Hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan anak pada keluarga petani

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN KELUARGA
DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA
PETANI

AILA NADIYA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Kesejahteraan Keluarga dengan Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Aila Nadiya
NIM I24090019

ABSTRAK
AILA NADIYA. Hubungan antara Kesejahteraan Keluarga dengan Kesejahteraan Anak
pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Kesejahteraan merupakan suatu keadaan yang relatif tercukupi. Kesejahteraan
keluarga terkait dengan kesejahteraan anak, karena keluarga merupakan institusi pertama
dan utama dalam menumbuh kembangkan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan anak pada
keluarga petani. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak
usia 6-12 tahun dan masih berstatus sekolah. Responden dipilih secara acak sebanyak 100
keluarga. Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan indikator secara objektif
dan subjektif. Berdasarkan kesejahteraan objektif keluarga menurut BPS, hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 20 persen keluarga yang terkategori miskin. Kesejahteraan
subjektif (ayah dan ibu), sebagian besar (75 dan 77 persen) terkategori rendah, sedangkan
57 persen anak memiliki kesejahteraan terkategori sedang. Berdasarkan hasil uji Pearson,

terdapat hubungan negatif signifikan antara besar keluarga, pekerjaan ayah dan ibu
dengan kesejahteraan keluarga. Terdapat hubungan positif signifikan antara pendidikan
ayah, pendapatan dan pengeluaran keluarga, serta aset dengan kesejahteraan keluarga.
Selanjutnya terdapat hubungan positif signifikan antara pendidikan ibu dan kesejahteraan
subjektif ibu dengan kesejahteraan anak.
Kata kunci:
kesejahteraan anak, kesejahteraan objektif keluarga, kesejahteraan
subjektif ayah, kesejahteraan subjektif ibu

ABSTRACT
AILA NADIYA. Correlation between Family Well-Being and Child Well-Being on Farm
Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Well-being is a situation that is relatively adequate. Family well-being is related to
child welfare, because a family is the first and primarily foundation for children
development. This study is aimed to analyze the relationship between family well-being
with child well-being of farm families. Samples of this research were farm families
whose children aged 6-12. The samples consisting of 100 families were chosen randomly.
Family well-being was observed based on objective and subjective view. Based on family
objective well-being by BPS, the results showed that only 20 percent of family was
categorized poor families. Almost all (75 & 77 percent) families subjective well-being

(father and mother) was categorized low well-being. In addition, 57 percent of child had a
medium well-being. Based on the Pearson Correlation test, there is negative significantly
associated between family size, father’s and mother occupation with family well-being.
There is positive significantly associated between father’s education, family income per
month, expenditure per month, and assets. Futhermore, there is positive significantly
associated between mother’s education and mother’s subjective well-being with child
well-being.
Keywords: child well-being, family objective well-being, father subjective well-being,
mother subjective well-being

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN KELUARGA
DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA
PETANI

AILA NADIYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan
anak pada keluarga petani
Nama
: Aila Nadiya
NIM
: 124090019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Istiglaliyah Muflikhati, M.Si
Pembimbing


Tanggal Lulus:

2 0 DEC 20 13

Judul Skripsi: Hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan
anak pada keluarga petani
Nama
: Aila Nadiya
NIM
: I24090019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitan yang berjudul Hubungan
antara Kesejahteraan Keluarga dengan Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun
proposal penelitian ini.
2. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.
3. Orang tua, papa (Ali Zainuddin) dan mama (Rosmahayati) serta kedua
kakak dan keluarga besar di Jakarta yang selalu memberikan dukungan
dan doanya.
4. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS dan Neti Herawati, SP. M.Si selaku dosen
penguji sidang.
5. Bapak Rukmanta, selaku sekretaris Desa Ciaruteun Ilir serta Bapak Bastari
dan keluarga yang telah memberikan ijin dan membantu selama
pengambilan data.

