PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), KEMISKINAN DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2008-2014

(1)

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP), POVERTY AND CAPITAL EXPENDITURE ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(HDI) IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIOD 2008-2014

Oleh:

NURHIKMAH AMALIA HASAN 20120430097

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

PERIODE 2008-2014

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP), POVERTY AND CAPITAL EXPENDITURE ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(HDI) IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIOD 2008-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NURHIKMAH AMALIA HASAN 20120430097

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

(4)

iii

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (QS. Al-Mujadalah: 11)

"Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setelah kita jatuh" (Confusius)

"Bermimpilah seolah-olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah hari terakhir anda" (James Dean)


(5)

Ii

Mama dan Papaku tercinta

Keluarga Besar Drum Corps UMY Amamaterku tercinta


(6)

iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSRTAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Indeks Pembangunan Manusia ... 11

a. Pembangunan Manusia ... 13

b. Pembangunan Manusia dan Pengukurannya... 16

1) Indeks Harapan Hidup ... 18

2) Indeks Pendidikan ... 19

3) Paritas Daya Beli ... 21

2. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 24

3. Hubungan Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 25

4. Hubungan Belanja Modal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 26

B. Penelitian Terdahulu ... 31

C. Kerangka Pikir ... 36

D. Hipotesisi ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Objek Penelitian ... 39

B. Jenis dan Sumber Data ... 39

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 40

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Regresi Data Panel dengan Common Effect ... 43

2. Regresi Data Panel dengan Fixed Effect ... 43

3. Regresi Data Panel dengan Random Effect ... 44


(7)

Ii

5. Uji Ekonometrika ... 48

a. Uji Multikolinearitas ... 48

b. Uji Heterokedastisitas ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 51

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 51

1. Batas Administrasi ... 51

2. Luas Wilayah ... 51

3. Iklim ... 52

4. Kependudukan ... 53

5. Pertumbuhan ekonomi ... 54

B. Perkembangan Variabel Penelitian ... 56

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 56

2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupate/Kota Di D.I.Yogyakarta ... 58

3. Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 60

4. Perkembangan Belanja Modal di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 62

BAB V HASIL DAN ANALISIS... 65

A. Uji Kualitas Data ... 65

1. Uji Heterokedastisitas ... 65

2. Uji Multikolinearitas ... 65

B. Pemlihan Model Analisis ... 66

1. Uji Chow ... 66

2. Uji Hausman ... 67

C. Hasil Estimasi Model Data Panel ... 68

D. Uji Statistik ... 72

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 72

2. Uji Signifikansi Secara Keseluruhan (Uji Statistik F) ... 73

3. Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 74

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 78

A. KESIMPULAN ... 78

B. SARAN ... 79

C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(8)

iii

di Pulau Jawa Tahun 2011-2014 ... 3

1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kemiskinan dan Belanja Modal di D.I.Yogyakarta Tahun 2010-2014 .... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 26

4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 ... 50

4.2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Juta Rupiah) ... 52

4.3. Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Ribu Orang) ... 53

4.4. Belanja Modal Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Miliar Rupiah) ... 56

5.1. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ... 58

5.2. Uji Multikolinearitas ... 59

5.3. Uji Chow ... 60

5.4. Uji Hausman ... 61

5.5. Model Fixed Effect ... 63

5.6. Uji Koefisien Determinasi ... 66

5.7. Uji Signifikansi Secara Keseluruhan ... 67


(9)

Ii


(10)

(11)

(12)

v INTISARI

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat menyebapkan terjadinya ketimpangan dan kesenjangan antar daerah. Kebijakan pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja modal dan laju pertumbuhan ekonomi, memberikan kontribusi terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2008-2014. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Hasil analisis menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dan belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.


(13)

vi ABSTRACT

Human developmen index is one of the many variabels used to measure people's welfare. The vast difference between people's welfare causes inequality among regions. Through government policy, as in increasing government spending on capital, increases people's welfare, economic growth and also contributes in raising the quality of Human Development Indes. The purpose of this study was to determine the influence of Gross Regional Domestict Product (GRDP), poverty and capital expenditure on Human Development Index (HDI) in Daerah Istimewa Yogyakarta period 2008-2014. The analytical tool used in this study was data panel. The analysis showed that Gross Regional Domestict Product (GRDP) has positive and significant impact on Human Development Indeks, poverty has negative and significant impact on Human Development Indeks, and capital expenditure has positive and significant impact on Human Development Indeks.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada kenyataannya selama ini pembangunan hanya ditunjukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan distribusi hasil pembangunanya. Jadi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila suatu negara dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata atau yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pembangunan manusia memiliki konsep yang luas dan komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia disemua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia bukan manusia disekeliling pembangunan.

Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan sekedar tujuan yang penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.


(15)

pembangunan yang menurut konsep pembangunan manusia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia secara bertahap mengalami peningkatan. Berikut adalah data peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

Seumber: BPS Indonesia (Berbagai terbitan) Gambar 1.1

Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2010-2014

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa IPM di Indonesia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 66,53 menjadi 67,09 pada tahun 2011 dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 68,90. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010-2014 menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat IPM Daerah Istimewa Yogyakarta berbanding lurus dengan tingkat IPM pada skala nasional. Jika dibandingkan dengan propinsi

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

2010 2011 2012 2013 2014 66.53 67.09 67.70 68.31 68.90


(16)

lainnya yang berada di pulau Jawa. Berikut adalah tabel perbandingan Indeks Pembangunan Manusia perprovinsi di Pulau Jawa tahun 2011-2014.

