang Investasi Usaha Perikanan - 6 • Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS : Perlu Big Push untuk mengembangkan perikanan - 23 • Pembangunan Pelabuhan Perikanan untuk Mendukung Pengembangan Kawasan - 9

• Cara Cina mengembangkan Industri Perikanan - 13

Daerah

• IUU Fishing : Ancaman Bagi Pembangunan Perikanan - 15 • Kawasan Terpadu Pengolahan Ikan di Tanjungbinga, Kabupaten Belitung - 26

Opini

Agenda

• Strategi Pengelolaan Kawasan Perikanan Terpadu di Sentra-Sentra Nelayan (Dirjen • Kunjungan ke Sentra Usaha Pembuatan Kapal Rakyat di Kabupaten Bima, NTB - 31 Perikanan Tangkap DKP) - 17

• Strategi Pendekatan dan Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai (Dirjen Perikanan Pustaka

Budidaya DKP) - 20 EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN • World Capture Production 1999 - 2003 - 32

FOKUS

Mengoptimalkan Potensi Perikanan

melalui Pengembangan Kawasan Terpadu

I ndonesia m em iliki pot ensi perikanan yang

Jut a Km 2 m eliput i 7 5 % w ila ya h I ndonesia panjang - terpanjang di dunia setelah Kanada - serta K

awasan-kawasan yang potensial untuk dikembangkan

sangat besar. Jik a dit inj au dari luas w ilayah

usaha perikanannya di berbagai daerah di Indonesia

la ut nya , pera ira n la ut I ndonesia selua s 5 ,8

sangat banyak mengingat garis pantai Indonesia yang

a da pun lua s w ila ya h da ra t a n ha nya 1 ,9 banyaknya perairan umum yang berada di berbagai daerah. j ut a k m 2 . M esk i dem ik ia n di w ila ya h Memang terdapat beberapa kawasan pesisir dan laut seperti da ra t a n pun t erda pa t pera ira n um um di sekitar Batam dan Karimun, sebagian selat Malaka, Pantai selua s 0 ,5 4 j ut a k m 2 ya ng j uga da pa t Utara Jawa, dan Pantai Selatan Sulawesi yang telah mengalami dikem bangkan sebagai usaha perikanan. tingkat pemanfaatan yang intensif dan tingkat kerusakan Pot ensi raksasa yang dim iliki oleh bangsa lingkungan yang cukup besar terutama berupa tangkap lebih

I ndonesia ini belum dim anfaat kan secara (overfishing). Namun di lain pihak banyak, masih banyak opt im al bagi sebesar- besarnya kawasan yang memerlukan investasi dan pemanfaatan kesej ahteraan m asyarakat . sumberdaya yang lebih besar, misalnya Kawasan Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, ZEEI bagian Samudera Hindia, Laut Cina Selatan, Laut Sulawesi, Teluk Tomini, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Maluku, Papua, dan ZEE bagian Samudera Pasifik . Selain itu di berbagai daerah juga potensi perairan umum berupa waduk, sungai, dan rawa yang ada belum dimanfaatkan secara optinal.

Potensi Pengembangan Perikanan

Apabila ditinjau dari sektor ekonomi, maka potensi usaha perikanan yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya beserta industri pengolahannya serta industri bioteknologi.

1. Perikanan Tangkap

Dengan luas laut 5,8 juta km 2 , Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar baik dari segi kuantitas maupun keragamannya. Berdasarkan pada distribusi stok ikan, kondisi

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

FOKUS

oseanografis perairan, dan kepentingan

Tabel 1. Potensi Perikanan Tangkap Indonesia di 9 WPP

manajamen perikanan tangkap, perairan

Sumber Daya Kelompok

Wilayah Pengelolaan Perikanan

Perairan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 laut Indonesia dibagi menjadi sembilan Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan /WPP Ikan Pelagis Besar Potensi (10 3

1,165.36 (Tabel 1). Potensi lestari (Maximum

3 ton/tahun)

27.67 66.08 55.00 193.60 104.12 106.51 175.26 50.86 386.26

Produksi (10

ton/tahun)

35.27 35.16 137.82 85.10 29.10 37.46 153.43 34.55 188.28

736.17

43.96 27.95 35.17 87.54 67.93 48.74 63.17 Sustainable Yield, MSY) sumberdaya ikan

Ikan Pelagis Kecil

3,605.66 laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4

Potensi (10 3 3 ton/tahun)

ton/tahun)

31.48 16.23 2.63 50.21 49.49 juta ton per tahun. Hingga saat ini

Ikan Demersal 3

potensi perikanan tangkap di laut secara

Potensi (10 3 ton/tahun)

1,085.50 nasional belum dimanfaatkan secara

Produksi (10

ton/tahun)

optimal, yaitu baru mencapai 4,4 juta ton Ikan Karang Konsumsi

Potensi (10 3 3 ton/tahun)

5.00 21.57 9.50 34.10 32.10 12.50 14.50 3.10 12.88 145.25

21.60 7.88 48.24 24.11 6.22 4.63 2.21 22.58 19.42 156.89 atau 69% dari potensi lestari pada tahun

Produksi (10

Pemanfaatan (%)

ton/tahun)

2003. Kendati demikian, di beberapa Udang Penaeid Potensi (10 3 3 ton/tahun)

11.40 10.00 11.40 4.80 0.00 0.90 2.50 43.10 10.70 94.80

WPP beberapa kelompok (stok)

Produksi (10

ton/tahun)

49.46 70.51 52.86 36.91 0.00 1.11 2.18 36.67 10.24 259.94

87.20 85.08 95.70 sumberdaya ikan telah mengalami >100

0.40 0.40 0.50 0.70 0.40 0.30 0.40 0.10 1.60 4.80 overfishing (tingkat pemanfaatan melebihi

Potensi (10 3 3 ton/tahun)

Produksi (10

ton/tahun)

0.87 1.24 0.93 0.65 0.01 0.02 0.04 0.16 0.16 4.08

10.00 85.00 potensi lestari atau lebih dari 100%) atau

1.86 2.70 5.04 3.88 0.05 7.13 0.45 3.39 3.75 28.25 mendekati overfishing (Tabel1), kecuali di

Potensi (10 3 3 ton/tahun)

Produksi (10

ton/tahun)

3.15 4.89 12.11 7.95 3.48 2.85 1.49 0.30 6.29 42.51

WPP yang terletak di Kawasan Timur

Potensi (10 Indonesia (WPP-4 s/d WPP-8) yang 3 3 ton/tahun)

276.03 1,057.05 796.64

929.72 277.99 590.62 632.72 771.55 1,076.89 6,409.21

4,069.42 secara umum masih dimungkinkan

Produksi (10

ton/tahun)

untuk penambahan intensitas upaya Sumber: BRKP-DKP dan P 3 Catatan: 1. Selat Malaka, 2. Laut Cina Selatan, 3. Laut Jawa, 4. Selat Makassar dan Laut Flores, 5. Laut Banda, O-LIPI (2001)

penangkapan di berbagai kelompok SDI.

