5 4.
Penelusuran buku registrasi pasien kemudian dilakukan pengelompokan pasien yang terdiagnosa ISPaA.
5. Pengambilan dan penelusuran data pasien yang terdiagnosa ISPaA meliputi pada buku
registrasi pasien anak di ruang KIA Puskesmas Kunduran yang meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, diagnosa utama, dan obat yang diberikan jenis
antibiotik, frekuensi, dosis, durasi. Apabila pasien pernah melakukan pengobatan lebih dari 1 kali, maka data yang diambil adalah data terahir.
6. Evaluasi penggunaan antibiotik yang diberikan pada pasienkemudian dibandingkan
dengan menggunakan pedoman standar dari WHO tahun 2003 yang digunakan untuk penelitian apakah sudah mencakup tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat
dosis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama tahun 2013, jumlah pasien yang terdiagnosa ISPaA di Puskesmas Kunduran Kab. Blora berjumlah 1853 pasien. Penelitian telah dilakukan dengan mengambil sampel
sebanyak 110 pasien dari kunjungan rawat jalan pasien anak di puskesmas Kunduran Kabupaten Blora. Data yang diambil meliputi karakteristik pasien yang memenuhi syarat
inklusi pasien anak, terdiagnosa ISPaA, mendapatkan pengobatan antibiotik dari sampel penelitian.
A. Karakteristik Pasien
Pengambilan sampel pada penelitian memliki berbagai karakteristik yang beragam. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, diagnosa dan gejala yang dirasakan oleh
pasien.
Tabel 1. Karakteristik Pasien ISPaA Anak di Puskesmas Kunduran Kab. Blora Tahun 2013 Keterangan
Jumlah Persentase
Jenis kelamin Laki – laki
57 anak 51,82
Perempuan 53 anak
48,18
Umur Masa bayi 0 – 12 bulan
7 anak 6,37
Masa anak balita 1 – 5 tahun 69 anak
62,73 Masa pra sekolah 5 – 6 tahun
17 anak 15,45
Masa sekolah 6 – 12 tahun 17 anak
15,45
Diagnosa Influenza
38 pasien 34,54
Faringitis 71 pasien
64,55 Sinusitis
1 pasien 0,91
Gejala Demam
104 kasus 94,54
Mual dan muntah 14 kasus
12,72 Batuk
96 kasus 87,27
1. Berdasarkan jenis kelamin
Data hasil penelitian menunjukan data jenis kelamin laki-laki dan perempuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap penyakit ISPaA yang sering terjadi
6 khususnya pada anak–anak. Tabel 1 menunjukkan jumlah dan persentase pasien ISPaA
anak yang berobat rawat jalan di puskesmas Kunduran selama tahun 2013. Berdasarkan dari hasil pada Tabel 1 jumlah pasien dengan jenis kelamin laki–laki
lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah pasien dengan jenis kelamin laki–laki adalah 57 pasien 51,82 dan pasien dengan jenis kelamin perempuan
adalah 53 pasien 48,18. 2.
Berdasarkan umur Pasien anak merupakan pasien yang memerlukan penanganan khusus karena
penentuan dosisnya menggunakan berat badan dan juga sistem imunitas tubuh anak masih rendah. Dari total sampel pasien anak yang diambil, masa anak balita paling banyak
persentasenya 62,73. Hal ini dikarenakan pada masa ini tumbuh kembang sangat pesat sehingga banyak aktivitas anak–anak yang masih memiliki daya tahan tubuh lemah
sehingga dapat dengan mudah terserang ISPaA tersebut KemenKes RI, 2010. 3.
Berdasarkan diagnosa Penyakit ISPaA meliputi influenza, faringtis, sinusitis dan otitis media Said, 1994.
Pada saat pengambilan data diagnosa, data diagnosa diperoleh yaitu influenza, faringitis dan sinusitis. Untuk diagnosa yang lain seperti otitis media sebenarnya juga ditemukan
akan tetapi tidak masuk kriteria inklusi penelitian yaitu pasien anak. Dari 110 diagnosa ISPaA anak di Puskesmas Kunduran selama tahun 2013 terdapat 38 pasien 34,54
terdiagnosa influenza, 71 pasien 64,55 terdiagnosa faringitis dan hanya 1 pasien 0,91 terdiagnosa sinusitis.
4. Berdasarkan tanda dan gejala
Penyakit ISPaA sering disertai dengan tanda dan gejala yang cukup beragam, hasil penelitian menunjukan bahwa demam dan batuk merupakan tanda dan gejala yang paling
sering terjadi pada penyakit ISPaA, kemudian mual muntah juga bisa menyertai penyakit ini tetapi tidak banyak prevalensinya seperti demam dan batuk.
B. Karakteristk terapi