Tabel 1.1

Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) per Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2014

Provinsi 2011 2012 2013 2014

Dki Jakarta 76.98 77.53 78.08 78.39 Jawa Barat 66.67 67.32 68.25 68.80 Jawa Tengah 66.64 67.21 68.02 68.78 D.I. Yogyakarta 75.93 76.15 76.44 76.81 Jawa Timur 66.06 66.74 67.55 68.14

Sumber data: BPS Indonesia (Berbagai terbitan)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki IPM tertinggi kedua setelah Dki Jakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan IPM secara bertahap dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2011-2014, yang pada awalnya mencapai 75,93 pada tahun 2011 meningkat menjadi 76,15 pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 78,81 pada tahun 2014.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah alat untuk mengukur kesejahteraan masyarakat dan kesejahteran masyarakat dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi dan meratanya distribusi pendapatan (Arsyad, 2004). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi mengakibatkan naiknya produktifitas perekonomian sehingga tingkat pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari


(17)

timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukan dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam rangka mengacu pertumbuhan ekonomi perlu dan harus memperhatikan aspek pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah, karena dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisasi dari kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia, karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatanpun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan pemerintah menjadi tidak terealisasi dengan baik.

Peran pemerintah dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dapat berpengaruh melalui realisasi belanja negara dalam belanja publik. Peran pemerintah dalam kebijakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Kebijakan


(18)

pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang akan menambah aset atau kekayaan daerah, belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik (Halim 2002). Dengan meningkatkan alokasi pengeluaran pemerintah disektor publik akan meningkatkan produktivitas penduduk. Peningkatan produktifitas ini pada gilirannya mampu meningkatkan pembangunan manusia.

Pembangunan manusia memiliki konsep yang luas yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator. Indikator-indikator ekonomi yang dapat mempengaruhi IPM antara lain pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, serta pengeluaran pemerintah dalam belanja modal. Apabila di suatu daerah pertumbuhan ekonominya meningkat diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan IPM di daerah tersebut, hal ini diikuti dengan pengeluaran pemerintah dalam belanja modal. Jika belanja modal naik akan berpengaruh pada peningkatan IPM. Sedangkan kemiskinan yang tinggi akan berpengaruh pada penurunan IPM (Sadono Sukirno, 2008).


(19)

Tabel 1.2

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan PDRB, Kemiskinan dan Belanja Modal di D.I.Yogyakarta

Tahun 2010-2014

Tahun IPM PDRB

(%)

Kemiskinan (%)

Belanja Modal (Miliar Rp)

2010 75,37 4,88 15,63 131.691.395

2011 75,77 5,16 16,14 150.173.519

2012 76.,5 5,32 15,88 217.958.664

2013 77,37 5,40 15,03 292.505.411

2014 76,81 5,09 15,00 399.119.628

Sumber: BPS D.I.Yogyakarta (Berbagai terbitan)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui hubungan laju pertumbuhan PDRB dengan IPM di D.I.Yogyakarta, dimana PDRB dari tahun-tahun tersebut (2010-2014) terus meningkat yang hal ini diikuti dengan peningkatan IPM di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tabel tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif antara PDRB dengan Indeks Pembangunan Manusia di DIY.

Permasalahan utama dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia adalah kemiskinan, karena kemiskinan berhubungan dengan kondisi fudamental yang menjadi syarat berlangsungnya pembangunan suatu negara yang berkelanjutan. Kemiskinan yang identik dengan jumlah pendapatan masyarakat yang tidak memadai, harus selalu menjadi prioritas dalam pembangunan suatu negara. Meskipun masalah kemiskinan akan selalu muncul karena sifat dasar dari kemiskinan adalah relatif, namun ketika dari sebuah negara mengalami peningkatan taraf hidup, maka standar hidup akan berubah.


(20)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kemiskinan yang terjadi di DIY cenderung bersifat fluktuatif sehingga berpengaruh pada Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2010 kemiskinan di DIY sebesar 15,63% meningkat menjadi menjadi 16,14 pada tahun 2011, hal tersebut berpengarug terhadap IPM, walaupun Indeks Pembangunan Manusia meningkat pada tahun tersebut namun peningkatan IPM sangat rendah.

Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia adalah belanja modal. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jamian sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kebijakan pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa belanja modal yang dilakukan pemerintah selama kurun waktu 6 tahun mengalami fluktuasi pada tahun 2000 belanja modal yang dilakukan pemerintah sebesar Rp206.074.762 miliar dan pada tahun 2010 belanja modal turun menjadi Rp131.691.395 miliar dan pada tahun 2011 belanja modal meningkat menjadi Rp150.173.519 miliar. Hal tersebut


(21)

berpengaruh terhadap IPM dimana walaupun IPM meningkat setiap tahunnya namun peningkatan IPM tidak secara maksimal.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kemiskinan dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2008-2014".

B. Batasan Masalah

Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka peneliti hanya membahas pada :

1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap besar kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I.Yogyakarta yaitu Pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan belanja modal.

2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu tahun 2008-2014 terdiri atas :

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

b. Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 c. Kemiskinan

d. Belanja modal C. Rumusan Masalah


(22)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pegaruh Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta?

2. Seberapa besar pegaruh kemiskinan terserap terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta?

3. Seberapa besar pegaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiskinan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta.


(23)

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat memperdalam wawasan pengetahuan penulis tentang produk domestik regioanl bruto, kemiskinan, belanja modal dan Indeks Pembangunan Manusia.

2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta.


(24)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Indek Pembangunan Manusia.

Kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut (Whithaker dan Federico, 1997). Seseorang yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan yang rendah kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera.

United Nations Development Programe (UNDP) mulai tahun 1990 telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat menunjukan kemajuan manusia berdasarkan faktor-faktor, seperti rata-rata usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Laporan ini menganggap bahwa pembangunan manusia pada hakekatnya adalah suatu proses memperbesar pilihan-pilihan manusia. Indikator kesejahteraan masyarakat yang disusun oleh UNDP dikenal dengan Human Development Index

(HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Human Development Index (HDI) merupakan perangkat yang sangat bermanfaat untuk mengukur tingkat kesejahteraan antar negara maupun antar daerah (Todaro, 2006). Indikator HDI jauh melebihi pertumbuhan konvensional.


(25)

Pertumbuhan ekonomi penting untuk mempertahankan kesejahteraan rakyatnya, namun pertumbuhan bukan akhir dari pembangunan manusia. Pertumbuhan hanyalah salah satu alat, yang lebih penting adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memperbaiki kapabilitas manusianya dan bagaimana rakyat menggunakan kapabilitasnya tersebut.