6. Laut Seram dan Teluk Tomini, 7. Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, 8. Laut Arafura, 9. Samudera Hindia

Selain di laut, kegiatan usaha

Tabel 2. Potensi dan Peluang Pengembangan Perikanan Budidaya (Ha)

perikanan tangkap juga dapat dilakukan

Jenis Budidaya

di perairan umum. Indonesia memiliki

perairan umum seluas kurang-lebih 13,7 (ha)

1. Budidaya Laut

juta ha. Jika dibandingkan dengan

2. Budidaya Air Payau

negaralain, Indonesia memiliki perairan

3. Budidaya Air Tawar

umum yang relatif luas. Sebagai ilustrasi,

Malaysia, Philipina, dan Thailand

- Perairan Umum

berturut-turut memiliki perairan umum

- Minapadi (Sawah)

seluas 0, 46 juta ha; 0,26 juta ha; dan 4.5

Total 28.485.578 656.564 2,304 27.829.014

juta ha . Potensi lestari sumberdaya ikan perairan umum Indonesia diperkirakan sebesar 900.000 ton/tahun yang antara

Tabel 3. Potensi Perikanan Budidaya dan Produksi Tahun 2003 (juta ton/thn)

lain meliputi jenis-jenis ikan mujaer,

baung, patin, tambakan, nilem, lais, tawes, Pemanfaatan

Jenis Kegiatan Perikanan

Produksi (juta

Tahun 2003

ton/th)

(juta ton/th)

(%)

jelawat, belida, gabus, semah, sepat, tapah,

dan udang galah.

2. Tambak (payau)

3. Perairan tawar

2. Perikanan Budidaya

komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal laut tersebut Hingga saat ini tingkat pemanfaatan usaha perikanan antara lain meliputi ikan kakap, kerapu, baronang, tiram, budidaya masih sangat rendah padahal luas perairan yang kerang hijau, kerang darah, teripang, kerang mutiara, abalone, sesuai untuk kegiatan budidaya sangat luas, sehingga peluang dan rumput laut. Sementara itu, komoditas-komoditas yang pengembangan usaha perikanan budidaya di tanah air masih dapat dibudidayakan di perairan payau (tambak) antara lain sangat besar (Tabel 2). Khususnya di perairan laut, peluang adalah udang windu , udang vaname, bandeng , kerapu, pengembangan masih sangat terbuka dimana Indonesia kepiting, dan rumput laut jenis Gracilaria. Dan, komoditas- memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha komoditasyang dapat dibudidayakan di perairan tawar antara budidaya laut terluas di dunia. Berdasarkan pada perhitungan lain mencakup ikan mas, nila, gurame, patin, bawal air tawar, sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka potensi luas dan udang galah. perairan laut Indonesia yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta ha. Luasan potensi

Potensi produksi sumberdaya perikanan yang dapat kegiatan budidaya laut tersebut terbentang dari ujung bagian dihasilkan dari usaha perikanan budidaya diperkirakan sebesar barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia.

65 juta ton/tahun, dan baru diproduksi sebesar 6,45 juta ton Dengan teknologi budidaya laut dalam atau laut lepas, maka (9,9 %) pada tahun 2003 (Tabel 3). Tampak jelas bahwa potensi luas laut yang cocok untuk usaha budidaya laut sudah peluang pengembangan usaha perikanan budidaya sebenarnya barang tentu akan bertambah luas. Adapun komoditas- jauh lebih besar daripada usaha perikanan tangkap. Apabila

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

4 BULETIN KAWASAN

FOKUS

Gambar 2. Perikanan budidaya, andalan perikanan Indonesia di masa depan

Indonesia mampu meningkatkan produksi perikanannya, terutama yang berasal dari usaha perikanan budidaya, maka Indonesia akan menjadi produsen komoditas perikanan terbesar di dunia.

3. Bioteknologi Perairan

Aplikasi industri bioteknologi perairan secara garis besar mencakup 3 bidang, yaitu ekstraksi bahan-bahan alamiah untuk berbagai jenis industri, perikanan budidaya, dan bioremediasi lingkungan. Mengingat bahwa dasar dari industri bioteknologi perairan adalah kekayaan dan keanekaragaman biota perairan, maka Indonesia berpotensi untuk menjadi negara produsen produk-produk bioteknologi perairan terbesar di dunia. Potensi aplikasi bioteknologi dalam mengekstraksi bahan-bahan alamiah dari biota perairan untuk bahan dasar industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetika, bioenergy, dan industri lainnya di Indonesia sangat besar dengan perkiraan nilai ekonomi sebesar US$ 40 milyar per tahun. Banyak sekali biota laut dan perairan umum Indonesia yang mengandung bahan-bahan alamiah untuk

industri far masi, kosmetika, makanan dan minuman, bioenergy, dan industri lainnya. Aplikasi bioteknologi yang kedua adalah dalam mendukung perikanan budidaya, yaitu melalui rekayasa genetik untuk menghasilkan induk dan benih unggul dengan sifat-sifat sesuai yang diinginkan., seperti cepat tumbuh, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap kondisi lingkungan tercemar, dan sifat-sifat baik lainnya. Penerapan bioteknologi yang ketiga adalah dalam produksi mikroba (bakteri) yang secara genetis direkayasa guna menghasilkan mikroba yang dapat memakan (melumat) bahan pencemar (polutan), seperti minyak bumi dan bahan kimia lainnya. Salah satu negara yang telah menikmati devisa dari industri bioremediasi ini adalah Inggris dimana nilai ekspornya mencapai US$ 2 milyar/tahun.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu

Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dalam bidang perikanan seperti telah diuraikan diatas sangat besar sehingga peluang pengembangan kawasan-kawasan di Indonesia yang keunggulan kompetitif ekonominya berbasis kepada industri perikanan dan kelautan sangat dimungkinkan.

Fakta juga menunjukkan bahwa sumberdaya perikanan dan kelautan di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara optimal, sementara di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara maju potensinya sudah semakin menipis sehingga dapat menjadi prospek pasar yang menjanjikan bagi Indonesia.

Namun demikian pengembangan industri perikanan yang mampu mendatangkan devisa sebesar-besarnya bagi negara dan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat belum dapat dicapai secara optimal. Hal ini disebabkan karena industri perikanan sebagai industri hilir di Indonesia belum berkembang sepesat negara-negara lain seperti Thailand, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan, yang setiap tahunnya mampu meraup devisa miliaran dollar AS dari hasil industri perikanan. Hal diindikasikan disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain : Pertama, kesulitan dalam memperoleh bahan baku ikan dari kapal-kapal penangkap. Kedua, hadirnya isu-isu yang menghambat ekspor produk perikanan Indonesia, Ketiga, terdapatnya ekonomi biaya tinggi akibat beban biaya dari pungutan resmi yang tumpang tindih maupun pungutan liar, sehingga berakibat pada lemahnya daya saing dengan negara lain. Keempat, kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pemberian insentif untuk mendorong industrialisasi, terutama fiskal dan perpajakan dalam rangka menekan biaya produksi, seperti yang dilakukan Thailand, RRC dan Filipina dengan memberikan insentif berupa pajak. Kelima, kurangnya kesadaran pelaku industri untuk meningkatkan mutu produk. Sedangkan di sisi lain, ketentuan mutu dan kesehatan pangan dari negara pengimpor semakin ketat. Keenam, penerbitan berbagai peraturan di daerah yang menciptakan iklim investasi kearah tidak kondusif. Berbagai peraturan daerah (Perda) yang mengharuskan pungutan tidak perlu, birokratisasi perizinan yang membuat pengurusan izin atau dokumen semakin berbelit-belit, dan ketujuh, meningkatnya suku bunga bank untuk investasi jangka panjang, sedangkan profit margin industri masih kecil.

Dalam menghadapi permasalahan dan tantangan tersebut, dan lebih jauh lagi untuk menangkap berbagai peluang dalam era globalisasi, maka pembangunan perikanan harus dilakukan melalui kebijakan yang bersifat komprehensif baik dalam tataran mikro-teknis maupun makro-struktural (Dahuri, 2005) Dalam tataran mikro-teknis, pengembangan suatu kawasan berbasis industri perikanan perlu didukung oleh sifat keunggulan (excellence) pada setiap mata rantai dalam sistem bisnis perikanan yaitu produksi, penanganan dan pengolahan hasil, serta pemasaran. Kawasan akan berkembang pesat jika investor, pengusaha, dan kalangan perbankan atau lembaga keuangan lainnya telah mempersepsikan usaha-usaha dalam kawasan tersebut merupakan bisnis yang penuh kepastian dan menguntungkan.

Selain kebijakan dalam tataran mikro-teknis, pengembangan perikanan dan kelautan juga perlu didukung dalam tataran makro-struktural dengan menempatkan perikanan dan kelautan sebagai platform pembangunan ekonomi nasional. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, terciptanya lapangan kerja guna mengatasi permasalahan pengangguran, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk itu dibutuhkan dukungan penuh pemerintah, swasta, perbankan, dan seluruh

FOKUS

rakyat Indonesia dalam mendukung strategi pembangunan 2. Meningkatkan aktivitas produksi dengan memanfaatkan yang berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan. Upaya ini

potensi penangkapan, budidaya, industri pengolahan, perlu diikuti dengan kebijakan revitalisasi sektor riil,

maupun industri berbasis teknologi tinggi seperti peningkatan ekspor, investasi dan konsumsi produk-produk

biotekbologi kelautan. Hal tersebut dilakukan dengan berbasis SDA. Kesemua ini hanya dapat dilakukan bila

memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya yang terdapat iklim usaha yang baik, diantaranya dengan adanya

menekankan pada efisiensi dan optimalisasi teknologi serta kebijakan fiskal dan moneter yang memberikan peluang dan

daya dukung lingkungan.

keringanan bagi setiap kegiatan investasi dan produksi, situasi 3. Mengembangkan hukum dan kelembagaan yang sesuai keamanan yang kondusif, infrastruktur yang mendukung, dengan karakteristik usaha sektor perikanan adanya kepastian hukum, serta adanya birokrasi dan peraturan

yang kondusif dalam berinvestasi dan berusaha. 4. Melakukan penataan lahan dan perairan pesisir/lautan sebagai kawasan perikanan dengan menentukan daerah

Pengembangan kawasan yang berbasis kepada penangkapan, budidaya, dan industri secaraserasi antara industri perikanan perlu memadukan seluruh potensi perikanan skala kecil dan besar (skala industri), secara sumberdaya perikanan dan industri perikanan secara optimal koeksistensi dan terpadu dengan sektor lain. Penataan serta menyatu dengan potensi ekonomi lainnya dari satu ruang dilakukan dengan menetapkan zonasi maupun peta kawasan. Kusumastanto (2002) menyatakan bahwa operasional usaha per komoditi untuk setiap usaha pengembangan perikanan perlu dilakukan dengan konsep perikanan berdasarkan kemampuan operasi (perikanan fishery aquabusiness system, dimana terdapat setidaknya 7 aspek rakyat dan industri), serta membangun keterkaitan dengan utama yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan sektor lain (pariwisata, transportasi laut, dan industri kawasan yang berbasis aquabisnis perikanan, antara lain

pendukung)

sumberdaya perikanan dan kawasan, prasarana dan sarana, keuangan/permodalan, hukum dan kelembagaan, sumberdaya

5. Pengembangan kelayakan bisnis, pengembangan pasar dan manusia, pasar, dan IPTEK.

dukungan keuangan, serta penciptaan iklim usaha yang strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sistem

Selanjutnya, beberapa

menarik bagi investor.

aquabisnis perikanan secara terpadu adalah dengan : 1. Membangun sub-sub kawasan sebagai pusat Sumber :

pengembangan hulu dan hilir dalam sistem aquabisnis sesuai dengan sumberdaya perikanan yang dapat

1. Kusumastanto, 2002. Reposisi Ocean Policy dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang

dikembangkan. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan, FPIK IPB adalah mengembangkan kawasan desa-desa pantai sebagai

pusatpengembangan, lengkap dengan sarana dan prasarana 2. Dahuri, 2005. Prospek Investasi dan Bisnis di Sektor Kelautan dan pendukungnya. Perikanan. Makalah utama dalam Workshop Prospek Dunia Usaha Dan Potensi Pembiayaannya oleh Perbankan. Makassar, 17 Februari 2005

3. Harian Pikiran Rakyat. Revitalisasi Industri Perikanan.2 Desember 2004

P Berikut ini adalah daftarkegiatan yang dilakukan Budidaya

engembangan kawasan perikanan

Kegiatan

Instansi terkait

terpadu memerlukan DKP, Depkeu, Dephub, Depperindag, Deplu

Peningkatan ekspor

Peningkatan Pemasaran Dalam Negeri

DKP, Depperindag, Badan POM, Pemda

dukungan dari berbagai pihak terkait.