6. Keluarga petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
7. Kepada teman-teman Nurhartanti, Noor Aspasia, Rahmi Maidah, Susanti
Kartikasari, Novi, Ika, Dina, dan IKK 46 yang selalu membantu dan
bersama-sama memberikan semangat serta motivasi.
8. Teman-teman, khususnya Rahmi Damayanti, Susanti, dan Nurul Aida,
yang telah membantu mengoreksi penulisan dan memberikan semangat
serta motivasi.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala
kontribusinya dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna,
walaupun demikian penulis tetap mengharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Desember 2013
Aila Nadiya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

5

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian


5

Jumlah dan Cara Pemilihan Responden

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

Definisi Operasional


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

9

Karakteristik Keluarga dan Anak

9

Kesejahteraan Keluarga

10

Kesejahteraan Anak

14

Hubungan antar Variabel

15

Pembahasan

17

Keterbatasan Penelitian

21

SIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

30

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel, satuan, skala, dan responden

6

Tabel 2 Sebaran keluarga berdasarkan karakteristik keluarga dan karakteristik
anak

9

Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kriteria BPS

10

Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan kriteria SPSI

11

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pertanyaan dalam indikator SPSI

12

Tabel 6 Sebaran kesejahteraan subjektif ayah dan ibu berdasarkan kelompok
petani

13

Tabel 7 Rataan skor kesejahteraan subjektif berdasarkan dimensi

13

Tabel 8 Uji beda kesejahteraan subjektif ayah dan ibu

14

Tabel 9 Sebaran kesejahteraan anak berdasarkan kelompok petani

14

Tabel 10 Rataan skor kesejahteraan anak berdasarkan dimensi

14

Tabel 11 Sebaran kesejahteraan anak menurut kesejahteraan BPS

15

Tabel 12 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga, karakteristik anak,
kesejahteraan objektif keluarga, KSA, dan KSI

16

Tabel 13 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga, karakteristik anak,
dan kesejahteraan objektif keluarga dengan kesejahteraan anak

16

Tabel 14 Hasil uji korelasi Pearson antara kesejahteraan subjektif keluarga
dengan kesejahteraan anak

17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran

4

Gambar 2 Teknik penarikan contoh

5

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hubungan antar variabel

24

Lampiran 2 Jumlah per item kepuasan ayah dan ibu

26

Lampiran 3 Jumlah per item kesejahteraan anak

27

Lampiran 4 Skor a simple poverty scorecard for Indonesia

28

Lampiran 5 Kondisi rumah dan pertanian Desa Ciaruteun Ilir

29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan 39.96 persen dari total
penduduknya bekerja di sektor pertanian dan paling banyak dilakukan oleh
penduduk Indonesia (BPS 2013). Akan tetapi, penelitian Butar-Butar (2008)
menunjukkan bahwa kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian tergolong
miskin. Berdasarkan data BPS (2013), sebagian besar (63.21 persen) penduduk
miskin di Indonesia tinggal di daerah perdesaan.
Menurut teori struktural fungsional, keluarga merupakan sebuah sistem
yang kehidupannya dipengaruhi dan memengaruhi sistem lainnya, sehingga
keluarga harus mampu memelihara stabilitas agar keberlangsungan sistem tetap
terjaga (Winton dalam Sunarti 2006). Salah satu contoh keluarga yang belum
mampu menjaga keseimbangan sistem adalah keluarga miskin. Keluarga miskin
ditandai dengan ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar (Kuncoro
dalam Butar-Butar 2008). Sementara itu, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan
yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia seperti makan, rumah,
pakaian, kesehatan, dan pendidikan (Butar-Butar 2008).
Kemiskinan membawa dampak terhadap kehidupan keluarga, salah satunya
kesejahteraan anak. Schor El dalam Pollard & Lee (2003) menyatakan bahwa
“children’s health and well-being is directly related to their families’ ability to
provide their essential physical, emotional, and social needs”. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Sunarti et al. (2005), bahwa semakin tinggi tekanan
ekonomi keluarga, semakin rendah kualitas perkawinan, pengasuhan anak,
kecerdasan emosi anak, dan prestasi belajar anak. Selanjutnya Puspitawati dan
Sarma (2012) manyatakan ketika keluarga dapat menjalankan peran dan fungsinya
secara maksimal dalam melindungi dan membina anak-anaknya, dapat dipastikan
terbentuklah suatu masyarakat yang teratur, berbudaya, bermartabat, dan
sejahtera.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, kesejahteraan anak adalah
suatu tatanan kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani,
maupun sosial. Kesejahteraan anak memerlukan perhatian khusus, pertama karena
masalah kesejahteraan anak tidak hanya berdampak pada saat sekarang saja, tetapi
akan memiliki dampak pada masa depan anak-anak. Kedua, karena anak-anak
merupakan salah satu kelompok yang paling menderita karena kemiskinan, dan
yang ketiga karena masih kurangnya informasi langsung tentang kehidupan anakanak (Fernandes et al. 2010).
Pada usia sekolah dasar, anak akan mengalami tahap penting dalam
pembentukan karakter dan kepribadiannya. Jika anak merasa tidak mampu dalam
mengembangkan dirinya, baik pada aspek akademik maupun non-akademik maka
akan berkembang perasaan inferiority (Nurrohmaningtyas 2008). Hal tersebut
akan berakibat pada kehidupan anak selanjutnya, anak akan selalu merasa bahwa
dirinya tidak akan mampu dalam melakukan sesuatu. Hurlock (1980) juga
mengatakan bahwa masa anak usia sekolah dasar, merupakan masa-masa penting
karena kondisi-kondisi yang menimbulkan kebahagian pada masa ini akan terus
memberikan kebahagian pada tahun-tahun berikutnya.

