Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

ADAM FEBRYANSYAH GUCI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Program
Interpretasi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Adam Febriansyah Guci
NIM E34070089

ABSTRAK
ADAM FEBRIANSYAH GUCI, Perencanaan Program Interpretasi Hutan
Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh
EVA RACHMAWATI dan BUDI PRIHANTO.
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan
dengan tujuan khusus sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat dan pengunjung.
Program interpretasi merupakan salah satu cara terbaik dalam membantu
pengunjung memahami informasi yang diberikan kerana memberikan pengalaman
langsung kepada pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun program
interpretasi di HPGW agar bisa digunakan secara berkelanjutan. Analisis data
dilakukan secara tabulasi dan deskriptif. Obyek interpretasi yang bisa diangkat
menjadi obyek utama interpretasi adalah potensi biologi (flora dan fauna) dan
fisik (Gua Putih). Sebagian besar pengunjung memilih flora dan fauna (87%)
sebagai materi yang paling diinginkan dalam program interpretasi dengan

aktivitas yang dilakukan yaitu perjalanan dan pengamatan langsung. Program
interpretasi yang disusun bertema “Jelajah Hutan HPGW, Ungkap Pesona Flora
dan Faunanya”dengan target sasaran merupakan pengunjung dengan kelompok
umur remaja dan dewasa. Teknik interpretasi yang digunakan yaitu teknik
interpretasi langsung dengan metode panduan personal dan swa-panduan.
Kata kunci: flora, fauna, Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), program
intepretasi
ABSTRACT
ADAM FEBRIANSYAH GUCI, Interpretation Program Planning in Gunung
Walat Education Forest (GWEF) Sukabumi, West Java. Supervised by EVA
RACHMAWATI and BUDI PRIHANTO.
Gunung Walat Education Forest (GWEF) is a forest area with specific
purpose as education fasilitator for community and visitors. Interpretation
program is one of the best tool to help visitors understand the provided
information because of the direct experience. This study aims to compile HPGW
programs interpretation that can be used regularly. Data analysis using tabulation
adn descriptive.Objects that can be used as the main object of interpretation is
biological potensial (flora and fauna) and physical object (Putih Cave). Most
visitors choose flora and fauna (87%) as the most preferred material in the
interpretation of program activities with the activity is tracking and direct

observation. Interpretation program themeis "Explore HPGW Forest, find the
charm of Flora and Fauna" with the target is a group of visitors are teenager and
adult. Interpretation technique thatused is directly technique and the method is
personal guidance and self-guidance.
Keywords: flora, fauna, Gunung Walat Educational Forest (GWEF), interpretation
program

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SUKABUMI JAWA BARAT

ADAM FEBRIANSYAH GUCI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SarjanaKehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

JudulSkripsi

:

Nama
NIM

:
:

Perencanaan Program Interpretasi
Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sukabumi Jawa Barat
Adam Febriansyah Guci
E34070089


Disetujuioleh

Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing I

IrBudi Prihanto, MS
Pembimbing II

Diketahuioleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2011 ini ialah program

interpretasi, dengan judul Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Eva Rachmawati,SHut, MSi dan
Bapak Ir Budi Prihanto, MS selaku pembimbing, yang telah banyak memberi
saran. Selain itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada pengelola Hutan
Pendidikan Gunung Walat yang telah membantu selama pengumpulan data.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman teman Departemen Konservasi
Hutandan Ekowisat aangkatan 44 yang telah bersama-sama selama kuliah dan
selalu member semangat dan dukungan kepada penulis. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu dan adik-adik atas dukungan dan semangatnya
selama penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Adam Febriansyah Guci

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Pengumpulan Data

2


Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Potensi Fisik

5

Potensi Biologi

7

Potensi sosial

9


Karakteristik Pengunjung

10

Perencanaan Program Interpretasi

13

Program Interpretasi untuk KU Anak-anak

14

Program Interpretasi untuk KU Remaja

16

Program Interpretasi untuk KU Dewasa

19


Program Interpretasi untuk KU Orang Tua

21

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel
pengunjung untuk penelitian
3
Jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang
4
Komposisi pengunjung HPGW berdasarkan kuisioner (Agustus-Desember
2011)
10
Penilaian obyek interpretasi berdasarkan kriteria pemilihan obyek utama
interpretasi oleh Domroese dan Sterling (1999)
13
Biaya program interpretasi untuk KU anak-anak
16
Biaya program interpretasi untuk KU remaja
18
Biaya program interpretasi untuk KU dewasa
20
Biaya program interpretasi untuk KU orang tua
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Peta penyebaran potensi fisik HPGW
Goa Putih
Camping Ground
Salah satu mamalia di HPGW (Macacafascicularis)
Peta penyebaran potensi fauna HPGW
Peta penyebaran vegetasi HPGW
Makom Kabayan
Grafik tempat yang dikunjungi oleh pengunjung HPGW
Grafik tujuan berkunjung pengunjung HPGW
Grafik obyek yang disukai oleh pengunjung HPGW
Grafik materi yang diinginkan oleh pengunjung HPGW
Grafik lama waktu kunjungan pengunjung HPGW

5
6
6
7
8
8
9
11
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
2 Jenis mamalia di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

