TA : Perancangan ReBranding Narwastu Aromatherapy & Body Care Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness.

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : Dinda Masfufah Hasyl NIM : 09.42010.0036

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

Dinda Masfufah Hasyl1

Achmad Yanu Alif Fianto, S.T., M.B.A. Pembimbing I, Karsam, M.A., Ph.D. Pembimbing II

1

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM

Saat ini sudah banyak industri kosmetik yang memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh, salah satunya adalah Narwastu Aromatherapy & Body Care. Narwastu Aromatherapy & Body Care yang merupakan produk asli Indonesia ini sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun demikian, produk ini masih kurang dikenal oleh masyarakat. Maka dari itu dilakukan rebranding pada Narwastu Aromatherapy & Body Care. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai pendukung pembuatan konsep peancangan rebranding. Dari analisis data pada perancangan rebranding ini ditemukan keyword "Natural Elegant". Serta pada perancangan media menggunakan konsep Rustic yang memiliki kesan simplisity, alami (natural), classic, warm, sederhana, bersih, elegan, dan modern. Hasil dari perancangan rebranding ini adalah untuk lebih mengenalkan produk Narwastu Aromatherapy & Body Care agar lebih dikenal. Kata kunci: Rebranding, Aromatherapy & Body Care, Brand Awareness


(3)

xiii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Perancangan ... 5

1.5 Manfaat Perancangan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Perancangan ... 7

2.2 Pemasaran ... 7

2.3 Analisis Dan Strategi Pemasaran ... 8

2.4 Analisis Peluang ... 9

2.5 Analisis Kompetitif ... 9

2.6 Strategi Pemasaran ... 9

2.7 Bauran Pemasaran ... 10

2.8 Definisi Brand ... 11


(4)

xiv

2.12 Teknik Promosi ... 17

2.13 Promosi Periklanan ... 20

2.14 Logo ... 20

2.15 Tagline ... 23

2.16 Tipografi ... 24

2.17 Layout ... 25

2.18 Strategi Desain Warna ... 29

2.19 ATL dan BTL ... 30

2.20 Teori Analisis SWOT ... 30

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 32

3.1 Metodologi Penelitian ... 32

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3 Teknik Analisis Data ... 34

3.4 Hasil dan Analisis Data ... 37

3.5 Studi Eksisting ... 40

3.6 Analisis SWOT ... 44

3.7 Segmentation, Targeting, Positioning (STP) ... 45

3.8 Analisis Kompetitor ... 46

3.9 Keyword ... 50


(5)

xv

3.12.1 Tujuan Kreatif ... 52

3.12.2 Strategi Kreatif ... 52

3.13 Perencanaan Media ... 57

3.13.1 Tujuan Media ... 57

3.13.2 Strategi Media ... 57

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 63

4.1 Implementasi Media ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(6)

xvi

Tabel 1 Tabel Matriks SWOT ... 44 Tabel 2 Penentuan Pemilihan Sketsa ... 55


(7)

xvii

Gambar 2.1 Bagan Brand Equity ... 14

Gambar 2.2 Piramida Awareness ... 15

Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif ... 34

Gambar 3.2 Skema Prosedur Segmentasi ... 36

Gambar 3.3 Brosur Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 41

Gambar 3.4 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 42

Gambar 3.5 Stan pameran Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 43

Gambar 3.6 X-Banner Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 43

Gambar 3.7 Website Kompetitor – Bali Ratih ... 49

Gambar 3.8 Website Kompetitor – Nirmala Aromatherapy ... 49

Gambar 3.9 Konsep Perancangan ... 51

Gambar 3.10 Tipografi “LainieDaySH” ... 53

Gambar 3.11 Tipografi “Champagne & Limousines” ... 53

Gambar 3.12 Sketsa alternatif logogram jasmine” ... 54

Gambar 3.13 Alternatif logogram jasmine” yang terpilih ... 55

Gambar 3.14 Warna logo yang terpilih ... 56

Gambar 3.15 Hasil logo Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 56

Gambar 3.16 Sketsa Iklan Majalah ... 58

Gambar 3.17 Sketsa Iklan X-Banner ... 59


(8)

xviii

Gambar 4.2 Final Artwork Black and White Logo Narwastu Aromatherapy & Body Care (B/W) ... 67 Gambar 4.3 Final Artwork Grid System Logo Narwastu Aromatherapy

& Body Care ... 68 Gambar 4.4 Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 69 Gambar 4.5 Pembatas Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care .. 70 Gambar 4.6 Implementasi Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy &

Body Care ... 70 Gambar 4.7 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman

Home ... 71 Gambar 4.8 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman

Our Product ... 71 Gambar 4.9 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman

About Us ... 72 Gambar 4.10 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman

Contact Us ... 72 Gambar 4.11 Implementasi Desain Label Narwastu Aromatherapy &

Body Care ... 73 Gambar 4.12 Implementasi Desain Flyer Narwastu Aromatherapy &


(9)

xix

Gambar 4.14 Implementasi Desain Merchandise Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 76


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan tubuh merupakan suatu kegiatan yang tidaklah lepas dari sosok wanita dari zaman dahulu hingga dizaman yang serba maju seperti saat ini. Wanita pada saat ini lebih banyak yang memilih menjadi wanita karir. Dengan menjadi wanita karir yang melakukan berbagai rutinitas padat sehari-hari maka hal tersebut dapat menambah tingkat stres. Untuk mengurangi tingkat stres tersebut para wanita karir ada kalanya memanjakan diri dengan melakukan perawatan tubuh untuk menjaga tubuh tetap indah dan menjadi lebih rileks. Saat ini sudah banyak industri kosmetik yang memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh, salah satunya adalah Narwastu Aromatherapy & Body Care. Narwastu Aromatherapy & Body Care yang merupakan produk asli Indonesia ini sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun penyebarannya sudah luas tetapi masyarakat masih saja lebih memilih produk luar negeri dengan alasan lebih mendunia dan terjamin, padahal produk dalam negeri juga tidak kalah kualitasnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini diarahkan untuk merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

Menurut Gita Wirjawan selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia dalam sebuah artikel oleh Andre dalam www.beritasatu.com, bahwa pasar industri kosmetika di Indonesia saat ini terus berkembang dan mengalami peningkatan.


(11)

Dalam artikelnya, Andre (http://www.beritasatu.com/) menjelaskan bahwa menurut lembaga riset pemasaran Euro Monitor International, nilai industri kosmetik Indonesia mencapai lebih dari US$ 5 miliar dengan pertumbuhan rata-rata 12 persen per tahun. Pada 2014 diprediksi pertumbuhan industri kecantikan Indonesia mencapai 20 persen. Kejadian ini berdasarkan dari sisi masyarakat Indonesia yang dahulu menganggap kecantikan adalah luxury, tetapi sekarang kecantikan merupakan suatu kebutuhan. Peningkatan tersebut dikarenakan banyaknya minat atas kebutuhan konsumen, para industri kosmetik meluncuran produk baru begitu beragam dengan merek yang juga sangat bervariasi.

Dengan adanya berbagai macam produk tersebut menuntut para perusahaan untuk melakukan berbagai upaya untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas dan mendapatkan loyalitas pelanggan. Mengingat persaingan tidak hanya terbatas pada fungsional produk saja melainkan juga sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, sehingga perusahaan memerlukan upaya yang salah satunya adalah membentuk identitas produk yang kuat. Citra khusus yang diberikan akan membuat konsumen aware sehingga merek tersebut nantinya menjadi pertimbangan komsumen saat membeli produk.

Brand awareness merupakan bagian dari brand equity yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadararan merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah.

Aaker (1991) dalam Durianto (2001: 4) mengatakan bahwa brand awareness sebagai gambaran keberadaan merek dalam pikiran konsumen yang


(12)

dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori, dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam ekuitas merek (Brand Eequity). Peranan ini dapat dipahami dalam bentuk “bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai bagi suatu merek”. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah pertimbangan terhadap merek. Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen akan menyeleksi merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Dengan kata lain brand awareness memiliki pengaruh besar terhadap tingkat penjualan suatu produk.

