Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

ANALISIS PERANAN KOPERASI KABITA TERHADAP
USAHA TANI PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG

SABUR CHOIRUL CHIYAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan
Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Sabur Choirul Chiyar
NIM H34096101

ABSTRAK
Salah satu komoditas unggulan perikanan air tawar yang sangat diminati
oleh masyarakat adalah ikan lele. Produksi lele ini bergantung kepada produksi
benih yang dihasilkan. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, kondisi produksi benih lele di Kabupaten Bogor masih rendah.
Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap produksi daging. Salah satu upaya yang
dilakukan petani untuk mengatasi masalah tersebut yakni membentuk Koperasi
Kabita. Metode penelitian yang digunakan berupa analisis perbandingan yang
meliputi perbandingan penggunaan input, pendapatan, dan R/C rasio. Hasil
analisis menunjukan bahwa rata-rata dan variasi penggunaan input pada petani
anggota lebih rendah dan seragam dibandingkan non anggota. Pendapatan yang
terima juga menunjukan lebih tinggi dibandingkan petani non anggota.
Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total yang didapatkan petani anggota

sebesar Rp 24.830.384 dan Rp 18.691.015. Sedangkan pendapatan atas biaya
tunai dan atas biaya total yang didapatkan petani non anggota sebesar Rp
7.837.226 Rp 3.963.309. R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total yang
diperoleh petani anggota adalah 2,62 dan 1,90. Sedangkan R/C rasio atas biaya
tunai dan atas biaya total yang diperoleh petani non anggota adalah 1,55 dan 1,24.
Kondisi usaha yang lebih baik tersebut menunjukan bahwa adanya peran yang
diberikan Koperasi Kabita berupa pembelajaran/pelatihan kepada petani anggota.
Kata Kunci : Peran, Koperasi Kabita, Usahatani, Ikan Lele, Pendapatan, R/C rasio

ABTRACT
One of superiority from aquaculture that people interest is cat fish. Cat
fish product be hanging on hatchery production. Based on data from breeding
and aquaculture departements in bogor, the condition on hatchery cat fish in
bogor still low. This condition will be influence about cat fish production. One of
effort that farmer do to handle this problem is bulit an Kabita Cooperative. The
research method make use of comparison analysts that comprise input
comparison, income and R/C ratio. Product analysis show that avarage and
variation on input of member farmer more lower and of one kind proportionate
non member farmer. The member farmer get more higher income then non
member farmer. Income of cash cost dan total cost famer member get amounting

to Rp 24.830.384 and Rp 18.691.015. While income of cash cost dan total cost
non famer member get amounting to Rp 7,837,226 to Rp 3,963,309. R / C ratio
based on cash costs and the total cost is get by farmer members of 2,62 and 1,90.
While the R / C ratio of the cash cost and the total cost get by non-member
farmers of 1.55 and 1.24. Better operating conditions shows that the role be given
Kabita Cooperative learning / training to farmer members.
Keywords: Roles, Cooperative Kabita, Farming, catfish, , Revenue, R / C ratio

ii

ANALISIS PERANAN KOPERASI KABITA TERHADAP
USAHA TANI PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG

SABUR CHOIRUL CHIYAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2
3

rokhmindahuri.wordpress.com [diakses 30 juli 2012]
agromedia.net [diakses 30 juli 2012]

Judul Skripsi

Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tan-("
Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Nama
NIM


Sabur Choirul Chiyar
H34096101

Disetujui oleh,

セ@

Dr. Jr. Nunung Kusnadi, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

1 2 AUG 2013

iii

Judul Skripsi


: Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani
Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Nama
NIM

: Sabur Choirul Chiyar
: H34096101

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 sampai Juli 2013 ini dengan
Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku
pembimbing, Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada saat penulis
kolokium, Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen penguji utama dan Dra.
Yusalina, MSi sebagai Komdik pada saat penulis ujian skripsi yang telah banyak
memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh
pihak dan pengurus Koperasi Kabita dan petani pembenih lele yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2013

Sabur Choirul Chiyar

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

5

Penelitian Mengenai Peranan Kelembagaan Agribisnis

5

Penelitian Mengenai Struktur Biaya dan Pendapatan

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

8
8

Konsep Usaha tani


9

Struktur Biaya Usaha Tani

10

Pendapatan Usaha Tani

10

Konsep Koperasi

11

Prinsip-prinsip Koperasi

11

Fungsi dan Peran Koperasi

12

Kerangka Pemikiran Operasional

13

METODE PENELITIAN

15

Lokasi dan Waktu Penelitian

15

Metode Pengumpulan Data

15

Metode Penentuan Responden

15

Metode Analisis Data

16

Analisis Penggunaan Input

16

Analisis Penerimaan Usaha Tani

17

Analisis Struktur Biaya Usaha Tani

17

Analisis Pendapatan Usaha Tani

18

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

19

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Profil Koperasi Budi Daya Ikan Air Tawar (KABITA)