26
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mulai dikelola oleh Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) dari tahun 1968.Berdasarkan SK
Menhut No. 188/Menhut-II/2005 Junto SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009
kawasan HPGW seluas 359 Ha yang berlokasi di Kecamatan Cibadak dan
Cicantayan Kabupaten Sukabumi memiliki tujuan pengelolaan sebagai hutan
pendidikan.
Penunjukan HPGW sebagai kawasan dengan tujuan khusus merupakan
upaya pemanfaatan kawasan yang dapat memberikan informasi-informasi
penting mengenai kawasan beserta sumberdayanya kepada masyarakat
luas.Bentuk upaya pemanfaatannya yaitu kegiatan interpretasi dengan
memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat dalam kawasan. Dalam
pelaksanaannya, program interpretasi harus dilaksanakan dengan baik dan
terencana agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan terhadap sumberdaya alam yang
digunakan. Oleh karena itu, pengelolamembutuhkan perencanaan program
interpretasi yang terperinci dalam melakukan kegiatan interpretasi tersebut.
Lewis (1988) menyebutkan bahwa secara umum pengunjung hanya
mengingat informasi sebesar 10 % dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa
yang mereka baca, 50% dari apa yang mereka lihat dan pengunjung akan
mengingat 90% informasi dari suatu objek ataupun kawasan jika mereka
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan obyek ataupun kawasan tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pengunjung membutuhkan suatu program yang
dapat mereka ikuti dimana aktivitas dalam setiap program tersebut melibatkan
pengunjung dan obyek yang mereka datangi.Moscardo (1999) menyebutkan
salah cara untuk meningkatkan kualitas pengetahuan pengunjung adalah program
interpretasi karena dapat memberikan pengalaman nyata kepada pengunjung.
Program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi yang
disusun menurut waktu yang tertentu dan skenario cerita yang tertentu pula
(Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata 1988). Pengunjung yang
mengikuti program interpretasi akan mendapatkan pengalaman secara langsung
dengan melakukan kegiatan berdasarkan tema-tema yang dipilih dan mengikuti
setiap cerita yang diarahkan oleh interpreter ataupun media-media interpretasi
yang ada. Oleh karena itu program interpretasi sangat penting dalam membantu
pengunjung mengingat setiap informasi yang mereka dapat dari suatu kunjungan
di tempat-tempat wisata.
Program interpretasi disusun sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat
dengan mudah memahami informasi yang diberikan. Saat ini pihak pengelola
HPGW belum memiliki program interpertasi yang dapat ditawarkan kepada
pengunjung. Oleh karena itu, program interpretasi sangat dibutuhkan pengelola
HPGW agar apa yang diharapkan dari penunjukan kawasan HPGW sebagai
kawasan dengan tujuan khusus dapat tercapai.Penelitian perencanaan program
interpretasi ini penting dilaksanakan di HPGW guna menjawab kebutuhan akan
penyampaian informasi kepada pengunjung.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi obyek interpretasi (fisik, biologi, dan sosial
budaya masyarakat sekitar) yang ada di kawasan HPGW
2. Mengidentifikasi karakteristik dan preferensi pengunjung yang ada di
kawasan HPGW
3. Menyusun program interpretasi kawasan HPGW
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah dapat dijadikan salah satu referensi dan
masukan bagi pengelola HPGW dalam menyusun program interpretasi
berdasarkan sumberdaya yang dimiliki oleh HPGW. Dengan adanya program
interpretasi ini juga dapat memudahkan pengunjung dalam memahami setiap
informasi berbagai sumberdaya yang ada di HPGW.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di HPGW (Hutan Pendidikan Gunung Walat)
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luas HPGW
adalah 359 ha. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan JuliAgustus 2011.
Alat dan Bahan Kajian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu alat tulis, kamera
digital, Map source, ArcGis 9.3, GPS (Global Positioning System), binokuler dan
bukulapang.Bahan yang digunakan yaitu kuesioner, panduan wawancara,
literatur, peta kawasan HPGW, buku panduan pengenalan jenis flora dan fauna.
Pengumpulan Data

1.

2.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Studi Pustaka
Metode studi pustaka digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak
didapatkan dari pengamatan lapang dan wawancara. Data-data yang diambil
yaitu status perlindungan flora dan fauna, kegunaan flora dan fauna,
penyebaran potensi obyek interpretasi, bentuk topografi dan jenis tanah
HPGW. Pustaka yang digunakan yaitubuku panduan pengenalan jenis flora
dan fauna, literatur, jurnal, dan peta kawasan HPGW.
Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan kepada pengunjung HPGW untuk
mengetahui karateristik dan preferensi pengunjung. Data-data yang

3

diperlukan dari karateristik pengunjung terdiri atas tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu kali kunjungan dan asal
pengunjung.Data-data yang diperlukan dari preferensi pengunjung terdiri atas
tujuan berkunjung,tempat dan obyek yang dikunjungi danmateri yang ingin
diketahui oleh pengunjung.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah Stratifiedrandom
sampling.Pengunjung diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur. Strata
umur menurut Kusmayadi (2004) yaitu: anak-anak (5-9 tahun), remaja (10-21
tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (>50 tahun).Jumlah responden
pengunjung yang diambil disesuaikan dengan kemampuan biaya dan waktu
peneliti(Kusmayadi 2004), yaitu 100 orang responden. Proporsi responden
disesuaikan dengan persentase pengunjung yang datang ke HPGW selama 2
tahun terakhir, proporsi tersebut secara rinci ditampilkan pada Tabel 1.