Jika mengacu pada pengertian Indeks Pembangunan Manusia menurut United Nations Development Programe (UNDP), maka penduduk menjadi tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana (principal means) untuk tujuan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Dari definisi yang diberikan oleh UNDP mencerminkan bahwa manusia dalam suatu wilayah selayaknya mamiliki dan diberikan pilihan-pilihan yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai dengan pilihan yang diambilnya.

Pemerintah dalam hal ini merupakan fasilitator bagi masyarkat untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang lebih luas. Gambaran yang dapat diambil guna melihat seberapa jauh peran pemerintah untuk menjadi fasilitator dari pembangunan manusia adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah yang di


(26)

ambil. Salah satu hal yang paling menentukan dalam suksesnya pembangunan manusia adalah pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, sehingga dua sektor tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah guna mewujudkan pembangunan manusia yang pada akhirnya menjadi input dalam proses pembangunan di berbagai sektor (Christina, 2011).

Salah satu keuntungan HDI adalah, indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah negara/ daerah dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan pendapatan yang besar hanya berperan relatif kecil dalam pembangunan manusia (Todaro, 2006).

a. Pembangunan Manusia

Terminologi pembangunan manusia dalam Indonesia Human Development Report (2001:10) adalah proses dimana masyarakat dimungkinkan untuk dapat memperluas berbagai pilihan-pilihan. Pendapatan merupakan salah satu dari sekian pilihan, tetapi bukan seluruh kebutuhan hidup. Kesehatan dan pendidikan, lingkungan yang baik serta kebebasan dalam bertindak jauh lebih penting. Hal ini juga dikuatkan dalam Indonesia Human Development Report (2004:70) bahwa pembangunan manusia sangat berkepentingan dengan kapabilitas manusia termasuk didalamnya adalah peningkatan dalam kesehatan dan pendidikan.

Kesehatan dan pendidikan bukan hanya sekedar input fungsi produksi namun juga merupakan tujuan pembangunan yang fudamental. Peningkatan kesehatan dan pendidikan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari jebakan lingkaran


(27)

setan kemiskinan. Sekelompok orang yang berpendidikan akan dapat memberi manfaat kepada masyarakat disekelilingnya, seperti menciptakan berbagai inovasi yang berguna bagi komunitasnya (Todaro, 2003).

Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki manusia disemua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan.

Pembangunan manusia memiliki cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan PDRB daripada perbaikan kualitas hidup manusia. Pembangunan manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi.

Dalam pembangunan manusia terdapat hal-hal penting yang perlu menjadi perhatian utama (UNDP, 1995:118), yaitu:

1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatiah. 2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.


(28)

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya peningkatan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diperhatikan lebig lanjut empat pilat pokok yang mendukung pembangunan manusia, dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Produktifitas

Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2) Pemerataan

Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada.


(29)

3) Keberlanjutan

Akses terhadap kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang. Semua bentuk sumberdaya harus diperbaharui.

4) Pemberdayaan

Pembangunan harus dilakuakan oleh semua orang, bukan hanya semata-mata untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.

b. Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

Dalam Human Development Report (UNESCO, 2007) dijelaskan bahwa

Human Development Index (HDI) merupakan suatu konstruksi pengukuran atas dasar konsep right based approach to human development. HDI melakukan pengukuran rata-rata pencapaian setiap individu negara yang menyangkut tiga


(30)

dimensi dasar dari proses pengembangan kualitas manusia. Pengukuran ini dilakukan dengan menetapkan beberapa asumsi dasar bahwa manusia yang berkualitas adalah:

a) Manusia yang dapat hidup sehat dan panjang umur, sebagaimana diukur dengan Angka Harapan Hidup sejak waktu lahir (life expectancy at birth). b) Manusia yang memiliki kecakapan dan pendidikan yang diperlukan bagi

hidupnya, sebagaimana diukur melalui indikator angka literasi orang dewasa (adult literacy rate) dengan bobot penilaian dua pertiga, serta indikator kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar, menengah dan tinggi dengan bobot penilaian satu pertiga dari penghitungan indeks pendidikan.

c) Manusia yang dapat mencapai standar hidup layak, sebagaimana diukur dengan logaritma pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita yang menggunakan indikator purchasing power parity (PPP) yang dihitung dalam dolar Amerika.

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut:

IPM = 1/3 (Indeks 1 + Indeks 2 + Indeks 3)... (1) Di mana:

1

 = Indeks Harapan Hidup 2


(31)

3

 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

IPM =

i3IIi : Ii=

Xi Min Xi Max

Xi Min Xi

 

...(2)

Di mana:

Ii = Indeks komponen IPM ke i di mana i = 1,2,3 Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i

MaxXi = Nilai maksimum Xi Min Xi = Nilai minimum Xi 1) Indeks harapan hidup.

Indeks harapan hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel indek harapan hidup diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data dasar yang


(32)

dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen HDI

No Komponen HDI Nilai

Maksimum

Nilai Minimum

1 Angka Harapan Hidup 83,04 20

2 Expected Years of Schooling

(tahun)

18 0

3 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 15 0

4 Pengeluaran per kapita disesuakan 26.572.352** (IDR)

1.007.436* (IDR) Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta

Keterangan:

* Daya beli minimum garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua

** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang

diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.

2) Indeks pendidikan.

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk


(33)

usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya.

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk. MYS dihitung secara tidak langsung, pertama-tama dengan memberikan Faktor Konversi pada variabel “Pendidikan yang Ditamatkan”. Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya.

Setelah diperoleh nilai Lit dan MYS, dilakukan penyesuaian agar kedua nilai ini berada pada skala yang sama yaitu antara 0 dan 1. Selanjutnya kedua nilai yang telah disesuaikan ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan dengan perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS, sesuai ketentuan UNDP. Dengan demikian untuk menghitung indeks pendidikan digunakan rumus:

IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS

Syaiful Anwar mengatakan pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan manusia. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan membuat warga percaya diri dan


(34)

berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. 3) Paritas Daya Beli/Purchasing Power Parity (PPP).

