AKUNTABILITAS KINERJA

3. KINERJA LAINNYA

Selain pencapaian sasaran strategis kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyusunan Program dan Rencana Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Dekonsentrasi Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian

dan Alat Kesehatan termasuk juga kegiatan Dekonsentrasi berkenaan dengan proses penyiapan penganggaran yang mengatur 3 materi pokok, yaitu: pendekatan penyusunan anggaran, klasifikasi anggaran dan proses penganggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri dari pendekatan penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja (PBK) dan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM). Sedangkan klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja (ekonomi). Kemudian Proses penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme penganggarannya dimulai dari Pagu Indikatif sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh pemangku kepentingan agar dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu dalam upaya pelaksanaan program Kefarmasian dan Alat Kesehatan secara nasional sangat diperlukan adanya dukungan pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk itu Ditjen Kefarmasian dan Alkes mengalokasikan Dana Dekonsentrasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakan kegiatan yang

18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 5. Suasana Kegiatan Reviu Anggaran Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk Dekonsentrasi dilaksanakan pada tanggal 11-13 Februari 2016 untuk menyusun usulan anggaran tahun 2017. Kemudian tanggal 12-14 Juli 2016 melaksanakan penyusunan RKAK/L T.A. 2017 untuk pagu Indikatif, tanggal 10-13 Agustus 2016 pelaksanaan Reviu RKAK/L 2017 bersama dengan Inpektorat Jenderal. Pada tanggal 31 September - 2 Oktober 2016 dilaksanakan Penyusunan RKAK/L TA.2017 untuk pagu Alokasi anggaran dilanjutkan dengan kegiatan Reviu Pagu Alokasi anggaran bersama dengan Inspektorat Jenderal pada tanggal 5-8 Oktober 2016 untuk Kegiatan Dekonsentrasi Program Kefarmasian bersama-sama dengan Satuan Kerja (Satker) Dinas Kesehatan Provinsi dan tanggal 10-13 November 2016 untuk Satuan Kerja (Satker) Pusat.

Melalui Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Dekonsentrasi ini diharapkan alokasi anggaran yang diberikan melalui APBN kepada Ditjen Farmalkes dapat digunakan sesuai harapan dan target program Kefarmasian dan Alat kesehatan sesuai Renstra Kemenkes RI.

Kegiatan ini telah dapat menghasilkan 40 dokumen anggaran TA 2016 yang memenuhi kebutuhan pelaksanaan program, dan sesuai dengan ketentuan penyusunan dokumen anggaran yang berlaku.

2. Rapat Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Rapat Koordinasi Nasional (Rakonas) Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

dilaksanakan dalam 2 tahap yakni tahap I yang dilaksanakan di Palembang pada tanggal 16-

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

19 Februari 2016 dan tahap II dilaksanakan di Balikpapan pada tanggal 21-24 Maret 2016 dengan tema “Akselerasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Mendukung Program Indonesia Sehat” bertujuan untuk mengoptimalkan koordinasi dan sinergisme

antara pusat dan daerah dalam rangka peningkatan Program Kefarmasian dan Alkes Tahun 2016 guna mendukung Program Indonesia Sehat.

Gambar 6. Dirjen Farmalkes Didampingi Para Pejabat Eselon II dan Kadinkes Prov. Sumatera Selatan Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahap I

Peserta Rakonas Tahap I dihadiri oleh 15 Provinsi dan perwakilan dari Kab/Kota, serta mengundang perwakilan dari DJPK Kemeneterian Keuangan RI, Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan RI, Health Policy Unit, Perwakilan daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan masing-masing perwakilan satker pusat di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Gambar 7. Dirjen Farmalkes Didampingi Walikota Balikpapan, Kadinkes Prov. Kalimantan Timur dan Direktur Pengawasan Alkes dan PKRT Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahap II

Untuk Rakonas Tahap II, peserta yang hadir terdiri dari 19 Provinsi dan perwakilan dari Kab/Kota, serta mengundang perwakilan dari DJPK Kemeneterian Keuangan RI, Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan RI, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,