20
20

vi

Karakteristik Responden

21

Usia Petani

21

Tingkat Pendidikan

22

Pengalaman Berusaha Tani

23

Status Usaha Tani

24

Luas Kolam Pembenihan

25

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Penggunaan Input Produksi

25
25

Lahan

26

Pakan Induk

26

Pakan Larva

27

Vitamin dan Obat-obatan

29

Tenaga Kerja

30

Listrik

31

Peralatan

31

Analisis Perbandingan Pendapatan

32

Analisis Peran Koperasi KABITA

37

SIMPULAN DAN SARAN

43

Simpulan

43

Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

49

vii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.
12.

13.

14.

15.

16.

17.

PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Miliar Rupiah), 2007 – 2011.
Produksi
Ikan
Konsumsi
Air
Tawar
di
Kabupaten/Kota Bogor
Keunggulan Lele Sangkuriang Dibandingkan Lele
Dumbo
Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten
Bogor Tahun 2006-2010
Perhitungan Analisis Pendapatan dan Nilai R/C Rasio
Jumlah Petani Aktif Pada Koperasi Kabita dalam
Kegiatan Usaha Tani Lele Sangkuriang
Persentase Responden Petani Anggota dan Non
Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Umur
Persentase Responden Petani Anggota dan Non
Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pendidikan
Persentase Responden Petani Anggota dan Non
Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pengalaman
Berusaha Tani
Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Usaha Tani
Persentase Responden Petani Anggota dan Non
Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Luas Kolam
Rata-rata Penggunaan Input Pembenihan Lele
Sangkuriang Pada Petani Anggota dan Non Anggota
Koperasi KABITA per siklus per 1000 m2
Rata-rata Penggunaan Pakan Benih Pada Petani
Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita per siklus
per 1000 m2
Penerimaan Usaha Tani Pembenihan Ikan lele
Sangkuriang Pada Petani Anggota Dan Non Anggota
Koperasi Kabita per 1000 m2 per siklus
Rata-rata Biaya Yang Dikeluarkan Petani Anggota
dan Non Anggota Koperasi Dalam Kegiatan Budi
daya Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang per 1000 m2
per siklus
Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usaha Tani
Pembenihan Ikan Lele di Kecamatan Dramaga per
1000 m2 per siklus tahun 2012
Nilai Rata-rata, Minimum, dan Maksimum R/C rasio

1
2
3
3
19
20
22
23

23
24
25

27

29

32

34

35
36

viii

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Operational Penelitian Analisis Peranan
Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan
Ikan Lele Sangkuriang
2. Struktur Kepengerusan Koperasi Kabita
3. Peserta Pelatihan Koperasi Kabita
4. Kolam Pemeliharaan Induk
5. Kolam persiapan wadah
6. Pemilihan Induk dan Pemasangan Kakaban
7. Pemberian Pakan Benih
8. Sortir Benih
9. Proses Panen

14
21
38
38
39
40
40
41
41

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Nilai Standar Penggunaan Pakan Benih

46

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor agribisnis yang berperan
penting dalam perekonomian nasional. Sektor perikanan berkontribusi besar
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Berdasarkan
perbandingan PDB perikanan dengan PDB total pada Tabel 1, besarnya kontribusi
sektor perikanan dalam pembentukan PDB nasional mencapai 20,82 persen pada
tahun 2011. Sektor perikanan menempati urutan kedua setelah sektor tanaman
bahan makanan. Nilai kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional terus
mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang prospektif dan
berperan penting di masa yang akan datang. Kontribusi sektor perikanan dalam
pembentukan PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar
Rupiah), 2008 – 2012.
Lapangan
Usaha
a. Tanaman
Bahan
Makanan
b. Perikanan
c. Tanaman
Perkebunan