2

Di Indonesia sudah banyak dilakukan penelitian mengenai kesejahteraan
keluarga, diantaranya mengaitkan karakteristik keluarga seperti, besar keluarga
(Hartoyo & Aniri 2010; Muflikhati et al. 2010) serta pendidikan ayah dan ibu
(Firdaus 2008; Kusumo 2009) dengan kesejahteraan keluarga. Selanjutnya
penelitian Iskandar (2007) mengaitkan manajemen sumberdaya keluarga dengan
kesejahteraan keluarga. Sebaliknya, penelitian yang mengaitkan antara
kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan anak masih jarang dilakukan. Oleh
karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai hubungan antara
kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan anak.
Perumusan Masalah
Salah satu penyebab keluarga tidak sejahtera adalah rendahnya pendapatan
yang diterima. Pendapatan buruh tani pada Januari 2012 sebesar Rp28 582/hari1.
Dengan demikian pendapatan buruh tani selama satu bulan sekitar Rp857 460.
Sehingga pendapatan perkapita buruh tani dengan kondisi sebagai keluarga kecil
(besar keluarga sebanyak 4 orang) sebesar Rp214 365. Apabila dibandingkan
dengan Garis Kemiskinan (GK) BPS untuk daerah perdesaan di Indonesia pada
Maret 2013, yaitu sebesar Rp253 273 per kapita per bulan, maka petani bisa
dikatakan termasuk ke dalam kategori miskin. Sejalan dengan hasil penelitian
Iskandar (2007) bahwa semakin tinggi pendapatan dan aset keluarga, maka
peluang untuk sejahtera juga lebih tinggi.
Kesejahteraan keluarga tidak hanya diukur secara objektif, tapi juga secara
subjektif. Pendekatan secara objektif diukur dengan menggunakan indikator yang
relatif baku, sedangkan Rambe (2004) dan Simanjuntak (2010) mengatakan
bahwa pendekatan subjektif dilihat berdasarkan pemahaman penduduk mengenai
standar hidup mereka dan bagaimana mereka mengartikannya. Dengan demikian,
penduduk mungkin mempunyai pandangan sendiri mengenai arti kesejahteraan
yang mungkin bisa berbeda dengan pandangan objektif.
Kesejahteraan keluarga akan memengaruhi kehidupan anak yang akan
berdampak pada kesejahteraan anak. Seperti yang dinyatakan oleh Hastuti (2009)
bahwa kualitas anak pada saat ini, merupakan produk dan hasil dari proses
pembentukan yang terjadi selama berada dalam keluarganya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kualitas anak sangat tergantung dengan kualitas keluarga.
Hartoyo (1998) juga mengatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin
akan memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan karena
keterbatasan waktu dan finansial. Seperti yang dikatakan oleh Bapedda Jawa
Barat dalam Simanjuntak (2010) bahwa banyak anak keluarga miskin yang putus
sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/MTs yang menyebabkan kualitas generasi
penerus dari keluarga miskin senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam
lingkaran kemiskinan. Sama halnya dengan yang disampaikan Puspitawati dan
Sarma (2012) bahwa dari 40 siswa yang putus sekolah, 75 persen diantaranya
menyebutkan bahwa tidak mempunyai biaya sekolah untuk melanjutkan
pendidikan. Faktor sosial ekonomi keluarga juga menjadi penyebab utama anak
menjadi terlantar, karena ketidakmampuan ekonomi orang tua untuk memenuhi
1

Muspriyanto.
2012.
[diunduh
pada
20
Maret
2013
14:22].
Tersedia
pada:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/11/179899/Petani-Menipis-di-NegeriAgraris.