Pembangunan & Pengembangan

DKP, Depkimpraswil, PEMDA,

Depkeu

dalam pengembangan kawasan perikanan DKP, Perguruan Tinggi (PT), Badan Standarisasi

Pengembangan Mutu Produk

Nasional, Depperindag

terpadu beserta instansi-instansi yang perlu

Pengembangan prasarana dan sarana

DKP, Depkimpraswil

terlibat didalamnya.

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya

DKP, Depkeu, Kemkop dan UKM, Depkimpraswil

Ikan dan Masyarakat Pesisir Peningkatan Kapasitas Usaha dan

DKP, Kemkop & UKM, Depkeu,

Investasi

Perbankan

Peningkatan Kapasitas Pemasaran

DKP, Depperindag, KBRI, Pemda

Penataan Ruang Pesisir dan Laut

DKP, Depperindag, Depdagri, PEMDA, Depkimpraswil, Bakosurtanal

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

DKP, Depdagri, Depkimpraswil, Kemkop & UKM,

pulau Kecil

Depkeu

Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut

DKP, Dephut, Kembudpar, LIPI

Rehabilitasi dan Perlindungan SDKP serta

DKP, TNI-AL,Polairud, Dephan

Ekosistem Lingkungan Perairan Peningkatan Pengawasan dan

DKP, TNI-AL, POLRI, Kehakiman & HAM

Pengendalian Sumberdaya Ikan

Sumber :

Pengembangan Riset KP

DKP, PT, BPPT, LIPI, Bakosurtanal

Direktur pemasaran hasil laut dan ikan Ditjen

Pengaturan Investasi

DKP, BKPM, Menko Perekonomian

peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemasaran

Perizinan Kapal Penangkapan

DKP, Dephub

DKP, 2002, Program dan Kegiatan dalam Kaitannya

Pengembangan Karantina Ikan

DKP, Ditjen Bea & Cukai, Depperindag, Dephut,

dengan Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan,

PT, Pemda

makalah disampaikan dalam lokakarya nasional

Penyusunan Perda Berkaitan dengan KP

Pemda

Pengembangan ekonomi daerah melalui sinergitas

Restribusi Hasil Budidaya

DKP, Depkeu, Depdagri & Otda, Pemda

pengembangan kawasan, Jakarta. DKP, Menko Perekonomian, Depkeu

Penggunaan Dana ZEE

Pembiayaan DKP, Bappenas, Depkeu Monitoring, Controlling, and Surveillance

DKP, TNI-AL, Depkeu, Menko Perekonomian

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

6 BULETIN KAWASAN

Prospek Pasar dan Peluang Investasi

Usaha Perikanan

Prospek Pasar Usaha Perikanan

S ebagai negara dengan jumlah penduduk 220 juta -

terbesar keempat di dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat - pasar domestik Indonesia

memiliki potensi yang sangat besar untuk menyerap hasil- hasil perikanan. Bila tingkat konsumsi ikan per kapita penduduk Indonesia pada tahun 2003 mencapai 24,67 kg/kapita, maka pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi 30 kg. Karena jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi 250 juta jiwa (BPS, 2003); maka jumlah volume ikan yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri saja adalah sebesar 7,5 juta ton. Selanjutnya, pada tahun 2020 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 300 juta jiwa (BPS, 2003), dan jika konsumsi ikan per kapita sebesar 40 kg, maka pada saat itu akan diperlukan ikan konsumsi sekitar 12 juta ton. Lebih dari itu, jumlah volume ikan tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, belum termasuk kebutuhan bahan baku industri, farmasi (obat-obatan), kosmetika, serat, dan energi yang berasal dari organisme perairan (Dahuri, 2005).

Sementrara pada pasar dunia, secara umum volume ikan dan produk perikanan yang diperdagangkan antara negara mengalami dua kali peningkatan dari tahun 1970 ke tahun 1995. Kemudian dari tahun 1998 sampai 2000 volume perdagangan ikan dan produk perikanan dunia mengalami peningkatan sebesar 8% (FAO, 2002); dan kecenderungan peningkatan perdagangan ikan dan produk perikanan ini akan terus menguat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dunia. Di Indonesia sendiri, laju pertumbuhan ekspor perikanan dalam kurun waktu 1998-2003 sangat pesat. Pada tahun 1998 volume ekspor perikanan Indonesia sebesar 650.291 ton dengan nilai US$ 1,7 milyar; kemudian meningkat menjadi 703.155 ton dengan nilai US$ 1,74 milyar pada tahun 2000; dan pada tahun 2003 meningkat lagi menjadi 800.000 ton dengan nilai US$ 2,1 milyar. Sampai saat ini, volume dan nilai ekspor perikanan Indonesia masih didominasi komoditas udang dan tuna dan cakalang, sementara komoditas lainnya meliputi rumput laut,

kerang-kerangan, kepiting, rajungan, ikan hias, ikan teri, ubur-ubur dan mutiara (Dahuri, 2005).

Mengingat besarnya permintaan terhadap hasil perikanan serta produk bioteknologi perairan dan adanya kecenderungan peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk sementara Indonesia memiliki potensi pengadaan yang juga sangat besar, maka sesungguhnya peluang investasi dan usaha di sektor kelautan dan perikanan sangat menjanjikan.

Peluang Investasi Usaha Perikanan

Investasi dan usaha di bidang perikanan tangkap bukan hanya dalam hal usaha penangkapan ikan di laut maupun perairan umum; tetapi juga mencakup pembangunan prasarana pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan, pengolahan hasil perikanan, dan segenap industri penunjangnya

Peluang investasi dan usaha yang terkait dengan kegiatan penangkapan ikan adalah pengadaan sarana penangkapan ikan, yaitu: kapal ikan dan alat penangkapan ikan. Investasi juga diperlukan untuk merevitalisasi dan

Sem akin m eningkatnya penduduk I ndonesia dan dunia serta sem akin tum buhnya kesadaran m a sya r a k a t a k a n nila i gizi pr oduk pe r ik a na n ba gi k e se ha t a n da n k e ce r da sa n, m a k a perm intaan akan produk perikanan I ndonesia baik di pasar dom estik ( dalam negeri) m aupun pa sa r ek spor diperk ira k a n a k a n t erus m eningk a t da ri w a k t u k e w a k t u.