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM ub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan aya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):

(1) Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27 komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).

(2) Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

(3) Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan antar daerah, diperlukan indeks ”Kemahalan“ wilayah yang biasa disebut dengan daya beli per unit (=PPP/Unit). Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai International Comparsion Project


(35)

(ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul sesuai ketetapan UNDP.

Penghitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :

  

 ) . )( . ( 27 1 27 ) . ( / j i j i P J j i E Ri unit PPP Di mana:

E (i,j ) = Pengeluaran untuk komoditi j di Provinsi i P ( i,j ) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i

Pembangunan manusia yang dimaksudkan dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sumber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang orientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan.

Manfaat dari perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (BPS DIY) adalah: 1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilah dalam


(36)

upaya pembangunan kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). 2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

3) IPM juga digunakan sebagai salah satu alokasi penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Interpretasi dari Indeks Pembangunan Manusia (BPS DIY) adalah:

1) Angaka IPM memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai danpak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara/daerah. Semakin tinggi nilai IPM menunjukan pencapaina pembangunan manusianya semakin baik.

2) Nilai IPM yang kurang dari 50 digolongkan kategori "rendah", rentan antara 50 hingga 79 masuk kriteria mengengah dan nilai 80 ke atas merupakan kelompok "tinggi".

Sumber daya yang digunakan dalam perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (BPS DIY) adalah:

1) Angka Harapan Hidup (AHH) dihitung menghgunakan data Supas dan proyeksi penduduk.

2) Angka Melek Huruf (AMH), lama sekolah dan angka harapan hidup menggunakan data pokok Susenas Kor.


(37)

Konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditi, disukung oleh data lain seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Supas dan proyeksi penduduk.

2. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu dan menjadi tolak ukur dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang.

Pertumbuhan ekonomi akan menjadikan pembangunan manusia semakin baik, begitu pula sebaliknya akibat dari perbaikan kualitas manusia tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan kinerja perekonomian akan meningkat (Lee Jong Hwa, 2002).

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia saling berkontribusi satu sama lain (Ranis et al, 2000). Kontribusi pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kapasitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi ekonomi sehingga output masyarakat juga akan meningkat. Sementara itu kontribusi pertumbuhan ekonomi untuk pembangunan manusia adalah dengan menigkatkan pendapatan pemerintah yang kemudian dapat diinvestasikan untuk pembangunan manusia (Kosack dan Tobin,


(38)

2006 dalam Bosaman). Investasi ini dutujukan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Investasi pada bidang pendidikan dan kesehatan dapat meningkatkan produktivitas pekerja, meningkatkan perolehan keterampilan, pengembangan ilmu pengetahuan, serta mampu mengembangkan kemajuan teknologi (Bosman 2010).

3. Hubungan kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Dalam suatu lingkaran setan kemiskinan terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya pendapatan, dan rendahnya tingkat pendidikan (Mahmudi 2007). Penduduk miskin akan lebih banyak atau bahkan seluruh pendapatannya dugunakan untuk kebutuhan makan, dibadingkan penduduk kaya. Akibatnya penduduk miskin tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak. Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya kemiskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas menjadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan. 4. Hubungan belanja modal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


(39)

dan juga bantuan dari pemerintah yang berupa Dana Alokasi Umum, maka alokasi dana untuk mensejahterakan masyarakat juga akan semakin baik. Pengalokasian dana belanja modal untuk kesejahteraan khususnya dibidang pendidikan, diharapkan lebih besar untuk kemajuan daerah dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Belanja modal ini dapat berupa pembangunan gedung, sarana dan prasarana yang memadai untuk kenyamanan bersekolah (Christy dan Adi, 2009) sehingga kemajuan dalam pendidikan juga akan meningkatkan kualitas pembangunan manusia.

Kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pemdidikan, dan infrasrtuktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia (Mankiw 2008). Modal manusia dapat mengacu pada pendidikan, namun juga dapat diguakan untuk menjelasakan jenis investasi manusia lainnya yaitu investasi yang mendorong ke arah populasi yang sehat yaitu kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar disuatu wilayah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah


(40)

negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006).

Belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteaan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan Denni Sulistio Mirza (2012) dengan judul Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009 hasil analisis menunjukan bahwa perkembangan IPM kabupaten/kota di Jawa Tengah mengalami peningkatan dan termasuk kategori IPM menengah. Regresi data panel menunjukan bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah.pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah. Belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM Provinsi Jawa Tengah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gusi Bagus Kompiang Putra Setiawan dan Dewa Nyoman Budiana (2015) dengan judul Pengaruh Belanja Modal Terhadap Indeks


(41)

Pembangunan Manusia Melalui Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Intervening Provinsi Bali dengan menggunakan analisis jalur/Part Analisis. Hasil analisis menunjukan bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, belanja modal berpengaruh secara tidak langsung terhadap indeks pembangunan manusia melalui meditasi pertumbuhan ekonomi menunjukan hasil z hitung 4,35 lebih besar dibandingkan z tabel 1,96. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan variabel meditasi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ilham Irawan (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia periode 1990-2007 dengan menggunakan analisis regresi linier logaritme. Hasil analisis menunjukan bahwa ada tiga dari empat variabel memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap IPM

4. Penelitian yang dilakukan oleh Septian Jefri Alif Utama, Teguh Hadi Priyono, Lilis Yulianti (2015) dengan judul Pengaruh PDRB, Belanja Modal dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus Karesidenan


(42)

Besuki), dengan menggunakan analisis data panel dan analisis lintas. Hasil analisis menunjukan perkembangan indeks pembangunan manusia di wilayah Eks karesidenan Besuki tidak ada yang berada pada level lower dan terus mengalami peningkatan pada periode 2004-2013. Pengaruh pendapatan sektoral dan belanja modal secara regresi berpengaruh secara signifikan sedangkan kemiskinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Secara struktural pendapatan sektoral memiliki pengaruh yang sangat besar karena memiliki pengaruh total yang lebih besar terhadap indeks pembangunan manusia dibadingkan belanja modal dan kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Christina Usmaliadanti (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. Dengan menggunakan analisis data panel (fixed effect model). Hasil analisis menunjukan bahwa variabel jumlah penduduk miskin, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel pembangunan manusia, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Willman Fogati Zebua dengan judul Pengaruh Alokasi Belanja Modal, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Hibah dan Belanja


(43)

Bantuan Sosial Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia (Studi pada Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013). Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukan belanja modal dan belanja barang dan jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan belanja hibah dan belanja bantuan sosial tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013.