No.

1
2
3
4

Tabel 1 Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah
sampel pengunjung untuk penelitian
Kategori
Strata
Jumlah
Persentase Persentase Jumlah
responden Umur
kunjungan Kunjungan Sampel
Sampel
(Tahun) (Orang)
(%)
(%)
Pengunjung
(Orang)
Anak5-9
888
11,86
12
10
anak
Remaja
10-21
4445
59,36
59
60
Dewasa
25-50
1776
23,72
24
25
Orang tua >50
379
5,1
5
5

3. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan melalui wawancara terpandu.Wawancara
dilakukan kepada kepala desa (ketua RT dan lurah), tokoh agama dan tokoh
adat dengan jumlah total 9 orang . Wawancara dengan tokoh masayarakat
dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai sejarah kawasan,
peninggalan sejarah, flora dan fauna yang sering digunakan oleh masyarakat,
dan adat istiadat setempat, mitos atau legenda yang ada di kawasan HPGW
dan hubungan kerja sama masyarakat dengan pihak HPGW.
4. Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi HPGW yang
dapat dijadikan sebagai obyek interpretasi. Adapun matriks pengambilan data
melalui observasi lapang disajikan pada Tabel 2.
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis
deskriptif.
1. Potensi obyek interpretasi
Data-data mengenai sumberdaya alam yang didapat diuraikan secara
deskriptif sehingga menghasilkan informasi menentukan layak-tidaknya potensi
tersebut digunakan sebagai obyek interpretasi. Kriteria-kriteria yang digunakan

4

Tabel 2 Jenis dan cara pengambilan data yang diambil di lapang
NO
1

Obyek
Interpretasi

Jenis Data
1. Fisik

2. Biologi

a. Fenomena
alam

Keterangan
Mendeskripsikan
fenomena alam yang ada

b. Topografi

Kondisi topografi

a. Flora

Nama lokal, nama ilmiah,
famili, ciri morfologi,
lokasi ditemukan dan foto
flora
Nama lokal, nama ilmiah,
famili, ciri morfologi,
perilaku
stawa
dan
habitatnya, waktu dan
cara untuk melihat satwa,
lokasi ditemukan dan foto
fauna
Situs,benda peninggalan
sejarah (sejarah, lokasi
situs, larangan-larangan
yang berlaku)

b. Fauna

3. Soial

2.

Sarana dan
Prasarana

Kondisi fisik
Sarana dan
prasarana

Potensi
sejarah

Jumlah, jenis,
dan kondisi

Cara Pengambilan Data
1. Menyusuri jalur yang terdapat fenomena alam menarik
2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS
3. Dokumentasi menggunakan kamera digital
1. Menyusuri jalur yang dipilih dan mencatat topografinya
2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS
3. Dokumentasi menggunakan kamera digital
1. Eksplorasi jalur yang memiliki keanekaragaman flora yang
menarik sehingga dapat dijadikan obyek interpretasi
2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS
3. Dokumentasi menggunakan kamera digital
1. Menyusuri jalur yang diduga sebagai tempat habitat atau
ditemukannya satwa (metode rapid assasment). Pengamatan
dilakukan 3 kali ulangan dalam waktu yang sama. Waktu
pengamatan dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB
dan sore hari pada pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB.
2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS
3. Dokumentasi menggunakan kamera digital
1. Mengunjungi lokasi yang memiliki nilai sejarah sesuai
informasi dari pengelola dan tokoh masyarakat
2. Lokasi situs dan benda peninggalan ditandai dengan titik
koordinat GPS
3. Dokumentasi dengan menggunakan kamera digital
1. Mengunjung setiap sarpras interpretasi yang ada di kawasan
2. Setiap sarpras yang ada ditandai dengan titik koordinat pada
GPS
3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

5

Domroese dan Sterling (1999) yaitu ketertarikan penggunjungterhadap potensi
yang dilihat dari jumlah responden pada kuisioner yang telahdibagikan,
keamanan bagi pengunjung, kerentanan potensi terhadap gangguan yang
diakibatkan dari aktivitas pengunjung dan aksesbilitas menuju potensi tersebut.
2. Pengunjung
Data-data pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner diolah secara
tabulatif. Metode tabulasi mempunyai kemampuan untuk mengungkap hubungan
antar variabel yang akan diteliti (Wardiyanta 2006). Data pengunjung dianalisa
dengan menjabarkan karateristik dan preferensi pengunjung yang didapat dari
hasil kuisioner. Berdasarkan tabel persentase yang didapat kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk melihat karateristik pengunjung HPGW, materi dan
program yang diinginkan oleh pengunjung, obyek-obyek yang sering dikunjungi,
Kegiatan yang dijalani, dan fasilitas yang akan dikembangkan.
3. Program interpretasi
Program interpretasi disusun berdasarkan analisa obyek interpretasi dan
karateristik serta preferensi pengunjung. Obyek yang digunakan dalam program
interpretasi merupakan obyek yang terpilih berdasarkan analisa obyek
interpretasi. Berdasarkan obyek tersebut disusun tema, tujuan, materi, kegiatan,
evaluasi, rincian biaya dan media yang digunakan dalam program interpretasi
nantinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi obyek interpretasi
Potensi Fisik
Obyek interpretasi di HPGW dibagi menjadi 3 bagian, yaitu obyek
interpretasi biologi, sosial budaya dan fisik.Berdasarkan hasil pengambilan data
yang dilakukan di setiap jalur yang ada di HPGW, dipilih beberapa potensi obyek
fisik yang menarik dan dapat dijangkau oleh pengunjung, diantaranya yaitu Goa
Putih, camping ground, mata air.Penyebaran potensi fisik di HPGW dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 1Peta penyebaran potensi fisik HPGW