Narwastu Aromatherapy & Body Care merupakan salah satu produk yang memiliki pengalam 13 tahun dalam dunia kecantikan. Awal mula bisnis ini tercetus yaitu dari kegemaran pemilik yang sering menggunakan produk-produk aromaterapi. Dari berbagai macam produk yang pernah dicoba, pemilik merasakan aromanya kurang begitu sesuai dengan seleranya dan merasa ada yang kurang dari produk-produk tersebut. Dengan pertimbangan hal tersebut tercetuslah ide untuk membuat produk aromaterapi sendiri yang memiliki kualitas aroma yang terbaik. Kualiatas aroma yang ditawarkan dapat dipastikan akan membuat rileks, nyaman, dan menyegarkan dengan aroma yang sangat kuat. Narwastu Aromatherapy & Body Care membuat produk dengan rempah-rempah jawa dan dikemas dengan kemasan yang alami.

Narwastu Aromatherapy & Body Care termasuk dalam produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sudah memiliki reseller yang sudah mulai tersebar di


(13)

berbagai kota di Indonesia. Menurut pemilik Narwastu Aromatherapy & Body Care, Ibu Nidiawati, pada tahun 2008 memang ada berbagai kendala dan penurunan omzet tapi di tingkat agen dalam negeri. Namun untuk pembelian eceran sampai saat ini masih relatif stabil penjualannya. Untuk meningkatkan omzet, Ibu Nidiawati membawa produknya yaitu Narwastu Aromatherapy & Body Care untuk mulai menjajaki peluan pasar di sejumlah negara diantaranya Spanyol dan Belanda. Ibu Nidiawati juga menambahkan bahwa produk Indonesia masih harus berjuang untuk masuk pasar potensial di Eropa. Mereka lebih menganggap produk Eropa lebih aman dibanding negara lain termasuk Indonesia.

Tidak hanya mulai menjajaki di pasar Eropa saja tetapi juga di kawasan Asia seperti Cina, Jepang, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Meskipun pemilik produk Narwastu Aromatherapy & Body Care mulai menjajaki pasar internasional, Ibu Nidiawati mengatakan bahwa promosi belum dapat dilakukan dengan baik. Dengan semakin banyaknya pesaing yang muncul, Ibu Nidiawati ingin untuk memperkuat pasar dalam negeri baru fokus ke ekspor.

Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa produk Narwastu Aromatherapy & Body Care membutuhkan adanya perancangan rebranding yang kuat dan sesuai. Dengan branding yang kuat tersebut nantinya mampu membawa produk ini menjadi produk yang mendapatkan pertimbangan yang tinggi dari konsumen.


(14)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, hal yang menjadi rumusan masalah dalam perancangan ini adalah:

Bagaimana merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness?

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang dirumuskan di atas maka batasan dari permasalahan yang digunakan dalam perancangan ini adalah:

1. Perancangan difokuskan pada rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

2. Media komunikasi visual/publikasi yang digunakan hanya meliputi: logo, iklan majalah, x-banner, label produk, flyer, website, dan merchandise.

3. Pada perancangan rebranding ini tidak menyertakan perincian biaya.

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah:

1. Untuk merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

2. Dihasilkannya dari merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care meliputi logo, x-banner, label produk, flyer, website, dan merchandise.


(15)

1.5 Manfaat Perancangan

Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi Narwastu Aromatherapy & Body Care dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, khususnya melalui strategi visual.

2. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan desain komunikasi visual, khususnya yang terkait dengan perancangan sistem visual guna meningkatkan brand awareness.


(16)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang beberapa teori yang berhubungan dengan perancangan branding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

2.1 Perancangan

Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressmen, 2009: 399).

2.2 Pemasaran

Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan-kebutuhan dan keinginan itu menciptakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri seseorang, yang dipecahkan melalui pemilikan produk untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan tersebut. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran adalah satu proses sosial yang mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.


(17)

Menurut Kotler dan Keller (2009: 5) memandang pemasaran (marketing) sebagai seni dan ilmu memilih pasar dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Sedangkan menurut Hasan dalam Fianto (2011: 28), pemasaran adalah sebuah cabang ilmu yang bersifat objektif dan menggunakan instrumen-instrumen tertentu untuk menilai progresifitas dari suatu aktifitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan, menjalankan operasi bisnis yang saling memberikan nilai tambah antara produsen dan konsumen dalam jangka waktu yang panjang.

2.3 Analisis Dan Strategi Pemasaran

Dalam Morissan (2010: 7) setiap organisasi atau perusahaan yang ingin berhasil dalam pemasaran harus terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran (strategic marketing plan) yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Dalam strategi pemasaran ini, perusahaan mencoba memahami pasar yang mencakup segmentasi konsumen dan tingkat pesaing di dalamnya


(18)

2.4 Analisis Peluang

Analisis yang cermat terhadap pasar akan memberikan peluang bagi setiap produk untuk masuk ke pasar. Menurut George dan Michael Belch, peluang pasar (market opportunities) adalah wilayah di mana terdapat kecenderungan permintaan yang menguntungkan, di mana perusahaan percaya kebutuhan konsumen belum terpuaskan dan di mana perusahaan dapat bersaing secara efektif.

2.5 Analisis Kompetitif

Dalam mempersiapkan strategi dan rencana pemasaran, praktisi pemasaran harus melakukan analisis secara cermat terhadap persaingan yang ada pada suatu segmen pasar. Salah satu aspek penting dalam perencanaan strategi memasaran adalah meneliti keuntungan kompetitif (competitive advantage), yaitu suatu hal khusus yang dimiliki atau dilakukan perusahaan yang memberikannya keunggulan dibandingkan kompetitor.

2.6 Strategi Pemasaran

Keanekaragaman pasar mengakibatkan, perusahaan tidak bisa melayani semua pasar dengan produk yang mereka bisa hasilkan. Keterbatasan ini, berakibat pada upaya pada perusahaan untuk memfokuskan kepada pasar tertentu. Dalam kaitan ini maka ada beberapa aktivitas yang dilakukan, yaitu segmentasi pasar, pentargetan pasar, dan pemosisian pasar (Fianto, 2011: 121).


(19)

1. Segmentasi Pasar (Segmentation), yaitu membagi pasar kedalam bagian pasar yang lebih homogin yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda, karakteristik yang berbeda, dan memerlukan produk atau program pemasaran tertentu.

2. Pentargetan Pasar (Targeting), yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya. Perusahaan bisa memilih satu, beberapa, atau semua segmen sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.

3. Pemosisian Pasar (Positioning), yaitu mengarahkan kesan produk agar melekat dibenak target pasar secara jelas, berbeda dan menarik dibanding pesaing. Dengan pemosisian pasar konsumen dapat mengetahui perbedaan antara produk satu dengan produk yang lain.

2.7 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran, terdiri:

1. Produk (Product)

Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Meliputi: keragaman produk, mutu, rancangan, sifat, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, manfaat.


(20)

2. Harga (Price)

Jumlah uang yang dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Meliputi: harga, diskon, potongan, syarat kredit, periode pembayaran.

3. Distribusi (Place)

Aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Meliputi: saluran, lokasi, persediaan.

4. Promosi (Promotion)

Aktivitas yang megkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Meliputi: periklanan, personal selling, promosi penjualan, humas.

Keempat hal di atas, disebut dengan 4P (Marketing Mix) dari sudut pandang penjual. Sedangkan dari sudut pelanggan memiliki 4C:

1. Customer Needs and Wants (Kebutuhan dan keinginan pelanggan) 2. Cost to The Customer (Biaya yang ditanggung pelanggan)

3. Convenience (Kenyamanan/kemudahan) 4. Communication (Komunikasi)

2.8 Definisi Brand

Merek (Brand) merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya (membedakan) dari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek


(21)

adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendifrensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

Peranan merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen baik individu atau organisasi untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu (Kotler & Keller, 2009: 332).