20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Health Policy Unit, Perwakilan daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan masing-masing perwakilan satker pusat di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Pelaksanaan kegiatan Rapat Konsultasi Nasional (Rakonas) Ditjen Farmalkes Tahun 2016 dimaksudkan untuk mensosialisasikan dan menyamakan persepsi program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam upaya peningkatan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan menuju suksesnya pelaksanaan RPJMN serta tercapainya strategi serta 9 fokus kegiatan di Ditjen Farmalkes. Adapun 9 fokus kegiatan di Ditjen Farmalkes antara lain: a.) Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat; b.) Meningkatkan ketersediaan, dan keterjangkauan obat, terutama obat essensial generik; c.) Meningkatkan penggunaan obat rasional; d.) Meningkatkan keamanan, khasiat dan mutu obat dan makanan yang beredar; e.) Mengembangkan peraturan dalam upaya harmonisasi standar termasuk dalam mengantisipasi pasar bebas; f.) Meningkatkan kualitas sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian; g.) Meningkatkan pelayanan kefarmasian yang bermutu; h.) Meningkatkan pengembangan dan pemanfataan obat tradisional Indonesia; i.) Meningkatkan kemandirian di bidang produksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, kosmetika dan alat kesehatan. Peran serta lintas program dan lintas sektor sangat mendukung dalam upaya peningkatan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Dari pelaksanaan Rakonas dalam 2 tahap tersebut, menghasilkan kesimpulan dan tindak lanjut terkait Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a) Pengadaan obat dan alkes berdasarkan e-catalogue perlu diintensifkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat dan alat kesehatan.

Sistem e-Monev katalog dikembangkan agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengadaan obat berdasarkan e-catalogue baik secara elektronik (e-Purchasing) maupun manual.

b) Untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan vaksin sampai ke tingkat puskesmas, diperlukan penguatan manajemen pengelolaan obat dan vaksin (one gate policy) di setiap tingkat pemerintahan dan fasilitas kesehatan, terutama dengan mengoptimalkan pemanfaatan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

d) Upaya mewujudkan jaminan keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) membutuhkan pengendalian dan pengawasan secara berjenjang dan komprehensif (pre dan post market). Pengawasan harus dilakukan selaras dengan pembinaan industri alat kesehatan dan PKRT, sehingga mendorong kemandirian nasional di bidang alat kesehatan yang dilakukan bersama antara Pemerintah Pusat dan Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai fungsinya.

e) Pemerintah Pusat dan Daerah berkomitmen untuk mendorong industri sediaan farmasi dan pangan untuk memenuhi standar dan persyaratan sehingga mampu berdaya saing.

f) Pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan mendorong penggunaan sediaan farmasi dan pangan yang aman, bermutu dan berkhasiat serta alkes yang rasional, guna tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan keselamatan pasien. Edukasi masyarakat diperlukan agar masyarakat menjadi proaktif dalam implementasi pelayanan kefarmasian dan menumbuhkan kecintaan produk dalam negeri.

g) Optimalisasi seluruh sumber pendanaan program kesehatan (dekonsentrasi, BOK, DAK, APBD) dalam memperkuat dukungan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk Program Indonesia Sehat. Hal ini perlu dimanfaatkan secara maksimal, dipantau, dan hasil evaluasi ditindaklanjuti untuk meningkatkan akuntabilitasnya bagi pencapaian tujuan program.

h) Perubahan kebijakan DAK dilakukan dalam rangka mendukung implementasi Nawacita utamanya untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dalam kerangka NKRI, diantaranya membangun 10 Rumah Sakit Pratama. Penentuan alokasi DAK saat ini ditentukan berdasarkan usulan dari Daerah (Proposal Based) agar lebih efektif, efisien dan mampu laksana.