FOKUS

Gambar 1. Budidaya laut ikan kerapu di keramba apung, usaha dengan prospek yang yang menj anjanjikan (sumber : Dokumentasi Dit.PKKT-Bappenas)

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

membangun galangan-galangan kapal ikan di seluruh nusantara, sehingga dapat lebih effsien dan mampu bersaing dengan produk kapal ikan buatan luar negeri (asing). Peluang investasi dan usaha juga terbuka lebar dalam pengelolaan dan pengoperasian pelabuhan perikanan, yang antara lain meliputi: pengadaan BBM , pabrik es, cold storage, perbekalan dan logistik untuk melaut, dan dock yard serta perbengkelan.

Pada sub-sistem pengolahan hasil dalam sistem bisnis perikanan tangkap juga terbuka lebar untuk investasi dan usaha pengolahan hasil perikanan yang antara lain mencakup: pabrik es; cold storage; pabrik pengolahan hasil perikanan untuk menghasilkan produk- produk bernilai tambah; dan pabrik bahan pengemas seperti kaleng, karton, dan styrofoam. Pada sub-sistem pemasaran (perdagangan) hasil perikanan terdapat peluang usaha yang besar dan beragam, terdiri dari: jasa perdagangan ekspor- impor, dan jasa perdagangan dalam negeri (pasar domestik). Perdagangan ikan dan produk perikanan di dalam negeri meliputi usaha retail (untuk pasar tradisional, outlets, dan pedagang keliling); dan usaha pemasok/kepada supermarket, hotel, restoran, dan industri pengolahan ikan. Untuk mendistribusikan ikan dari pelabuhan perikanan ke pabrik pengolahan hasil perikanan sampai ke pasar (baik domestik maupun ekspor) juga terdapat peluang investasi dan usaha yakni transportasi termasuk: truk berpendingin , air cargo, container shipping, dan lainnya.

Peluang investasi dan usaha di bidang perikanan budidaya masih terbuka sangat lebar, bahkan jauh lebih besar dari pada yang ada pada perikanan tangkap, jika

PRODUKSI (PENANGKAPAN

IKAN)

PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

PEMASARAN

HASIL PERIKANAN

EKSPOR

RETAIL DOMESTIK

PEMASOK DOMESTIK

PASAR TRADISIONAL

OUTLET PEDAGANG

KELILING

SUPERMARKET

HOTEL RESTORAN CATERING

INDUSTRI PENGOLAHAN

IKAN

• PENGADAAN SARANA

– Kapal Ikan – Alat Tangkap

• PEMBANGUNAN

PELABUHAN • PENGELOLAAN

PELABUHAN

– BBM – Pabrik Es – Cold Storage – Bekal & Logistik Melaut – Dock yard & Bengkel

• PABRIK ES • COLD STORAGE • PABRIK “ADDED-

VALUES” PRODUK PERIKANAN

• PABRIK BAHAN

PENGEMAS: KALENG, KARTON, STEREOFOAM,DLL.

CARA USAHA

PEMBENIHAN

(HATCHERY)

PRODUKSI (Pembesaran

Di Perairan Tawar, Payau,

dan Laut)

PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

EKSPOR

RETAIL DOMESTIK

PEMASOK DOMESTIK

PASAR TRADISIONAL

OUTLET PEDAGANG

INDUSTRI PENGOLAHAN

IKAN

• PENGADAAN SARANA • PAKAN • OBAT-OBATAN • GENSET & POMPA AIR • PERALATAN LAB

• PENGADAAAN

SARANA - Pakan - Obat-Obatan - Pedal Wheel - Genset & Pompa

Air - Cage Nets • PEMBANGUNAN PRASARANA

IRIGASI & DRAINASI • BBM, ES, & LOGIS

TICS

CARA USAHA

SEGMEN PASAR

dilihat dari lingkungan strategis yang ada dan potensi pengembangan yang tersedia. Pada sub-sistem produksi, investasi dan usaha dalam pembesaran

komoditas perikanan di lingkungan perairan laut yang prospeknya cerah antara lain meliputi: (1) ikan

kerapu, (2) ikan kakap, (3) ikan baronang, (4) ikan gobia, (5) abalone, (6) kerang mutiara, (7) kerang hijau,

(8) kerang darah, (9) ikan hias, dan (10) rumput laut. Peluang investasi dan

usaha pembesaran komoditas perikanan di perairan payau (tambak) antara lain mencakup: (1) udang windu, (2) udang

vaname, (3) udang rostris, (4) ikan kerapu lumpur , (5) ikan bandeng, (6) ikan

gobia, (7) ikan nila, (8) kepiting, (9) rajungan, dan (10) rumput laut. Adapun

peluang investasi dan usaha pembesaran komoditas perikanan di perairan tawar antara lain termasuk: (1) ikan nila, (2) ikan patin, (3) ikan jambal putih, (4) ikan bawal air tawar, (5) ikan mas, (6) ikan gurame, (7)

ikan lele, (8) ikan hias, dan (8) udang.

Dalam bidang Bioteknologi kelautan, investasi masih sangat terbuka mengingat industri jenis ini belum dikembangkan di Indonesia. Bioteknologi dapat memberikan kontribusi ekonomi yang besar pada pembangunan bangsa Indonesia. Sebagai perbandingan, pada tahun 1994 saja Amerika Serikat berhasil meraih devisa senilai US $ 40 milyar dari industri bioteknologinya, sedang dari produk- produk makanan sehat diperoleh devisa sebesar

US $ 14 milyar per tahun. Kemudian pada tahun 1996 nilai ekspor Amerika mencapai nilai US$ 4 milyar, padahal, bahan dasarnya banyak yang berasal dari negara- negara berkembang, termasuk Indonesia. Sedangkan untuk kawasan Eropa, seperti Inggris telah memperoleh nilai ekspor untuk produk bioremediasi pada tahun 1996

Gambar 2. Peta peluang investasiperikanan tangkap

Gambar 3. Peta peluang investasiperikanan budidaya

FOKUS

FOKUS

sebesar US$ 2 milyar. Untuk kawasan ASEAN seperti karena itu peran bank sebagai pemilik modal sangat Filipina, dari industri rumput lautnya saja berhasil diharapkan untuk mengembangkan potensi ini. memasukkan devisa sebesar US $ 700 juta pada tahun 1998. Padahal bahan baku industri rumput laut Filipina, 60% Disarikan dari : Dahuri, 2005. Prospek Investasi dan Bisnis di Sektor diimpor dari Indonesia. Berbagai sumberdaya alam yang Kelautan dan Perikanan. Makalah utama dalam Workshop Prospek berasal dari laut ternyata memiliki peluang yang besar untuk Dunia Usaha Dan Potensi Pembiayaannya oleh Perbankan. dikembangkan, dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, oleh Makassar, 17 Februari 2005

budidaya ikan air tawar (3,45), rumput laut ( 3,85), dan budidaya ikan laut (3,95).