Tahun
2008
349 795.00

Tahun
2009
419 194.80

Tahun 2010
482 377.10

Tahun 2011
(*)
530 603.70

Tahun 2012
(**)
574 330.00

137 249.50
105 960.50

176 620.00
111 378.50

199 383.40
136 026.80

227 761.20
153 884.70

255 332.30
159 753.90

d. Peternakan
83 276.10
104 883.90
dan Hasilhasilnya
e. Kehutanan
40.375.10
45.119.60
Total
716.656,20
857 196,80
Sumber: BPS, 2009 (diolah)1
Ket: (*) adalah Angka Sementara
(**) adalah Angka Sangat Sementara

119 371.70

129 578.30

146 089.70

48.289.80
985 448,80

51.638.10
1.093.466,00

54 906.50
1.190.412,40

Selain itu sektor perikanan berkontribusi juga dalam hal pemenuhan gizi
masyarakat, karena pada ikan memiliki kandungan gizi berupa protein yang
mudah dicerna bagi tubuh, vitamin A, vitamin D, omega 3 dan omega 6. Selain
itu, kandungan lemak omega 3 berperan meningkatkan kekebalan tubuh,
menurunkan risiko penyakit jantung koroner, menghambat pertumbuhan beberapa
jenis kanker dan mempertahankan fungsi otak terutama yang berhubungan dengan
daya ingat sehingga dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak.
Usaha perikanan budi daya terdiri dari tiga jenis usaha, yakni perikanan budi
daya air tawar, payau dan perikanan budi daya air laut. Ketiga jenis usaha
perikanan tersebut sama-sama memiliki potensi, akan tetapi dengan sifat petani
yang memiliki modal yang sedikit, usaha perikanan budi daya air tawar dapat
dijadikan alternatif usaha. Hal ini dikarenakan usaha ini membutuhkan modal
yang relatif lebih kecil yang cocok dengan petani yang memiliki kekurangan
modal.
4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

2

Perikanan budi daya air tawar memiliki potensi produksi yakni sebesar 5,7
juta ton/tahun akan tetapi baru diproduksi sebesar 0,3 juta ton/tahun atau 5,5
persen pada tahun 20032. Melihat adanya potensi yang dimiliki, salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan budi daya air tawar yakni
melakukan penetapan kawasan minapolitan yang intensif, efisien dan terintegrasi.
Beberapa kawasan yang dijadikan sebagai kawasan minapolitan adalah Bogor,
Bonyolali, Gunung kidul, dan Garut. Program ini dimaksudkan untuk mendorong
produksi dengan kawasan yang dekat dengan pasokan input dan pasar, sehingga
petani bekerja lebih efisien. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan, sehingga
akhirnya petani dapat lebih sejahtera. Beberapa komoditas unggulan dari
unggulan yang bisa dibudi dayakan di perairan air tawar adalah ikan nila, patin,
lele, mas, gurami, bawal air tawar.
Bisnis ikan lele meliputi penjualan benih, daging dan pengolahan lele. Hasil
olahan ikan lele yang saat ini paling diminati oleh masyarakat adalah pecel lele.
Saat ini usaha ikan lele mengalami perkembangan yang sangat pesat. Begitu
banyaknya masyarakat yang membuka usaha warung pecel lele di pinggir jalan,
bahkan sudah ada yang mendirikan usaha pecel lele berbentuk restoran. Hal ini
menyebabkan kebutuhan ikan lele terus meningkat. Pasar Jabodetabek sendiri
pemintaan daging lele mencapai 75 sehari3. Pasokan daging lele ini berasal dari
berbagai daerah di antaranya adalah Bogor, Indramayu, Boyolali, Tulungagung
yang merupakan daerah sentra produksi ikan lele.
Kabupaten/Kota Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan lele di
Jawa Barat untuk memenuhi pasokan di Jabodetabek. Kabupaten/Kota Bogor
memiliki produksi ikan lele terbesar dibandingkan dengan jenis ikan unggulan
lainnya. Kondisi produksi ikan lele di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Produksi Ikan Konsumsi Air Tawar di Kabupaten/Kota Bogor
Realisasi produksi (ton/tahun)
No Komoditas
2006
2007
2008
2009
2010
1
Lele
6.487,07 6.373,75 9.744,80 18.315,02 24.884,52
2
Mas
9.924,55 8.631,50 8.124,35
3.859,62
4.063,56
3
Nila
3.328,13 4.418,75 3.494,96
1.842,17
2.073,36
4
Gurame
1.424,00 1.719,00 1.854,82
1.946,43
2.057,61
5
Patin
724,00
1.022,00
571,76
584,84
647,32
6
Bawal
630,00
849,40
904,91
2.026,14
2.154,66
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