Menurut Lance & Woll (2006: 21) Brand bukan sekedar nama, melainkan pengalaman kolektif yang dialami orang dengan produk atau jasa. Begitu perusahaan mulai mempertipis nilainya, pada suatu pagi perusahaan akan bangun dengan sebuah nama yang tidak memiliki arti. Brand adalah hal terpenting yang harus dikelola manajemen. Brand bukan sesuatu yang dapat digenggam, sifatnya tidak konkret, tidak permanen, sangat dipengaruhi emosi. Namun, brand merupakan akumulasi dari apa yang telah perusahaan buat, lakukan, jual, layani, atau tunjukkan kepada dunia.

Landasan utama dalam membangun citra brand (branding) adalah janji mengenai berbagai manfaat yang ditawarkan brand, yang secara naluriah ataupun lewat proses belajar dilekatkan customer pada brand. Isi janji ini, atau cara mengkomunikasikan janji ini, atau cara mempertahankan kesegaran dan relevansi janji ini adalah keluarbiasaan dari pemasaran dan periklanan.


(22)

Citra brand merupakan pengetahuan yang sangat penting. Mempelajari cara menjual brand berdasarkan kekuatan citra brand, dan mempelajari cara mengelola kekuatan ini secara berkesinambungan agar selaras dengan sentimen dan perilaku customer. Produk harus menyampaikan dan menguatkan citra yang tidak pernah mengecewakan customer terbaik dan customer prospektif.

Merawat brand (membangun, mengelola, melindungi, dan jika perlu menghidupkan kembali) merupakan tugas penting Anda. Cara termudah merawat brand adalah dengan merawat customer. Kenali siapa customer Anda. Apa yang customer inginkan. Cara customer menggunakan [dan berpikir tentang] produk, jasa, brand Anda. Begitu sederhana. Sekaligus begitu sulit (Lance & Well, 2006: 1).

2.9 Brand Awareness

Brand awareness merupakan bagian dari brand equity yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadararan merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah.


(23)

Gambar 2.1 Bagan brand equity

Sumber: http://johngudil.wordpress.com/tag/brand-awareness/, 2013

Aaker (1991) dalam Durianto (2001: 4) mengatakan bahwa brand awareness sebagai gambaran keberadaan merek dalam pikiran konsumen yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori, dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam ekuitas merek (Brand Eequity). Peranan ini dapat dipahami dalam bentuk “bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai bagi suatu merek”. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah pertimbangan terhadap merek.


(24)

Gambar 2.2 Piramida Awareness

Sumber: http://johngudil.wordpress.com/tag/brand-awareness/, 2013

Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen akan menyeleksi merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Dengan kata lain brand awareness memiliki pengaruh besar terhadap tingkat penjualan suatu produk.

2.10 Media

Menurut Belch (1991) dalam Morissan (2010: 137), media (medium) adalah kategori umum dari sistem pengiriman pesan yang mencakup media penyiaran (televisi dan radio), media cetak (surat kabar dan majalah), surat, iklan luar ruang (outdoor advertising), dan media pendukung yang lain.


(25)

Perencanaan Media (media planning) adalah the series of decision involved in delivering the promotional message to the prospective purchasers and/ or users of the product or brand (serangkaian keputusan yang terlibat dalam menyampaikan pesan promosi kepada calon pembeli dan/ atau pengguna produk dan merk). Menurut definisi tersebut perancangan media adalah suatu proses untuk mengambil sejumlah keputusan. Sebelum membuat perancangan media maka diperlukan terlebih dahulu perancangan tujuan media (media objectives) yang spesifik dan strategi media (rencana tindakan) yang spesifik pula yang di rancang untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Tom Duncan (2005: 35), media planning is a process for determining the most cost effective mix of media for achieving a set of media objektives (perencanaan media adalah suatu proses untuk menentukan biaya paling efektif bauran media untuk mencapai sejumlah tujuan media).

2.11 Promosi

Michael Ray dalam Morissan (2010: 16), mendefinisikan promosi sebagai “the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of information and persuation to sell goods and service or promote an idea” (koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan). Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan mengingat produk


(26)

tersebut. Bahkan, promosi merek juga dapat mengubah citra produk dan mambuatnya menjadi lebih dihargai karena sikap hormat kepada merek tersebut.

Morissan menyatakan bahwa promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai oleh pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Informasi yang terkandung dalam promosi biasanya berisi bujukan atau mengingatkan konsumen kembali tentang sebuah produk (Morissan, 2010: 16).

2.12 Teknik Promosi

Menurut Ruslan (2004: 9) terdapat empat teknik promosi yang biasa dipergunakan untuk melakukan promosi pariwisata, yaitu advertising, sales promotion, personal selling, dan public relation. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Advertising

Advertising atau yang sering juga kita kenal dengan istilah ‘periklanan’ merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (impersonal communication) yang digunakan oleh perusahaan baik perusahaan barang maupun jasa.

Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) calon pembeli terhadap jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, membujuk calon pembeli agar mau membeli, mau menggunakan jasa tersebut, dan untuk


(27)

membedakan pelayanan dari perusahan satu dengan perusahaan lain (diferentiate the service).

Setiap kegiatan promosi membutuhkan media dalam penyampaiannya. Media yang sering digunakan untuk promosi pariwisata adalah media cetak dan elektronik. Media cetak misalnya surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik misalnya televisi, radio dan lain sebagainya.

2. Sales Promotion

Sales promotion adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain periklanan yang mendorong efektifitas pembelian konsumen dan pedagang perantara dengan menggunakan alat-alat promosi. Alat-alat promosi yang sering digunakan dalam kegiatan ini antara lain brosur, pameran, dan demonstrasi.

3. Personal Selling

Personal selling atau sering disebut penjualan tatap muka merupakan aktifitas komunikasi antar produsen yang diwakili oleh tenaga penjual, dengan konsumen potensial, yang melibatkan pikiran dan emosi, serta berhadapan langsung dengan pembeli.

4. Public Relations

Kata “masyarakat” dalam hubungan masyarakat berarti, setiap individu, kelompok, organisasi dan lain sebagainya, yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengusaha produk pariwisata. Sedangkan kata “hubungan” berarti menciptakan atau membuka komunikasi dua arah yang saling menguntungkan, termasuk hubungan pertukaran dalam pemasaran produk pariwisata. Oleh karena itu, hubungan masyarakat bertanggung jawab


(28)

untuk menentukan dan mempertahankan komunikasi dua arah secara terbuka dengan semua lapisan masyarakat serta menciptakan opini masyarakat yang baik tentang produk pariwisata yang ditawarkan.

Hubungan masyarakat dapat didefinisikan sebagai sejumlah informasi tentang produk barang dan jasa, organisasi maupun perorangan yang disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa tanpa pengawasan dari sponsor. Sifat-sifat yang dimiliki teknik promosi dengan menggunakan teknik public relation ini sangat mendukung terhadap beberapa tugas pemasaran, antara lain:

a. Membangun image (citra) perusahaan. b. Mendukung aktifitas komunikasi lainnya. c. Mengatasi permasalahan dan isu yang ada. d. Memperkuat positioning perusahaan. e. Mempengaruhi publik yang spesifik.

f. Mengadakan launching untuk produk atau jasa baru.

Selain tugas-tugas teknik promosi dengan menggunakan teknik public relation di atas, teknik public relation juga mempunyai beberapa program yang dijalankan. Program public relation antara lain adalah:

a. Publikasi b. Event

c. Hubungan dengan investor d. Exhibitions atau pameran e. Mensponsori beberapa acara


(29)

2.13 Promosi Periklanan

Promosi menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan iklan (Kotler & Keller, 2009). Iklan memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Iklan Informatif

Iklan informatif ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahan tentang produk baru atau produk yang sudah ada.

2. Iklan Persuasif

Iklan persuasif ini bertujuan untuk menciptakan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produkatau jasa.

3. Iklan Pengingat

Iklan pengingat ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian kembali produk atau jasa.

4. Iklan Penguat

Iklan penguat ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli konsumen yang sudah ada bahwa produk yang mereka beli atau yang mereka gunakan tepat.

2.14 Logo

Menurut Kusrianto (2007: 232), logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logo yang baik akan mampu memcerminkan jenis usaha yang dikelola pemilik logo tersebut berdasarkan idiom-idiom grafis yang telah dikenal oleh publik. Pada prinsipnya logo merupakan


(30)

simbol yang mewakili sosok, wajah, dan eksistensi suatu perusahaan atau suatu perusahaan.