Prioritas Investasi Usaha Perikanan

Selanjutnya untuk pembenihan, pembenihan ikan di rioritas investasi pada sektor perikanan dapat diketahui air payau merupakan yang paling efisien (2,95), kemudiaan dengan menggunakan indeks ICOR (Incremental

masing-masing diikuti oleh pembenihan ikan laut (3,05), dan Capital Output Ratio) (Kusumastanto, 2002). Sektor-

pembenihan udang air payau.

sektor yang memiliki indeks ICOR yang semakin rendah Melalui nilai ICOR juga diharapkan akan semakin dapat dilihat bahwa industri efisien dan menghasilkan

pengolahan dan pengawetan PDB yang semakin besar.

Nilai

ikan dan biota air lainnya Meski demikian, selain

No

Prioritas Komoditi per Sub-sektor

Koefisien

ICOR

seperti tepung ikan, kecap

1 Perikanan Tangkap

ikan, tepung udang dan mempertimbangkan faktor

1.1. Penangkapan ikan tuna/cakalang

1.2. Penangkapan udang dan lobster

sejenisnya merupakan industri

efisiensi yang dicerminkan

yang paling efisien dan melalui nilai ICOR, pilihan

1.3. Penangkapan ikan laut lainnya

1.4. Penangkapan benih ikan

mampu menghasilkan PDB

investasi juga perlu 1.5. Penangkapan ikan perairan umum

paling besar (2,95). mempertimbangkan

Kemudian pada peringkat aspek-aspek daya dukung

2 Perikanan Budidaya

kedua adalah industri

lingkungan, potensi 2.1. Budidaya udang di air payau

pengalengan ikan dan biota

sumnberdaya, serta 2.2. Budidaya ikan di air payau

perairan lainnya seperti teknologi. sardencis, udang, dll (3,45)

2.3. Budidaya ikan di air tawar

Dengan 2.4. Budidaya rumput laut

dan selanjutnya diikuti memperhatikan nilai ICOR, masing-masing oleh industri pada subsektor perikanan

2.5. Budidaya ikan laut

3 Pembenihan

penggaraman/pengeringan

tangkap prioritas investasi 3.1 Pembenihan ikan air payau

ikan dan biota perairan lainnya

utama adalah pada 3.2. Pembenihan ikan laut

seperti ikan tembang, teri, (2,80) yang diikuti dengan cumi-cumi (3,55) dan industri

penangkapan ikan tuna 3.3. Pembenihan udang air payau

pemindangan ikan dan biota penangkapan lobster (3,25),

4 Industri hasil perikanan

perairan lainnya seperti penangkapan ikan jenis

4.1. Ikan kering dan ikan asing

bandeng dan tongkol (4,65). lainnya (3,50), penangkapan

4.1.1. Industri penggaraman / pengeringan

ikan dan biota perairan lainnya (seperti

benih ikan (3,65), dan

ikan tembang, teri, udang, cumi-cumi,

penangkapan ikan perairan

dan sejenisnya) umum (3,55). Sedangkan 4.2. Ikan Olahan dan Awetan

untuk perikanan budidaya

4.2.1. Industri pengolahan dan pengawetan lainnya untuk ikan dan biota lainnya

maka investasi budidaya

udang merupakan prioritas Sumber :

(seperti tepung ikan, kecap ikan, tepung

Kusumastanto, 2002. Reposisi investasi utama (2,75)

udang, dan sejenisnya)

Ocean Policy dalam Pembangunan kemudian diikuti oleh

4.2.2. Industri pengalengan ikan dan biota

perairan lainnya (seperti sardencis,

Ekonomi Indonesia di Era

Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah budidaya ikan air payau

Guru Besar Tetap Bidang pada peringkat kedua

udang, dan sejenisnya)

4.2.3. Industri pemindangan ikan dan biota

Ilmu Kebijakan Ekonomi

Perikanan dan Kelautan, (3,15)., kemudian masing-

perairan lainnya (seperti bandeng,

FPIK IPB masing diikuti oleh

tongkol, dan sejenisnya)

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

FOKUS

Pembangunan Pelabuhan Perikanan

untuk Mendukung Pengembangan Kawasan

Pela buha n Perik a na n ( PP) m erupa k a n pra sa ra na penduk ung vit a l ba gi pengem ba nga n k a w a sa n berba sis usa ha perik a na n. Tulisa n ini a k a n m engula s urgensi k ebera da a n PP,

k ondisi PP di I ndonesia sa a t ini, sert a k ebij a k a n da n st ra t egi pengem ba nga nnya .

F tersedianya prasarana yang berkualitas dan memiliki kapasitas

aktor yang cukup mendasar dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia khususnya perikanan tangkap di laut yang saat ini kontribusinya sangat besar adalah

untuk melayani kebutuhan nelayan seperti tempat berlabuh/ berlindung bagi kapal-kapal perikanan (fishing base), tempat pendaratan hasil tangkapannya dan kegiatan-kegiatan lain yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas nelayan. Prasarana yang dimaksud adalah berupa pelabuhan perikanan (PP) termasuk didalamnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sebagai tempat atau pangkalan bagi kapal-kapal perikanan.

Pembangunan dan pengembangan PP dimaksudkan untuk mendukung peningkatan produksi perikana melalui kegiatan penangkapan ikan, menunjang kegiatan pennganan dan pengolahan hasil guna meningkatkan nilai tambah dari mengoptimalkan kegiatan penangkapan ikan adalah sektor perikanan tangkap, menunjang kegiatan pemasaran dan tersedianya prasarana penangkapan ikan berupa PP yang siap penyaluran hasil serta memperlancar pendistribusian hasil melayani para pengguna secara memuaskan sebagai tempat perikanan tangkap, menunjang kelestarian sumberdaya ikan berlabuh/berlindung bagi kapal-kapal perikanan, mengisi (SDI) dan pengendalian zona-zona penangkapan ikan, serta bahan perbekalan, mendaratkan ikan serta memasarkan hasil menyediakan fasilitas sandar bagi kapal-kapal pengawas dan tangkapannya. bangunan tempat pengawasan ikan.

Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan laut Pola pembangunan PP didasarkan atas konsepsi secara optimal dan lestari masih terdapat banyak kendala yang

‘multi-base system’ yakni suatu sistem yang menyeluruh dihadapi, antara lain masalah keterbatasan fasilitas berupa berdasarkan azas pengembangan wilayah yang dalam prasarana pelabuhan perikanan yang sudah dibangun. Hingga operasionalnya mencakup berbagai aspek produksi, tahun 2004, telah dibangun kurang lebih 56 Pelabuhan pengolahan dan pemasaran hasil sampai dengan aspek sosial- Perikanan (type A, B, C) yang dibiayai melalui APBN, APBD, ekonomi perikanan. Peningkatan peran dan fungsi PP dimasa maupun Bantuan Luar Negeri. Jumlah Pelabuhan Perikanan mendatang mutlak diperlukan. Disamping menciptakan iklim Type D yang telah dibangun untuk menunjang operasional usaha yang kondusif, pelayanan yang cepat juga harus dapat penangkapan di perairan setempat berjumlah 662 yang memberikan rasa aman bagi setiap pelaku usaha.

tersebar di seluruh Indonesia.