6

Goa Putih terletak
ak di sebelah barat HPGW (Gambar 2) . Goa ini
merupakan salah satu oby
byek favorit bagi setiap pengunjung yang datang
d
ke
HPGW, terutama bagi para
ra penikmat wisata goa. Goa Putih memiliki jalur
jal lorong
yang dengan lantai yang relatif
rel
datar. Goa Putih masih aktif dan berair,
ir, sehingga
harus berhati-hati saat mem
emasukinya. Selain keindahan fisiknya, Goaa Putih
P
juga
memiliki daya tarik seba
bagai wisata budaya karena sering kali ddigunakan
pengunjung yang datang un
untuk ziarah dan meminta penunjuk baik kepa
pada Tuhan
ataupun penghuni gaib G
Goa Putih. Akses menuju goa putih dapa
apat dilalui
menggunakan kendaraan bberoda dua ataupun berjalan kaki. Jalan men
enuju Goa
Putih terbuat atas bebatuan
an yang disusun secara rapi dan aman untuk dila
ilalui.

Gambar 2Goa putih
HPGW memilik satu
atu site camping ground yang berada tidakk jauh dari
kantor utama HPGW deng
ngan jarak tempuh yang dilalui hanya sekitar
ar 500 atau
berjalan kaki selama 15 menit
me (Gambar 3) . Camping ground HPGW
W memiliki
kapasitas 500 orang atauu sekitar 20 tenda kecil. Di sekitar camping
ing ground
terdapat aliran air yang jernih
jer
yang bisa digunakan sebagai sumberr aair selama
berada di camping ground
nd.Camping ground dikelilingi oleh hutan da
damar dan
tidak terdapat tanaman-tan
tanaman ataupun hewan yang dapat membbahayakan
pengunjung.Hal yang bisa
sa berpotensi membahayakan pengunjung yai
yaitu pohon
rebah ketika ada badai.

Gam
ambar 3Camping Ground HPGW

7

HPGW memilik
iliki 7 mata air yang tersebar di seluruh kaw
awasan. Mata air
yang paling terkenal
al di HPGW yaitu mata air Cipeureu yang
ng telah dikelola
dengan dibuatkan alirannya
ali
sehingga bisa digunakan untuk sara
arana pendidikan.
Sedangkan untuk mat
ata air yang lain belum dikelola oleh pihak H
HPGW. Ketujuh
mata air ini dimanfaa
faatkan oleh masyarakat sekitar HPGW seba
bagai sumber air
untuk minum, mandi,
di, dan mengiliri aliran irigasi sawah-sawah mereka.
m
Mata air
ini sangat sensitif jika
jik dikunjungi oleh pengunjung terutama pengunjung
pe
yang
bergerak dalam rombbongan karena berpotensi meninggalkan samp
mpah yang dapat
mencemari sumber air tersebut.
Potensi Biologi
Keanekaragan mamalia
m
di kawasan HPGW yaitu 5 jenis yang
ya terdiri atas
Macaca fascicularis
ris(Gambar 4), Prionailurus bengalensis,
is, Sus scrofa,
Calossciurus notatus,
tus, Nannosciurus melanotis. Jumlah jenis bur
burung yang bisa
ditemui di kawasann HPGW
H
yaitu 48 jenis burung yag berasal
al dari 24 famili
dengan titik perju
erjumpaannya tersebar merata di selu
eluruh kawasan
HPGW.Rendahnya kekayaan
k
jenis satwaliar di HPGW dapat disebabkan
di
oleh
kurang beragamnyaa hhabitat di lokasi tersebut.Kawasan HPGW memiliki
me
vegetasi
yang bersifat homog
ogen, yang terdiri atas Hutan Pinus, Hutann Damar, Hutan
Puspadan Hutan Cam
ampuran. Kusrini (2009) menyebutkan bahwaa kekayaan jenis
pada suatu lokasi dipe
ipengaruhi oleh keragaman tumbuhan atau habi
abitat.
Bajing kelapaa bisa
b ditemui pada hampir seluruh kawasan H
HPGW. Selama
pengambilan data dite
itemukan Calossciurus notatus, Nannosciurus
rus melanotisyang
hidup di kawasan hutan
hu
HPGW, yaitu bajing kelapa dan bajing
ng kerdil. Bajing
kerdil bisa ditemukan
an disekitar hutan pinus dan damar. Kucingg hutan dan babi
hutan sangat sulit untuk
un
ditemui karen kedua jenis satwa ini
ni beraktivitas di
malam hari. Sehingg
gga selama pengambilan data hanya di temu
mukan jejak dan
kotorannya saja. Kuc
ucing hutan termasuk hewan yang terancam
m keberadaannya
karena populasinya yang
y
semakin berkurang. Berdasarkan IUCN
N, kucing hutan
termasuk kategori endangered
end
dan Appendix 1 oleh CITES.Jejakk babi hutan bisa
ditemukan di sepanja
njang jalan yang menghubungkan Kopal dan
an Tanabe. Pada
jalan tersebut ditemu
mukan banyak kubangan-kubangan berukuran
ran kecil hingga
relatif besar yang dibu
ibuat oleh babi hutan.