Sedangkan menurut Supriyono (2010: 101), logo dibuat bukan sekadar merek dagang atau simbol perusahaan, melainkan harus mampu merepresentasikan korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo sesingkat mungkin. Logo harus mudah diingat, mengesankan, berciri khas, dan tidak terlalu rumit.

Istilah logo merupakan sebutan secara umum. Jika dilihat secara spesifik, logo bisa berupa rangkaian huruf, bentuk gambar, atau gabungan huruf dan gambar. Logo yang berupa olahan huruf disebut logotype dan logo yang berwujud gambar disebut logogram. Logo yang memuat rangkaian huruf dan gambar tidak memiliki sebutan khusus. Secara lazim, ketiga jenis simbol tersebut disebut logo.

Pada perkembangannya, orang membuat desain logotype menjadi semakin unik dengan mengolah huruf, menambahkan elemen gambar, bahkan tulisan dan gambar berbaur jadi satu. Adapun fungsi dari logotype (Rustan, 2009: 13) adalah: 1. Sebagai identitas diri. Untuk membedakannya dengan identitas milik orang

lain.

2. Sebagai tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain.

3. Tanda jaminan kualitas.


(31)

Menurut Carter dalam Kusrianto (2007: 234) sebuah logo yang baik harus mencakup beberapa hal sebagai berikut:

1. Original dan destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.

2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.

3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.

4. Memorable atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama.

5. Easily assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.

6. Easily adaptable for all graphics media. Faktor kemudahan mengaplikasikan logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan. Hal ini untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.

Logogram adalah sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna seperti angka-angka dan lambang-lambang matematika. ‘1’ mewakili ‘satu’, ‘+’ mewakili ‘tambah’, yang berfungsi untuk mempersingkat penulisan sebuah kata. Logogram serng juga disebut ideagram (simbol yang mewakili sebuah ide/maksud).


(32)

2.15 Tagline

Tagline merupakan salah satu atribut dalam sistem identitas, berupa satu kata atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun positioning brand. Menurut Eric Swartz (2009) dalam Rustan (2009: 70), tagline merupakan susunan kata yang ringkas (biasanya tidak lebih dari tujuh kata), diletakkan mendampingi logo dan mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada audience. Selain slogan, tagline juga dikenal dengan istilah motto.

Usia pemakaian sebuah tagline pada suatu brand tidak selamanya, karena tagline seringkali diganti untuk menyesuaikan perkembangan pasar dan gaya. Selain itu, tagline harus efektif, karena tagline turut berfungsi membentuk brand image di benak publik, dan bukan hanya sebagai tambahan/pemanis.

Berdasarkan sifatnya, tagline dapat dibedakan menjadi lima macam, antara lain:

1. Descriptive

Menerangkan produknya/servisnya/janji brand kepada konsumen. Contohnya: HSBC Bank dunia bertradisi anda, DJARUM SUPER Topnya kretek filter, dsb.

2. Specific

Memposisikan dirinya sebagai yang tertinggi di bidangnya. Contohnya: FROZZ permen dingin menyegarkan, SOSRO ahlinya teh, GRAMEDIA Penerbit buku utama, dsb.


(33)

3. Superlative

Memposisikan dirinya sebagai yang paling unggul. Contohnya: BAYGON jaminan mutu, YAMAHA semakin di depan, KAPAL API jelas lebih enak, dsb.

4. Imperative

Menyuruh atau menggambarkan suatu aksi, biasanya diawali dengan kata kerja. Contohnya: Santai, ada SANKEN, Untung pakai ESIA, LA LIGHT enjoy aja!, dsb.

5. Provocative

Mengajak atau menantang/memancing logika atau emosi, seringkali berupa kalimat tanya. Contohnya: Oli anda TOP ONE juga kan?, Orang pintar minum TOLAK ANGIN, TING-TING GARUDA satu mana cukup?, dsb.

2.16 Tipografi

Tipografi (pemilihan huruf) mempunyai peran yang penting dalam sebuah iklan. Meskipun peran utamany bersifat fungsional – menyampaikan kata pesan, tetapi huruf juga mempunyai peran estetika dan pemilihan huruf memberi kontribusi pada dampak dan mood pesan (Moriarty, 2009, hal. 516).

Terdapat beberapa hal yang harus dipetimbangkan seorang desainer dalam memilih desain huruf, seperti:

1. Bentuk huruf atau font

2. Cara menulis huruf besar, seperti apakah menggunakan huruf besar semua atau tidak.


(34)

3. Variasi bentuk huruf yang dibuat dari manipulasi bentuknya. 4. Ujung blok huruf dan lebar kolomnya.

5. Ukuran tipe huruf (tinggi vertikal).

6. Legibility, atau seberapa mudah hurufnya dibaca.

2.17 Layout

Menurut Tom Lincy, prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam penerapan perancangan ini desain layout menjadi landasan untuk dijadikan acuan dasar dalam memberikan tuntunan dalam mendesain layout dari perancangan branding Kampoeng Batik Jetis idoarjo. Untuk mengatur layout, di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout (Kusrianto, 2007: 277).

Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik brosur, majalah, iklan maupun pada buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape / portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).


(35)

3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi layout-nya didominasi oleh penyajian teks (copy). 5. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame-nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.

7. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.

8. Sircus Layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.


(36)

9. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.

11. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.

13. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita).

14. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.


(37)

15. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong. 17. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/ isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar).

19. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captions.

20. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita.


(38)

2.18 Strategi Desain Warna

Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dll.

Dalam bukunya, Kusrianto (2007: 232) menjelaskan bahwa secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respons secara psikologis. Molly E. Holzschlag, seorang pakar warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme” membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya sebagai berikut:

1. Merah : kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya 2. Biru : kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan,

perintah

3. Hijau : alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan

4. Kuning : optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/ kecurangan, pengecut, penghianat

5. Ungu : spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan 6. Orange : energi, keseimbangan, kehangatan

7. Coklat : bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan 8. Abu-abu : intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak


(39)

9. Putih : kemurnian/ suci, bersih, kecermatan, inocent (tanpa dosa), steril, kematian

10. Hitam : kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan

2.19 ATL dan BTL

Above The Line (ATL) adalah aktivitas promosi yang biasanya dilakukan oleh manajemen pusat sebagai upaya membentuk citra merek yang diinginkan,

contohnya : TV, Radio, Majalah, koran, billboard (Jefkins, 1994: 86). Below The Line (BTL) adalah segala aktivitas pemasaran atau promosi yang

dilakukan di tingkat retail/ konsumen dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen supaya aware dengan produk kita.

2.20 Teori Analisis SWOT

SWOT dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (reevaluasi) suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil (Sarwono & Lubis, 2007: 18).

Langkah analisis: Mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).


(40)

Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung oleh objek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal.

Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi.

Penyusunan kesimpulan lazim dilakukan dengan cara meramu (sedapat mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari:

1. Strategi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekuatan: Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

2. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan: Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

3. Strategi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan: Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

4. Strategi A-LEM (W-T) / Ancaman dan Kelemahan: Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan.


(41)

32

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

3.1 Metodologi Penelitian

Pada perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.

Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004: 3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.


(42)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan pada perancangan ini yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau informan (Yatim, 2001: 82). Metode ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan produk-produk Narwastu Aromatherapy & Body Care yang berupa foto, arsip, dan seluruh gambar-gambar objek penelitian serta bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah perancangan rebranding yang nantinya akan dicatat. Dokumentasi ini penting untuk memperdalam data penelitian.

4. Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari referensi dalam pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi pustaka ini penting untuk mendukung data penelitian yang akan diimplementasikan kedalam perancangan rebranding.


(43)

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Ismawati, 2009: 19).

Dalam penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian itu berlangsung. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi. Setelah itu data diolah secara sistematis. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (Miles & Huberman,1984: 15).

Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif Sumber: Miles dan Huberman, 2013


(44)

Gambar 3.1 merupakan tahapan dalam menganalisa data dengan menggunakan model analisis interaktif:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi serta kepustakaan. Data kemudian disusun secara sistematis.

