Fisiologi dan Imunologi Tonsil

Pada tonsilitis kronis terjadi infiltrasi limfosit ke epitel permukaan tonsil. Peningkatan jumlah sel plasma di dalam subepitel maupun jaringan interfolikel. Hiperplasia dan pembentukan fibrosis dari jaringan ikat parenkim dan jaringan limfoid mengakibatkan terjadinya hipertrofi tonsil Ugras dan Kutluhan, 2008.

2.1.2 Fisiologi dan Imunologi Tonsil

Tonsil termasuk bagian Mucosal Associated Lymphoid Tissues MALT, diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disentisisasi dan berperan dalam sistem kekebalan permukaan mukosa. Tonsil mempunyai dua fungsi utama, yaitu: menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif serta tempat produksi antibodi. Sebagian besar terletak di sekitar kapiler intraepitel tonsil palatina Health Technology Assessment, 2004; Ugras dan Kutluhan, 2008. Limfosit terbanyak tonsil adalah limfosit B berkisar antara 50-65 dan limfosit T berkisar 40 dari seluruh limfosit. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh tubuh. Tonsil selalu menerima berbagai macam paparan antigen secara langsung Wiatrak dan Woolley, 2007; Mogoanta, dkk., 2008; Scadding, 2009. Transpor antigen pada dasar dan dinding kripte tonsil terdapat sel-sel khusus micropore M dengan bentukan tubulovesikular. Bila tonsil dibelah dan dilihat dengan mikroskop akan ditemukan banyak bentukan sentrum germinativum tempat sel T dan sel B. Antigen dari luar, kontak dengan permukaan tonsil akan diikat dan dibawa sel mukosa sel M, antigen presenting cells APCs, sel makrofag dan sel dendrit pada tonsil ke sel T helper Th di sentrum germinativum. Kemudian sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan merangasang sel B. Sel B membentuk imunoglobulin IgM pentamer diikuti oleh pembentukan IgG dan IgA. Sebagian sel B menjadi sel memori. IgG dan IgA secara pasif akan berdifusi ke lumen. Bila konsentrasi antigen tinggi akan menimbulkan respon proliferasi sel B pada sentrum germinativum sehingga tersensitisasi terhadap antigen, mengakibatkan terjadinya hiperplasia struktur seluler. Regulasi respon imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol proliferasi sel dan pembentukan imunoglobulin Scadding, 2009; Health Technology Assessment, 2004; Jeyakumar, 2013. Gambar 2.5 Bentukan molekul dimer IgA Scadding, 2009 Mayoritas limfosit dari MALT mengeluarkan IgA yang diilustrasikan pada Gambar 2.5. IgA bergabung pada rantai J melewati sel epitel menuju permukaan mukosa, selama proses ini IgA dilapisi sekret untuk melindungi molekul dari pencernaan enzimatik. Sistem retikuloendotelial mengangkut dan menyerap Gabungan IgA sebagai kompleks imun. IgG dominan dihasilkan oleh tonsil palatina dengan 30-35 IgA, 1-3 IgD dan dapat juga ditemukan IgE. IgA dan IgG disekresi langsung melalui celah antara sel-sel epitel dan meningkat bila terjadi peradangan Scadding, 2009. Umur maksimal aktifitas tonsil 4-10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi pada saat pubertas. Pada tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripte retikuler terjadi perubahan epitel skuamosa berlapis, mengakibatkan rusaknya aktifitas sel imun dan menurunkan aktifitas lokal sistem sel B serta menurunkan produksi antibodi. Kepadatan sel B pada sentrum germinativum juga berkurang Wiatrak dan Woolley, 2007. Terdapat peningkatan spesifik protein M, IgA, dan IgG pada pasien tonsilitis rekuren dibandingkan dengan tonsilitis kronis hipertrofi tonsil. Penemuan ini menyimpulkan bahwa respon imun terhadap protein M berperan penting sebagai pencegahan kolonisasi bakteri pada tonsil Eryaman, dkk., 2013. Sitokin pro inflamasi dan anti inflamasi berperan penting dalam sistem imunologi tonsil. Termasuk sitokin tipe Th1 sitokin pro inflamasi, yaitu: interleukin IL-2, interferon- γ IFN-γ, tumor necrosis factor α TNF- α dan sitokin tipe Th2 sitokin anti inflamasi, yaitu: IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-13. Bonanomi, dkk. menunjukkan adanya peningkatan IL-6 pada 24 jam pertama kultur setelah paparan stres pada tonsil Todorovic dan Zvrko, 2013. 2.2 Tonsilitis Kronis 2.2.1 Definisi