3

hak anak seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan yang layak
(Hastuti 2009). Jumlah anak terlantar di Kabupaten Bogor pada tahun 2012
sebanyak 6 999 jiwa dan menduduki peringkat kedua se-Jawa Barat dan jumlah
gizi buruk balita di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebanyak 3 307 jiwa (BPS
Provinsi Jawa Barat 2013). Permasalahan tersebut merupakan beberapa contoh
yang ditimbulkan akibat rendahnya kesejahteraan keluarga yang berdampak
kepada anak. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan anak maka
diperlukan kajian mengenai kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan anak.
Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana kesejahteraan keluarga petani baik secara objektif maupun
subjektif?
2. Bagaimana kesejahteraan anak pada keluarga petani?
3. Apa saja faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga petani baik
secara objektif maupun subjektif?
4. Bagaimana hubungan karakteristik keluarga dan anak dengan kesejahteraan
anak pada keluarga petani?
5. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan keluarga (objektif dan subjektif)
dengan kesejahteraan anak pada keluarga petani?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan anak pada keluarga
petani.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis kesejahteraan keluarga pada keluarga petani baik secara objektif
maupun subjektif
2. Menganalisis kesejahteraan anak pada keluarga petani
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga
petani baik secara objektif maupun subjektif
4. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan anak dengan kesejahteraan
anak pada keluarga petani
5. Menganalisis hubungan antara kesejahteraan keluarga (objektif dan subjektif)
dengan kesejahteraan anak pada keluarga petani
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah,
yang hasilnya dapat dijadikan acuan dan masukan dalam membuat program untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan anak. Bagi instansi
pendidikan, diharapkan dapat memperkaya literatur khususnya kesejahteraan
keluarga dan kesejahteraan anak.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan anak merupakan suatu kondisi ketika pertumbuhan dan
perkembangan anak secara rohani, jasmani, maupun sosial berjalan dengan baik.
Upaya untuk menciptakan kesejahteraan anak, perlu memerhatikan faktor-faktor

4

yang dapat memengaruhinya. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri anak
sendiri, seperti usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan tingkat pendidikan.
Faktor lainnya berasal dari luar diri anak. Teori ekologi Bronfenbrenner
mengatakan salah satu faktor luar berasal dari lingkungan keluarga. Hal tersebut
karena anak dikelilingi oleh berbagai unsur lingkungan. Keluarga merupakan
salah satu lingkungan terdekat bagi anak, sehingga dapat dikatakan bahwa
keluarga menjadi salah satu bagian penting untuk menciptakan kesejahteraan
anak. Contoh lingkungan keluarga seperti karakteristik keluarga dan kesejahteraan
keluarga baik itu objektif maupun subjektif.
Keluarga yang sejahtera secara objektif maka keluarga tersebut akan mampu
memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya sehingga dapat menciptakan
kesejahteraan bagi anggota keluarga, salah satunya anak. Kesejahteraan subjektif
dilihat dari dua sisi, yaitu ayah dan ibu. Berdasarkan fungsi keluarga Rice and
Tucker (1995) dalam Hastuti (2009) membagi fungsi keluarga menjadi dua, yaitu
fungsi instrumental dan ekspresif. Fungsi instrumental merupakan fungsi yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan biologis dan fisik yang biasanya
dilakukan oleh ayah. Fungsi ekspresif merupakan fungsi yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan psikologis, sosial, dan emosi yang biasanya dilakukan oleh
ibu. Dengan demikian, baik ayah maupun ibu sama-sama memiliki peran yang
penting dalam memengaruhi kesejahteraan anak. Hal ini juga didukung dengan
hasil penelitian Clair 2012 dan Hoy et al. 2012 mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara kepuasan hidup orang tua dengan kepuasan hidup anak.
Menciptakan kesejahteraan keluarga perlu memerhatikan faktor-faktor yang
dapat memengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kesejahteraan
keluarga berhubungan dengan beberapa faktor seperti usia ayah dan ibu
(Elmanora 2011), besar keluarga (Hartoyo & Aniri 2010), pendidikan ayah dan
ibu (Butar-Butar 2008), pekerjaan ayah dan ibu (Butar-Butar 2008), pendapatan
(Elmanora 2012), pengeluaran (Firdaus 2008), dan aset (Iskandar 2007) serta
karakteristik anak dapat memengaruhi kesejahteraan keluarga.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menghasilkan hipotesis 1)
karakteristik keluarga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga (objektif dan
subjektif) dan anak, 2) karakteristik anak berhubungan dengan kesejahteraan
subjektif keluarga dan kesejahteraan anak, serta 3) kesejahteraan keluarga
(objektif dan subjektif) berhubungan dengan kesejahteraan anak (Gambar 1).

-

Karakteristik Keluarga
Usia ayah dan ibu
Besar keluarga
Pendidikan ayah dan ibu
Pekerjaan ayah dan ibu
Pendapatan keluarga
Pengeluaran keluarga
Aset
Karakteristik Anak
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat pendidikan

Kesejahteraan
Objektif Keluarga
- BPS
- A Simple Poverty
Scorecard for
Indonesia
Kesejahteraan
Subjektif Keluarga
- Ayah
- Ibu

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Kesejahteraan Anak

5

METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan topik
kesejahteraan keluarga petani. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional study yang dilakukan di Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung
Wangunjaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Pemilihan kampung dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa
jumlah penduduk di kedua kampung merupakan jumlah penduduk terbanyak di
Desa Ciaruteun Ilir. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Oktober
2013 yang terdiri dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, dan
penulisan penelitian dengan pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai
Juli 2013.
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah keluarga petani lengkap
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang masih berstatus sebagai siswa sekolah
dasar berusia 6-12 tahun. Responden terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
berjumlah 100 contoh yang dihitung menggunakan rumus Slovin dengan tingkat
kesalahan 9 persen. Secara ringkas teknik penarikan contoh dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Kabupaten Bogor

Kecamatan Cibungbulang
Desa Ciaruteun Ilir (N= 351)

Kp Ciaruteun Ilir
N= 81

Kp Wangunjaya
N= 41

n= 66

n= 34

n= 100

Purposive berdasarkan jumlah penduduk
miskin terbanyak
Purposive
Purposive berdasarkan produktivitas
pertanian yang cukup tinggi dan jumlah
penduduk cukup banyak
Purposive berdasarkan jumlah penduduk
terbanyak

Proporsional
Simple random sampling

Gambar 2 Teknik penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari BPS dan pemerintah setempat mengenai
gambaran umum dan sosiodemografi lokasi penelitian. Data primer diperoleh
dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu
kuesioner yang terdiri dari data karakteristik keluarga, karakteristik anak,
kesejahteraan keluarga yang dilihat secara objektif dan subjektif, dan

6

kesejahteraan anak. Secara rinci variabel, satuan, skala, dan responden disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, satuan, skala, dan responden
Variabel
Karakteristik keluarga
- Usia
- Besar keluarga
- Lama pendidikan
- Pekerjaan ayah
- Pekerjaan ibu
- Pendapatan
- Pengeluaran
- Aset
Karakteristik anak
- Usia
- Jenis kelamin
- Urutan kelahiran
- Tingkat pendidikan
Kesejahteraan objektif
keluarga
- Indikator BPS
- Indikator a simple
poverty scorecard for
Indonesia
Kesejahteraan subjektif
Kesejahteraan anak

Satuan

Skala

Tahun
Orang
Tahun
[1]Petani pemilik, [2]Petani
bukan pemilik
[1]Bekerja, [2]Tidak bekerja
Rupiah/bulan
Rupiah/bulan
Rupiah

Rasio
Rasio
Rasio
Ordinal

Responden

Ayah atau Ibu

Ordinal
Rasio
Rasio
Rasio

Tahun
[1]Laki-laki, [2]Perempuan
-

Rasio
Nominal
Ordinal
Ordinal

Kapita/bulan

Ordinal

Skor

Rasio

Skor
Skor

Rasio
Rasio

Ibu atau Anak

Ayah atau Ibu

Ayah dan Ibu
Ibu dan Anak

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian
Sebelum melakukan pengolahan maka diperlukan cara untuk mengukur dan
menilai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran dan
penilian variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.

Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga diukur melalui dua sisi, yaitu objektif dan subjektif.
Kesejahteraan objektif menggunakan indikator BPS dan a simple poverty
scorecard for Indonesia (Chen & Schreiner 2009). Kesejahteraan subjektif
menggunakan kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti. Pengukuran
kesejahteraan objektif berdasarkan indikator BPS, yaitu dengan cara
membandingkan pendapatan per kapita keluarga dengan garis kemiskinan
perdesaan untuk daerah Indonesia pada bulan Maret 2013, yaitu sebesar Rp253
273.
Jika pendapatan per kapita ≤Rp253 273 maka keluarga tersebut termasuk
kategori miskin. Jika pendapatan per kapita Rp253 274 sampai Rp506 645 maka
keluarga tersebut termasuk kategori hampir tidak miskin. Jika pendapatan per
kapita ≥Rp506 646 maka keluarga tersebut termasuk kategori tidak miskin.
Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia menggunakan 10 item
pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai yang berbeda
(Lampiran 4). Jika total nilai yang diperoleh mendekati nol maka keluarga
tersebut memiliki kemungkinan besar berada di bawah garis kemiskinan,
sedangkan jika total nilai yang diperoleh mendakati 100 maka kecil kemungkinan
keluarga tersebut berada di bawah garis kemiskinan (Chen & Schreiner 2009).

7

Kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan kuesioner dengan jumlah
pernyataan sebanyak 40 item yang dimodifikasi dari Iskandar (2007), Puspitawati
(2009), dan Fistianty (2012). Kesejahteraan subjektif terbagi menjadi 5 dimensi,
yaitu fisik (6 pernyataan), ekonomi (15 pernyataan), sosial (9 pernyataan),
psikologis (5 pernyataan), dan spiritual (5 pernyataan). Masing-masing pernyataan
disediakan 5 jawaban dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak puas”, skor 2
untuk jawaban “tidak puas”, skor 3 untuk jawaban “biasa saja”, skor 4 untuk
jawaban “puas”, dan skor 5 untuk jawaban “sangat puas”. Kesejahteraan subjektif
diambil dari dua sisi, yaitu ayah dan ibu yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan Cronbach’s alpha untuk kesejahteraan ayah sebesar 0.874
sedangkan untuk kesejahteraan ibu sebesar 0.892. Skor yang diperoleh akan
ditransformasikan ke dalam bentuk indeks dan kemudian dikelompokkan menjadi
3, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
b. Kesejahteraan Anak
Kesejahteraan anak diperoleh menggunakan kuesioner Microdata Child
Well-Being Index (Moore et al. 2008) dan dimodifikasi oleh peneliti. Indikator ini
menggunakan dimensi fisik (9 pertanyaan), psikologis (6 pertanyaan), sosial (11
pertanyaan), dan pendidikan/intelektual (6 pertanyaan). Sehingga jumlah
pertanyaan sebanyak 32 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan disediakan dua
jawaban dengan skor 1 untuk jawaban “tidak” dan 2 untuk jawaban “ya”.
Sehingga diperoleh nilai minimum sebesar 32 dan maksimum sebesar 64. Nilai
Cronbach’s alpha kesejahteraan anak sebesar 0.342. Pertanyaan dimensi fisik
nomor 3, 4, dan 5, dimensi psikologis nomor 4, dimensi sosial nomor 9, 10, dan
11, serta dimensi pendidikan nomor 1, 2, dan 3 skornya dikonversi. Selanjutnya
skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga akan didapatkan total skor. Skor yang
diperoleh akan ditransformasikan ke dalam bentuk indeks dan kemudian
dikelompokkan menjadi 3, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Berikut ini cut off yang digunakan untuk mengelompokkan kesejahteraan
subjektif keluarga dan anak berdasarkan Khomsan (2000), yaitu:
a. Rendah
: 0% - 59%
b. Sedang
: 60% - 80%
c. Tinggi
: 81% - 100%
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dan inferensia melalui
proses editing, coding, entrying, scoring, dan cleaning data. Selanjutnya data
dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berikut ini analisis yang
digunakan:
a. Analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik
keluarga (besar keluarga, usia ayah dan ibu, lama pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan ayah dan ibu, pendapatan dan pengeluaran keluarga, serta aset),
karakteristik anak (usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan tingkat
pendidikan), kesejahteraan keluarga, dan kesejahteraan anak.
b. Uji beda Independent Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk melihat
perbedaaan kesejahteraan keluarga pada keluarga petani pemilik dan petani
bukan pemilik.

8

c.
d.