2. Reduksi data

Setelah data diperoleh, dilakukanlah reduksi data. Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk memilih data yang relevan, memfokuskan data yang mengarah kepada pemecahan masalah dan mengkelompokkan data yang benar-benar dibutuhkan untuk proses perancangan. Hasil dari reduksi data ini berupa data yang lebih relevan dengan permasalahan dan memudahkan untuk menarik kesimpulan.

3. Penyajian data

Data yang sudah melalui proses reduksi data kemudian akan disajikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan dalam penyajian data ini adalah untuk menggabungkan informasi yang telah diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Penyajian data juga akan memudahkan penguasaan informasi dari hasil penelitian, serta menghindari adanya pemikiran serta pengambilan keputusan secara subjektif.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Seperti halnya proses reduksi data, setelah memperoleh data yang cukup


(45)

memadai maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.

Berikut merupakan penjelasan dari Gambar 3.2 yang merupakan skema prosedur segmentasi dari Subhash C. Jain:

1. Cutomer Need (Kebutuhan Konsumen)

Yang dibutuh oleh konsumen adalah produk aromaterapi yang terbuat dari bahan alami sehingga aman untuk digunakan, serta produk aromaterapi yang benar-benar berfungi untuk menenangkan dan menyegarkan dengan aroma yang kuat dan tahan lama.

Gambar 3.2 Skema Prosedur Segmentasi


(46)

2. Market Emergence (Munculnya Pasar)

Adanya kesadaran merawat tubuh bagi para wanita, terlebih bagi mereka yang memiliki aktifitas padat tetapi tetap peduli dengan perawatan tubuhnya. 3. Market Boundary Definition (Batasan Pasar)

Market Boundary Definition didapatkan dari hasil SWOT dan Studi Eksisting pada produk tersebut.

4. Served Market (Pasar Yang Dilayani)

Pada tahap ini dapat diketahui bahwa pasar yang dilayani akan dijelaskan secara terperinci pada customer segmentation.

5. Customer Segmentation (Segmentasi Konsumen)

Segmentasi pasar disini terdiri dari menentukan segmentasi secara demografis, psikografis, behavioral (perilaku), dan geografis. Setelah itu menentukan positioning dan targeting.

3.4 Hasil dan Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Kantor Narwastu pada 1 Nopember 2013 kepada Ibu Nidiawati sebagai pemilik Narwastu bahwa usaha yang didirikan bersama suaminya Bapak Budi Gardjito yaitu berawal dari ketertarikan beliau terhadap barang-barang yang memiliki nilai artistik. Dengan alasan tersebut, beliau menyalurkan hobinya dengan membuka sebuah galeri di kota Surabaya. Galeri ini memamerkan banyak benda-benda kerajinan tangan dari Bali dan Yogyakarta pada tahun 1999. Kerajinan tangan yang


(47)

dipamerkan pada waktu itu terdiri dari kerajinan seperti keranjang, tas, dll yang terbuat dari tanaman Enceng Gondok dan tali Agel.

Semenjak dahulu Ibu Nidia suka dan sering menggunakan aromaterapi. Dari banyak merek aromaterapi yang sudah dicoba, beliau masih merasa bahwa aromanya kurang begitu sesuai dengan seleranya. Ketika beliau merasa tidak puas dengan aromaterapi yang ada di pasar, tercetuslah ide untuk membuat suatu bisnis di dunia aromaterapi. Tujuan pertama yang keluar saat memikirkan ide tersebut

adalah “Bagaimana caranya saya bisa membuat produk aromaterapi dengan

kualiatas aroma yang terbaik dengan ketentuan bahwa produk aromaterapi yang apabila digunakan benar-benar membuat pemakainya menjadi relax, refresh,dan memiliki aroma yang sangat kuat dan tahan lama?”.

Pada 10 Agustus 2000, Ibu Nidia membangun bisnis Usaha Kecil Menengah

(UKM) aromaterapi yang diberi nama “NARWASTU” di bawah asuhan PT.

Perindo. Produk aromaterapi Narwastu teerbuat dari bahan alami rempah-rempah Jawa serta dikemas dengan menggunakan kemasan yang alami (handmade).

Produk yang produksi oleh Narwastu belum seperti sekarang yang memiliki banyak varian dari produk aromaterapi sampai produk perawatan tubuh (body care), tetapi dua sampai tiga tahun pertama Narwastu hanya memproduksi aromaterapi yang berupa essential oil, fragrance oil, dan incense (dupa). Setelah dirasa peminat aromaterapi produk Narwastu sudah meningkat, Ibu Nidia memiliki inovasi untuk membuat produk perawatan tubuh yang terbuat dari bahan alami dan memiliki aroma kuat yang menjadikannya sebagai keunggulan dari produk Narwastu.


(48)

Narwastu Aromatherapy & Body Care memiliki karyawan tetap yaitu 25 orang dan karyawan tidak (kontrak) tetap sekitar 40 orang. Selain itu juga Narwastu Aromatherapy & Body Care sudah memiliki outlet-outlet yang tersebar di mall kota-kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan kata-kota di luar Pulau Jawa.

Bisnis UKM ini memiliki media promosi sepert brosur, website, outlet, pameran dan word of mouth (WOM). Pameran ini sudah dilakukan di berbagai daerah di tanah air maupun di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, China, dan negara-nerara di Eropa. Sedangkan word of mouth (WOM) digunakan kepada konsumen-konsumen kelas menengah keatas, sebab kebanyakan konsumen dari kalangan atas kurang percaya dengan produk UKM yang memiliki harga lebih terjangkau dibandingkan dengan produk nasional atau luar negeri.

Masyarakat luar negeri sangat menyukai produk-produk aromaterapi seperti Narwastu, maka dari itu apabila ada pameran UKM yang diadakan oleh Disperindag maupun Koperasi di luar negeri masyarakatnya sangat antusias untuk membelinya. Tetapi ada kendala apabila menjual produk Narwastu di pasar Eropa yaitu mereka meragukan kegunaan dari body care Narwastu seperti body butter, sebab perbedaan iklim dan jenis kulit orang Asia dan Eropa.

Saat ini Narwastu Aromatherapy & Body Care ingin melebarkan bisnisnya dari UKM ke perusahaan yang lebih besar. Tetapi untuk menuju kesana agak sedikit terhambat dikarenakan kenaikan UMR yang menurut pemilik Narwastu Aromatherapy & Body Care ini sudah tidak masuk akal. Selain itu juga kurangnya tenaga kerja, sehingga keadaan Narwastu Aromatherapy & Body Care saat ini


(49)

memiliki omzet yang besar, tetapi profit menurun. Dengan adanya fenomena seperti itu dibutuhkanlah rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

3.5 Studi Eksisting

Studi eksisting mengacu pada objek yang diteliti yang dalam hal ini adalah Narwastu Aromatherapy & Body Care. Media Promosi yang pernah dibuat oleh Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah brosur, website, dan pameran.

Profil Narwastu

Nama Produk : Narwastu

Owner : Nidia Wati & Nur Budi Garjito

Alamat Kantor : Jl. Marina Emas Timur 3/32 Surabaya, Jawa Timur Kode Pos : 60122

Alamat Pabrik : Ruko Galaxy Bumi Permai G6 No.21 Sukosemolo, Surabaya, Jawa Timur

No. Telp. : (031) 5994366

Fax : (031) 5993865

Email : narwastu_aromatherapy@yahoo.com Website : www.narwastuscents.com

Varian Produk : Essential Oil, Fragrance Oil, Potpoury, Candle, Incense Cone, Incense Stick, Holder, Burner Oil, Bath & Shower


(50)

Gel, Bath Salt, Body Butter, Body Care, Body Lotion, Body Scrub, Breast Cream, Massage Oil, Papaya Series, Soap Bar, Face Soap, Foot Care, Intimate Series, Slimming.