Sebagai tindak lanjut kesimpulan tersebut, peserta Rapat Koordinasi Nasional sepakat untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

b) Meningkatkan kapasitas institusi dalam manajemen pengelolaan obat dan vaksin, terutama perencanaan kebutuhan, pemanfaatan e-catalogue dan e-monev catalogue serta penerapan sistem e-logistic, oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Mendorong segera disiapkan payung hukum pelaksanaan one gate policy pengelolaan obat di Instalasi Farmasi.

c) Melaksanakan pembinaan sarana produksi distribusi kefarmasian dan alat kesehatan sesuai pedoman yang telah ditetapkan, termasuk sosialisasi dan pemanfaatan sistem perizinan dan pelaporan secara online, serta mendorong penggunaan alat kesehatan dan bahan baku obat produksi dalam negeri.

d) Menyelenggarakan tahapan perizinan sarana produksi distribusi kefarmasian dan alat kesehatan PKRT, berdasarkan janji layanan dan prosedur operasional standar yang telah ditetapkan, baik oleh pusat maupun daerah. Dinkes akan lebih proaktif melakukan analisis perizinan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan.

e) Memperkuat edukasi masyarakat melalui pendekatan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat), pendekatan keluarga untuk Program Indonesia Sehat dan implementasi Permenkes No 98 tahun 2015 tentang Pemberian Informasi HET obat.

f) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan, Pusat dan daerah akan melakukan sosialisasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas pelayanan Kefarmasian, peningkatan kapasitas SDM Kefarmasian, serta advokasi dalam penyediaan formasi Tenaga Kefarmasian.

g) Daerah Kab/Kota penerima DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian akan melakukan penajaman kegiatan serta akselerasi penyerapan anggaran yang sudah diterima di kas daerah dan mendukung pembangunan infrastruktur Instalasi Farmasi dengan sebaik-baiknya.

h) Pelaksana Program di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota akan terus meningkatkan pengawasan atas pelaksanaan dekonsentrasi dan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian. Setiap pelaksana tersebut akan mengupayakan pengawasan yang lebih terstruktur, terkoordinir, dan bersumber data terkini di lapangan.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

3. Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dalam perencanaan dan penganggaran dibutuhkan perencanaan berbasis bukti

(evidence based planning) Dalam hal ini, data menjadi sangat penting sebagai suatu komponen dalam menyusun kebijakan dan perencanaan. Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan tingkat Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 1-3 Juni 2016 dilakukan sebagai suatu metode dalam pengumpulan data kefarmasian dan alat kesehatan yang akurat dan berbasis bukti (evidence base).

Gambar 8. Paparan Materi Mengenai Kebijakan Pengelolaan Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan oleh Dirjen Farmalkes pada Acara Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Data individual yang diperoleh menjadi data yang sangat berharga, menjadi sumber referensi dalam penentuan kebijakan baik di pusat maupun di daerah. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan mencocokkan data kefarmasian dan alat kesehatan yang dikumpulkan oleh seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia dengan menggunakan aplikasi “SIMADA”.

Kegiatan ini menghasilkan data-data kefarmasian dan alat kesehatan yang termutakhir dari 34 provinsi. Data-data tersebut dapat diakses oleh publik melalui website www.apif.binfar.kemkes.go.id.

Gambar 9. Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian (www.apif.binfar.kemkes.go.id)

24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Adapun data-data yang dihasilkan diuraikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4. Rekapitulasi Jumlah Apotek dan Toko Obat per Provinsi

Grafik 5. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Besar Farmasi dan Penyalur Alat Kesehatan per Provinsi

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 6. Rekapitulasi Jumlah Industri Farmasi dan Industri Kosmetika per Provinsi

Grafik 7. Rekapitulasi Jumlah Produksi Alat Kesehatan dan Produksi PKRT per Provinsi

26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 8. Rekapitulasi Jumlah Produksi Alat Kesehatan dan Produksi PKRT per Provinsi

4. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 10. Ka. Badan PPSDMK, drg. Usman Sumantri, M.Sc. Memberikan Paparan dengan Moderator Sesditjen Farmalkes dalam Pertemuan Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Berbagai peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan sesuai kebutuhan hukum dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Pada tahun 2016 telah disusun 18 rancangan produk hukum berupa rancangan Peraturan Menteri Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan dan Surat Edaran. Adapun 18 rancangan produk hukum tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tabel 9. Daftar Rancangan Produk Hukum yang Disusun pada Tahun 2016