Gambar 4 Salah
S
satu mamalia di HPGW (Macaca fascicu
cicularis)
Tingkat perjum
umpaan satwa liar dari beberapa jenis buru
rung di kawasan
HPGW bisa dibilang
ng relatif lebih mudah dibandingkan dengan
an mamalia. Pada

8

kawasan HPGW terdapat 6 jenis burung yang dapat ditemui di semua jalur yang
ditelusuri seperti walet linchi, cipoh kacat, srigunting hitam, cinenen pisang,
cinenen jawa, dan kacamata biasa.Penyebaran satwa liar di HPGW dapat dilihat
pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta penyebaran potensi fauna HPGW
Gambar 6 merupakan peta-peta penyebaran flora HPGW.Flora yang
terdapat di dalam kawasan HPGW di dominasi tegakan Damar (Aghatis
loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), Mahoni daun kecil (Swietenia macrophylla),
Rasamala (Altingia excelsa), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Sengon
(Paraserienthes falcataria), Meranti (Shorea sp.) dan Akasia (Acacia mangium).
Selain jenis-jenis tanaman diatas, kawasan HPGW memiliki 44 jenis tanaman lain,
2 jenis rotan, 13 jenis bambu, dan 68 jenis tanaman obat yang tersebar di hutan
hutan campuran HPGW.

Gambar 6 Peta peta penyebaran vegetasi HPGW

9

Potensi sosial
Makom Kabayan tidak banyak diketahui oleh pengunjung karena memang
obyek yang satu ini sedikit susah ditemui jika tidak didampingi oleh polisi hutan
yang bekerja di HPGW. Makom Kabayan (Gambar 7) merupakan obyek yang
berbentuk sebuah bukit dimana pada bukit tersebutmerupakan tempat
beristirahanya Kabayan. Makom Kabayan sering digunakan oleh pengunjung
yang datang untuk berziarah dan meminta petunjuk dalam keberuntungan
hidupnya. Tidak ada obyek fisik buatan manusia yang ada di bukit ini, hanya ada
bukit dan pepohonan sehingga tidak banyak gangguan yang bisa diakibatkan oleh
manusia ataupun.
Potensi sosial lain yang terdapat di kawasan HPGW yaitu wisata ziarah ke
Goa Putih. Menurut pengunjung dan beberapa tetua adat, terdapat raja jin penjaga
HPGW yang tinggal di dalam Goa Putih ini. Oleh karena itu tempat ini sangat
cocok dijadikan tempat wisata ziarah. Aksesbilitas menuju tempat ini juga dapat
dilalui dengan sepeda motor karena substart jalan terdiri atas bebatuan yang
disusun secara rapi. Pengunjung dapat berjalan kaki selama 30 menit menuju Goa
Putih atau 10 menit dengan sepeda motor. Hanya saja, ketika hujan turun
pengunjung harus berhati-hati melintasi jalan tersebut karena jalan tersebut akan
menjadi licin. Kegiatan wisata ziarah ke Goa Putih harus diawasi secara baik
karena dapat meninggalkan banyak sampah yang berasal dari sesajen yang dibawa
oleh pengunjung yang datang sehingga dapat merusak keindahan dan sanitasi air
di dalam goa.

Gambar 7 Makom Kabayan

Karakteristik Pengunjung

Pengunjung merupakan bagian utama dalam suatu pengelolaan tempat
wisata.Pengunjung merupakan faktor pembatas keterlanjutan dari suatu
pengelolaan tempat terbatas.Pengunjung yang datang ke HPGW memiliki
beberapa motivasi dan tujuan yang berbeda-beda di setiap orang
tersebut.Jawaban dari setiap pertanyaan yang terdapat di kuisioner dapat
memperlihatkan karakter dari pengunjung yang datang ke HPGW, motivasi,
keinginan, dan bentuk pasar pengunjung bagi HPGW.

