Dengan berlakunya UUJN ini, maka pengkualifikasian seperti itu tidak berlaku lagi. Siapapun yang membuat wasiat di hadapan Notaris, maka
Notaris wajib melaporkannya ke Daftar Pusat Wasiat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan wajib pula untuk meminta
surat keterangan dari Daftar Pusat Wasiat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengenai ada wasiat atau tidak ada
wasiat atas nama seseorang. Kewajiban seperti ini berlaku atau dilakukan oleh Notaris, jika pembuatan bukti sebagai ahli waris dibuat di hadapan
Notaris.
2. Implementasi Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 terhadap
Notaris
Di sini hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat das sollen,
melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataan das sein bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam
perumusan materi dan pasal-pasalnya maupun dalam implementasi dan penegakannya.
Dalam hal ini kami menyoroti pasal 18 tentang kedudukan dan wilayah jabatan notaris serta kantornya. Pasal 15 ayat 2 huruf f juga perlu dibahas
dalam paper ini karena terkait dengan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur ketersinggungan kewenangan institusi lain di bidang
kenotariatan. Selain ketentuan di atas, Pasal 20 dan beberapa ketentuan pendelegasian kepada Menteri Hukum dan HAM perlu dimunculkan
Universitas Sumatera Utara
dalam kesempatan ini, dalam rangka memperoleh masukan bagaimana nantinya substansi peraturan pelaksanaan yang akan dipersiapkan oleh
Departemen Hukum dan HAM untuk mengatur persyaratan dalam menjalankan jabatan notaris dalam satu perkumpulan perdata, termasuk
format kerahasiaan akta dan protokol notaris.
26
a. Kedudukan dan wilayah notaris
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 UUJN, notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota dan notaris
mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Dalam penjelasan pasal tidak dijelaskan oleh
pembentuk undang-undang karena ketentuan tersebut memang sudah jelas. Pasal 19 lebih lanjut menentukan bahwa notaris wajib
mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya, dan notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di luar
tempat kedudukannya. Dengan demikian, notaris dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, danatau bentuk lainnya. Ketentuan ini
selain membatasi kewenangan notaris, juga akan menambah pekerjaan Majelis Pengawas yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan Pasal 67
UUJN untuk selalu mengawasi notaris dalam menjalankan jabatannya. Pasal 17 menentukan secara tegas bahwa notaris dilarang
menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan
26
www.legalitas.org. diakses tanggal 27 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
sekaligus mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar-notaris dalam menjalankan jabatannya. Jadi, jika notaris berkedudukan di
Kabupaten Bogor, maka wilayah jabatannya adalah seluruh wilayah provinsi Jawa Barat.
Ketentuan mengenai tempat kedudukan dan wilayah jabatan notaris di atas terkait dengan hubungan “teposeliro” antarnotaris dalam mencari
melayani klien sehingga di sini diperlukan suatu kerja sama dan saling menghargai satu sama lain. Kebersamaan lebih ditekankan
dalam membina korps profesi jabatan notaris. b.
Kewenangan Notaris Pasal 15 UUJN menentukan kewenangan notaris secara rinci, termasuk
pengecualiannya. Pengecualian tersebut dapat dilakukan, namun ditentukan terlebih dahulu oleh suatu undang-undang. Pengecualian
atas kewenangan semacam ini secara relatif memang sulit dilakukan, namun perlu diwaspadai bahwa pembentuk undang-undang
kemungkinan nantinya akan melakukan manuver untuk mengurangi kewenangan notaris. Model yang terakhir ini sering dilakukan demi
kepentingan sektor tertentu untuk memperoleh kewenangan baru atau malah mengambil kewenangan sektor lain melalui pembentukan suatu
undang-undang. Dalam bagian ini, hanya dibahas mengenai kewenangan notaris yang
ditentukan dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f yang berbunyi “notaris berwenang membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan”.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan semacam ini sudah barang tentu membawa konsekuensi yuridis dan politis yang besar di lingkungan pemerintahan, khususnya
yang terkait dengan tugas pendaftaran tanah yang telah dilaksanakan oleh pejabat pembuat akta tanah.
Permasalahan di atas harus segera dibenahi bersama oleh pemerintah sebagai pelaksana undang-undang. Kelemahan Pasal 15 ayat 2 huruf
f UUJN ini terlihat tidak adanya ketentuan peralihan yang menjembatani pelaksanaan pendaftaran tanah yang selama ini
dilakukan oleh pejabat pembuat akta tanah yang didasarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Kedua Peraturan Pemerintah di atas sering dipermasalahkan oleh orang, terutama oleh akademisi, karena materi muatan yang diaturnya
adalah materi muatan undang-undang. Di samping itu, kedua Peraturan Pemerintah tersebut dibentuk bukan atas dasar pendelegasian yang
jelas dari suatu undang-undang. Makna melaksanakan pendaftaran hanyalah tindakan adminstratif mendata, bukan memberikan hak
tertentu dan membebani kewajiban kepada masyarakat. Tampaknya Pasal 15 ayat 2 huruf f ini akan mengembalikan posisi kewenangan
semula melalui satu pintu. Jika hal ini yang diinginkan, maka seyogyanya pemerintah mengambil inisiatif untuk membenahi dengan
menetapkan suatu peraturan pemerintah yang mengatur mengenai
Universitas Sumatera Utara
masa transisi beralihnya lembaga pendaftaran tanah ke lembaga kenotariatan. Dengan demikian, pemerintah, dalam hal ini BPN, hanya
mendata dan mengatur mengenai rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, penyajian, dan pemeliharaan
data fisik dan data yuridis bidang-bidang tanah dalam bentuk peta dan daftar.
Suatu keinginan yang patut dipuji bahwa notaris dalam menjalankan jabatannya mempunyai kemauan untuk berkumpul bersama dalam satu
kantor. Hal ini menunjukkan bahwa solidaritas antar notaris semakin dapat diwujudkan di masa mendatang karena kesulitan notaris baik
materiel maupun nonmateriel yang satu dengan lainnya tidaklah sama. Di samping itu, kebersamaan ini dapat dijadikan ajang untuk belajar
dan menimba bidang-bidang ilmu dari notaris yang mempunyai pengalaman lebih. Pembidangan ilmu bagi notaris yang berkeinginan
untuk bergabung bersama perlu dilakukan, namun tetap memperhatikan proporsional pendapatan pemberian pelayanan kepada
klien dengan melakukan perjanjian tertentu. Berdasarkan Pasal 20 ayat 3, persyaratan dalam menjalankan jabatan notaris dalam satu kantor
bersama akan diatur dalam Peraturan Menteri. Dalam Peraturan Menteri harus diatur pula makna “kemandirian” and
“ketidakberpihakan” dalam menjalankan jabatannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Akta