Pada Gambar 3.3 merupakan beberapa brosur yang sudah pernah dibuat. Pada brosur tersebut berisi tentang penjelasan dan manfaat dari produk-produk Narwastu Aromatherapy & Body Care. Keunggulan dari brosur ini adalah memberikan keterangan tentang macam-macam varian dan manfaat produk Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.3 Brosur Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Outlet Narwastu Aromatherapy & Body Care, 2013

Website yang dibuat oleh Narwastu Aromatherapy & Body Care seperti yang ada di bawah ini menampilkan berbagai macam produk beserta fungsi dari produk. Selain itu website ini juga berfungsi sebagai online shop, sehingga


(51)

konsumen yang tidak bisa datang pada outlet maupun pameran masih bisa membeli produk dengan cara memesannya terlebih dahulu.

Gambar 3.4 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: www.narwastuscent.com, 2013

Di bawah ini merupakan dokumentasi dari penyelenggaraan pameran INACRAFT yang diadakan di Palembang. Mengikuti pameran-pameran di penjuru wilayah nusantara maupun luar negeri merupakan bentuk promosi yang paling efektif untuk memperkenalkan produk Narwastu Aromatherapy & Body Care kepada masyarakat luas.


(52)

Gambar 3.5 Stan pameran Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: https://www.facebook.com/narwastu.aromatherapy/photos, 2013

Pada Gambar 3.6 di bawah ini merupakan desain x-banner terdahulu dari Narwastu Aromatheraphy & Body Care pada saat mengikuti pameran INACRAFT yang diadakan di Palembang.

Gambar 3.6 X-Banner Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: https://www.facebook.com/narwastu.aromatherapy/photos, 2013


(53)

44

s S

W


(54)

3.7 Segmentation, Targeting, Positioning (STP) 1. Segmentasi

a. Demografis

1) Usia : 20 – 40 tahun

2) Siklus hidup keluarga : belum menikah, menikah belum punya anak, menikah punya anak

3) Jenis kelamin : Wanita

4) Profesi : mahasiswa, PNS, wiraswasta,manajer, ibu rumah tangga

5) Kelas sosial : menengah keatas b. Psikografis

1) Gaya hidup : aktifitas padat, mengikuti tren, hang out 2) Kepribadian : selalu ingin tampil menarik, modis, up to

date, suka bersosialisasi 3) Behavioral (Perilaku)

a) Manfaat : untuk merawat & menjaga kecantikan seluruh tubuh

b) Sikap Terhadap Produk : tertarik, respon positif 4) Geografis

a) Wlayah : Indonesia b) Ukuran Kota : Kota Besar c) Iklim : Tropis


(55)

2. Targeting

Seseorang penyuka produk aromatherapy & body care dengan aroma yang kuat dari bahan alami & tradisional

3. Positioning

Narwastu sebagai produk kecantikan yang terbuat dari bahan alami dan tradisional, serta memiliki aroma yang kuat dibandingkan produk sejenisnya. Sebagai produk yang memiliki ciri khusus pada kemasannya yang handmade

3.8 Analisis Kompetitor

Studi kompetitor menjelaskan kemiripan produk yang diangkat. Untuk kompetitor Narwastu Aromatherapy & Body Care yang memiliki produk aromaterapi dan produk perawatan tubuh maka dipilihlah Bali Ratih dan Nirmala Aromatherapy. Masing-masing dari kompetitor memiliki pemosisian produk yang hampir sama.

Analisis kompetitor mengacu pada pesaing Narwastu Aromatherapy & Body Care yaitu: Bali Ratih dan Nirmala Aromatherapy.

1. Segmentasi Kompetitor a. Demografis

1) Usia : 20 – 40 tahun

2) Siklus hidup keluarga : belum menikah, menikah belum punya anak, menikah punya anak


(56)

4) Profesi : mahasiswa, PNS, wiraswasta, manajer, ibu rumah tangga

5) Kelas sosial : menengah keatas b. Psikografis

1) Gaya hidup : aktifitas padat, mengikuti tren, hang out 2) Kepribadian : selalu ingin tampil menarik, modis, up to

date, suka bersosialisasi c. Behavioral (Perilaku)

1) Manfaat : untuk merawat & menjaga kecantikan seluruh tubuh

2) Sikap Terhadap Produk : tertarik, respon positif d. Geografis

1) Wlayah : Indonesia 2) Ukuran Kota : Kota Besar

3) Iklim : Tropis

2. Targeting a. Bali Ratih

Seseorang penyuka produk body care dengan bahan alami yang dapat digunakan sebagai perawatan tubuh di rumah.

b. Nirmala Aromatherapy


(57)

3. Positioning a. Bali Ratih

Sebagai produk perawatan tubuh yang sama-sama terbuat dari bahan alami dengan menggunakan alat yang modern, sehingga lebih higienis karena tidak tersentuh langsung oleh tangan manusia.

b. Nirmala Aromatherapy

Sebagai produk aromaterapi yang sama-sama memiliki varian aroma yang beragam.

Kelebihan dan kekurangan produk Bali Ratih dan Nirmala Aromatherapy adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan:

a. Sama-sama terbuat dari bahan alami

b. Memiliki desain lebel produk yang konsisten. c. Memiliki varian aroma yang beragam

2. Kekurangan:

a. Tidak memiliki media promosi selain website b. Pembelian dilakukan hanya secara online


(58)

Di bawah merupakan gambar dari tampilan website yang dimiliki oleh kompetitor yaitu Bali Ratih. Dalam website ini menampilkan produk-produk body care yang diproduksi oleh Bali Ratih.

Gambar 3.7 Website Kompetitor – Bali Ratih Sumber: www.baliratih.com, 2013

Gambar 3.8 merupakan gambar dari tampilan website yang dimiliki oleh kompetitor yaitu Nirmala Aromatherapy. Dalam website ini menampilkan produk-produk aromatherapy yang diproduk-produksi oleh Nirmala Aromatherapy.

Gambar 3.8 Website Kompetitor – Nirmala Aromatherapy Sumber: www.nirmalaaromatherapy.com, 2013


(59)

3.9 Keyword

Penentuan untuk keyword atau kata kunci dari perancangan ini diambil berdasarkan data yang sudah terkumpul yaitu ditarik dari hasil analisis SWOT dan STP. Dari analisis SWOT menghasilkan keyword NATURAL yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna “Alami”. Sedangkan dari STP menghasilkan keyword ELEGANT yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna “Elegan, Anggun,

Berwibawa, Apik, Elok, Rupawan”, sehingga dapat disimpulkan bahwa keyword

yang telah didapatkan untuk perancangan ini adalah NATURAL ELEGANT.

3.10 Deskripsi Konsep

Deskripsi konsep dari “Natural Elegant” adalah menunjukkan bahwa Narwastu Aromatherapy & Body Care merupakan produk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dikemas secara handmade. Selain itu juga bermakna bahwa produk tersebut diperuntukkan bagi para wanita karir yang memiliki aktifitas padat serta menyukai perawatan tubuh.


(60)

3.11 Konsep Perancangan

Gambar 3.9 Konsep Perancangan Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Gambar 3.9 di atas menjelaskan skema konsep perancangan yang digunakan dalam rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care. Fungsi dari skema di atas adalah sebagai urutan skema pemikiran dan proses penelitian agar runtut dan terencana.


(61)

3.12 Perencanaan Kreatif 3.12.1 Tujuan Kreatif

Dalam membuat sebuah perancangan rebranding sangatlah diperlukan sesuatu yang digunakan untuk mengundang daya tarik masyarakat luas terhadap hasil perancangan rebranding ini yang berupa logo, website, x-banner, flyer, iklan majalah, dan merchandise.

3.12.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan dalam perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness: 1. Tema Pokok Perancangan/ Big Idea dari perancangan adalah sesuai dengan

keyword yang dihasilkan sebelumnya yaitu “Natural Elegant”. Maksud dari tema ini adalah bahwa produk Narwastu Aromatherapy & Body Care terbuat dari bahan-bahan alami dan diolah secara tradisional, selain itu produk ini ditargetkan untuk wanita-wanita yang memiliki rutinitas padat yang menyukai perawatan tubuh.

2. Pendukung Tema Perancangan

Untuk mendukung tema digunakan gaya desain “Rustic”. Konsep desain ini mengacu pada penggunaan dominasi warna coklat dan putih. Konsep Rustic memiliki kesan simplisity, alami (natural), classic, warm, sederhana, bersih, elegan, dan modern.