10

Penyebaran kuisioner di HPGW dilakukan pada bulan Agustus hingga
Desember 2011 pada hari sabtu dan minggu.Pemilihan hari minggu untuk
menyebarkan kuisioner dikarenakan pada hari tersebut terdapat banyak
pengunjung yang datang dan lebih banyak daripada hari-hari lainnya.Penyebaran
kuisioner dilakukan di dua lokasi yaitu pertigaan Copal dan Basecamp.Adapun
komposisi pengunjung yang datang berdasarkan kusioner yang telah di sebar
dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil kuisioner didapat bahwa hampir semua kelas umur
pengunjung didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, kecuali katagori kelas umur
orang tua yang didominasi oleh perempuan.Dominasi di hampir semua kelas
umur ini disebabkan oleh kegiatan wisata yang tersedia merupakan kegiatan yang
membutuhkan tenaga seperti kegiatan tracking hutan.
Pengunjung HPGW memiliki tingkat pendidikan minimal SMP.
Pengunjung kategori dewasa dan orang tua memiliki tingkat pendidikan minimal
S1, sedangkan pengunjung dari kategori umur remaja didominasi oleh
pengunjung anak SMA.Pengunjung yng datang merupakan pengunjung yang
berasal dari sekitar HPGW untuk kategori anak-anak, dewasa, dan orang tua.
Untuk kategori umur remaja didominasi oleh pengunjung yang datang dari
daerah JABODETABEK dan Cianjur (70%).Sementara kategori umur lainnya
didominasi oleh pengunjung yang berasal dari sukabumi. Hal ini dikarenakan
informasi mengenai HPGW lebih mudah diakses. Sedangkan tingginnya
pengunjung dari kategori umur remaja yang berasal dari luar sukabumi karena
informasi mengenai keberadaan HPGW kepada masyarakat umum hanya
mengandalkan media sosial yang ada di internet dan kategori umur remaja
merupakan salah satu pengguna utama media sosial internet.
Tabel 3 Komposisi Pengunjung HPGW berdasarkan kuisioner (AgustusDesember 2011)
Komposisi
∑Responden (orang) berdasarkan kelompok umur
pengunjung
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Jenis kelamin
Laki-laki
7
35
16
perempuan
3
25
9
Tingkat pendidikan
SD
0
0
0
SMP
10
10
0
SMA
0
26
2
>SMA
0
24
23
Asal pengunjung
Sukabumi
10
18
18
Luar Sukabumi
0
42
7
Biaya yang dikeluarkan
< Rp. 50.000
5
0
0
Rp50.000-100.000
5
49
20
> Rp 100.000
0
11
5

Orang tua
2
3
0
0
0
5
5
0
0
0
5

Sebagian besar pengunjung menghabiskan biaya dalam sekali perjalanan
antara Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000, kecuali pada kelas umur orangtua yang
menhabiskan biaya lebih dari Rp. 100.000. Adanya perbedaan besaran biaya

11

yang dikeluarkan oleh kelas umur orang tua dengan kelas umur lainnya mungkin
disebabkan oleh perbedaan penghasilan.Kategori umur anak dan remaja
cenderung belum memiliki pendapatan sehingga kemampuan menghabiskan
biaya juga akan lebih kecil ketimbang kategori umur dewasa dan orang tua.
Tempat yang paling sering dikunjungi pengunjung dari semua kategori
umur adalah Copal (Gambar 8).Alasan dijadikannya Copal sebagai tempat
favorit pengunjung adalah karena udara yang sejuk dan banyaknya penjaja
makanan dan minuman ringan sehingga cocok dijadikan sebagai tempat
berkumpul, berbincang, ataupun istirahat setelah melakukan jalan-jalan disekitar
hutan.

55

60

41
40

TVRI

32
25

20

10
0

Copal

24
18
13
8

220

55253

2

0

Camping
Ground
Hutan

0
Anak anak

Remaja

Dewasa

Orang tua

Gambar 8 Grafik tempat yang dikunjungi oleh pengunjung HPGW
Tujuan berkunjung yang paling diminati pengunjung HPGW adalah untuk
menikmati keindahan alam hutan (Gambar 9).Hal ini diakibatkan oleh mudahnya
kegiatan tersebutdilaksanakan. Kurangnya informasi mengenai kegiatan apa saja
yang bisa dilakukan juga merupakan salah satu faktor menyebabkan pengunjung
lebih banyak memilih kegiatan menikmati keindahan alam.
46

50
40
30

Berkemah

23

22

20

Menikmati keindahan alam

12
5

10
0

5
0

5

5

0

0

Dewasa

Orang tua

Melakukan penelitian
Lainnya

0
Anak anak

remaja

Gambar 9 Grafik tujuan berkunjung pengunjung HPGW
Objek intrepretasi yang paling diminati oleh pengunjung HPGW adalah
flora dan fauna. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kelas umur anak-anak lebih
memilih objek intrepretasi fauna. Kelas umur remaja lebih memilih objek
intrepretasi flora, sedangkan pada kelas umur dewasa dan orang tua memilih
flora dan fauna dibandingkan dengan objek intrepretasi lainnya.