Uji beda Paired Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk melihat perbedaan
kesejahteraan subjektif ayah dan ibu.
Uji korelasi Pearson. Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara
karakteristik keluarga dan anak dengan kesejahteraan objektif keluarga,
kesejahteraan subjektif ayah dan ibu, dan kesejahteraan anak.
Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah gambaran mengenai keluarga yang terdiri dari
besar keluarga, usia ayah dan ibu, lama pendidikan ayah dan ibu,
pendapatan dan pengeluaran keluarga, pekerjaan ayah dan ibu, serta aset.
Usia ayah dan ibu adalah satuan waktu yang dihitung berdasarkan tanggal lahir
dan dinyatakan dalam tahun.
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah.
Lama pendidikan ayah dan ibu adalah lamanya ayah dan ibu menempuh
pendidikan formal yang dinyatakan dalam tahun.
Pekerjaan ayah dan ibu adalah jenis kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan ibu
yang dapat menambah pemasukan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diterima keluarga baik itu
dari ayah, ibu, maupun anggota keluarga lainnya, serta dinyatakan dalam
rupiah per bulan.
Pengeluaran keluarga adalah jumlah pengeluaran makanan dan non-makanan
yang dikeluarkan oleh keluarga tidak termasuk konsumsi untuk usaha dan
untuk pemberian yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Aset adalah barang-barang yang dimiliki keluarga yang dapat ditukarkan dengan
uang ketika dibutuhkan yang terdiri dari kendaraan, ternak, alat elektonik,
alat rumah tangga, dan mebel serta dinyatakan dalam rupiah.
Karakteristik anak adalah gambaran mengenai diri anak yang terdiri dari usia,
jenis kelamin, urutan kelahiran, dan tingkat pendidikan anak.
Usia anak adalah satuan waktu dihitung berdasarkan tanggal lahir anak serta
masih berstatus sebagai siswa di sekolah dasar.
Jenis kelamin anak adalah status anak yang dikelompokkan menjadi laki-laki
dan perempuan.
Urutan kelahiran anak adalah status ketika anak lahir menjadi anggota keluarga
sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu.
Tingkat pendidikan anak adalah lamanya anak telah menempuh pendidikan
formal.
Kesejahteraan objektif keluarga adalah kondisi ketika keluarga dapat
memenuhi kebutuhannya yang diukur dengan membandingkan jumlah
pendapatan keluarga per kapita dengan garis kemiskinan BPS yang
dinyatakan dalam kapita per bulan dan menggunakan indikator a simple
poverty scorecard for Indonesia.
Kesejahteraan subjektif keluarga adalah kondisi ketika keluarga merasakan
kepuasan dalam dimensi fisik, ekonomi, sosial, psikologis, dan spiritual.
Kesejahteraan anak adalah kesejahteraan yang menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan dari segi fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan anak.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu kecamatan di Wilayah
Kabupaten Bogor yang memiliki luas sekitar 32.42 Km2 dan berada pada
ketinggian tanah ±300 meter di atas permukaan laut. Desa Ciaruteun Ilir
merupakan salah satu dari 15 desa yang terdapat di Kecamatan Cibungbulang.
Desa Ciaruteun Ilir memiliki 4 dusun yang terbagi ke dalam 10 Rukun Warga
(RW), yaitu Kampung Pabuaran, Tegal Salam, Ciaruteun Ilir, Tutul, Munjul,
Muara Jaya, Wangun Jaya, Cikarang, Padati Mondok, dan Bubulak. Sepuluh RW
tersebut dibagi menjadi 35 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk
sebanyak 10 140 orang serta jumlah petani sebanyak 3 104 orang.
Karakteristik Keluarga dan Anak
Karakteristik keluarga
Rata-rata usia ayah adalah 42.54 tahun dan ibu adalah 37.43 tahun (Tabel
2). Berdasarkan kategori usia menurut Papalia et al. (2009), maka rata-rata usia
ayah berada ditahap dewasa madya (41-65 tahun) dan rata-rata usia ibu berada
ditahap dewasa muda (20-40 tahun). Rata-rata lama pendidikan ayah 5.48 tahun
dan ibu 5.64 tahun (Tabel 2), lebih dari separuh ibu (53 persen) dan 45 persen
ayah memiliki pendidikan tamat SD. Rata-rata besar keluarga adalah 5 orang
dengan jumlah minimum dalam satu keluarga sebanyak 3 orang dan maksimum
sebanyak 9 orang, sebanyak 54 persen keluarga memiliki besar keluarga sebanyak
4 orang. Berdasarkan kriteria BKKBN, maka termasuk kategori keluarga kecil.
Tabel 2 Sebaran keluarga berdasarkan karakteristik keluarga dan karakteristik
anak
Variabel
Karakteristik keluarga
- Usia ayah (tahun)
- Usia ibu (tahun)
- Lama pendidikan ayah (tahun)
- Lama pendidikan ibu (tahun)
- Besar keluarga (orang)
- Pendapatan per bulan (Rp)
- Pendapatan per kapita (Rp)
- Pengeluaran per bulan (Rp)
- Pengeluaran per kapita (Rp)
- Aset (Rp)
Karakteristik anak
- Usia anak (tahun)
- Lama pendidikan anak (tahun)

