Diagnosis Tonsilitis Kronis .1 Definisi

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil, karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid digantikan oleh jaringan parut yang akan mengerut sehingga kripte akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus, yaitu: akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati, dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuningan. Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai pembesaran kelenjar limfe submandibula Brodsky dan Poje, 2006.

2.2.5 Diagnosis

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang, adanya rasa sakit pada tenggorok yang terus-menerus odinofagi, sakit waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok bila menelan, terasa kering dan nafas bau busuk halitosis, nafsu makan menurun, malaise, terkadang disertai panas badan tinggi Brodsky dan Poje, 2006; Rusmarjono dan Hermani, 2008; Adams, 2010. Nyeri ketika tonsilitis meradang dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga Gotlieb, 2005. Dalam penelitian mengenai aspek epidemiologi faringitis didapatkan 63 penderita tonsilitis kronis sebanyak 41,3 diantaranya mengeluh nyeri tenggorok sebagai keluhan utama, 27 penderita tonsilitis kronis dengan halitosis akibat debris yang tertahan di dalam kripte tonsil yang kemudian dapat menjadi sumber infeksi berikutnya, dan gejala lainnya pembesaran tonsil dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbul gangguan menelan, sleep apneu dan gangguan suara sengau pada malam hari, Brodsk, 2007; Dhingra, 2007; Shnayder, dkk., 2008; Hammouda, dkk., 2009. Pemeriksaan tonsil dilakukan dengan memeriksa rongga mulut yang hampir sehari-hari dikerjakan oleh setiap dokter, seperti disajikan pada Gambar 2.7. Pemeriksaan sederhana ini terkadang tidak mudah karena memerlukan kerjasama yang baik dengan penderita. Gambar 2.7 Pemeriksaan tonsil pada anak Shah dan Tewfik, 2014 Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembesaran tonsil dalam berbagai ukuran hipertrofi tonsil, dengan pembuluh darah dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripte sebagian mengalami stenosis, eksudat purulen pada kripte tonsil dan sikatrik jaringan parut pada pilar. Pada beberapa kasus, kripte membesar dan detritus seperti keju atau dempul pada kripte yang tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah pada pilar anterior. Gotlieb, 2005; Brodsky dan Poje, 2006; Brodsky, 2007, Pilar anterior berwarna kemerahan bila dibanding dengan mukosa faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil Dhingra, 2007. Kelenjar limfe leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan Herawati dan Rukmini, 2003. Terdapat dua macam gambaran tonsil dari tonsilitis kronis yang mungkin tampak, yakni: tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, terkadang seperti terpendam di dalam bed tonsil Adams, 2010; Drake dan Carr, 2013. Standar pemeriksaan tonsil, diklasifikasikan berdasarkan rasio tonsil terhadap orofaring dari medial ke lateral yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri, dapat dilihat pada Gambar 2.8. Penilaian tersebut sebagai berikut: T0: tonsil terletak pada fosa tonsil atau tonsil sudah diangkat, T1: bila tonsil mengisi 25 orofaring, T2: 25 sampai 50, T3: 50 sampai 75, T4: 75 Brodsky dan Poje, 2006. Gambar 2.8 Ukuran pembesaran tonsil Brodsky dan Poje, 2006 Pembagian pembesaran tonsil lainnya, dapat dilihat pada Gambar 2.9, sebagai berikut Adams, 2010; Jeyakumar, dkk., 2013: 1. T0: tonsil terletak pada fosa tonsil tidak mengalami pembesaran atau post tonsilektomi 2. T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ antara jarak pilar anterior-uvula atau tonsil masih terbatas dalam fosa tonsil 3. T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula atau sudah melewati pilar anterior tetapi belum melewati garis paramedian pilar posterior 4. T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula atau sudah melewati garis paramedian tetapi belum melewati garis median 5. T4: batas medial tonsil melewati ¾ atau lebih jarak pilar anterior-uvula atau sudah melewati garis median Gambar 2.9 Batas pembesaran tonsil Adams, 2010; Jeyakumar, dkk., 2013 Penelitian di Denizli Turkey yang dilakukan pada 1.784 usia anak sekolah 4-17 tahun didapatkan data ukuran tonsil terbanyak yakni: T1: 1.119 62, T2: 507 28,4, T3: 58 3,3, dan T4: 2 0,1 Akcay, 2006.

2.2.6 Penatalaksanaan