36
BAB IV PARADIGMA DAN POPULASI
A. Pengertian Paradigma
Patton  dalam  Lincoln  dan  Guba  1985  menyatakan  bahwa  paradigma adalah  suatu  pandangan  terhadap  dunia  dan  alam  sekitarnya,  yang  merupakan
perspektif  umum,  suatu  cara  untuk  menjabarkan  masalah-masalah  dunia  nyata yang kompleks. Paradigma akan berguna bagi praktisi untuk menjelaskan kepada
mereka  apa  yang  penting,  yang  sah,  dan  yang  menjadikan  masalah.  Paradigma juga bersifat normatif, memberitahukan kepada praktisi apa yang harus dikerjakan
tanpa  harus  memahami  terlebih  dahulu  eksistensi  dan  epistemoliginya.  Oleh karena itu, paradigma itu akan memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya
adalah  memungkinkan  kepada  kita  untuk  segera  bertindak  sedangkan kelemahannya adalah bahwa tindakan kita itu masih ada yang tersembunyi diluar
asumsi dari paradigma.
Paradigma tentang proses manajemen dapat dibuat dalam bentuk mangkok besar parabola yang dapat berputar dan dikendalikan. Terdapat tiga fungsi yaitu
analisis  masalah,  pengambilan  keputusan,  dan  komunikasi  yang  semuanya  itu terjadi  pada  setiap  waktu  dan  terjadi  pada  setiap  aspek  dari  kegiatan  manager.
Untuk itu fungsi ini digambarkan dengan anak panah yang terus berputar.
Fungsi-fungsi  lain  seperti  perencanaan,  pengorganisasian,  staffing, directing,  dan  controlling  yang  terjadi  secara  berurutan  juga  merupakan  tugas
manager.
Dengan paradigma tersebut, kita dapat lebih mudah untuk melihat proses manajemen  pada  setiap  asspek.  Hubungan  antara  elemen,  fungsi,  dan  aktivitas
menjadi nampak jelas. Tanpa paradigma itu kita susah untuk membayangkannya. Paradigma  itu  juga  menunjukkan  kepada  kita  tentang  ruang  lingkup  penelitian
dalam manajemen yang lebih mendetail.
37
Sustermeister 1969 menyusun suatu paradigma tentang berbagai faktor yang mempengaruhi performance penampilan kerja dan produktivitas pegawai
yang modelnya dapat disederhanakan.
Berdasarkan pengertian tentang paradigma dan dua contoh yang diberikan itu maka paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pandangan atau model atau
pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti kemudian membuat  hubungan  antara  satu  variabel  dengan  variabel  lainnya  sehingga  akan
mudah dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipotesis  yang  diajukan,  metode  atau  strategi  penelitian,  istrumen  penelitian,
teknik analisis yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.
Dengan  paradigma  penelitian  ini  maka  peneliti  akan  mudah  melakukan penelitian,  mencek  kebenarannya  sehingga  hasilnya  akan  lebih
dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan.
Dalam  penelitian  kuantitatifpositivisme  karena  berlandaskan  pada  suatu asumsi  bahwa  suatu  gejala  itu  dapat  diklasifikasikan,  maka  peneliti  dapat
melakukan  penelitian  dengan  memfokuskan  kepada  beberapa  kepada  variabel saja. Paradigma penelitian dibuat dengan menunjukkan hubungan antara variabel
yang  akan  diteliti  yang  sekaligus  mencerminkan  teknik  analisis  yang  akan digunakan.  Berdasarkan  hal  ini  maka  bentuk-bentuk  paradigma  atau  model
penelitian kuantitatif seperti gambar berikut :
X = penampilan kerja Y = produktivitas
Paradigma  sederhana,  menunjukkan  hubungan  antara  satu  variabel independen  dengan  satu  dependen.  Untuk  mencari  hubungan  kedua  variabel
tersebut  digunakan  tehnik  kolerasi  sederhana.  Naik  turun  harga  Y  dapat diprediksikan melalui persamaan regersi Y atas X, dengan persamaan Y = a + bx
Y X
38
Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain secara berurutan. Untuk mencari hubungan antara X
1
dengan yang X
2
,  X
2
dengan  X
3
,  X
3
dengan  Y,  masing-masing  menggunakan  teknik  korelasi sederhana. Contoh penelitian diberikan pada halaman berikut. Persamaan regresi
sederhana  juga  dapat  digunakan  dalam  paradigma  ini,  bila  ada  konsep  yang mendasar.
Contoh  penelitian  yang  menggunakan  paradigma  sederhana  berurutan adalah  penelitian  tentang  Efektivitas  Latihan.  Menurut  Kickpatric,  efektivitas
latihan mempunyai empat tingkatan yaitu: 1.
Efektivitas  Reaksi  X
1
,  adalah  efektivitas  yang  diukur  berdasarkan  reaksi peserta latihan pelaksanaan program latihan. Reaksi peserta latihan meliputi:
reaksi terhadap kurikulum latihan, reaksi terhadap guru yang mengajar, reaksi terhadap fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan dalam latihan.
2. Efektivitas  Belajar  X
2
,  adalah  efektivitas  yang  diukur  berdasarkan  pada prestasi  belajar  peserta  latihan  setelah  mengikuti  latihan  selama  periode
tertentu. Biasanya prestasi belajar diukur melalui tes.
3. Efektivitas  Perilaku  X
3
,  adalah  efektivitas  yang  diukur  berdasarkan  pada perilaku kerja peserta latihan, sebagai akibat mereka telah mengikuti latihan.
4. Efektivitas Pengaruh result Y, adalah efektivitas yang diukur berdasarkan
pada perubahan lembaga, setelah lembaga tersebut mempunyai pegawai yang telah dilatih. Yang diukur disini misalnya: bagaimana produktivitas, efesiensi,
efektivitas  lembaga,  semangat  kerja  para  pegawai,  setelah  lembaga  tersebut mempunyai pegawai yang dilatih.
Secara  teoritis,  efektivitas  reaksi  akan  mempengaruhi  efektivitas  belajar, efektivitas  perilaku  kerja,  dan  efektivitas  perilaku  kerja  akan  mempengaruhi
keadaan lembaga secara keseluruhan.
X
1
X
3
Y X
2
39
Keterangan:      X
1
=     tata ruang kantor X
2
=    kepemimpinan Y   =   kelancaran kerja
Gambar  paradigma  di  atas   m erupakan  paradigm  ganda  dengan  dua  variabel independen X
1
dan X
1
dan satu variabel  dependen Y. Untuk mencari hubungan Y:  X
2
dengan Y, dan X
1
dengan X
2
masing-masing menggunakan teknik korelasi sederhana.  Untuk  mencari  hubungan  X
1
dengan    X
2
secara  bersama-sama terhadap Y digunakan dalam paradigm seperti di atas.
B. Populasi dan Sampel