Minimum

Maksimum

Rataan

±

SD

28
24
0
0
3
516 667
112 667
941 031
185 033
8 901 833

63
61
12
16
9
9 708 333
2 314 583
6 419 833
1 117 007
282 651 417

42.54
37.43
5.48
5.64
5
2 834 584
623 145
2 164 888
473 690
35 986 362

±
±
±
±
±
±
±
±
±
±

7.689
7.171
2.435
2.460
1.236
2 026 294.32
447 276.32
825 709.33
178 958.65
34 575 712.55

6
1

12
6

9.79
3.52

±
±

1.653
1.685

Sebanyak 55 persen ayah bekerja sebagai petani pemilik, 40 persen bekerja
sebagai petani penggarap, dan 5 persen bekerja sebagai buruh. Hampir satu per
tiga ibu (30 persen) tidak bekerja. Sisanya (70 persen) ibu memiliki pekerjaan di
luar rumah yang terbagi menjadi dua bidang, bidang pertanian dan non-pertanian.
Jenis pekerjaan yang dilakukan ibu di bidang pertanian seperti mengikat sayur dan
membantu ayah bekerja di kebun sebanyak 54 persen, sedangkan ibu yang bekerja
di bidang non-pertanian seperti pedagang, karyawan, guru, membantu kelahiran,
pembantu rumah tangga, kader posyandu, dan memberikan kredit sebanyak 16

10

persen. Lebih dari separuh ayah (57 persen) memiliki pekerjaan tambahan seperti
pedagang, buruh bangunan, ojek, supir, peternak, dan mengontrakkan lahan.
Pendapatan rata-rata keluarga selama satu bulan sebesar ±Rp2 834 584 dengan
rata-rata pengeluaran keluarga selama satu bulan sebesar ±Rp2 164 888. Rata-rata
aset (tidak termasuk tabungan dan kepemilikan lahan) yang dimiliki sebesar
±Rp35 986 362 (Tabel 2).
Karakteristik anak
Karakteristik anak terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian, Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia anak
adalah 9.79 tahun dan 27 persen anak berusia 11 tahun. Sebanyak 53 persen anak
berjenis kelamin laki-laki dan 47 persen berjenis kelamin perempuan. Sebanyak
27 persen anak berada ditingkat kelas 5 SD.
Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan Objektif
Kesejahteraan objektif dapat dilihat dengan menggunakan standar tertentu
yang relatif baku, seperti pendapatan per kapita dengan mengasumsikan terhadap
tingkat kebutuhan fisik untuk hidup layak (Sunarti 2006). Penelitian ini melihat
kesejahteraan objektif dengan menggunakan indikator BPS dan indikator a simple
poverty scorecard for Indonesia.
a. Indikator BPS
BPS menetapkan kriteria dalam menentukan status kemiskinan, yaitu
dengan menggunakan garis kemiskinan. Keluarga dikatakan miskin, jika
pendapatan per kapita yang diperoleh berada di bawah garis kemiskinan. Garis
Kemiskinan (GK) yang digunakan merupakan GK Indonesia pada Maret 2013
yaitu sebesar Rp253 273. Berdasarkan Tabel 2, pendapatan per kapita minimum
sebesar ±Rp112 667 dan maksimum sebesar ±Rp2 314 583.
Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kriteria BPS
Kategori
Miskin (≤Rp253 273)
Hampir miskin (Rp253 274 – Rp506 645)
Tidak miskin (≥Rp506 646)
Total
Rata-rata (Rp/bln/kap)
p-value

Petani pemilik
n
%
9
16.4
10
18.2
36
65.4
55
100.0
737 089

Petani bukan pemilik
n
%
11
24.4
20
44.5
14
31.1
45
100.0
483 879
0.004**

Total
n
%
20
20.0
30
30.0
50
50.0
100 100.0
623 145

ket : *)signifikan pada p