Tampak terlihat pada Tabel 2 bahwa produksi ikan lele di Kabupaten/Kota
Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun 2006-2010. Produksi ikan lele
sendiri merupakan produksi terbesar pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan
jenis ikan lainnya. Total produksi ikan lele pada tahun 2010 adalah sebesar
24.884,52 ton. Namun, produksi tersebut masih rendah, jika melihat permintaan
daging ikan lele yang mencapai 100 ton per hari. Produksi yang dihasilkan
tersebut belum sepenuhnya dipenuhi oleh Kabupaten/Kota Bogor. Berdasarkan
kondisi produksi lele pada tahun 2010 tersebut, permintaan yang dapat dipenuhi
kurang lebih sebesar 69 ton per hari.
Kondisi produksi ikan lele tentunya tidak terlepas dari kontribusi produksi
benih yang dihasilkan. Produksi benih ini merupakan faktor penting dalam

2
3

rokhmindahuri.wordpress.com [diakses 30 juli 2012]
agromedia.net [diakses 30 juli 2012]

3

keberhasilan dari produksi daging ikan lele. Benih yang berkualitas akan
menghasilkan produksi daging yang baik pula. Upaya pemerintah untuk
mendukung produksi daging ikan lele tersebut, pemerintah terus melakukan
perbaikan mutu benih. Perbaikan mutu benih ikan lele tersebut dengan
ditemukannya varietas baru dari ikan lele yakni jenis ikan lele sangkuring oleh
Balai Besar Pengembangan Budi daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
Penemuan varietas ini merupakan perbaikan mutu dari lele dumbo yang
mengalami penurunan produksi karena ketidakstabilan pertumbuhan yang
disebabkan terjadinya perkawinan sekerabat yang tinggi.
Ikan lele sangkuriang memiliki keunggulan dibandingkan dengan lele
dumbo dari segi jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak, waktu panen yang
relatif lebih cepat serta ketahanan tubuh terhadap penyakit lebih baik. Keunggulan
lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo yang tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Keunggulan Lele Sangkuriang Dibandingkan Lele Dumbo
No
1
2
3

Karakteristik
Fekunditas (butir/kg induk betina)
Derajat penetasan telur (%)
Pertumbuhan harian bobot benih umur 526 hari (%)
4
Intensitas
Trichodina,
sp.
pada
pendederan di kolam (individu)
5
Intensitas Ichthiopthirius, sp. pada
pendederan di kolam (individu)
Sumber: BPBAT Sukabumi4

Lele sangkuriang
40.000-60.000
> 90
29,26

Lele dumbo
20.000 - 30.000
> 80
20,38

30-40

> 100

6,30

19,50

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa ikan lele jenis sangkuriang lebih unggul
jika dibandingkan dengan ikan lele jenis dumbo. Keunggulan ikan lele
sangkuriang dari kandungan telur yang dimiliki mencapai dua kali lipat dari lele
dumbo yakni, derajat penetasan mencapai 90 persen sedangkan dumbo sebesar 80
persen, tingkat pertumbuhan yang lebih cepat serta ketahanan terhadap penyakit
yang lebih baik. Penemuan varietas lele sangkuriang ini memberikan kontribusi
produksi benih yang dihasilkan menunjukan peningkatan sejak tahun 2006-2008.
Namun pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan. Hal
ini dikarenakan faktor fluktuasi cuaca yang kurang mendukung terhadap usaha
pembenihan lele. Produksi benih di Kabupaten/Kota Bogor yang terjadi pada
tahun 2006-2009 yang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 20062010
Produksi (ribu ekor)
2006
2007
2008
2009
1
Bawal
708.594,00
716.660,00
33.133.000
622.191.810
2
Lele
211.312,50
227.482,00
244.634.000
62.020.270
3
Mas
204.026,08
187.847,00
166.502.000
56.663.190
4
Nila
106.273,58
94.438,00
109.580.000
35.700.400
5
Gurame
79.705,66
78.770,00
92.282.000
36.166.890
6
Patin
37.394,81
58.126,00
79.893.000
26.358.490
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)
No