Rustic merupakan istilah yang memiliki makna kasar atau alami secara harfiah. Gaya Rustic ini biasa digunakan untuk desain interior dengan sentuhan elemen/


(62)

material seperti kayu, besi, kaca, dan tembok yang tanpa proses pengecatan. Kali ini gaya Rustic akan dipergunakan sebagai tema pada perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care.

3. Visualisasi

a. Logo yang digunakan yaitu logogram dan logotype.

Logotype menggunakan huruf script LainieDaySH untuk “Narwastu”.

Gambar 3.10 Tipografi “LainieDaySH” yang terpilih untuk Logoype dan tagline

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

dan sant serif Champagne & Limousines untuk “aromatherapy & body

care” serta tagline dan body copy.

Gambar 3.11 Tipografi “Champagne &Limousines” yang terpilih untuk

Logoype dan tagline


(63)

b. Logogram yang digunakan memvisualisasikan simplify dari Jasmine (bunga Melati). Alasan memakai bunga melati karena bunga melati selain merupakan aroma pertama yang diproduksi juga sebagai simbol dari bahan alami serta keanggunan seorang wanita yang anggun.

Gambar 3.12 Sketsa alternatif logogram jasmine” Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Beberapa bentuk sketsa alternatif logogram menghasilkan beberapa varian logogram yang kemudian dipilih satu logogram yang sesuai berdasarkan keyword natural elegant”. Logogram yang terpilih dalam gambar 3.12 merupakan hasil FGD (Forum Group Discussion) yang dilakukan dengan enam informan beserta dosen pembimbing.

Logogram yang terpilih dianggap sebagai logogram yang bersifat original, legible, simple, memorable, komunikatif, dan dinamis (Dapat dilihat pada Tabel 2).


(64)

Tabel 2 Penentuan Pemilihan Sketsa

No. 1 2 3 4 5

Original X x x X X

Legible X x x X

Simple X x X

Memorable X X

Komunikatif X x x X

Dinamis X x X

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat lima alternatif logo yang dapat dilihat pada gambar 3.12. Dari kelima alternatif logo tersebut yang memenuhi seluruh kriteria logo yang baik hanya pada alternatif logo nomor satu.

Gambar 3.13 Alternatif logogram jasmine” yang terpilih Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(65)

c. Warna yang digunakan pada logo ditentukan dengan teori yang dikemukakan oleh Molly E. Holzschlag (Kusrianto, 2007: 232). Dalam tulisannya “Creating Color Scheme”, Molly membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya. Sesuai dengan keyword yang telah ditemukan yaitu Elegant maka terpilihlah warna hitam (C:75, M:68, Y:67, K:90) untuk logo Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.14 Warna logo yang terpilih Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Gambar 3.15 di bawah ini merupakan hasil pengaplikasian penempatan logotype dengan logogram serta warna yang sdah terpilih.

Gambar 3.15 Hasil logo Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(66)

d. Menggunakan teknik fotografi pada foto-foto produk yang tetap

menampilkan konsep “Rustic”. Dengan diberi sentuhan kayu untuk alas

dan bunga pada background. Konsep ini juga diaplikasikan kepada semua media yang akan digunakan.

3.13 Perencanaan Media 3.13.1 Tujuan Media

Tujuan dari penggunaan media adalah untuk mencapai efektivitas informasi kepada target audiens yang dituju. Dibutuhkan beberapa media untuk mempromosikan Narwastu Aromatherapy & Body Care. Dengan beberapa media yang tentunya sesuai dengan SWOT dan STP, maka akan timbul suatu kesatuan komunikasi dan visual.

3.13.2 Strategi Media

Untuk mencapai tujuan dari perencanaan kali ini, maka digunakan strategi media yang mampu menjangkau target audience yaitu wanita umur 20 - 40 tahun dengan status ekonomi menengah keatas. Adapun media yang digunakan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Iklan Majalah (Majalah Femina)

Pertimbangan menggunakan majalah Femina sebagai salah satu media promosinya yaitu dikarenakan majalah Femina merupakan majalah yang berisi tren tentang gaya hidup wanita saat ini. Pembaca majalah Femina juga tersegmentasi dengan jelas sesuai target audience yang dituju oleh Narwastu


(67)

Aromatherapy & Body Care. Iklan didesain 1 halaman dalam (FC) ukuran trim 214 mm x 284 mm. Gambar 3.16 di bawah ini merupakan sketsa dari iklan majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.16 Sketsa Iklan Majalah Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(68)

2. X-Banner

Media ini dipilih karena memiliki kegunaan sebagai media promosi yang diletakkan pada stand-stand pameran atau outlet-outlet Narwastu Aromatherapy & Body Care agar lebih menarik perhatian customer. Di bawah ini merupakan gambar sketsa dari x-banner Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.17 Sketsa X-Banner Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(69)

3. Flyer

Alasan pemilihan media ini karena memiliki jangka waktu yang lama, memungkinkan disebar dimana saja, mampu memberikan informasi tentang produk, biaya cetak murah, serta cakupan luas dan terarah karena diletakkan di tempat tertentu. Flyer didesain dengan ukuran kertas yaitu 10cm x 21cm menggunakan bahan art paper 150 gram, dicetak full color satu sisi. Berikut merupakan sketsa dari flyer Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.18 Sketsa flyer Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(70)

4. Website

Dipilihnya media website karena akan lebih memudahkan customer yang tidak sempat membeli produk secara langsung di outletnya maka dapat membelinya secara online melalui website tersebut. Gambar dibawah ini merupakan sketsa desain website Narwastu Aromatherapy & Body Care.

Gambar 3.19 Sketsa website Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(71)

5. Merchandise

Semua merchandise yang digunakan menggunakan warna putih agar memberikan kesan bersih.

a. Shower Puff

Shower puff yang digunakan yaitu berwarna putih. Pada shower puff ini akan digantungkan tag logo yang bertuliskan Narwastu Aromatherapy & Body Care.

b. Handuk

Handuk yang digunakan berwarna putih, serta pada handuk tersebut akan diberikan bordir dari logo Narwastu Aromatherapy & Body Care.

c. Tas

Tas ini didesain dengan ukuran yang 15x15x20 cm pada media kain Blacu dengan bordir logo Narwastu Aromatherapy & Body Care.

d. Cermin

Pada cermin ini nantinya akan diberi sticker logo Narwastu Aromatherapy & Body Care.


(72)

63

BAB IV

IMPLEMENTASI KARYA

Didalam bab ini berisi tentang proses produksi sarana komunikasi visual yang telah dirancang sesuai dengan konsep “Natural Elegant”. Dalam hal ini pembahasan implementasi desain meliputi pemilihan media iklan dan implementasi konsep pada setiap media promosi dalam rebranding. Media yang dipilih adalah perpaduan dari bentuk-bentuk media yang dapat mendukung upaya promosi atau periklanan. Berikut media yang digunakan sebagai sarana komunikasi visual dalam upaya perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care:

4.1 Implementasi Media

Sketsa desain yang terpilih diimplementasikan pada masing-masing media yang sudah ditetapkan dalam perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care yaitu sebagai berikut:

1. Logo

Berdasarkan hasil sketsa logogram dan logotype terpilih yang telah ditunjukan pada bab sebelumnya, desain logo yang akan diaplikasikan pada setiap media rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah yang tampak pada gambar 4.1


(73)

Gambar 4.1 Final Artwork Logo Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Konsep desain logo dipilih berdasarkan aspek-aspek yang dianggap merepresentasi karakteristik Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah Logogram yang dibuat memvisualisasikan simplify dari Jasmine (bunga Melati). Logotype menggunakan huruf script LainieDaySH untuk “Narwastu” dan sant serif Champagne & Limousines untuk “aromatherapy & body care”. Warna cetak yang digunakan CMYK yaitu (C:75, M:68, Y:67, K:90).