Dilihat dari panjang garis pantai dan potensi yang ada, maka fasilitas tersebut belum memadai. Sebagai ilustrasi,

Kebutuhan Pengembangan dan Revitalisasi Pelabuhan Negara Jepang dengan panjang pantai 34.000 km memiliki

Perikanan (PP)

3.000 pelabuhan perikanan (satu pelabuhan perikanan setiap Upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut

11 km garis pantai). Selain keterbatasan jumlah yang ada, secara optimal dan lestari, merupakan tuntutan yang sangat tingkat operasional sebagian besar PP yang telah ada di

mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama Indonesia saat ini belum maksimal dan belum melaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, pemenuhan fungsinya secara menyeluruh. Oleh karenanya perlu dilakukan kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kegiatan revitalisasi atau pembangunan lokasi baru PP yang kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk dimaksudkan untuk menjadi penggerak utama perekonomian menghasilkan devisa negara.

masyarakat nelayan, sehingga berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat

Faktor utama untuk mendukung pengembangan nelayan. perikanan dan kelautan di Indonesia, khususnya untuk

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

FOKUS

Permasalahan yang dihadapi oleh PP di Indonesia

Kebijakan Pembangunan PP

Pelabuhan perikanan di Indonesia menghadapi Pembangunan PP pada dasarnya adalah untuk berbagai permasalahan yang menyebabkan fungsi yang meningkatkan optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Ikan dijalankannya belum maksimal. Beberapa permasalahan yang (SDI) yang terbatas di perairan Nusantara dan ZEEI, dalam muncul saat ini diantaranya :

menunjang pengembangan perikanan tangkap baik dalam skala kecil maupun industri. Oleh karena itu pemilihan lokasi

· Tingkat operasional beberapa pelabuhan perikanan masih PP (sebagai tahap awal) harus memperhatikan berbagai aspek dibawah kapasitas yang ada, antara lain disebabkan oleh dari sisi perairan maupun hinterland, guna meningkatkan kapasitas penyelenggara, dasar hukum, maupun kondisi efisiensi dan efektifitas industri penangkapan ikan. fasilitas yang ada.

Pembangunan PP merupakan pekerjaan yang kompleks dan · Dengan diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang memerlukan biaya yang sangat mahal, karena meliputi

Pemerintahan Daerah, dan perubahannya UU No. 32 pekerjaan darat dan laut serta menyangkut sosial ekonomi tahun 2004, dimana ada pembatasan kewenangan nelayan, sehingga perencanaannya memerlukan pentahapan pengelolaan wilayah perairan laut (Propinsi 12 mil dan yang matang. Tahapan yang dilaksanakan dalam pembangunan Kabupaten/Kota 4 mil), dan PP No. 25 tahun 2000 Pelabuhan Perikanan adalah Study, Investigation, Detail tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi; Design, Construction, Operation and Maintenance perlu diantisipasi mengenai konflik dalam pemanfaatan (SIDCOM). Tahap pertama memberi ketentuan apakah proses potensi perairan dan penguasaan beberapa aset/kegiatan pembangunan perlu dilakukan atau tidak. Apabila dari tahap pemerintah pusat oleh daerah terutama berkaitan dengan pertama disimpulkan pembangunan layak dilakukan, maka kemampuan SDM dan kapasitas Pemerintah di Daerah. pekerjaan tahap kedua dan ketiga dilanjutkan yaitu berupa Hal ini akan terkait dengan tingkat layanan yang akan pekerjaan perencanaan dan pekerjaan pelaksanaan konstruksi. diberikan pelabuhan perikanan. Disamping itu dalam hal

Adapun kebijakan umum dalam pengembangan PP perencanaan pembangunan pelabuhan perikanan belum adalah:

ada sinkronisasi antara kebijakan di daerah dan di pusat. 1. Berorientasi pada kepentingan nasional, dan harus

· Belum adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan memenuhi syarat sustainable development (pembangunan pelabuhan perikanan type D, sehingga terjadi tarik

berkelanjutan) bagi seluruh lapisan masyarakat, menarik dalam pengelolaannya, hal ini mengakibatkan

tidak operasionalnya suatu pelabuhan perikanan yang 2. Berorientasi pada pemberdayaan kelembagaan dan telah dibangun.

ekonomi masyarakat (seluruh stakeholder perikanan). Pengembangan PP disesuaikan dengan kebutuhan

· Adanya pelabuhan perikanan swasta (tangkahan) dalam masyarakat serta tingkat kemampuan dan efisiensi, suatu kawasan pelabuhan perikanan yang menghambat

fungsi-fungsi pemerintah. 3. Pengembangan dan penataan PP berdasarkan pada optimalisasi pemanfaatan SDI di 9 (sembilan) wilayah

· Keterlibatan sebagian stakeholders (nelayan, pelaku bisnis,

pengelolaan perikanan,

aparat, dll) yang kurang maksimal di pelabuhan perikanan sebagai akibat keterikatan usaha dengan para pelepas

4. Menata PP guna optimalisasi pemanfaatan sumberdaya uang/agen sehingga melemahkan bargaining position

perikanan laut dengan memperhatikan efektivitas dan nelayan. Untuk memperoleh keperluan melaut agen

efisiensi distribusi produk perikanan. berlaku monopoli sedangkan pada saat penjualan hasil bersifat monopsoni, hal ini sangat merugikan para nelayan

Kedepan, peran PP akan lebih ditingkatkan, dan bahkan adakalanya nelayan menanggung beban disamping penyelenggaraan fungsi PP termasuk pengelolaan

tambahan biaya para bakul akibat kenaikan biaya perikanan yang disepakati melalui berbagai kerjasama atau operasionalnya.

perjanjian regional / internasional. Hal ini berarti PP haruslah yang memenuhi standar internasional dalam pengertian

· Kondisi fisik fasilitas pelabuhan masih ada yang kurang memiliki sarana dan prasarana yang memadai, menerapkan mamadai, sehingga penyempurnaan perlu segera “good operation and management practice”, Terpeliharanya dilakukan untuk dapat memberikan pelayanan prima bagi kebersihan dan sanitasi, serta memadai sebagai “one-stop shopping para pengguna, sebagai penunjang pelaksanaan revitalisasi fishing port” yang dapat menyediakan berbagai kebutuhan pelabuhan perikanan.

masyarakat nelayan atau masyakat perikanan. · Program-program kegiatan perikanan belum sepenuhnya

dikonsentrasikan di pelabuhan perikanan, sehingga dapat Strategi Pengembangan PP

menyulitkan dalam pembinaan usaha nelayan secara keseluruhan.

