Aspek Daya Saing Daerah

2.3. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Kondisi daerah Kabupaten Bogor terkait aspek daya Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Kondisi daerah Kabupaten Bogor terkait aspek daya

 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin

besar angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Untuk lebih jelasnya pengeluaran konsumsi RT per kapita atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.29

Jumlah Pengeluaran Konsumsi RT per Kapita di Kabupaten Bogor Tahun 2013-2017

No. URAIAN

Total pengeluaran 1. konsumsi RT per kapita

822.801 924.109 1.263.655 1.369.902 1.435.960 sebulan Sumber: Indikator Ekonomi Daerah tahun 2013 s.d 2017

Pengeluaran konsumsi rata-rata rumah tangga per kapita sebulan di Kabupaten Bogor setiap tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 mencapai Rp 822.801, sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp. 613.158 menjadi Rp. 1.435.960.

 Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani dengan mengukur kemampuan

tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani. Nilai Tukar Petani dapat dihitung dengan membandingkan faktor produksi dengan produk, yaitu perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan yang dibayar (Ib) petani.

Tabel 2.30 Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bogor Tahun 2013-2017

No. URAIAN

101,32 101,44 Sumber: Indikator Ekonomi Daerah tahun 2013 s.d 2017

1. Nilai tukar petani

Nilai tukar petani (NTP) pada tahun 2013-2017 sangat fluktuatif di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2013 NTP sebesar 101,37 persen dan turun Nilai tukar petani (NTP) pada tahun 2013-2017 sangat fluktuatif di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2013 NTP sebesar 101,37 persen dan turun

 Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban

yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Tabel 2.31 Rasio Ketergantungan di Kabupaten Bogor Tahun 2013-2017

No Uraian

51,78 49,37 Sumber: BPS dan Bappeda dalam LKPj

1. Rasio ketergantungan

Rasio ketergantungan di Kabupaten Bogor kurun waktu 2013-2017 berkisar antara 49,37 s/d 56,73. Pada tahun 2013 rasio ketergantungan total sebesar 56,73 artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) Rasio ketergantungan di Kabupaten Bogor kurun waktu 2013-2017 berkisar antara 49,37 s/d 56,73. Pada tahun 2013 rasio ketergantungan total sebesar 56,73 artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif)