Penentuan Kebutuhan Air Irigasi Dan Pemupukan Bawang Merah (Allium Cepa) Secara Hidroponik Dengan Media Pasir

1

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN
PEMUPUKAN BAWANG MERAH (Allium cepa) SECARA
HIDROPONIK DENGAN MEDIA PASIR

ZOLIAND SOBILHAQQ

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Kebutuhan

Air Irigasi dan Pemupukan Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik
dengan Media Pasir adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015
Zoliand Sobilhaqq
NIM A24134012

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4

ABSTRAK
ZOLIAND SOBILHAQQ. Penentuan Kebutuhan Air Irigasi dan Pemupukan

Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik dengan Media Pasir. Dibimbing oleh
EKO SULISTYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebutuhan air pada tanaman
bawang merah (Allium cepa) secara hidroponik. Menentukan waktu irigasi untuk
produksi maksimum. Mempelajari pengaruh frekuensi pemberian pupuk hidroponik.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo,
Darmaga, Bogor, Jawa Barat selama 16 minggu, dimulai pada Januari sampai dengan
Mei 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT). Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume irigasi (2Eo, 4Eo,
6Eo, 8Eo). Faktor kedua yaitu interval pemupukan, terdiri atas empat taraf yakni satu
minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali, dan empat minggu sekali,
sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas tiga
ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas satu tanaman, sehingga total ada 48 tanaman.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa volume irigasi berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan. Jumlah
umbi dan bobot kering daun maka direkomendasikan volume irigasi sebesar 2Eo
dengan interval pemupukan empat minggu sekali.
Kata kunci: bobot kering daun, bobot umbi, jumlah anakan, volume irigasi


ABSTRACT
ZOLIAND SOBILHAQQ. Determining Water Requirment and Fertilitation of
Onion (Allium cepa) Hidroponically with Sand Media. Supervised by
EKO SULISTYONO.
This research aims to study the water needs of the crop of onion
(Allium cepa) hydroponically. Determine the time of irrigation for maximum
production. Studied the effect of frequency of hydroponic fertilizer. The research
activities carried out at the Green House Garden Experiment Leuwikopo,
Dramaga, Bogor, West Java, for 16 weeks, starting in January to May 2015. This
study used a randomized Full Factorial Design Group (RKLT). The first factor
consists of four levels of irrigation volume (2Eo, 4Eo, 6Eo, 8Eo). The second
factor is the interval of fertilization, consists of four levels: one week, two weeks,
three weeks, and four weeks, in order to obtain 16 combinations of treatments,
each treatment consisted of three replications, and each replication consisted of
one plant, for a total of 48 plants. Results from this study indicate that the volume
of irrigation very significant effect on plant height at nine and ten weeks after
planting, but did not significantly affect the number of leaves and number of
tillers. Interval fertilization did not significantly affect the growth of all variables.
The number of tubers and leaf dry weight, the recommended volume of 2Eo

irrigation with fertilization interval of four weeks.
Keywords: leaf dry weight, tuber weight, number of tillers, irrigation volume

5

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN
PEMUPUKAN BAWANG MERAH (Allium cepa) SECARA
HIDROPONIK DENGAN MEDIA PASIR

ZOLIAND SOBILHAQQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

6

7

8

9

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai Mei 2015 ini ialah
hidroponik, dengan judul Penentuan Kebutuhan Air Irigasi dan Pemupukan
Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik dengan Media Pasir.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan komisi pembimbing
bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi yang telah memberikan banyak pengarahan,
ilmu, dan saran. Dosen pembimbing akademik ibu Dr Ir Endah Retno Palupi,
MSc atas pengarahan dan semangat yang diberikan selama menempuh pendidikan

S1. Dosen penguji bapak Chandra Budiman, SP, MSi dan bapak Dr Ir Supijatno,
MSi. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Supiyatna
beserta staf rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo yang telah mendukung
dalam pengamanan dan banatuan selama penelitian berlangsung. Seluruh tim
dosen beserta staf Departemen Agronomi dan Hortikultura. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada, ayah, ibu, dan adik atas doa, dukungan, serta
perhatian yang tulus. Teman-teman Alih Jenis Agronomi dan Hortikultura tahun
2013 khususnya Amalia Evadiyani, Ery Leonardo Saragih, Fitria Nanda Utami,
Lany Hardiyani, Ellysa Dwi Gahara, Vivi Fitriani, Devi Delidha, Fachrul
Maulana, Rudiyono, Reza Liliandra, dan lain-lain atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

Zoliand Sobilhaqq

10

11


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................... 2
Hipotesis............................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
Botani ............................................................................................................... 2
Syarat Tumbuh .................................................................................................. 2
Hidroponik ........................................................................................................ 3
Media Pasir ....................................................................................................... 3
Unsur Hara Tanaman ........................................................................................ 3
Pupuk Hidroponik ............................................................................................. 4
Kebutuhan Air Tanaman ................................................................................... 4
Evapotranspirasi Tanaman ................................................................................ 4
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4
Tempat dan Waktu ............................................................................................ 4
Bahan dan Alat .................................................................................................. 5

Metode Penelitian.............................................................................................. 5
Pengamatan ....................................................................................................... 5
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Kondisi Umum .................................................................................................. 7
Pengaruh Volume irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan
dan Produksi ...................................................................................................... 7
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan ............................................. 9
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan ................................... 10
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Produksi................................................... 12
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Produksi .......................................... 12
Pengaruh Interaksi Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap
Produksi .......................................................................................................... 13
SIMPULAN .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

12

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan ......................................................... 8
Rekapitulasi analisis ragam produksi ................................................................ 9
Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman ............................................ 9
Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun .............................................. 10
Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah anakan ........................................... 10
Pengaruh interval pemupukan terhadap tinggi tanaman.................................. 11

Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah daun...................................... 11
Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah anakan .................................. 11
Pengaruh volume irigasi terhadap ukuran umbi .............................................. 12
Pengaruh volume irigasi terhadap produksi umbi ........................................... 12
Pengaruh interval pemupukan terhadap ukuran umbi ..................................... 13
Pengaruh interval pemupukan terhadap produksi umbi .................................. 13
Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
jumlah umbi ..................................................................................................... 14
14 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
kadar air umbi .................................................................................................. 14
15 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
bobot kering daun ............................................................................................ 14

DAFTAR LAMPIRAN
Kandungan hara pupuk hidroponik ................................................................. 20
Kombinasi perlakuan ....................................................................................... 20
Skema perlakuan penelitian ............................................................................. 21
Jadwal pemupukan .......................................................................................... 22
Volume irigasi (cm3 atau cc atau ml) .............................................................. 23
Nilai evaporasi panci pada saat pemupukan (mm) .......................................... 24

Hasil pengamatan evaporasi panci bulan Januari sampai Mei 2015 ............... 25
Rekapitulasi suhu harian selama pengamatan ................................................ 27
Ember tanam bawang merah (a) dan panci evaporasi (b) ............................... 33
Dokumentasi perlakuanvolume irigasi dengan interval pemupukan pada
tanaman bawang merah umur 4 MST ............................................................. 34
11 Dokumentasi perlakuanvolume irigasi dengan interval pemupukan pada
tanaman bawang merah umur 8 MST ............................................................. 35
12 Dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan umbi
bawang merah .................................................................................................. 37
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa) merupakan komoditas yang memiliki arti
penting, terutama untuk masyarakat Indonesia. Komoditas bawang merah ini
walaupun bukan komoditas pokok, tetapi keberadaan komoditas ini sangat
diperlukan. Komoditas ini dapat digunakan, baik dari segi bumbu pelengkap
maupun kesehatan. Bawang merah sebagai bumbu pelengkap karena banyak
mengandung vitamin B dan C. Bawang merah juga digunakan dalam bidang
kesehatan sebagai obat tradisional seperti menyembuhkan luka atau infeksi,
memperbaiki pencernaan dan menghilangkan lendir di tenggorokan karena adanya
efek antiseptik senyawa anilin dan alisin (Rukmana 1994). Perkiraan kebutuhan
konsumsi bawang merah dalam kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 meningkat
dari 812 103 ton menjadi 899 412 ton (Ditjen BPH 2005). Konsumsi bawang
merah meningkat sekitar lima persen setiap tahunnya sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan
(Ditjen PPHP 2006).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2013), bahwa dalam kurun waktu
2009 sampai 2013 produksi bawang merah Indonesia menunjukkan angka
peningkatan dari 965 164 ton menjadi 1 010 773 ton atau dengan laju
3.36 persen/tahun. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh peningkatan
produktivitas dengan laju 0.63 persen/tahun dan penggunaan pupuk sesuai
kebutuhan, yaitu 200 kg ha-1 Urea, 200 kg ha-1 SP36, 200 kg ha-1 KCl, dan
500 kg ha-1 ZA (Badan Litbang-Deptan 2006). Produktivitas tersebut akan
menurun karena kurangnya ketersediaan air, sebagai akibat dari pemakaian air
yang tidak efisien. Air yang sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman
pada fase pertumbuhan tertentu akan terjadi defisit (curah hujan lebih kecil dari
evapotranspirasi), maka pemberian air senilai defisit dapat dilakukan.
Menurut Savvas1 (2003) hidroponik merupakan metode untuk
menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media
penumbuh tanaman. Metode tersebut melibatkan pasokan nutrisi anorganik
melalui air irigasi. Pasir kuarsa dan kerikil (bebas dari batu kapur) adalah bahan
agregat yang paling sering digunakan dalam penelitian yang melibatkan budidaya
tanpa tanah pada saat itu. Budidaya dengan media air, budidaya dengan media
pasir, dan budidaya dengan media kerikil, adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan metode hidroponik ini dalam menumbuhkan tanaman
(Savvas2 2003). Menurut Savvas3 (2003) budidaya tanaman dengan hidroponik
dilakukan di dalam rumah kaca, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih tinggi
dibanding dengan budidaya pada umumnya serta membutuhkan keterampilan
teknis untuk mengatasinya. Pencapaian hasil dan kualitas yang baik dapat dicapai,
bahkan dalam keadaan salin ataupun dengan struktur media yang rendah.
Inovasi teknologi budi daya untuk memproduksi maksimum suatu
komoditas tersebut berkembang pesat pada 10 tahun terakhir. Temuan hidroponik
terbaru saat ini sudah terbukti menguntungkan, sehingga hidroponik dipandang
sebagai sistem dengan cara budidaya yang intensif. Pengaturan terhadap air yang
digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan maksimum suatu komoditas,
terutama bawang merah. Adanya perkembangan dalam sistem hidroponik ini,
maka perlu kiranya penelitian evapotranspirasi dengan sistem hidroponik media

2
pasir, sehingga dapat melihat kebutuhan air yang akan digunakan untuk efisiensi
air dan menekan modal yang dikeluarkan, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan secara finansial maupun penghematan air.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebutuhan air pada tanaman
bawang merah (Allium cepa) secara hidroponik. Menentukan volume irigasi
untuk produksi maksimum. Mempelajari pengaruh frekuensi pemberian pupuk
hidroponik.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Volume irigasi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang
merah
2. Interval pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang
merah
3. Interaksi volume irigasi dan interval pemupukan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah
4. Diperoleh kombinasi antara volume irigasi dan interval pemupukan tertentu
untuk bawang merah

TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman hortikultura,
khususnya benih bawang merah. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan
oleh petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah
dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku
(Kartasapoetra 2003). Bawang adalah tanaman dua musim yang memiliki batang
dan muncul tahun kedua, halus, lurus, gemuk, membesar di bagian pangkal, dan
fistulous, bantalan di atas sebuah umbel, bunga putih-kehijauan. Daun berbentuk
bulat dan fistulous warna hijau, kaku, dan lebih pendek dari batang. Bagian yang
biasa digunakan adalah umbi. Bawang termasuk dalam kerajaan Plantae, keluarga
Alliaceae, genus Allium, spesies: A. cepa (Chem, Pharm, dan Res 2010).
Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah tumbuh di daerah beriklim kering, sehingga peka
terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut.
Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal
(minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan kelembaban nisbi 50-70%
(Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999). Bawang merah dapat ditanam di
dataran rendah sampai ketinggian 1 000 m di atas permukaan laut. Ketinggian
tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah
adalah 0-450 m di atas permukaan laut (Sutarya dan Grubben 1995).

3
Hidroponik
Taman Gantung Babilonia, salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno,
sering dianggap pengguna pertama hidroponik (Resh 2000). Menurut
Gericke (2000), bahwa teknik ini akan disebut "hidroponik" karena istilah
budidaya sebelumnya telah didefinisikan sebagai pertumbuhan tanaman air dan
hewan. Hidroponik adalah dari bahasa Yunani hydro berarti air dan ponos berarti
tenaga kerja dan analog dengan geoponik, didefinisikan sebagai ilmu budidaya
tanpa tanah. Budidaya secara hidoponik telah dilakukan untuk pemeliharaan
tanaman yang terkontrol di dalam rumah kaca (Roger dan Smith 2001).
Hidroponik substrat adalah budi daya tanaman yang ditumbuhkan di media non
tanah, seperti arang sekam, zeolit, batu kerikil, perlit, pasir, rockwool, gambut,
atau serbuk gergaji (Onny 2004).
Media Pasir
Pasir merupakan fraksi kasar dari bahan tanah. Pasir didefinisikan secara
internasional dalam ilmu tanah sebagai partikel di atas 0.02 mm dan
dikelompokkan menjadi pasir kasar (0.2 mm sampai 2 mm) serta pasir halus
(0.02 mm sampai 0.2 mm). Pasir kasar lebih disukai sebagai substrat
(Raviv et al. 2002). Tingkat difusi oksigen rata-rata dalam pasir halus adalah 10
sampai 100 kali lebih rendah dari gambut, perlite, kulit redwood, dan campuran
lainnya (Bunt 2001). Menurut da Silva (2001), pasir memiliki distribusi ukuran
pori yang sempit, sehingga fraksi pori-pori yang kecil mempertahankan volume
airnya hampir konstan seiring bertambahnya daya hisap dari 0 sampai 10 cm air
(pasir kasar) atau 0 sampai 20 cm (pasir halus). Peningkatan selanjutnya dalam
daya hisap air menghasilkan penurunan yang tajam pada kadar air. Masalah
aerasi diharapkan bila menggunakan pasir halus di pot umum yang digunakan
dalam pertanian (Wever et al. 2007).
Unsur Hara Tanaman
Hubungan antara salinitas dan nutrisi mineral tanaman hortikultura sangat
kompleks dan membutuhkan pemahaman mendalam dari interaksi yang terlibat.
Salinitas juga dapat menyebabkan kombinasi interaksi kompleks yang
mempengaruhi metabolisme tanaman, kerentanan terhadap penyakit atau
kebutuhan hara tanaman (Grattan dan Grieve 2008). Kebutuhan nutrisi untuk budi
daya kailan dan jenis sayuran batang dan daun lainnya yaitu Nitrogen
(N-total) 250 ppm, Posphor (P) 75 ppm, Kalium (K) 350 ppm, Kalsium (Ca)
175 ppm, dan Magnesium (Mg) 62 ppm (Thompson dan Doerge 2005).
Peningkatan urea pada kondisi hidroponik, penurunan pertumbuhan
tanaman yang tinggi dibandingkan dengan pasokan nitrat saja, dan pengurangan
ini lebih tinggi dibandingkan dengan amonium sulfat. Hal ini bisa disebabkan oleh
efek defisiensi N yang dihasilkan dari tingkat penyerapan urea yang sangat rendah
daripada urea atau amonium toksisitas berasal per sel. Urea tidak diambil di
lapangan pada tingkat yang signifikan, bahkan oleh inhibitor urease, namun hal
ini tidak berpengaruh negatif terhadap meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
yang dihasilkan dari hidrolisis mikroba terhadap urea (Arkoun et al. 2012).

4
Pupuk Hidroponik
Pemberian pupuk atau unsur hara selain diberikan lewat tanah dapat pula
diberikan lewat daun. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kelebihan utama dari
pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang
diberikan lewat akar. Produk pupuk daun saat ini dengan berbagai merek dagang
dengan komposisi hara makro dan mikro yang bervariasi. Unsur hara yang
dominan dalam pupuk daun adalah hara makro dengan tambahan beberapa unsur
mikro.
Menurut Sutedjo (2009), pupuk daun yang digunakan harus berkadar N
tinggi. Pupuk daun yang berkadar N tinggi dengan kadar P dan K yang bervariasi
seperti Growmore 32-10-10 (32 % N, 10 % P2O5 dan 10 % K2O). Growmore
adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah
larut dalam air. Pupuk ini dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam media tanam dan
mengandung hara lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan. Formula ini sangat baik untuk merangsang perakaran pada
pembibitan, stek (cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan,
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, dapat merangsang
pembungaan dan pembuahan.
Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air konsumtif tanaman besarnya sama dengan evapotranspirasi.
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah dari evaporasi dan transpirasi tanaman.
Evapotranspirasi merupakan bagian penting dari siklus air. Penguapan
menyumbang pergerakan air ke udara dari sumber seperti tanah, kanopi intersepsi,
dan badan air. Transpirasi menyumbang pergerakan air di dalam tanaman dan
hilangnya bersama air sebagai uap melalui stomata pada daunnya.
Evapotranspirasi potensial (PET) merupakan representasi dari permintaan
lingkungan untuk evapotranspirasi dan mewakili tingkat evapotranspirasi dari
tanaman hijau semusim, melengkapi ketajaman tanah, tinggi seragam dan status
5
air yang memadai dalam profil tanah. Ini adalah refleksi dari energi yang tersedia
untuk menguapkan air, dan angin yang tersedia untuk mengangkut uap air dari
bawah ke atas ke atmosfer yang lebih rendah. Evapotranspirasi dikatakan sama
dengan evapotranspirasi potensial bila ada air yang cukup (Allen et al. 2011).
Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air yang harus diberikan untuk
menggantikan kehilangan air akibat evapotranspirasi dan kehilangan air selama
proses penyaluran air. Pada sistem hidroponik dengan media pasir volume irigasi
dapat ditentukan berdasarkan besarnya evaporasi permukaan air bebas
(Sulistyono dan Yuliana 2014).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan
Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat selama 16 minggu, dimulai pada Januari
sampai dengan Mei 2015.

5
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas
lokal, air, pupuk daun, dan pasir. Alat yang digunakan terdiri atas ember, gelas
ukur, meteran, penggaris, kalkulator, kamera, dan timbangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Faktorial Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) untuk mengetahui respon evapotranspirasi satu varietas bawang
merah dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume irigasi
(2Eo, 4Eo, 6Eo, 8Eo) yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Faktor kedua yaitu
interval pemupukan (W), terdiri atas empat taraf yakni W1 (satu minggu sekali),
W2 (dua minggu sekali), W3 (tiga minggu sekali), dan W4 (empat minggu
sekali), sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan
terdiri atas tiga ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas satu tanaman, sehingga
total ada 48 tanaman.
Model linear yang digunakan sebagai berikut menurut Gomez dan Gomez
(1995):
Yijk = µ + αj + βk + (αβ)jk + ρk + Ejk
Keterangan:
Yijk
= Nilai pengamatan pada faktor I taraf ke-i, faktor W taraf ke-j, dan
ulangan ke-k
µ
= Rataan umum
αj
= Nilai tambah pengaruh faktor volume irigasi (I) ke-i (i = 2Eo, 4Eo,
6Eo, dan 8Eo)
βk
= Nilai tambah pengaruh faktor interval pemupukan (W) ke-j (j = W1,
W2, W3, dan W4)
(αβ)jk = Nilai tambah pengaruh interaksi faktor intensitas pemupukan (I) ke-i
dengan faktor interval pemupukan (W) ke-j
ρk
= Pengaruh aditif dari ulangan, dan diasumsikan tidak berinteraksi
dengan perlakuan (bersifat aditif)
Ejk
= Galat percobaan
Analisis data menggunakan uji F pada taraf nyata 5%. Hasil analisis ragam
berpengaruh nyata, maka nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji Tukey
(Honestly Significant Difference (HSD)) pada taraf 5% menggunakan software
SAS 9.0. Rekapitulasi data menggunakan Microsoft Office Excel 2007.
Pengamatan
Variabel penelitian adalah tingkat evaporasi tanaman dengan metode
evaporasi panci. Pengurangan air dalam panci diukur sesuai waktu yang telah
ditentukan. Analisis air yang berkurang dengan menggunakan indikator peubah
yang diamati. Pengamatan seluruh parameter dilakukan pada saat pertumbuhan,
panen dan setelah panen. Parameter yang diamati, meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan cara mengukur panjang tanaman
mulai dari leher akar sampai ujung daun tertinggi.
2. Jumlah daun per rumpun (helai) dilakukan dengan cara menghitung jumlah
yang terbentuk pada setiap tanaman dan telah membuka sempurna.

6
3. Jumlah anakan per rumpun (helai) dilakukan dengan cara menghitung jumlah
anakan yang terbentuk pada setiap rumpun.
4. Bobot tanaman segar atau basah (daun, batang, dan akar) (g) per rumpun
dilakukan setelah pemanenan saat akar masih dalam keadaan segar,
penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitis.
5. Bobot tanaman kering (daun, batang, dan akar) (g) per rumpun dilakukan
menggunakan oven (85oC) selama tiga hari hingga diperoleh berat konstan,
penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital.
6. Bobot hasil umbi, yaitu bobot umbi segar (saat panen) dan bobot umbi kering
(setelah di oven).
7. Jumlah umbi, dan ukuran umbi bawang (panjang umbi dan diameter umbi).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan rumah kaca dan media tanam
Rumah kaca yang akan digunakan harus dalam keadaan rapih, bersih, dan
tertutup atau layak. Media tanam pasir dibeli pada toko bangunan, kemudian pasir
dibersihkan dari kotoran-kotoran, dikering anginkan, dan diayak. Pasir
dimasukkan dalam pot 1/3 dari tinggi pot. Pasir diberi pupuk hidroponik dengan
cara pengenceran sesuai dosis perlakuan, kemudian diinkubasi selama 2 minggu.
Penanaman, penyulaman, dan pemeliharaan
Penanaman bibit dilakukan pada pot yang sudah berisi pasir. Umbi bibit
ditanam dengan alat penugal, lubang tanaman dibuat sedalam rata-rata setinggi
umbi. Satu umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan
gerakan seperti memutar sekerup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan
permukaan media pasir. Setelah tanam, seluruh pot disiram dengan embrat yang
halus.
Penyulaman dilakukan terhadap bawang merah yang mati atau tidak
memenuhi syarat pertumbuhan. Umbi untuk menyulam berasal dari persediaan
bawang merah dan umur yang sama dengan umbi yang sudah di tanam dalam pot.
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam dalam pot. Hama dan penyakit
dikendalikan secara intensif dengan cara melakukan penyemprotan.
Penentuan volume irigasi
Irigasi diberikan setiap hari dengan volume yang sudah ditentukan
berdasarkan evapotranspirasi panci, yaitu koefisien panci tanaman x evaporasi
panci (cm) x luas permukaan ember tanaman (cm2).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan bersama-sama air irigasi dengan interval sesuai
perlakuan dengan konsentrasi 1.5 gram pupuk hidroponik per liter larutan.
Kandungan hara pupuk yang digunakan adalah seperti pada Lampiran 1.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah umurnya cukup tua dengan ciri 60% leher
batang lunak, tanaman rebah, dan daun menguning.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Bawang merah berada di dalam rumah kaca dengan batas sebelah timur
adalah ruang kelas dan rumah kaca. Batas sebelah barat adalah tanaman kemangi.
Batas sebelah utara adalah lahan tanaman sereh dan jahe. Batas sebelah selatan
adalah tanaman singkong. Cahaya masuk rumah kaca mulai jam 10.00 karena
terhalang tembok sampai dengan 16.00 WIB. Kondisi ini sesuai dengan syarat
tumbuh bawang (Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999, Sutarya dan
Grubben 1995).

a

b

Gambar 1 Rumah kaca di Leuwikopo (a) dan tanaman bawang merah (b)
Tata letak tanaman bawang merah disusun berdasarkan ulangan, sehingga
terdapat tiga baris untuk tiga ulangan. Bak penampung air bersih dan panci
evaporasi diletakkan didekat pertanaman bawang merah tersebut. Bak penampung
air ini akan digunakan sebagai stok air jika keran air dari rumah kaca tidak
mengeluarkan air. Panci evaporasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak air yang menguap atau hilang setiap harinya, sehingga dapat mengetahui
volume irigasi dan pemupukan yang dapat diberikan ke tanaman. Nilai evaporasi
panci selama percobaan dari bulan Januari sampai dengan Mei sebesar 1 sampai
dengan 4 mm per bulan dapat dilihat pada Lampiran 7. Perubahan evaporasi panci
harian ini dapat berbeda-beda setiap harinya, tergantung dengan suhu harian, yaitu
sekitar 30oC sampai dengan 32oC berdasarkan AccuWeather.com dalam
Lampiran 8.
Hama dan penyakit dikendalikan secara intensif setiap minggu
menggunakan furadan (Petrofur), insektisida dengan bahan aktif deltrametrin dan
konsentrasi 0.5 sampai 1 ml L-1, serta fungisida dengan bahan aktif mankozeb
80% dan konsentrasi 3 sampai 6 g L-1.
Pengaruh Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan
dan Produksi
Volume irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval pemupukan dan interaksi antara

8
volume irigasi dengan interval pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap
semua peubah pertumbuhan.
Volume irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, bobot umbi per
pot, dan kadar air umbi, berpengaruh sangat nyata terhadap panjang umbi, bobot
basah umbi. Interval pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah
produksi. Interaksi antara volume irigasi dan interval pupuk berpengaruh nyata
terhadap jumlah umbi, kadar air umbi, dan bobot kering daun (Tabel 1).
Tabel 1 Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan
Pr > F
Peubah

Tinggi
tanaman

Jumlah daun

Jumlah
anakan

a

MST

10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10

Volume
irigasi

Pupuk

Pertumbuhana
0.3035
0.5903
0.3539
0.4663
0.8273
0.6748
0.8862
0.1174
0.3711
0.8265
0.2651
0.8533
0.1355
0.8442
0.0151
0.9643
0.0021**
0.7216
0.0004**
0.9151
0.7887
0.8646
0.9682
0.6047
0.9230
0.6927
0.5793
0.3786
0.7236
0.6390
0.6173
0.6650
0.3950
0.5133
0.4071
0.4008
0.3080
0.3524
0.1652
0.2625
0.8194
0.9637
0.9277
0.8957
0.9821
0.6545
0.6903
0.3049
0.4775
0.5377
0.4763
0.7274
0.2150
0.5492
0.4251
0.4595
0.3769
0.6590
0.5258
0.4967

Volume
irigasi x
pupuk
0.8318
0.4015
0.2449
0.0875
0.3854
0.3238
0.7520
0.7888
0.1399
0.3663
0.6538
0.4597
0.2620
0.1439
0.1533
0.0888
0.1692
0.2258
0.2151
0.1049
0.4796
0.6762
0.5592
0.4249
0.2385
0.3869
0.4412
0.3118
0.3038
0.2470

KK

26.88132
14.05476
10.91499
11.80793
15.61945
11.28497
11.41702
10.69405
10.27409
13.19720
38.51711
38.04270
35.96217
39.45154
39.38234
38.32085
38.71553
38.46205
41.22892
47.23048
30.99675
36.98197
36.77025
37.94188
36.72284
37.50720
39.58079
41.40822
42.07452
42.32466

√mSE

3.560655
3.683810
3.453004
4.030441
5.520501
4.004754
4.000238
3.784803
3.713229
4.823028
4.509712
7.814605
9.189082
11.47382
12.74183
12.54210
12.67127
11.86715
12.03369
11.29596
1.343193
1.864508
2.075987
2.387176
2.631803
2.859924
3.232431
3.614592
3.804237
3.800402

Pr>F kurang dari 0.05 berpengaruh nyata*; Pr>F kurang dari 0.01 berpengaruh sangat nyata**;
MST = Minggu Setelah Tanam; KK = Koefisien Keragaman; √mSE = Mean Square Error; BB =
Bobot Basah; BK = Bobot Kering; KA = Kadar Air

9
Tabel 2 Rekapitulasi analisis ragam produksi
Pr > F
Peubah

Volume
irigasi

Jumlah umbi
Diameter umbi
Panjang umbi
Keliling umbi
Bobot umbi per
pot
BK umbi per pot
BB umbi contoh
BK umbi contoh
KA umbi
BK daun

Pupuk

Volume
irigasi x
pupuk

KK

√mSE

0.0527
0.1154
0.0059
0.2477

Produksia
0.6690
0.2670
0.4286
0.2168

0.0315*
0.3720
0.2210
0.5375

33.52310
19.54384
10.79983
18.20447

3.422150
0.293479
0.327500
0.839203

0.0555

0.1622

0.0785

39.58096

8.596489

0.4299
0.0131*
0.3548
0.0513*
0.1943

0.1256
0.2922
0.3265
0.3056
0.2402

0.0745
0.4088
0.0574
0.0401*
0.0510

41.69944
30.19274
31.51489
41.41415
51.25547

1.460349
1.165691
0.192766
237.8501
0.463755

a

Pr>F kurang dari 0.05 berpengaruh nyata*; Pr>F kurang dari 0.01 berpengaruh sangat nyata**;
MST = Minggu Setelah Tanam; KK = Koefisien Keragaman; √mSE = Mean Square Error;
BB = Bobot Basah; BK = Bobot Kering; KA = Kadar Air

Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
Perlakuan volume irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
dari umur satu minggu sampai tujuh minggu. Pada umur delapan minggu setelah
tanam dan sembilan minggu setelah tanam perlakuan volume irigasi 4Eo
menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 2Eo,
tetapi tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan 6Eo dan 8Eo. Pada umur 10
MST volume irigasi 2Eo menghasilkan tinggi tanaman 30.85 cm yang nyata lebih
rendah dibandingkan perlakuan yang lain (Tabel 2). Perlakuan volume irigasi
menyebabkan tinggi tanaman meningkat sebesar 14.4 % dan 16.4 % dibandingkan
dengan perlakuan 2Eo masing-masing pada umur delapan minggu setelah tanam
dan sembilan minggu setelah tanam.
Tabel 3 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman
Volume
irigasi

1

2

Tinggi tanaman pada minggu ke-

2Eo
4Eo
6Eo
8Eo

12.77a
11.97a
13.54a
14.69a

26.28a
24.62a
26.72a
27.22a

3
31.25a
31.308a
31.56a
32.42a

4
5
6
Tinggi tanaman (cm)a
33.68a 32.88a 33.59a
34.87a 36.12a 35.41a
33.78a 36.48a 36.37a
34.20a 35.88a 36.57a

7
32.67a
35.22a
36.20a
36.05a

8
32.16b
36.79a
36.83a
35.78ab

9

10

32.74b
38.10a
38.42a
35.31ab

30.85b
40.02a
38.46a
36.85a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Perlakuan volume irigasi tidak mempengaruhi jumlah daun. Ini karena
kebutuhan air tanaman sudah tercukupi untuk pertumbuhan jumlah daun yaitu
sebesar 2Eo. Jumlah daun pada akhir pertumbuhan yaitu umur 10 MST sebesar
antara 20 sampai 30 helai (Tabel 3).

10
Kebutuhan air tanaman adalah setara dengan evapotranspirasi.
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah dari evaporasi dan transpirasi tanaman.
Evapotranspirasi merupakan bagian penting dari siklus air. Penguapan
menyumbang pergerakan air ke udara dari sumber seperti tanah, kanopi intersepsi,
dan badan air. Evapotranspirasi potensial (PET) merupakan representasi dari
permintaan lingkungan untuk evapotranspirasi dan mewakili tingkat
evapotranspirasi dari tanaman hijau semusim, melengkapi ketajaman tanah, tinggi
seragam dan status air yang memadai dalam profil tanah. Ini adalah refleksi dari
energi yang tersedia untuk menguapkan air, dan angin yang tersedia untuk
mengangkut uap air dari bawah ke atas ke atmosfer yang lebih rendah.
Evapotranspirasi dikatakan sama dengan evapotranspirasi potensial bila ada air
yang cukup (Allen et al. 2011).
Tabel 4 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun
Volume
irigasi
2Eo
4Eo
6Eo
8Eo

1

2

3

11.83a
11.08a
11.17a
12.75a

21.33a
20.67a
19.75a
20.42a

25.83a
26.67a
24.12a
25.58a

Jumlah daun pada minggu ke4
5
6
7
Jumlah dauna
28.67a 31.83a 30.92a 29.33a
32.58a 35.33a 36.17a 37.75a
26.00a 29.42a 30.00a 30.67a
29.08a 32.83a 33.83a 33.17a

8

9

10

28.33a
35.75a
28.67a
30.67a

25.75a
34.58a
27.08a
29.33a

20.33a
30.25a
21.75a
23.33a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Perlakuan volume irigasi tidak mempengaruhi jumlah anakan. Hal ini
dikarenakan volume irigasi 2Eo sudah mencukupi kebutuhan air tanaman untuk
pertumbuhan jumlah anakan. Jumlah anakan pada akhir pertumbuhan yaitu umur
10 MST sebesar antara delapan sampai 10 anakan (Tabel 4).
Tabel 5 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah anakan
Volume
irigasi
2Eo
4Eo
6Eo
8Eo

1
4.25a
4.08a
4.42a
4.58a

2
5.08a
5.08a
4.75a
5.25a

3
5.58a
5.83a
5.50a
5.67a

Jumlah anakan pada minggu ke4
5
6
7
Jumlah anakana
6.08a
6.92a
7.25a
7.58a
7.00a
8.08a
8.75a
9.83a
5.92a
6.42a
7.08a
7.17a
6.17a
7.25a
7.42a 8.083a

8

9

10

8.50a
10.17a
7.75a
8.50a

8.50a
10.58a
8.00a
9.17a

8.58a
10.25a
8.00a
9.08a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Perlakuan interval pemupukan tidak mempengaruhi tingggi tanaman.
Kebutuhan pupuk sudah tercukupi dengan interval empat minggu sekali. Tinggi
tanaman pada umur 10 MST sebesar 35.91 cm sampai dengan 37.22 cm
(Tabel 5).
Peningkatan urea pada kondisi hidroponik, tanaman tumbuh menunjukkan
penurunan yang kuat dalam pertumbuhan mereka dibandingkan dengan pasokan
nitrat saja, dan pengurangan ini lebih tinggi dibandingkan dengan amonium sulfat.
Hal ini bisa disebabkan oleh efek defisiensi N yang dihasilkan dari tingkat
penyerapan urea yang sangat rendah daripada urea atau amonium toksisitas
berasal per sel (Arkoun et al. 2012).