Untuk logogram menggunakan jasmine (bunga melati) merupakan representasi dari ciri khas produk Narwastu Aromatherapy & Body Care yang memliki aroma kuat dan tahan lama, serta merupakan aroma pertama yang diproduksi. Selain itu, jasmine merupakan produk best seller sampai saat ini. Logotype

“Narwastu” menggunakan huruf script untuk menggambarkan kesan Elegant

(anggun), sedangkan untuk “aromatherapy & body care” menggunakan sant serif untuk menampilkan kesan bersih dan modern.


(74)

Gambar 4.2 Final Artwork Black and White Logo Narwastu Aromatherapy & Body Care (B/W)

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Di atas ini merupakan gambar 4.2 yang berisi peraturan logo jika diberi warna black and white atau dapat disebut positif dan negative. Fungsi dari logo dibuat seperti itu adalah untuk memperlihatkan apakah logo yang telah dibuat sudah memiliki unsur legibility.


(75)

Gambar 4.3 Final Artwork Grid System Logo Narwastu Aromatherapy & Body Care

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Gambar 4.3 merupakan pedoman untuk pengecilan logo dengan berpatokan pada grid system. Maksud dari grid system ini sebagai patokan agar tidak terjadi pengecilan yang berlebihan atau bahkan sampai mengubah bentuk logo sehingga berdampak pada legibility yang menurun.


(76)

2. Iklan Majalah

Desain pada setiap media menggunakan teknik yang sama yaitu fotografi dengan tetap menggunakan tema “Rustic”, yaitu menggunakan unsur-unsur kayu, handmade, kaca, dan bunga sebagai aksen tambahan dalam foto tersebut. Desain iklan ini akan ditempatkan pada majalah Femina. Untuk majalah Femina 1 (satu) halaman full color berukuran 214 mm x 284 mm. Iklan ini akan dicetak pada media kertas jenis art paper. Di bawah ini merupakan final design dari iklan Narwastu Aromatherapy & Body Care pada majalah Femina.

Gambar 4.4 Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(77)

Gambar 4.5 Pembatas Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Pembatas iklan majalah pada Gambar 4.5 berfungsi sebagai pembatas pada halaman berapa letak iklan Narwastu Aromatherapy & Body Care yang ada pada majalah Femina. Pembatas ini berukuran 26,5 cm x 5 cm dan ditempelkan pada cover depan majalah Femina. Sedangkan Gambar 4.6 merupakan iklan Narwastu Aromatherapy & Body Care yang diimplementasikan pada majalah Femina.

Gambar 4.6 Implementasi Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care


(78)

3. Website

Desain website menggunakan jenis web single page dengan opening 1 halaman penuh konten. Alamat domain website yang digunakan untuk Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah www.narwastuscent.com yang memiliki domain Amerika karena dengan pertimbangan agar website lebih mudah dikenal dan diakses masyarakat luas (dunia).

Gambar 4.7 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman Home Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Gambar 4.8 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman Our Product Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(79)

Gambar 4.9 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman About Us Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013

Gambar 4.10 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman Contact Us Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(80)

4. Label Produk

Pembuatan label kemasan ini dibuat agar produk Narwastu Aromatherapy & Body Care memiliki keseragaman dalam desain labelnya. Label ini ada yang digantungkan pada produk dan ada pula yang ditempelkan pada kemasan produk. Pada perancangan rebranding ini desain label produk hanya diaplikasi pada 5 (lima) produk dari 22 produk yang di produksi oleh Narwastu Aromatherapy & Body Care. Kelima produk tersebut antara lain Potpoury, Bath Salt, Bath & Shower Gel, Body Scrub, dan Bath Soap. Alasan hanya menggunakan lima produk tersebut karena varian produk tersebut yang paling banyak diminati (best seller). Warna dari desain label yang dirancang tersebut disesuaikan dengan varian aroma produk.

Gambar 4.11 Implementasi Desain Label Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(81)

5. Flyer

Flyer didesain dengan ukuran kertas yaitu 10cm x 21cm menggunakan bahan art paper 150 gram, dicetak full color satu sisi.

Gambar 4.12 Implementasi Desain Flyer Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013


(82)

6. X-Banner

X-Banner ini berukuran 60 cm x 160 cm. Layout x-banner menampilkan pruduk-produk unggulannya.

Gambar 4.13 Implementasi Desain X-Banner Narwastu Aromatherapy & Body Care


(83)

7. Merchandise

Merchandise ini terdiri dari shower puff, handuk, tas, dan cermin yang berwarna putih. Warna putih dipilih agar menampilkan kesan bersih.

Gambar 4.14 Implementasi Desain Merchandise Narwastu Aromatherapy & Body Care


(1)

6. X-Banner

X-Banner ini berukuran 60 cm x 160 cm. Layout x-banner menampilkan

pruduk-produk unggulannya.

Gambar 4.13 Implementasi Desain X-Banner Narwastu Aromatherapy & Body

Care


(2)

74

7. Merchandise

Merchandise ini terdiri dari shower puff, handuk, tas, dan cermin yang

berwarna putih. Warna putih dipilih agar menampilkan kesan bersih.

Gambar 4.14 Implementasi Desain Merchandise Narwastu Aromatherapy & Body

Care


(3)

75

BAB V

PENUTUP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana merancang

rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand

awareness ini adalah:

1. Gagasan perancangan rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah untuk mewujudkan visi dari Narwastu Aromatherapy & Body Care yang ingin lebih mengenalkan produknya lebih luas lagi, serta ingin menjadi produk aromaterapi yang memiliki keunikan tersendiri sehingga konsumen akan lebih mengenal produk Narwastu Aromatherapy & Body Care.

2. Konsep desain dalam perancangan ini adalah Natural Elegant yang divisualkan dengan tema Rustic. Konsep tersebut memiliki makna bahwa Narwastu

Aromatherapy & Body Care memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda

dibandingkan dengan produk aromaterapi lainnya yaitu dari bahan alami dan dikemas secara alami (handmade). Selain itu dengan konsep ini lebih menunjukkan kesan anggun dari wanita-wanita yang memiliki aktifitas padat dan menyukai aromaterapi dan perawatan tubuh.


(4)

76

Media Promosi yang digunakan dalam perancangan kali ini adalah media yang umum digunakan oleh target konsumen seperti iklan majalah, x-banner, flyer,

website, serta merchandise pendukung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pihak Narwastu Aromatherapy & Body Care diharap lebih berkonsentrasi melakukan kegiatan promosi yang beda daripada yang lain, sesuatu yang baru yang mampu dan memiliki daya tarik untuk masyarakat. Selain itu diharapkan menyamakan desain label kemasan agar seragam, sebab banyak yang bingung dengan desain label yang tidak konsisten tersebut.

2. Memberikan merchandise tambahan untuk para konsumen setia atau member Narwastu Aromatherapy & Body Care pada saat event tertentu, dengan adanya promosi seperti itu akan lebih menarik para konsumen.


(5)

77

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Aaker, D. 1991. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama. Durianto, D. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan

Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Fianto, A. Y. 2011. Buku Ajar Marketing and Creative Branding: Prinsip Dasar

dan Implementasi Pemasaran Industri Kreatif. Surabaya: STIKOM

Surabaya.

Ismawati, E. 2009. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Ombak Yogyakarta.

Jain, S. C. 2000. Marketing Planning & Strategy 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Jefkins, F. 1994. Periklanan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Kotler, P., & Keller, K. L. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Jakarta: PT. Index.

Kusrianto, A. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. Lance, S., & Well, J. 2006. The Little Blue Book Of Advertising. Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer.

Miles, M. B., & Huberman, M. 1984. Qualitive Data Analysis: A Sourcebook of

New Methods. London: Sage Publication, inc.

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Moriarty, S. d. 2009. Advertising. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morissan, M. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenada Media Group.

Pressmen, R. S. 2009. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Andi.

Ruslan, R. 2004. Metode Penelitian Public Relation. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

78

Sarwono, J., & Lubis, H. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Supriyono, R. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Yatim, R. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Sumber Website:

Andre. 2013. Nilai industri kosmetik Indonesia mencapai lebih dari US$ 5 miliar. Dipetik Oktober 28, 2013, dari BeritaSatu: http://www.beritasatu.com/ Johngudil. 2010. Brand Awreness Overview. Dipetik Oktober 25, 2013, dari