(44)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Pengaruh Kemiskinan,

Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Penelitian dilakukan oleh Denni Sulistio Mirza (2012)

Regresi data panel

Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009

1. Kemiskinan 2. Pertumbuhan

ekonomi 3. Belanja modal

1. Perkembangan IPM kabupaten/kota di Jawa Tengah mengalami

peningkatan dan termasuk kategori IPM menengah. 2. kemiskinan mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa.

3. Tengah.pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah. 4. Belanja modal yang

dikeluarkan oleh pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM Provinsi Jawa Tengah.


(45)

Lanjutan Tabel 2.2

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Pengaruh Belanja

Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Intervening Provinsi Bali. Penelitian dilakukan oleh Gusi Bagus Kompiang Putra Setiawan dan Dewa Nyoman Budiana (2015) analisis jalur/Part Analisis Indeks Pembangunan Manusia

Belanja modal melalui pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening

1. Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. 3. Belanja modal berpengaruh

positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia 4. Belanja modal berpengaruh

secara tidak langsung terhadap indeks pembangunan manusia melalui meditasi pertumbuhan ekonomi menunjukan hasil z hitung 4,35 lebih besar dibandingkan z tabel 1,96. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan variabel meditasi.


(46)

Lanjutan Tebel 2.1

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia periode 1990-2007. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Ilham Irawan (2009)

Regresi linier logaritme

Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia periode 1990-2007

1. Produk Domestik Bruto (PDB) 2. Pengeluaran

Pemerintah 3. PMA 4. PMDN

1. Hasil analisis menunjukan bahwa ada tiga dari empat variabel memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

3. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Pengaruh PDRB,

Belanja Modal dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus Karesidenan Besuki). Penelitian dilakukan oleh Septian Jefri Alif Utama, Teguh Hadi Priyono, Lilis Yulianti (2015) Analisis Data Panel Indeks pembangunan Manusia 1. PDRB

2. Belanja modal 3. Kemiskinan

1. indeks pembangunan manusia di wilayah Eks karesidenan Besuki tidak ada yang berada pada level lower dan terus mengalami peningkatan pada periode 2004-2013.


(47)

Lanjutan Tebel 2.1

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan

2. Pendapatan sektoral dan belanja modal secara regresi berpengaruh secara signifikan sedangkan kemiskinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

3. Secara struktural pendapatan sektoral memiliki pengaruh yang sangat besar karena memiliki pengaruh total yang lebih besar terhadap indeks pembangunan manusia

dibadingkan belanja modal dan kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia. Analisis Pengaruh Tingkat

Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. Penelitian dilakukan oleh Christina Usmaliadanti (2011).

Analisis data panel (fixed effect model)

Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009 1. Kemiskinan 2. Pengeluaran pemerintahdi sektor pendidikan dan kesehatan

1. Variabel jumlah penduduk miskin, pengeluaran

pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pembangunan manusia.

2. Variabel pengeluaran

pemerintah sektor kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia.


(48)

Lanjutan Tabel 2.2

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Pengaruh Alokasi Belanja

Modal, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia (Studi pada Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013). Penelitian dilakukan oleh Willman Fogati Zebua.

Analisis regresi linier berganda

Indeks Pembangunan Manusia

1. Belanja modal 2. Belanja barang dan

jasa

3. Belanja hibah 4. Belanja bantuan

sosial.

1. Belanja modal dan belanja barang dan jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013.

2. Belanja hibah dan belanja bantuan sosial tidak

berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013.


(49)

C. Kerangka Pikir

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik pula akan tetapi bila pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi dengan pembangunan manusia yang baik maka tidak akan berlangsung lama (sustainable). Pertumbuhan ekonomi diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses keaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia karena pertumbuhan ekonomi mengakibatkan naiknya produktifitas perekonomian sehingga tingkat pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan perkapita merupakann suatu pencermian dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisasi dari kemiskinan. Kemiskinan yang terus bertambah akan menyebapkan terhambatnya peningkatan indeks pembangunan manusia, Kemiskinan dapat berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dengan demikian diperlukan peran dari pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Pemerintah menjalankan berbagai macam program pembangunan ekonomi untuk mencapai masyarakat yang sejahtera membutuhkan dana yang cukup besar,


(50)

pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Belanja modal merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah yang tercermin dalam APBD. Belanja modal dapat berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka alur pikir penelitian tentang danpak dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan, belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebagai berikut:

+

-

+

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, serta uraian pada peneliti terdahulu serta kerangka pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Kemiskinan

Belanja Modal

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


(51)

1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta tahun 2008-2014. 2. Diduga kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di D.I. Yogyakarta tahun 2008-2014.

3. Diduga belanja modal berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta tahun 2008-2014.


(52)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota madya yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah oleh pihak ketiga secara berkala yang berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode 2008-2014. Data ini diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakrta dan beberapa instansi yang terkait serta dari berbagai sumber kepusatakaan lain. Dimana data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan dan belanja modal.

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk


(53)

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:2). Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (independen).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006:26). Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kemiskinan (K)

Belanja modal (BM)

2. Variabel terikat (Dependen).

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Untuk menghindari perbedaan pengertian dan memberikan batasan yang tegas pada variabel yang diteliti, maka definisi operasional terhadap masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(54)

dasar konsep right based approach to human development. HDI melakukan pengukuran rata-rata pencapaian setiap individu negara yang menyangkut tiga dimensi dasar dari proses pengembangan kualitas manusia yaitu manusia yang dapat hidup sehat dan panjang umur, manusia yang memiliki kecakapan dan pendidikan, manusia yang dapat mencapai standar hidup layak.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam periode tertentu.

3. Kemiskinan adalah penduduk yang secara ekonomi tidak mampu memnuhi kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan kebutuhan non makanan yang mendasar. Dalam penelitian ini menggunakan jumlah penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan di kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta dalam ribu orang.

4. Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk kebutuhan masyarakat atau disebut juga belanja pembangunan yang berupa pembangunan investasi fisik (pembangunan infrasruktur) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari 1 tahun dan mengakibatkan penambahan aset daerah. Belanja modal dikeluarkan pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional.


(55)

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel. Data panel (panel/pooled data) adalah gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data time series biasanya meliputi satu objek dan data cross section terdiri dari beberapa atau banyak objek.

Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut:

     

i 0 1 ii;i 1,2,..., ...(3) Dimana N adalah banyaknnya data cross section

Sedangkan model dengan menggunakan dota time series adalah:      

t 0 1 tt;t 1,2,..., ...(4) Dimana T adalah banyaknnya data time series

Mengingat data panel merupakan gabungan dari time series dan cross section, maka model dapat ditulis dengan:

it it it    

 0 1 ...(5)

i=1,2,...,N ; t=1,2,...,T Dimana:

N= banyaknya observasi T= banyaknya waktu


(56)

Dalam mengukur persamaan regresi menggunakan data panel, untuk keseimbangan datanya akan digunakan model regresi berganda unbalance panel. Dimana setiap unit cross sectionnya memiliki jumlah observasi time series yang berbeda. Sedangkan dalam analisis menggunakan regresi data panel, untuk hasil estimasi dipilih salah satu model regresi data panel yang sesuai. Terdapat tiga model yang digunakan diantarnya: 1) Regresi data panel dengan Common Effect

atau Ordinary Least Square (OLS), 2) Regresi data panel dengan Fixed Effect Method (FEM), 3) Regresi data panel dengan Random Effect.

1. Regresi data panel dengan Common Effect

Model analisis ini mengabaikan dimensi waktu dan ruang, karena intercept

dan koefisien slope dianggap konstan. Dan dalam melakukan regresi digunakan langsung regresi Ordinary Least Square (OLS). Untuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

it pit p it

it

it        

 0 1 1 2 .... ...(6) Dimana:

i = Unit cross section (individual) t = Periode waktu

2. Regresi data panel dengan Fixed Effect Method (FEM)

Model analisis ini memiliki asumsi adanya perbedaan intercept antar individu, tetapi intercept antar waktunya sama dan koefisien regresi atau slope sama antar individu dan waktu. Untuk penggunaan slope yang konstan sedangkan intersepnya


(57)

harus bervariasi, maka bisa digunakan variabel dummy. Untuk persamaan regresinya adalah:

it it it

it

it     WD  

 0 1 2 1 2 1 ...(7) Dimana:

it

W1 = 1 untuk daerah ke i = 0 untuk lainnya

it

1

 = 1 untuk periode ke t = 0 untuk lainnya

3. Regresi data panel dengan Random Effect.

Model analisis ini memiliki asumsi bahwa slope antar individu adalah sama, tetapi intersep berbeda baik antar individu maupun antar waktu, namun rata-rata tiap intersep adalah sama. Untuk persamaan regresinya adalah:

it it pit p it

it

it          

0 1 1 2 2 .... ...(8) Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Uji Chow

Uji Chow yaitu uji yang dugunakan untuk mengetahui apakah model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji Chow.


(58)

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

0

H :Model PLS (Restricted)

1

H :Model Fixed Effect (Unrectrited)

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang digunakan sebagai berikut:

k n nt URSS n URSS RRSS Chow      / ) 1 /( ) ( Dimana:

RRSS = Restricted Residual Sam Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least

square/common intersept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode

fixed effect)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah Variabel penjelas.

Pegujian ini mengikuti distribusi F statistic yaitu FN-1, NT-N-K jika nilai F-test atau Chow Statistic (F-statistic) hasil pegujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model Fixed Effect.


(59)

b. Uji Hausman

Pengujian ini dilakukan untuk menguji metode regresi data panel mana yang lebih baik apakah menggunakan metode regresi dengan fixed effect atau dengan metode random effect maka digunakan uji Hausman. Dimana uji Hausman memiliki hipotesis sebagai berikut:

0

H : Random Effect

1

H : Fixed Effect

Bila H0 diterima maka dalam model terdapat efek random

Bila H0 ditolah atau menerima H1 maka dalam model terdapat effek tetap. Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan statistic Chi-Square statistic > Chi-Square tabel maka H0(model yang digunakan adalah

Fixed Effect).

Setelah ditentukan model mana yang digunakan dalam regresi data panel, dilakukan lagi pengujian terhadap model yaitu uji statistik dan uji ekonometrika, yang meliputi:

4. Uji statistik

Penggunaan uji statistik dilakukan guna mengetahui apakah perhitungan yang dilakukan signifikan secara statistik atau tidak signifikan. Ketepatan dalam menggunakan regresi dapat diukur dari goodness of fit. Dan dalam analisis regresi terdapat 3 jenis kriteria ketepatan (goodness of fit) yaitu: 1) uji statistik t, 2) uji statistik F, dan 3) Koefisien determinasi (R2).


(60)

a. Uji signifikansi Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang diuji adalah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Sedangkan cara untuk melakukan uji t bisa dipergunakan:

(1) Apabila jumlah degree of freedom adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak apabila nilai t lebih besar dari 2 (nilai absolut).

(2) Dengan cara membandingkan nilai statistik t, apabila nilai statistik t hitung lebih besar dibanding t tabel maka hipotesis alternatif dapat diterima.

b. Uji signifikansi secara keseluruhan (Uji statistik F)

Uji statistik F menunjukan semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Sedangkan cara untuk melakukan uji t bisa dipergunakan:

(1)Apabila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho yang menyatakan bi=b2=...bk= 0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%.

(2)Dengan cara membandingkan nilai statistik F, apabila nilai statistik F hitung lebih besar dibanding F tabel maka hipotesis alternatif dapat diterima.

c. Koefisien Determinasi (R2)


(61)

menerangkan variasi variabel dependen. Namun penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen yang dimasukan R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel independen tersebut signifikan atau tidak. Oleh karena itu nilai Adjusted R2 dapat digunakan untuk mengevaluasi mana model regresi yang baik.

5. Uji Ekonometrika

Dalam menggunakan regresi OLS diperlukan pengujian untuk menghasilkan sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), pengujian dilakukan menggunakan asumsi Klasik yang terdiri dari:

a. Uji multikolinearitas.

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier antar variabel-variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya:

a) Meskipun penaksiran OLS dapat diperoleh, namun kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan meningkatkannya korelasi antar variabel (Gujarati, 2003).

b) Standar error dari parameter dugaan akan sangat besar, sehingga selang kepercayaan cenderung lebih besar (Gujarati, 2003).


(62)

signifikan, tetapi koefisien determinasi (R squared) tetap tinggi, dan uji F signifikan (Nachrowi, 2006).

d) Jika korelasinya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar (Gujarati, 2003).

e) Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data (Gujarati, 2003).

f) Tidak mungkin mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan (Gujarati, 2003).

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output komputer. Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar |0,8|, maka terdapat gejala multikolinearitas (Syamsul,2012).

b. Uji heterokedastisitas.

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dengan nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Hal ini melanggar asumsi dasar dari regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama/ homoskedastisitas (syamsul,2013)

Adanya sifat heteroskedastisitas ini dapat membuat penafsiran dalam model bersifat tidak efisien. Umumya masalah heteroskedastisitas lebih biasa terjadi pada data cross section dibandingkan dengan time series (Gujarati, 1978).


(63)

menggunakan uji park yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam metodenya, Park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan ui2 dan variabel bebas yang dinyatakan sebagai berikut:

2

ui

 = i ...(9)

Persamaan yang diatas dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:

Lnui2 =  Lni+ vi ...(10)

Karena varian kesalahan (ui2 ) tidak teramati, maka digunakan

2

i

e sebagai penggantinya. Sehingga persamaannya menjadi:

Ln 2

i

e =  Lni+ vi...(11) Apabila koefisien parameter  dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika  tidak signifikan, maka asumsi homoskedastisitas pada data dapat diterima. (Park dalam Sumodiningrat, 2010).

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regeresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut keteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak adanya heteroskedastisitas.


(64)

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Batas admistrasi

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian lainnya dibatasi oleh wilayah provinsi Jawa Tengah yang meliputi:

1) Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut 2) Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara 3) Kabupaten Purworejo di sebelah Barat 4) Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut

Secara administrasi D.I.Yogyakarta terbagi dalam 4 kabupaten dan 1 kota dengan 78 kecamatan serta 438 Desa/Kelurahan definitif (BPS, DIY 2010). Dengan perincian

a) Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa b) Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa c) Kabupaten Kulonprogo terdiri atas 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa d) Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa e) Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa. 2. Luas wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta posisinya terletak diantar 7 .33'-8 .12' Lintang Selatan dan 110.00'-110.50' Bujur Timur, tercatat memiliki luas


(65)

3.185,80 km2atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km2). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terdiri atas:

1) Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2

(1,02%) 2) Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km2

(15,91%) 3) Kabupaten Kulonprogo, dengan luas 586,27 km2

(18,40%) 4) Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km2

(46,63%). 5) Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km2

(18,04%).

Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional,dari 3.185,80 km2 luas D.I. Yogyakarta, 33,05% merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09% Regosol, 12,38% Lathosol, 10,97% Grumusol, 10,84% Mediteran, 3,19% Alluvial, dan 2,48% adalah tanah jenis Rensina.

Sebagian besar wilayah D.I. Yogyakarta atau sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84% wilayah denga ketinggian kurang dari 100 m, 5,04% wilayah dengan ketinggian antar 500-999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian diatas 1000 m.

3. Iklim

Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.

Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta, suhu udara rata-rata di yogyakarta tahun 2014


(66)

menunjukan rata-rata 26,3oC lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2013 yang tercatat sebesar 26,08oC, dengan suhu minimum 21,2 C dan suhu maksimum 32,7. Curah hujan perbulan sekitar 169,0 mm dengan hari hujan per bulan 13 kali. Sedangkan kelembaban udara tercatat antara 42,0 persen-100,0 persen, tekanan udara 1.010,1 bm- 1.019,9 mb, dengan arah angin Barat Daya dan kecepatan angin antara 0,2 knot sampai dengan 15,0 knot. (DIY dalam angka, 2015).

Peta Daerah Istimewa Yogyakarta

4. Kependudukan

Berdasarkan hasil Susenas Agustus 2014 jumlah penduduk DIY tahun 2014 tercatat 3.666.533 jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 49,47 persen dan penduduk perempuan 50,53 persen. Menurut hasil proyeksi penduduk


(67)

kota mencapai 66,74 persen dan penduduk desa mencapai 33,26 persen.

Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 terhadap tahun 2010 mencapai 0,98 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahu sebelumnya, yakni 0,82 persen.

Dengan luas wilayah 3.185,80 km2. Kepadatan tertinggi terjadi di kota Yogyakarta yakni 12.322 jiwa perkm2dengan luas wilayah hanya sekitar satu persen dari luas DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63 persen memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 470 jiwa perkm2.

Menurut angka proyeksi penduduk 2010-2035, komposisi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu umur 20-24 tahun sebesar 8,56 persen.

Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 37,80 persen, kelompok umur 25-59 tahun 49,00 persen, dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 13,20 persen. Besarnya proporsi mereka yang berusia lanjut mengisyaratkan tinggi usia harapan hidup penduduk DIY yang mencapai 74.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 tumbuh sebesar 5,18%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,40%.


(68)

Perekonomian DIY tahun 2014 tumbuh mengesankan karena hampir semua sektor tumbuh positif. Sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhanpaling tinggi yaitu sebesar 8,97%, di susul sektor jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, dan pendidikan sosial, jasa perusahaan,penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, jasa lainnya, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu 7,91% sampai dengan 2,11%. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh negatif 2,13%.

Berdasarkan perkembangan komposisi nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat diketahui bahwa peran sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin tergeser oleh sektor lain.

Pada tahun 2013, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB kabupaten/kota masih yang tertinggi untuk kabupaten Kulonprogo dan kabupaten Gunungkidul. Sementara untuk kabupaten Bantul, kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta kontribusi terbesarnya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbedaan ini disebapkan karena pada setiap kabipaten/kota memiliki struktur ekonomi yang berbeda.


(1)

positif dan signifikan dengan elastisitas positif sebesar 0.394952 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di DIY tahun 2008-2014. Hal ini menunjukan bahwa apabila PDRB mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di DIY sebesar 0,39%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa PDRB berpegaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di DIY selama tahun 2008-2014.

Pengaruh kemiskinan terhadap Indek Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan dengan elastisitas negatif sebesar 0.512399 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di DIY tahun 2008-2014. Hal ini menunjukan bahwa apabila rasio kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,51%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di DIY selama tahun 2008-2014.

Pengaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel belanja modal berpengaruh positif dan signifikan dengan elastisitas positif sebesar 0.207665 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di DIY tahun 2008-2014. Hal ini menunjukan bahwa apabila PDRB mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di DIY sebesar 0,20%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa belanja modal berpegaruh positif terhadap Indeks


(2)

Pembangunan Manusia di DIY selama tahun 2008-2014.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh PDRB, kemiskinan dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangungan Manusia (IPM) dengan koefisien sebesar 0.394952 artinya, apabila PDRB mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan mengakibatkan IPM meningkat sebesar 0,39%. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap IPM.

2. Kemiskinan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap IPM dengan koefisien sebesar -0.512399. Artinya, apabila kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1% maka akan mengakibatkan IPM meningkat sebesar 0,51%. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM.

3. Belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap IPM dengan koefisien sebesar 0.207665. artinya, apabila belanja modal mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan mengakibatkan IPM meningkat sebesar 0,20%. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap IPM.

Saran


(3)

modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I.Yogyakarta tahun 2008-2014 maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta harus meningkatkan pertumbuhan output perkapita penduduk. Pertumbuhan output perkapita tersebut adalah PDRB perkapita penduduk. Peningkatan pertumbuhan output tersebut akan mempengaruhi konsumsi penduduk. Perubahan tersebut terutama dipengaruhi oleh tingkat perdapatan dan mendorong masyarakat tidak hidup konsumtif dan disisihkan untuk ditabung sebagai modal dalam peningkatan produktivitas dana pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. 2. Pengalokasian belanja modal untuk meningkatkan rasio Indeks Pembangunan

Manusia harus lebih tepat sasaran dimana pengeluaran tersebut harus langsung bersentuhan langsung dengan masyarakat salah satunya yaitu pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang memadai akan meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga dapat memberikan dampak yang berarti khususnya bagi peningkatan sumber daya manusia, peningkatan kualitas hidup masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat meggunakan data belanja daerah dengan lebih spesifik yang terkait langsung dengan Indeks Pembangunan Manusia seperti belanja pendidikan dan kesehatan, peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan data terbaru guna memperoleh gambaran terbaru mengenai perkembangan kualitas pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta serta dapat memperpanjang periode penelitian agar mampu melakukan generalisasi pada hasil penelitian.


(4)

Daftar Pustaka

Agus Tri Basuki, Imamudin Yuliadi, 2014, Elektronik Data Prosesing (SPSS 15 dan Eviews 7), Danisa Media, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan Edisi ke-4, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarat, 2014, "Statistik Daerah Istimewa Yogyakarata", Katalog BPS.

Badan Pusat Statistik. Data dan Informasi Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta. BPS D.I.Yogyakarta. 2014.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2008. BPS D.I.Yogyakarta 2008.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2009. BPS D.I.Yogyakarta 2009.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2010. BPS D.I.Yogyakarta 2010.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2011. BPS D.I.Yogyakarta 2011.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2012. BPS D.I.Yogyakarta 2012.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013. BPS D.I.Yogyakarta 2013.

---. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2014. BPS D.I.Yogyakarta 2014.

Barika, 2012, Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kabupaten/Kota di provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009, Jurnal Ekonomi dan perencanaan Pembangunan (JEPP) vol.04 no.03, Universitas Bengkulu.

Brata, Aloysius Gunadi, 2005, Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Februari.

Budiantoro Hartono, 2008, "Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah", Tesis, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.


(5)

Christina Usmaliadanti, 2011, "Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009", Skripsi, Universitas Diponegoro.

Denni Sulistio Mirza, 2012, "Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009", Jurnal ekonomi, Hal. 1-15.

Gusi Bagus Kompiang Putra Setiawan, Dewa Nyoman Budiana, 2015, "Pengaruh Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Intervening Provinsi Bali", Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.4, Hal. 1276-1303.

Hadi Sasana, 2009, "Analisis Danpak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja terserap di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Era Desentralisasi Fiskal", Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Hal. 50 - 69.

I Komang Oka Artana Yasa, 2015, "Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah Terhadapa Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali", Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Udayana, JEKT Hal. 63-71.

Mangkoesoebroto Guritno, 2012, Ekonomi Publik Edisi ke-3, Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta

Maryani, Tri, 2012, “Analisis Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah”, Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Muhammad Ilham Irawan, 2009, "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia", Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara, Medan.

Mudrajad Kuncoro, 2013, Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi, Edisi 1, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Nely Aulia, 2014, "Hubungan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan, dan Kesenjangan Pendap


(6)