12

80
50

60

58

Satwa liar
Tumbuhan

40
20

25 25
8 6 4
0

0 0

Mitos/legenda

0 2

5 5 1 3

Dewasa

Orang tua

Gua Putih

0
Anak-anak

Remaja

Gambar 10 Grafik obyek yang disukai oleh pengunjung HPGW
Berdasarkan Gambar 11 didapat bahwa secara umum materi intrepretasi
yang paling diminati oleh pengunjung HPGW adalah kehidupan flora dan fauna.
Kelas umur anak-anak dan remaja lebih memilih materi intrepretasi kehidupan
flora dan fauna. Kelas umur dewasa lebih memilih materi menyadap kopal,
sedangkan kelas umur orang tua memilih materi intrepretasi menyadap kopal dan
kehidupan flora dan fauna. Hal tersebut sesuai dengan tingkat keingintahuan
pengunjung, kategoridewasa cenderung memilih materi yang lebih mendalam
dan memiliki manfaat nyata pada kehidupan (Sharpe 1982).

60
50
40
30
20
10
0

53

Menyadap kopal
Kehidupan flora dan fauna

2321

Membuat biola

8
0

00

Anak anak

00

12

5535

Remaja

Dewasa

Orang tua

0

lainnya

Gambar 11 Grafik materi yang diinginkan pengunjung HPGW
Gambar 12 menunjukkan kelas umur anak-anak menghabiskan waktu
kurang dari 2 jam untuk mengunjungi HPGW. Kelas umur remaja menghabiskan
waktu kunjungan di HPGW selama 2-5 jam, sedangkan pengunjung kategori
umur dewasa dan orang tua menghabiskan waktu 5-10 jam berkunjung di HPGW.
Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positf antara kelas umur dan
lamanya waktu kunjungan. Hal ini juga bisa terkait pernyataan Sharpe (1982)
yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia manusia maka semakin banyak
keingintahuan yang mereka dapati. Hal ini berujung pada lama waktu yang
digunakan untuk memperdalam keingintahuan tersebut.

13

37

40
30
20
10

< 2 jam

18

2-5 jam
5-10 jam

6 4

5

5
0

0

5
0

>10 jam

0 0

0
Anak anak

Remaja

Dewasa

Oprang tua

Gambar 12 Grafik lama waktu kunjungan pengunjung HPGW
Perencanaan Program Interpretasi
Obyek interpretasi yang bisa diangkat sebagai obyek utama dalam
program interpretasi adalah flora dan fauna, karena hanya obyek flora dan fauna
yang memenuhi semua kriteria yang ditetapkan oleh Doemrose dan Sterling
(1999) seperti yang tertera pada Tabel 4. Flora dan fauna merupakan obyek
paling disukai oleh pengunjung yang datang ke HPGW seperti yang dijelaskan
pada bab hasil sebelumnya. Fauna yang hidup di kawasan hutan HPGW sebagian
besar tidak berbahaya bagi pengunjung terutama yang beraktivitas pada siang
hari.
Tabel 4 Penilaian obyek interpretasi berdasarkan kriteria pemilihan obyek
utamainterpretasi oleh Domroese dan Sterling (1999)
No.
1

2

3

Jenis Obyek
Obyek fisik
a. Goa putih
b. Mata air
c. Jalur tracking hutan
d. Camping ground
Obyek biologi
a. Flora
b. Fauna
Obyek sosial
a. Goa Putih
b. Makom Kabayan

Keterangan:

Kriteria obyek interpretasi
1
2
3

4






































1. Ketertarikan pengunjung terhadap potensi
2. Keamanan bagi pengunjung
3. Kerentanan potensi terhadap gangguan yang diakibatkan dari aktivitas
pengunjung
4. Aksesbilitas menuju potensi tersebut

Begitu pula dengan kerentanan flora dan fauna terhadap aktivitas wisata
dan interpretasi, tidak ada flora dan fauna yang termasuk terancam punah. Akses
menuju lokasi flora dan fauna juga mudah untuk di lewati karena terdapat banyak