11
Tabel 6 Pengaruh interval pemupukan terhadap tinggi tanaman
Interval
pemupukan

Tinggi tanaman pada minggu ke1

2

3

4

5

Tinggi tanaman (cm)
1 minggu
sekali
2 minggu
sekali
3 minggu
sekali
4 minggu
sekali

6

7

8

9

10

a

13.3a

24.80a

30.70a

31.61a

34.35a

34.65a

34.61a

35.32a

36.80a

37.22a

12.55a

26.77a

32.27a

35.16a

36.40a

35.60a

35.62a

34.96a

35.12a

36.27a

14.39a

27.02a

32.12a

35.10a

35.02a

35.67a

34.43a

35.69a

36.38a

36.79a

12.74a

26.25a

31.46a

34.67a

35.60a

36.03a

35.48a

35.60a

36.26a

35.91a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah daun. Penelitian ini pada
interval pemupukan empat minggu sekali sudah mencukupi untuk pertumbuhan
jumlah daun. Jumlah daun pada umur 10 MST sebesar 18 sampai 27 helai
(Tabel 6).
Tabel 7 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah daun
Interval
pemupukan

Jumlah daun pada minggu ke1

2

3

4

5
Jumlah daun

1 minggu
sekali
2 minggu
sekali
3 minggu
sekali
4 minggu
sekali

6

7

8

9

10

a

11.75a

19.67a

23.96a

25.92a

29.83a

29.50a

28.67a

26.58a

24.92a

18.58a

12.58a

23.17a

28.17a

33.08a

35.92a

35.83a

36.58a

35.00a

33.75a

27.75a

11.08a

19.25a

24.58a

26.58a

30.50a

32.17a

32.92a

31.25a

30.00a

25.08a

11.42a

20.08a

25.50a

30.75a

33.17a

33.42a

32.75a

30.58a

28.08a

24.25a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah anakan. Interval
pemupukan empat minggu sekali sudah mencukupi kebutuhan hara untuk
pertumbuhan jumlah anakan. Jumlah anakn pada umur 10 MST sebesar tujuh
sampai sembilan anakan (Tabel 7).
Tabel 8 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah anakan
Interval
pemupukan

Jumlah anakan pada minggu ke1

2

3

4

5
Jumlah anakan

1 minggu
sekali
2 minggu
sekali
3 minggu
sekali
4 minggu
sekali
a

6

7

8

9

10

a

4.33a

5.00a

5.17a

5.58a

6.50a

7.00a

7.17a

7.67a

7.92a

7.58a

4.50a

5.33a

6.17a

7.25a

8.00a

8.33a

8.92a

9.92a

9.83a

9.92a

4.25a

5.08a

5.42a

5.75a

6.83a

7.58a

7.92a

8.25a

9.17a

9.17a

4.25a

4.75a

5.42a

6.58a

7.33a

7.58a

8.67a

9.08a

9.33a

9.25a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

12
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Produksi
Ukuran umbi
Perlakuan volume irigasi 8Eo menghasilkan panjang umbi lebih rendah
dibandingkan perlakuan yang lain. Panjang umbi pada perlakuan 8Eo adalah
sebesar 2.72 cm 14.4% lebih rendah dibandingkan dengan 6Eo. Panjang umbi
antara perlakuan 2Eo, 4Eo, dan 6Eo adalah sama atau tidak berbeda nyata.
Diameter umbi dan keliling umbi tidak dipengaruhi oleh perlakuan volume irigasi.
Diamater umbi berkisar antara 1.39 cm sampai 1.64 cm. Keliling umbi berkisar
antara 4.32 cm sampai 4.92 cm (Tabel 8).
Perlakuan volume irigasi tidak mempengaruhi jumlah umbi, bobot basah
umbi per pot, bobot kering umbi per pot, dan kadar air umbi. Pada penelitian ini
volume irigasi sebesar 2Eo sudah mencukupi kebutuhan air untuk produksi umbi
(Tabel 9).
Tabel 9 Pengaruh volume irigasi terhadap ukuran umbi
Volume
irigasi
2Eo
4Eo
6Eo
8Eo

Panjang
umbi (cm)
3.10a
3.14a
3.18a
2.72b

Diameter
umbi (cm)
Ukuran umbia
1.39a
1.58a
1.64a
1.39a

Keliling
umbi (cm)
4.40a
4.79a
4.92a
4.32a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Bobot basah umbi berkisar antara 18.662 gram sampai 27.258 gram atau
setara dengan 3.53 ton sampai dengan 5.15 ton dengan asumsi populasi sebesar
189 000 tanaman ha-1. Rata-rata produktivitas bawang merah di lahan adalah
sebesar 10.22 ton ha-1(Ditjen Horti 2014).
Tabel 10 Pengaruh volume irigasi terhadap produksi umbi
Volume
irigasi
2Eo
4Eo
6Eo
8Eo

Jumlah umbi
9.00a
12.67a
9.33a
9.83a

BB umbi per
pot (g)
Produksi umbia
18.35a
27.26a
22.61a
18.66a

BK umbi per
pot (g)
3.08a
4.06a
3.39a
3.47a

KA (%)
497.14a
733.36a
589.88a
476.91a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey); BB = Bobot Basah; BK = Bobot Kering.

Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Produksi
Perlakuan interval pemupukan tidak mempengaruhi panjang umbi,
diameter umbi, dan keliling umbi. Interval pemupukan empat minggu sekali sudah
mencukupi untuk pertumbuhan ukuran umbi (Tabel 10).

13
Tabel 11 Pengaruh interval pemupukan terhadap ukuran umbi
Interval
pemupukan
1 minggu sekali
2 minggu sekali
3 minggu sekali
4 minggu sekali

Panjang umbi
Diameter umbi
(cm)
(cm)
a
Ukuran umbi
3.08a
1.56a
3.07a
1.56a
2.89a
1.35a
3.08a
1.52a

Keliling umbi
(cm)
4.88a
4.73a
4.17a
4.65a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Perlakuan interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah umbi, bobot
umbi per pot, bobot kering umbi per pot, dan kadar air umbi. Interval pemupukan
empat minggu sekali sudah mencukupi untuk produksi umbi (Tabel 11).
Tabel 12 Pengaruh interval pemupukan terhadap produksi umbi
Interval
pemupukan
1 minggu sekali
2 minggu sekali
3 minggu sekali
4 minggu sekali

BB umbi per
pot (g)
Produksi Umbia
9.25a
20.89a
10.67a
24.94a
10.08a
17.36a
10.83a
23.67a

Jumlah umbi

BK umbi per
pot (g)

KA (%)

3.28a
3.96a
2.74a
4.03a

547.26a
558.90a
684.88a
506.24a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey); BB = Bobot Basah; BK = Bobot Kering.