No

Rancangan Produk Hukum

1 Rancangan Permenkes tentang Apotek 2 Rancangan Permenkes tentang Rencana Strategis Pengembangan Industri Farmasi

dan Alat Kesehatan 3 Rancangan Permenkes tentang Rekomendasi Persetujuan Impor Barang

Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar dan Pelayanan Purna Jual 4 Rancangan Permenkes tentang Perubahan atas Permenkes No. 006 Tahun 2012

5 Rancangan Permenkes tentang Cara Uji Klinis Alat Kesehatan yang Baik (CUKAKAB) 6 Rancangan Permenkes tentang Tim Penyusunan Formularium Obat dan Perbekalan

Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016 7 Rancangan Permenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan Elektronik Monitoring dan

Evaluasi (E-Monev) 8 Rancangan Permenkes tentang CPAKB dan CPPKRTB

9 Rancangan Permenkes tentang Pencabutan Permenkes No. 284/Menkes/Per/III/ 2007 ttg Apotek Rakyat 10 Rancangan Permenkes tentang Panitia penyusunan suplemen II farmakope Indonesia edisi 5 11 Rancangan Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

12 Rancangan Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 13 Rancangan Permenkes tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika 14 Rancangan Permenkes tentang Perubahan penggolangan Narkotik 15 Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Uji Mutu Obat pada Instalasi

Farmasi Pemerintah 16 Rancangan Kepmenkes Adendum ke-2 Fornas bersama lampiran

17 Rancangan Surat Edaran tentang petunjuk pelaksanaan Permenkes No 31/2016 18 Rancangan Surat Edaran tentang Penyesuaian Perizinan Apotek Rakyat

Dalam rangka implementasi terhadap produk hukum yang sudah dikeluarkan maka pada tanggal 9 s.d 12 November 2016 bertempat di Ambon dilaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan dengan tema “Penguatan Regulasi Dalam Rangka Penguatan Aksesibilitas, Mutu dan Kemandirian Sedian Farmasi dan Alat Kesehatan” kepada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun rumah sakit untuk memberikan kesamaan pemahaman terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

5. Advokasi Penanganan Kasus Hukum Advokasi penanganan kasus hukum dilakukan melalui pendampingan penyelesaian

kasus hukum yang dialami masyarakat yang bertujuan untuk membahas masalah dan mengkaji upaya penyelesaian kasus hukum di bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta

28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

6. Kegiatan Kehumasan : Pameran HKN dan Buletin Infarkes Kegiatan yang bersifat informatif yang secara langsung terkoneksi/berinteraksi dengan

masyarakat, yang dapat meningkatkan pemahaman, kesadaran dan wawasan pengetahuan bagi masyarakat maupun pejabat/pegawai internal Kementerian Kesehatan, mengenai visi, misi, kebijakan, strategi pembangunan, dan juga kinerja serta capaian dari program – program yang dilaksanakan oleh Ditjen Farmalkes.

Kegiatan yang bersifat informatif tersebut juga berfungsi sebagai alat pencitraan positif dalam menggambarkan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kesehatan dibidang kefarmasian dan alat kesehatan dalam bentuk bukti nyata berupa liputan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan program kefarmasian.

Kegiatan Pameran yang telah dilaksanakan di Tahun 2016 antara lain: 1). Pameran dalam rangka Rakonas Ditjen Farmalkes wilayah Timur tanggal 15 s.d 19 Februari 2016 di Palembang; 2). Pameran dalam rangka Rakonas Ditjen Farmalkes Wilayah Barat di Balikpapan tanggal 21-24 Maret 2016; 3). Dalam rangka Rakerkesnas Kementerian Kesehatan di hotel Bidakara Jakarta 30-31 Maret dan 4-5 April 2016; 4). Pameran ISPOR di Hotel Santika Jakarta, 5). Pameran International Cosmetic Ingridient PERKOSMI di JIExpo Jakarta 11-14 Mei 2016; 6). Pameran dan Workshop Pendukung Industri Kefarmasian Nasional Tahun 2016 tanggal 25-28 Mei 2016; 7). Kontributor pameran Industri Alkes Dalam Negeri -Balai Kartini Jakarta 29- 30 Agustus 2016; 8). Dalam rangka hospital expo 19 – 22 Oktober 2016 di JCC - Jakarta; 9). Dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan IAI Tahun 2016 di Jogjakarta 27-29 September 2016; 10). Kontributor Pameran dalam rangka Pertinas Saka Bhakti Husada di Blitar-Jawa Timur tanggal 17-21 Oktober 2016; 11). Kegiatan Sosialisasi Perundang-undangan bidang farmasi dan alkes tanggal 9-12 November di Ambon-Maluku 12). Kontributor Pameran dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke 53 di JIExpo Jakarta tanggal 18-20 November 2016.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