14

jalur yang dibuka dan sebagian besar merupakan jalan setapak yang terbuat dari
bebatuan yang telah disusun rapi. Obyek lain yang bisa dikembangkan yaitu
obyek Goa Putih, yang merupakan obyek penting yang ada di HPGW karena
memiliki nilai keindahan, nilai konservasi dan nilai budaya. Hanya saja obyek
Goa Putih kurang diminati oleh pengunjung yang diakibatkan oleh jaraknya yang
jauh dari pusat keramaian pengunjung, juga dikarenakan oleh kurangnya
informasi yang di peroleh pengunjung. Hal ini terlihat dari tidak adanya pusat
informasi di dekat pusat keramaian pengunjung dan tidak adanya papan
informasi dan penunjuk arah objek wisata Goa Putih.
Program Interpretasi untuk KU Anak-anak
Tempat yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung kelas umur ini
adalah Gazebo (Copal).Tempat ini merupakan pusat keramaian yang ada di
kawasan HPGW.Di tempat ini terutama pada hari sabtu dan minggu di penuhi
oleh pengunjung yang datang.
Tujuan berkunjung kelompok umur ini adalah menikmati keindahan alam
dengan obyek utama mereka yaitu tumbuhan dan satwa liar.Oleh karena pilihan
materi yang diinginkan oleh pengunjung KU anak-anak adalah materi mengenai
Satwa liar dan tumbuhan.Berdasarkan hasil kuisioner, 80% dari KU anak-anak
memilih materi flora dan fauna sehingga materi yang diberikan adalah materi
mengenai pengenalan burung dan tumbuhan yang ada di HPGW dan hubungan
timbal balik antara burung yang ada di HPGW dan tumbuhan. Menurut
Domroese dan Sterling (1999) kemampuan daya serap informasi dan
menganalisa sebab akibat pada anak-anak masih lemah sehingga informasi yang
diberikan harus sederhana dan tidak terlalu dalam.Oleh karena itu untuk KU
anak-anak hanya diberikan materi sebatas pengenalan.Domroese dan Sterling
(1999) juga menyebutkan bahwa anak-anak lebih menyukai kegiatan berupa
permainan dalam memperoleh informasi sehingga dibutuhkan kegiatan yang
bersifat menyenangkan selama program nantinya.
Program interpretasi untuk KU anak-anak memiliki tema “Burung-burung
penyebar benih pohon di Hutan Pendidikan Gunung Walat”. Tujuan dari program
ini agar pengunjung dari KU anak-anak dapat:
a. Mempelajari jenis-jenis burung di HPGW
b. Mempelajari hubungan timbal balik yang terjadi antara burung dan
tumbuhan
c. Memahami mengapa mereka harus menjaga hutan (tumbuhan) dan
burung
d. Mulai menanam pohon di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal
Materi program:
a. Pengenalan burung burung HPGW
HPGW memiliki 48 jenis burung yang ditemui selama melakukan
pengamatan langsung di jalur interpretasi (lampiran 2). 48 jenis burung yang ditemui
berasal dari 24 famili dan tersebar merata di kawasan hutan HPGW. Beberapa faktor
yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk
beristirahat, bermain, berkembang biak, bersarang, bertengger, dan berlindung.
Untuk hidup di dalam suatu habitat, burung memerlukan syarat-syarat tertentu
seperti kondisi habitat yang cocok, baik, dan aman dari segala gangguan (Ontario et
al. 1991).

15

b. Pengenalan hubungan timbal balik antara flora dan fauna
Manusia mempunyai peranan yang sangat besar terhadap timbulnya
gangguan terhadap burung (Alikodra 2002). Penyebab utama masalah gangguan
terhadap satwaliar termasuk burung yaitu pertumbuhan penduduk yang
membutuhkan lahan hutan lebih banyak untuk pembangunan sehingga mendesak
kehidupan burung. Sutopo (2008) menambahkan bahwa terdapat empat jenis
ancaman terhadap burung diantaranya (1) perusakan dan perubahan habitat, (2)
perburuan dan perdagangan, (3) perusakan tempat berkembang biak, dan (4)
pencemaran dan pestisida. Tumbuhan memegang peranan penting dalam menjaga
keberadaan burung burung yang ada di HPGW. Seperti yang diungkapkan oleh
Alikodra dan Sutopo diatas, keberadaan burung bisa terganggu oleh adanya
pengurangan kawasan hutan yang terus meningkat, perusakan tempat berkembang
biak, dan pencemaran dimana semua hal tersebut berhubungan dengan tumbuhan
sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, tempat tinggal burung. Untuk itu
penting bagi kita menjaga keberadaan tumbuhan di sekitar lingkungan hidup kita
terutama hutan hutan yang kita miliki sekarang agar satwa liar yang ada sekarang
terutama burung dapat terjamin hidupnya dan tidak menuju kepunahan. Sebaliknya,
penting bagi kita untuk menjaga keberadaan burung-burung yang kini masih ada.
Setiap jenis burung memiliki pakan dan kebiasaan makan yang berbeda-beda. Ada
jenis burung burung yang pakan berupa madu, buah, ikan, dan biji-bijian. Beberapa
jenis burung memakan makanannya langsung ditempat dan ada pula beberapa jenis
burung yang membawa makanannya pulang ke sarang. Selama proses tersebut
berlangsung, juga terjadi proses penyebaran benih-benih tumbuhan yang tersebar
oleh burung tersebut. Sehingga proses makan burung tersebut juga membatu dalam
proses pembentukan hutan secara alami.
Kegiatan program:
a. Pameran
b. Permainan
c. Pemutaran film
Biaya program interpretasi untuk KU anak-anak yaitu Rp. 58.750 untuk
kelompok berjumlah kurang dari 20 orang dan Rp. 40.000 untuk kelompok
berjumlah 50 orang. Rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 5.
Media interpretasi yang digunakan:
a. Pusat pengunjung
b. Film
c. Pameran dalam ruangan
d. Tanda interpretasi
e. Pemandu interpretasi
Evaluasi program interpretasi untuk KU anak-anak menggunakan tehnik
Direct Audience Feedback (DAU) dan Length of Viewing and Listening
(LVL).Menurut Veverka (1998) tehnik DAU dapat dengan cepat mengganti cara
penyampaian informasi kepada pengunjung untuk mendapatkan respon yang
lebih baik, sedangkan LVL dapat menunjukkan dapat menunjukkan berapa lama
mereka menghabiskan waktu untuk mendengar dan melihat. Berdasarkan hal
tersebut, tehnik LVL cocok digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pameran dan
pemutaran film, sedangkan tehnik DAU cocok digunakan untuk kegiatan
permainan.

16

No
1

2

Tabel 5 Biaya program interpretasi untuk KU anak-anak
Kebutuhan
Biaya
Jumlah Pengunjung