Pengaruh Interaksi Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap
Produksi
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan jumlah umbi tertinggi adalah
volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan dua minggu sekali. Kombinasi
perlakuan volume irigasi 6Eo dengan interval pemupukan satu minggu sekali dan
volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan dua minggu sekali nyata
menghasilkan jumlah umbi lebih banyak dibandingkan dengan volume irigasi 8Eo
dengan interval pemupukan dua minggu sekali. Kombinasi perlakuan yang
menghasilkan jumlah umbi terendah adalah volume irigasi 8Eo dengan pupuk
yang diberikan dua minggu sekali (Tabel 12). Jadi, berdasarkan jumlah umbi
perlakuan yang terbaik adalah volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan dua
minggu sekali.
Menurut Sutedjo (2009), bahwa jenis pupuk yang digunakan pada
penelitian ini adalah pupuk lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat
mudah larut dalam air. Pupuk ini dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik
itu melalui penyiraman ke dalam media tanam dan mengandung hara lengkap
dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Formula ini sangat
baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, stek (cutting) atau waktu
pemindahan pembibitan ke lapangan, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
hama dan penyakit, dapat merangsang pembungaan dan pembuahan.

14
Tabel 13 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
jumlah umbi
Interval
pemupukan

2Eo

1 minggu sekali
2 minggu sekali
3 minggu sekali
4 minggu sekali

8.00ab
12.67ab
6.00b
9.33ab

Volume irigasi
4Eo
6Eo
Jumlah umbia
10.67ab
7.00b
15.33a
9.00ab
14.00ab
12.00ab
10.67ab
9.33ab

8Eo
11.33ab
5.67b
8.33ab
14.00ab

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Kombinasi perlakuan volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan
tiga minggu sekali nyata menghasilkan kadar air umbi sebesar 1 273.3% berdasar
bobot kering lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan volume irigasi 8Eo
dengan pupuk yang diberikan tiga minggu sekali (Tabel 13).
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering daun terberat
adalah volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan dua minggu sekali dan
volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan empat minggu sekali nyata
menghasilkan bobot kering daun lebih berat dibandingkan perlakuan 4Eo dengana
pupuk yang diberikan satu minggu sekali.
Tabel 14 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
kadar air umbi
Interval
pemupukan
1 minggu sekali
2 minggu sekali
3 minggu sekali
4 minggu sekali

2Eo
520.5b
519.4b
488.1b
460.6b

Volume irigasi
4Eo
6Eo
a
Kadar air umbi (%)
556.7ab
592.0ab
550.6ab
537.1b
1 273.3a
688.7ab
552.9ab
541.7b

8Eo
519.8b
628.6ab
289.5b
469.7b

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Tukey).

Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering daun terendah
adalah volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan satu minggu sekali
(Tabel 14). Jadi, berdasarkan bobot kering daun perlakuan yang terbaik adalah
volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan empat minggu sekali.
Tabel 15 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
bobot kering daun
Interval
pemupukan
1 minggu sekali
2 minggu sekali
3 minggu sekali
4 minggu sekali
a

Volume irigasi
2Eo
4Eo
6Eo
Bobot kering daun (gram per rumpun)a
0.50ab
0.40b
0.93ab
1.42ab
1.57a
0.79ab
0.58ab
1.15ab
1.11ab
0.62ab
1.52a
0.58ab

8Eo
0.92ab
0.54ab
0.78ab
1.08ab

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).

15

SIMPULAN
Volume irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval pemupukan tidak berpengaruh
nyata terhadap semua peubah pertumbuhan. Jumlah umbi dan bobot kering daun
maka direkomendasikan volume irigasi sebesar 2Eo dengan interval pemupukan
empat minggu sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Allen RG, Pereira LS, Raes D, Smith M. 2011. Crop Evapotranspiration:
Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and
drainage. Rome (IT): Food and Agriculture Organization of the United
Nations.
[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Produktivitas bawang
merah [Internet]. [diunduh pada 2015 Sep 30]. Tersedia pada:
http://www.pertanian.go.id/.
Arkoun M, Sarda X, Jannin L, Laine P, Etienne P, Maria JGM, Claude JY, Ourry
A. 2012. Hydroponics versus field lysimeter studies of urea, ammonium,
and nitrate uptake by oilseed rape (Brassica napus L.) [Internet]. [diunduh
pada 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://jxb.oxfordjournals.org/
content/63/14/5245.full.pdf. 63(14):5245–5258.doi:10.1093/jxb/ers183
[Badan Litbang-Deptan] Badan Penelitian dan Pengembang Departemen
Pertanian. 2006. Teknologi Hortikultura Mendukung Prima Tani (Cabai,
Bawang Merah, Kentang, Jeruk, Pisang, Mawar Mini, dan Krisan).
Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembahan Hortikultura.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Bawang Merah Tahun 2009-2013 [Internet]. [diunduh pada 2014 Nov 15].
Tersedia pada: http://bps.go.id/.
Bunt AC. 2001. The relationship of oxygendiffultion rate to the air-filled porosity
of potting substrates. Acta hort. 294:215-224.
Chem J, Pharm, Res. 2010. Allium cepa: A traditional medicinal herb and its
health benefits [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 20]. Tersedia pada:
http://jocpr.com/second-ssue/J.%20Chem.%20Pharm.%20Res.,2010,%202
%281%29%20283-291.pdf. 2(1):283-291.
da Silva FF. 2001. Static and dynamic characterization of container media for
irrigation management [Tesis]. Faculty of