Pengembangan PP harus didasarkan pada adanya ketersediaan sumberdaya ikan secara berkesinambungan; · Untuk optimalisasi pemberian pelayanan kepada adanya hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomi penting; masyarakat sekitar khususnya masyarakat nelayan di keberadaan industri pengolahan yang memberikan nilai pelabuhan perikanan diperlukan keterlibatan sektor tambah yang besar; keterlibatan masyarakat dalam proses lainnya di pelabuhan perikanan.

perencanaan dan pemanfaatannya; serta keterkaitan antar sektor dimana keberadaan PP harus memberikan multiplier

EDISI NOMOR 13 TAHUN 2005

BULETIN KAWASAN

FOKUS

effect. Strategi pengembangan PP adalah untuk menciptakan · PP tumbuh menjadi tempat pemusatan produksi ikan kawasan andalan yang strategis, produktif dan cepat tumbuh

dari berbagai daerah sekitar perkampungan nelayan sebagai sentra produksi dan sentra industri bagi pengembangan

(community fishery) untuk didistribusikan ke hinterland atau ekonomi perikanan terpadu. Strategi pembangunan PP

interinsuler, dalam bentuk ikan segar atau ikan olahan didasarkan pada kondisi tingkat pemanfaatan potensi perairan

melalui darat atau laut.

tidak merata di 9 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) sejalan dengan tingkat kepadatan penduduk dan nelayan di · Volume ikan yang didaratkan mencapai skala ekonomis

wilayah tersebut. Selain itu dalam upaya pemanfaatan potensi bagi pengembangan usaha perikanan tangkap, sumberdaya perikanan yang bertang gung jawab dan

perdagangan dan pengolahan pasca panen. Perdagangan berkesinambungan serta pengembangan wilayah, perlu dibuat

akan didominasi untuk skala besar (sebagian kecil sentra-sentra pertumbuhan guna menunjang perkembangan

dikonsumsi masyarakat setempat sekitar pelabuhan). ekonomi wilayah dalam suatu masterplan pengembangan PP

Kegiatan pelelangan ikan akan lebih tampak. yang dapat mengakomodasi pengembangan perikanan di · Kapal ikan menggunakan tingkat teknologi madya/maju

wilayah yang bersangkutan, serta penyesuaian dengan yang beroperasi di perairan sekitar lokasi (lebih 4 mil s/ perkembangan sektor-sektor lainnya dimasa yang akan datang.

d 12 mil) atau wilayah perikanan lainnya. Karakteristik Beberapa pendekatan dalam penentuan lokasi dan

kapal akan didominasi pada ukuran yang lebih besar (>10 besaran kegiatan PP, antara lain:

GT).

Dalam mengembangkan PP perlu diperhatikan indikator- indikator pertumbuhan produksi, pasar dan pasca panen serta Pendekatan ini dilakukan pada wilayah yang dicirikan RUTRD dan lahan yang cukup guna mewujudkan pasar ikan dengan kondisi :

1. Pendekatan Sumberdaya Perikanan

yang besar (volume & nilai), kawasan industri pasca panen hasil perikanan, serta keterpaduan sistem transportasi. Karena

· Perairan mempunyai SDI berlimpah dan belum pada PP ini akan terjadi pergantian moda transportasi dieksploitasi dengan baik.

(transportasi laut ke transportasi darat), untuk distribusi ke · Pola usaha perikanan rakyat skala kecil dengan hinterland dan interinsuler. menggunakan kapal tanpa motor, maupun motor tempel

yang mampu bergerak sampai perairan 4 mil sepanjang pantai yang melakukan usaha one day fishing.

3. Pendekatan Daerah Berkembang

· Hasil tangkapan nelayan didominasi untuk kebutuhan Pendekatan ini dilakukan pada lokasi-lokasi yang lebih Rumah Tangga Perikanan sehari-hari dan sisanya maju yang dicerminkan oleh:

dipasarkan lokal kepada masyarakat setempat. · Industri pasca panen hasil perikanan sudah sangat modern

· Umumnya nelayan memanfaatkan kondisi lingkungan dengan berbagai jenis produk seperti ikan segar, beku alam sebagai tempat berlindung seperti muara-muara

(dengan berbagai jenisnya), olahan (dengan berbagai sungai, laguna, teluk pada musim-musim tertentu sebagai

jenisnya) serta ikan hidup.

tempat berlindung kapal ikan. · Volume dan nilai perdagangan mempunyai skala yang

· Secara alamiah daerah perkampungan nelayan akan

sangat besar.

tumbuh di sekitar muara sungai yang tidak dipengaruhi gelombang laut. Beberapa lokasi tumbuh pada perairan · Menggunakan standar mutu internasional. yang dangkal dengan tingkat sedimentasi tinggi.

· Industri penangkapan akan berkembang pada skala besar Pola pendekatan yang digunakan pada lokasi seperti ini

dan modern, yang mengoperasionalkan kapal ikan > 60 adalah memandang PP sebagai community fishery development

GT dan mampu beroperasi di ZEEI dan high seas area yaitu PP lebih mengarah pada pembangunan perkampungan

dengan lama operasi 1 s/d 3 bulan. nelayan yang menyangkut berbagai aspek sosial, sanitasi · Industri perikanan akan sangat menonjol dibanding

lingkungan. Sedangkan fasilitas PP lebih mengarah pada masalah-masalah sosial jauh di luar kawasan Pelabuhan melakukan pengamanan tempat berlabuh kapal-kapal nelayan

Perikanan. Masyarakat di Pelabuhan didominasi oleh yang sangat terpengaruh oleh gangguan kondisi alam serta

Buruh Kapal, Buruh Industri Pasca Panen. dukungan terhadap industri pasca panen secara tradisional.

· Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB, cukup

dominan.

Dalam mengembangkan Pelabuhan Perikanan perlu Pendekatan ini dilakukan pada wilayah yang dicirikan diperhatikan indikator volume ekspor, jumlah uang beredar, dengan kondisi:

2. Pendekatan Sentralisasi dan Distribusi Hasil

tenaga kerja, perkembangan teknologi, perkembangan pemanfaatan Pelabuhan Perikanan sebagai basis operasi kapal