7. Pertemuan Pemantapan Sistem Akuntansi Instansi (SAIBA dan SIMAK BMN) dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Farmalkes Tahun 2016

Gambar 11. Sesditjen Farmalkes Memberikan Arahan Terkait Sistem Akuntansi Instansi (SAIBA dan SIMAK BMN) dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Farmalkes

Tahun 2016

Barang Milik Negara pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang mencakup 40 (empat puluh) satker (terdiri dari 6 satker pusat dan 34 satker daerah) perlu dikelola dengan baik agar dapat menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen Farmalkes khususnya dan Kementerian Kesehatan pada umumnya. Dalam perjalanan aplikasi SIMAK BMN Kementerian Keuangan RI selalu dilakukan penyempurnaan oleh Kementerian Keuangan RI sehingga dirasa perlu dilakukan Pembekalan terhadap pengelola SIMAK BMN satker Ditjen Farmalkes untuk tahun 2016, sehingga akan memperlancar dalam pengelolaan serta penyusunan laporan BMN Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

8. Pertemuan Pembinaan Wilayah Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 12. Dirjen Farmalkes Memberikan Arahan Dalam Acara Pertemuan Pembinaan Wliayah Ditjen Farmalkes

Kegiatan Pertemuan Pembinaan Wilayah

dan Pendampingan Program Kesehatan Wilayah Binaan Ditjen

Kefarmasian dan Alat

dilaksanakan pada tanggal 6 s.d. 8 Desember 2016. Pertemuan pembinaan wilayah ini bertujuan untuk melaksanakan fungsi pembinaan wilayah, memantau pelaksanaan resolusi Rakerkesnas, mengidentifikasi kesiapan pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Kesehatan

30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Keluarga di provinsi binaan serta mensosialisasikan berbagai produk hukum di bidang Kefarmasian dan Alkes.

Terdapat 12 poin hasil pertemuan yang digunakan sebagai bahan tindak lanjut bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan/program di masing-masing Instansi terutama terkait dengan resolusi Rakerkesnas 2016 dan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:

a) Penerapan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dapat membantu Dinkes Provinsi memenuhi kewajiban SPM Bidang Kesehatan. Setiap pihak perlu melakukan identifikasi kesiapan penerapan program tersebut, dengan memperhatikan berbagai sumber daya yang dimiliki.

b) Melalui analisis tindak lanjut resolusi Rakerkesnas, telah diperoleh baseline untuk pemetaan situasi dan kondisi pada setiap subsistem sehingga dapat terpetakan kekuatan dan kelemahan sistem kesehatan di tiap jenjang pemerintahan. Perlu dilakukan klarifikasi terhadap hasil analisis tersebut untuk menghindari kesimpulan yang kurang tepat. Hasil pemetaan ini dapat menjadi dasar pelaksanaan program/kegiatan untuk memperkuat sistem kesehatan di daerah.

c) Implementasi pengelolaan obat satu pintu di rumah sakit ditujukan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pengelolaan obat, sehingga mendukung tercapainya jaminan keamanan pasien. Dinkes dan rumah sakit perlu menyusun langkah-langkah penerapan yang sistematis, sehingga sumber daya yang dimiliki berdayaguna dalam tercapainya implementasi pengelolaan tersebut.

d) Perlu dilakukan sosialisasi regulasi kefarmasian dan alkes kepada pihak terkait sehingga

kepada tenaga kefarmasian/masyarakat dan meminimalisir penyimpangan pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.

