12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
b.1 Pedagang Kaki Lima PKL
a. Pengertian Pedagang Kaki Lima PKL. Pedagang kaki lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah “pelaku usaha
yang melakukann usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
umum, lahan dan bangunan milik pemerintah danatau swasta yang bersifat sementaratidak menetap”
11
. Menurut Mulyadi Nitisusastro “PKL dikategorikan sebagai jenis usaha
kecil atau sering disebut dengan sebutan pekerja pada sektor non formal”
12
. Pedagang kaki lima merupakan “salah satu bentuk aktivitas perdagangan sektor
informal dan Pedagang kaki lima adalah pedagang kecil yang umumnya berperan sebagai penyalur barang-barang dan jasa ekonomi kota”
13
. Dari pengertian tersebut di atas jadi yang dimaksud PKL kegiatan usaha
yang dilakukan para pedagang di tempatkanruangan kosong di pinggir-pinggir jalan seperti trotoar, taman-taman kota dan tempat usaha lainnya yang bukan
miliknya.
11
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, Pasal 1 angka 8.
12
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Jakarta : Alfabeta, 2009, h. 24.
13
Dorodjatun Kuntjoro Djakti, Kemiskinan Di Indonesia, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008, h. 20.
12
13 b. Hak dan Kewajiban Pedagang Kaki Lima.
Berdasarkan Pasal 31 Ayat 1 dan 2 Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 6 Tahun 20013 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima
14
: 1 PKL mempunyai hak antara lain :
a Mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL. b Melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah ditetapkan.
c Mendapatakan informasi dan sosialisasi atau pembeitahuan terkait dengan
kegiatan usaha di lokasi yang bersangkutan. d Mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan, supervisi dan
pendampingan dalam pengembangan usahanya. e Mendapatkan pendampingan dalam hal permodalan pinjaman dengan
mitra bank. 2 PKL mempunyai kewajiban antara lain :
a Mematuhi ketentuan perundang-undangan. b Mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditentukan oleh Bupati.
c Memelihara keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan tempat usaha. d Menempatkan dan menata barang dagangan danatau jasa serta peralatan
dagangan dengan tertib dan teratur. e Tidak menganggu lalu lintas dan kepentingan umum.
f Menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1 satu
bulan atau sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
g Menempati tempat atau lokasi usaha yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai TDU yang dimiliki PKL.
c. Macam-macam Pedagang Kaki Lima. Adapun macam-macam pedagang kaki lima, sebagai berikut
15
: 1 Pedagang Kaki Lima Tertata.
Pedagang kaki lima yang dalam usahanya sehari-hari menempati lokasi yang telah sesuaidiijinkan oleh Bupati Ngawi dan memiliki ijin tempat
dasaran serta mentaati ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah secara baikkonsekuen, misalnya
membayar retribusi setiap hari dengan tepat waktu dan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan secara teratur.
2 Pedagang Kaki Lima Binaan.
14
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, Pasal 31 ayat 1 dan 2.
15
Mulyadi Nitisusastro, Op. Cit, h. 50-51.
13
14 Pedagang kaki lima yang dalam usahanya sehari-hari menempati lokasi
laranganyang tidak diijinkan oleh Bupati Ngawi dan tidak dikenakan penarikan retribusi, namun keberadaannya selalu diawasi, dibina dan
diarahkan untuk menjadi pedagang kaki lima yang baik.
Pedagang kaki lima pada dasarnya merupakan salah satu pelaku usaha sektor informal yang ikut mewarnai kegiatan ekonomi dan tidak dapat dipisahkan
dari kompleksitas pembangunan manual, yang keberadaannya mampu memperluas lapangan pekerjaan. Pedagang kaki lima ini berkembang luas dan
pesat terutama sekali di daerah perkotaan baik berupa pedagang makanan dan minuman, barang-barang bekas, jasa dan lain sebagainya. Sektor informal ini lahir
karena keterdesakan mereka untuk berperan dalam sektor formal disebabkan ketidakmampuan untuk bersaing dengan masyarakat lainnya di sektor formal.
Pedagang kaki lima pada kehidupan sehari-hari banyak menempati daerah- daerah yang cukup strategis dalam mengembangkan aktifitasnya dengan cara
menawarkan barangjasa usahanya baik dalam bentuk tenda sistem bongkar pasang gerobak, pasar krempyeng, los terbuka maupun kios-kios. Keberadaan
pedagang kaki lima di kota-kota besar secara tidak langsung telah membantu Pemerintah dalam mengatasi pengangguran menyerap tenaga kerja dengan
menciptakan lapangan pekerjaan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Mengenai keberadaan atau lahirnya pedagang kaki lima ini telah
memunculkan dua pandangan dilihat dari kajian para pakar pembangunan kota. Pandangan ini lahir dari perhatian para pakar pembangunan kota terhadap
keterkaitan pertumbuhan penduduk sebagai akibat migrasi, urbanisasi dan perkembangan kota berikut pedagang kaki lima
b.2 Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima