Penatalaksanaan Komplikasi Tonsilitis Kronis .1 Definisi

4. T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula atau sudah melewati garis paramedian tetapi belum melewati garis median 5. T4: batas medial tonsil melewati ¾ atau lebih jarak pilar anterior-uvula atau sudah melewati garis median Gambar 2.9 Batas pembesaran tonsil Adams, 2010; Jeyakumar, dkk., 2013 Penelitian di Denizli Turkey yang dilakukan pada 1.784 usia anak sekolah 4-17 tahun didapatkan data ukuran tonsil terbanyak yakni: T1: 1.119 62, T2: 507 28,4, T3: 58 3,3, dan T4: 2 0,1 Akcay, 2006.

2.2.6 Penatalaksanaan

Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole, klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan mononukleosis Lee, 2008; Adams, 2010. Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pada penderita tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil Tom dan Jacobs, 2003; Health Technology assessment, 2004; Brodsky dan Poje, 2006; Lee, 2008; Adams, 2010; Jeyakumar, dkk., 2013. Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita tonsilitis kronis dan berulang dan indikasi absolut karena adanya sumbatan jalan napas akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi Skevas, dkk., 2010; Drake dan Carr, 2013. Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala yang timbul biasanya akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat kumur masih dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak mengenai dinding faring Desai, dkk., 2008; Adams, 2010.

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut Brodsky dan Poje, 2006: a Komplikasi sekitar tonsil: peritonsilitis, abses peritonsilar Quinsy, abses parafaringeal, abses retrofaring, krista tonsil, maupun tonsilolith kalkulus dari tonsil; b Komplikasi ke organ jauh: demam rematik dan penyakit jantung rematik, glomerulonefritis, episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis, psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura, artritis dan fibrositis, tetapi jarang dijumpai Shnayder, dkk., 2008. Pada anak, hipertrofi tonsil yang sangat besar dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas atas menyebabkan hipoventilasi alveoli selanjutnya hiperkapnia dan menyebabkan cor pulmonale, menimbulkan apneu ketika tidur dengan gejala paling umum adalah mendengkur Bluestone, 2006. Fisiologis terganggu bahkan anak sampai tidak sekolah karena sakit yang akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya Farokah, 2007; Hull dan Johnston, 2008.

2.2.8 Prognosis