Kerangka Teori dan Kerangka Berpikir Kerangka Konsep

19

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP, VARIABEL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori dan Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan penelitian ilmiah cara yang harus dipakai dalam memecahkan masalah adalah cara ilmiah yaitu mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan untuk mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Oleh Karena itu, dalam mengkaji permasalahan kita menggunakan teori-teori sebagai alat dalam menemukan pemecahan. Merangkai kepustakaan yang berkaitan dapat dilakukan dengan cara berikut: 1. Mengidentifikasi bahan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian atau variabel penelitian. 2. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegunaan penelitian kepustakaan adalah: 1. Memperkuat argumentasi penelitian dalam menjalankan masalah penelitian. 2. Dasar penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Dengan demikian, kerangka berpikir yang diuraikan harus merupakan landasan yang kukuh dalam membangun kerangka pemikiran. Setelah dilakukan pengkajian teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang akan diamati, maka langkah berikutnya adalah membangun kerangka pemikiran berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan. Kerangka penelitian ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kerangka pemikiran yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. 20

B. Kerangka Konsep

R. Merton 1957 mengatakan konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati dan konsep menentukan adanya hubungan empirik. Masri, Singarimbun dan Sofian H 1995 mengatakan konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu. Konsep ada dua jenis yaitu: konsep yang sederhana dan konsep kompleks. Konsep yang sederhana jelas hubungannya dengan fakta atau realita yang diwakilinya, misalnya meja. Konsep meja digunakan sebagai abstraksi dari semua karakteristik meja yang dapat diamati secara langsung serta mudah yakni mempunyai permukaan datar, memiliki kaki dan digunakan untuk aktivitas- aktivitas tertentu manusia. Sedangkan konsep kompleks sering disebut konsep abstrak lebih kabur tidak mudah menghubungkannya dengan fakta atau realita, karena merupakan pengertian yang abstrak dalam penelitian, peranan, interaksi sosial, stratifikasi sosial, kedudukan sosial ekonomis, ciri-ciri sosial demografik, integrasi nasional, intelegensi, bakat, dan seterusnya. Konsep peranan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan permainan pelaku dalam sandiwara, sedangkan dalam ilmu sosial peranan dihubungkan dengan perilaku s eseorang dalam kedudukan tertentu. Jadi, selain daripada kerangka teoretis, ruang lingkup juga membantu peneliti dalam pemilihan dan pendefenisian suatu konsep. Konsep yang abstrak ini sering disebut konstruk construct. Semakin besar jarak antara konsep atau konstruk ini dengan fakta empiris atau aktivitas yang ingin digambarkannya, semakin besar pula kemungkinan terjadi salah pengertian serta salah penggunaannya. Peranan konsep dalam penelitian sangat besar karena konsep menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas. Dalam penelitian sosial, peranannya menjadi bertambah penting karena “realitas” sosial yang menjadi perhatian ilmu sosial banyak yang tidak dapat ditangkap oleh 21 pancaindera manusia sehingga timbul masalah dalam pengukuran konsep tersebut. Untuk itu, konsep perlu didefenisikan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.

C. Variabel