e) Pengawasan pre market dan post market perlu dilakukan untuk menjamin fasyankes dan masyarakat menggunakan alat kesehatan dan PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat. Kemandirian produk alkes dalam negeri harus didukung agar industri alkes dalam negeri mampu memproduksi alkes sesuai standar dan berdaya saing.

f) Uji sampling obat bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu obat. Dalam melaksanakan uji sampling dibutuhkan koordinasi yang baik antar institusi terkait. Setiap pihak perlu menyiapkan pelaksanaan pengadaan obat yang lebih baik di tahun 2017, terutama mengantisipasi masa akhir e-katalog 2016 di April 2017.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

h) Seluruh pihak yang terkait pada sistem produksi dan distribusi harus mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan peraturan perUU terkait secara komprehensif dan holistik. Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang produksi dan distribusi kefarmasian dalam rangka melindungi masyarakat dan mendorong daya saing usaha

i) Perlunya memanfaatkan alokasi DAK sebagai salah satu sumber pembiayaan urusan daerah yang sesuai prioritas nasional. Kebijakan proposal-based diharapkan dapat meningkatkan ketepatan dan kemanfaatan alokasi yang diberikan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat mendorong persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin, instalasi farmasi yang menerapkan aplikasi logistik dan melakukan manajemen logistik sesuai standar.

j) Untuk memperkuat kapasitas Dinkes dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam mencegah terulangnya kasus vaksin palsu, setiap institusi perlu memperkuat SOP pengelolaan logistik obat dan vaksin di masing-masing pihak. Selain itu, penguatan juga perlu dilakukan untuk pengawasan penerapan SOP tersebut, sehingga jaminan kualitas obat dan vaksin yang dikelolanya selalu terjaga.

k) Standar pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas dan Apotek) disusun untuk menjamin keselamatan pasien. Dinkes Provinsi/Kab/Kota harus melakukan pembinaan dalam implementasi standar tersebut sesuai kewenangannya

l) Telah dibentuk Unit Pencegahan Pungli di Kemenkes sesuai dengan Kepmenkes No 604/2016 yang bertugas melaksanakan pencegahan, penindakan dan yustisi terhadap pungli. Diharapkan provinsi dan kab/kota dapat melakukan pemetaan, pencegahan serta pengawasan terhadap proses pelayanan yang rawan pungli.

B. REALISASI ANGGARAN

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2016 dengan alokasi sebesar Rp104.960.683.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2016, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami beberapa kali perubahan, baik perubahan akibat perpindahan anggaran antar Satuan Kerja maupun akibat efisiensi/penghematan. Untuk kepetingan organisasi dengan mempertimbangkan efektifitas

32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sesuai dengan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, anggaran Kementerian Kesehatan dilakukan efisiensi/penghematan kembali. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh penghematan anggaran sebesar Rp4.482.540.000,00. Efisiensi tahap 2 ini dilakukan melaui mekanisme blokir mandiri (Self blocking) pada DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sehingga tidak mempengaruhi jumlah anggaran secara umum. Adapun realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp77.508.765.266,00 (Tujuh puluh tujuh miliar lima ratus delapan juta tujuh ratus enam puluh lima ribu dua ratus enam puluh enam rupiah). Bila dibandingkan dengan alokasi anggaran termasuk self blocking yaitu sebesar Rp96.341.355.000,00 (Sembilan puluh enam miliar tiga ratus empat puluh satu juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 80,45%. Sementara, bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tanpa self blocking yaitu sebesar Rp91.858.815.000,00 (Sembilan puluh satu miliar delapan ratus lima puluh delapan juta delapan ratus lima belas ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 84,38%.

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di bidangnya.

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Keadaan pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2016 berjumlah 76 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 10. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan

Keterangan

Jumlah

Menurut Jabatan

Jabatan Struktural

Jabatan Fungsional Tertentu

Jabatan Struktural

Jabatan Fungsional

Tertentu Staf

Grafik 9. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan

Tabel 11. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan

Keterangan

Jumlah

Menurut Golongan

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Golongan II Golongan III

Golongan IV

Grafik 10. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut

Golongan

34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tabel 12. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Pendidikan

Keterangan

Jumlah

Menurut Pendidikan