3 dengan demam rematik akut. Walaupun kelompok usia utama yang diperhatikan untuk
deteksi penyebab faringitis karena streptokokus untuk mencegah demam rematik akut adalah 5-15 tahun, penanganan klinis yang sama juga sesuai untuk anak yang lebih muda
karena kasus demam rematik dapat menyerang kelompok usia ini WHO, 2003. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Purwareja I Klampok Banjarnegara oleh
Hapsari dan Astuti pada tahun 2007, menunjukan bahwa penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah kotrimoksazol 86,7, sedangkan amoksisilin lebih
sedikit 13,3. Kotrimoksazol lebih banyak digunakan kerena merupakan antibiotik pilihan pertama yang diberikan untuk penderita ISPA, sedangkan amoksisilin merupakan
antibiotik pilihan kedua yang diberikan apabila kotrimoksazol tidak ada atau habisHapsari Astuti, 2007.
Di Puskesmas Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora angka kejadian ISPaA merupakan kejadian tertinggi 60 dari semua kunjungan pasien yang berobat ke
puskesmas terutama pada anak, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi lebih lanjut penggunaan antibiotik untuk penyakit ISPaA dengan judul “Evaluasi
Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Terdiagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut ISPaA di Puskesmas Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun 2013”.
METODE PENELITIAN A.
Kategori dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang dilakikan adalan non eksperimental dengan rancangan penelitian kualitatif. Data diperoleh secra reteopektif yaitu dengan menelusuri catatan buku
registrasi pada pasien anak terdiagnosa ISPaA di Puskesmas Kunduran tahun 2013. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang mengevaluasi kerasionalan penggunaan
antibiotik pada terapi ISPaA anak. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah buku pedoman standar dari WHO tahun 2003.
B. Penentuan Jumlah Sampel
Teknik sampling dilakukan secara perposive sampling, sampel merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi tersebaut yaitu :
1. Pasien dengan diagnosa ISPaA.
2. Pasien anak umur 12 tahun.
3. Pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotik.
Penentuan jumlah sampel diambil dan dihitung menggunakan rumus : N = p.q Z
½ α
b
2
4 Keterangan :
N = jumlah sampel minimum
p = proporsi persentase kelompok populasi pertama
q = proporsi persentase kelompok populasi pertama atau proporsi sisa 1-p
Z
½ α =
derajat koefisien kondensi pada tarif kepercayaan tertentu 95 atau 99 b
= persentase perkiraan kemungkinan membuat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel 0,1-0,5
maka diambil asumsi nilai p dan q sama yakni 0,5 bila p = 0,5, maka q = 1-0,5 = 0,5
N ≥ p.q Z
½ α
b
2
N = 0,5.0,5 Z
½ α
b
2
N = 90,25 ≈ 90
Jadi jumlah sampel yang diambil minimal sebanyak 90 pasien. Nawawi,
2005.
C. Analisa data
Semua data yang dikumpulkan selama penelitian akan dikelompokan berdasarkan jenis antibiotik, dosis pemberian dan frekuensi pemberian antibiotik dan menghitung
persentase tepat indikasi, tepat oabt, tepapt pasien, tepat dosis serta kerasionalan terapi secara keseluruhanya. Semua data akan dibandingkan dengan bukan pedoman standar dari
WHO tahun 2003. Tepat indikasi
= Jumlah kasus tepat indikasi x 100
Jumlah total kasus Tepat obat
= Jumlah kasus tepat obat x 100
Jumlah total kasus Tepat pasien
= Jumlah kasus tepat pasien x 100
Jumlah total kasus Tepat dosis
= Jumlah kasus tepat dosis x 100
Jumlah total kasus Rasionalitas terapi
= Jumlah kasus tepat semua x 100
Jumlah total kasus
D. Jalanya penelitian
1. Pembuatan dan penyusunan proposal penelitian.
2. Penelusuran kasus di Puskesmas Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora
3. Permohonan izin penelitian di Puskesmas Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
5 4.
Penelusuran buku registrasi pasien kemudian dilakukan pengelompokan pasien yang terdiagnosa ISPaA.
5. Pengambilan dan penelusuran data pasien yang terdiagnosa ISPaA meliputi pada buku
registrasi pasien anak di ruang KIA Puskesmas Kunduran yang meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, diagnosa utama, dan obat yang diberikan jenis
antibiotik, frekuensi, dosis, durasi. Apabila pasien pernah melakukan pengobatan lebih dari 1 kali, maka data yang diambil adalah data terahir.
6. Evaluasi penggunaan antibiotik yang diberikan pada pasienkemudian dibandingkan
dengan menggunakan pedoman standar dari WHO tahun 2003 yang digunakan untuk penelitian apakah sudah mencakup tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat
dosis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama tahun 2013, jumlah pasien yang terdiagnosa ISPaA di Puskesmas Kunduran Kab. Blora berjumlah 1853 pasien. Penelitian telah dilakukan dengan mengambil sampel
sebanyak 110 pasien dari kunjungan rawat jalan pasien anak di puskesmas Kunduran Kabupaten Blora. Data yang diambil meliputi karakteristik pasien yang memenuhi syarat
inklusi pasien anak, terdiagnosa ISPaA, mendapatkan pengobatan antibiotik dari sampel penelitian.
A. Karakteristik Pasien