4

Komoditas

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

2010
671.321.250
81.063.793
60.715.562
36.995.789
37.779.599
32.047.376

4

Pada Tabel 4 memperlihatkan bagaimana perkembangan produksi benih
ikan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006-2010. Pada Tabel 4 tersebut dapat
dilihat bahwa produksi benih ikan lele memiliki tren positif pada tahun 20062008. Namun, produksi benih lele pada tahun 2009 mengalami penuurunan, akan
tetapi pada tahun 2010 mulai menunjukan kenaikan produksi kembali.
Penemuan lele jenis sangkuriang ini tentunya memberikan dampak positif
bagi para petani. Namun perbaikan genetik tersebut bukan merupakan solusi
utama dalam memperbaiki produksi benih, petani juga harus memperbaiki
memajemen produksi benih. Manajemen produksi benih tersebut dimulai dari
pemilihan induk, pemijahan, pendederan, dan pembesaran larva. Faktor ini juga
yang mempengaruhi terhadap kualitas produksi benih yang dihasilkan oleh petani.
Salah satu upaya petani untuk meningkatkan produksi benih yang masih rendah
tersebut yakni membentuk Koperasi Kabita.

Perumusan Masalah
Di dalam usaha pembenihan ikan lele tentu tidak terhindar dari
permasalahan. Permasalahan yang sering dialami oleh petani dalam menjalani
usaha pembenihan ikan lele yakni kenaikan harga pakan dan produksi yang masih
rendah. Manajemen usaha yang diimiliki oleh petani yang belum bisa mengatasi
masalah tersebut dapat menghambat keberlangsungan usaha yang dijalani oleh
petani. Untuk mengatasi permasalahan tersebut para petani membentuk suatu
kelompok petani lele. Salah satu bentuk kelembagaan kelompok tani ini yakni
berbentuk koperasi. Koperasi merupakan suatu perkumpulan manusia seorangseorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan
ekonominya. Dengan adanya perkumpulan ini diharapkan dapat memperbaiki
manajemen usaha yang dijalani petani. Salah satu koperasi yang terbentuk dari
kumpulan-kumpulan petani pembenih ikan lele adalah Koperasi Kabita. Koperasi
ini didirikam akhir tahun 2011.
Koperasi Kabita (Koperasi Budi daya Ikan Air Tawar) merupakan salah satu
organisasi yang peduli terhadap produksi ikan lele. Koperasi ini bekerja disemua
sektor agribisnis ikan lele yakni sektor hulu, onfarm, dan hilir. Koperasi Kabita
terbentuk dari beberapa petani pembenih lele. Pembentukan koperasi ini sendiri
merupakan dasar keinginan petani dalam hal meningkatkan produksi benih.
Menurut petani pembenih lele di Koperasi Kabita, permintan benih di Bogor dapat
mencapai 1 juta hingga 1,5 juta ekor, namun permintaan tersebut sulit untuk
dipenuhi. Dengan adanya kondisi permintaan yang belum terpenuhi tersebut
tentunya memerlukan peranan koperasi untuk membantu petani memenuhi
permintaannya. Dalam memenuhi permintaan benih lele ini disamping dilakukan
oleh petani anggota, hal ini juga dilakukan oleh petani non anggota yang tidak
dibina oleh Koperasi Kabita.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan kondisi usaha pembenihan ikan lele sangkuriang antara
petani anggota dan petani non anggota Koperasi Kabita yang meliputi
perbandingan input produksi dan pendapatan.

5

2. Bagaimana peran Koperasi Kabita terhadap usaha yang dijalani petani anggota.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis perbandingan input produksi usaha tani antara petani anggota dan
non anggota
2. Menganalisis perbandingan pendapatan yang diterima oleh petani Anggota dan
petani non anggota koperasi kabita.
3. Mengetahui peran yang diberikan koperasi kabita terhadap kegiatan usaha tani
yang dilakukan oleh petani anggota.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
1. Bagi petani anggota dan non anggota Koperasi Kabita, penelitian ini menjadi
bahan evaluasi petani dalam mengambil keputusan terhadap penggunaan input.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
tambahan informasi literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan topik Usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang.
3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dalam
menganalisa kasus yang terjadi dilapangan serta menerapkan ilmu yang
didapatkan selama di bangku kuliah.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Mengenai Peranan Kelembagaan Agribisnis
Penelitian yang mengkaji adanya peranan kelembagaan agribisnis dalam
menjalani Usaha taninya adalah Guntur, Sipayung dan Trismadi (2011). Penelitian
yang dilakukan oleh Guntur (2011), kelembagan agribisnis yang berperan
terhadap Usaha tani ikan lele bapukan adalah DKP (Dinas Kelautan dan
Perikanan). Peranan yang diberikan oleh pihak DKP dalam hal saluran pemasaran
ikan. Sebelum mengikuti program filleting, saluran pemasaran yang dilakukan
petani yakni pola I petani- pasar – konsumen akhir dan pola II petani- kolam
pemancingan – konsumen akhir. Setelah adanya program filleting saluran
pemasarannya adalah pola III petani – DKP Indramayu – pasar dan konsumen
akhir. Pihak DKP memberikan bantuan program filleting kepada petani. Program
filleting ini bermaksud untuk meningkatkan harga jual ikan. Harga yang
ditetapkan oleh pihak pasar adalah sebesar Rp 5500 sedangkan ikan yang dijual ke
kolam pemancingan dan dijadikan indukan dengan harga Rp 5000. Sedangkan
4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

6

setelah adanya program filleting, petani menjual hasil panen seluruhnya kepada
pihak DKP yang kemudian dijual ke pasar ikan olahan (fillet). Harga ikan yang
didapatkan petani setelah adanya program filleting adalah sebesar Rp 5500.
Adanya program filleting yang diberikan oleh pihak DKP tersebut, pendapatan
yang didapatan oleh petani lebih besar dibandingkan pendapatan yang didapatkan
sebelum adanya program filleting.
Penelitian Nurbayuto (2011) tentang analisis usaha tani dan tataniaga caisin.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa adanya peranan yang diberikan oleh
kelompok tani. Peran yang diberikan yakni berupa bantuan modal, dan pelatihan.
Bantuan modal ini sangat membatu petani, karena kondisi petani yang tidak
memiliki modal atau modal yang kurang untuk memulai suatu usaha. Akan tetapi
bantuan modal ini dibatasi agar pengembaliannya tidak lama dan jumlah petani
yang meminjam bisa lebih banyak. Sedangkan pemberian pelatihan dimaksudkan
untuk mentranfer teknologi kepada petani dan informasi terbaru dari kegiatan
usaha tani caisin. Adanya pelatihan ini tentunya dapat meningkatkan keahlian
petani dalam berusaha tani caisin. Dengan adanya peranan yang diberikan
kelompok tani tersebut, input yang digunakan oleh petani anggota lebih efisien
dibandingkan petani non anggota. Pendapatan yang dimiliki oleh petani anggota
lebih besar dibandingkan petani non anggota.
Penelitian Sipayung (2011) mengenai Peran Kelompok Peternakan Rakyat
Ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS). Peranan yang diberikan oleh
KEPRAKS terhadap usaha yang dijalani petani yakni peran terhadap proses budi
daya, pengadaan input, dan peran dalam pemasaran.
Peran yang diberikan KEPRAKS dalam proses budi daya yakni pihak
KEPRAKS memberikan pelatihan kepada petani. Pelatihan ini berguna untuk
meningkatkan keahlian petani dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam
kegiatan budi daya. Selain itu KEPRAKS juga mengadakan pertemuan dengan
tujuan berbagi informasi dan pertukaran pikiran untu menambah wawasan dan
pengetahuan dalam budi daya ayam kampung.
Peran yang diberikan oleh KEPRAKS dalam pengadaan input adalah
adanya kepastian kertersedian input-input yang dibutuhkan oleh petani.
Pengadaan input ini dilakukan karena tingkat pengetahuan dan informasi petani
dalam menentukan input yang tepat masih kurang. Hal ini dilakukan agar kegiatan
usaha peternakan dapat berjalan dengan baik. Input-input yang disediakan oleh
KEPRAKS yakni input DOC, pakan, dan vaksin.
Peran terakhir yang diberikan oleh KEPRAKS terhadap kegiatan usaha tani
peternakan ayam kampung adalah pemasaran. KEPRAKS berperan sebagai
penghubung antara penjual dan pembeli. KEPRAKS menampung dan
memasarkan hasil ternak yang jumlahnya tidak banyak untuk memenuhi
permintaan pembeli yang jumlahnya lebih banyak. Dengan adanya KEPRAKS
ini, hasil panen yang dihasilkan oleh petani dapat terjual seluruhnya. Dalam hal
ini peran KEPRAKS adalah memberikan kepastian pasar bagi petani sehingga
petani dapat menjalani usahanya dengan lebih mudah.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya peran yang diberikan oleh
kelembagaan agribisnis tehadap usaha yang dijalani oleh petani. Peran yang
diberikan yakni berupa pelatihan, penyediaan input, dan kepastian pasar serta
bantuan modal. Dengan adanya peran yang diberikan tersebut, hal ini berdampak
pada peningkatan pendapatan petani, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

7

petani. Pada penelitian ini juga akan melakukan kajian mengenai peran kelompok
tani dalam bentuk koperasi. Peran yang diberikan oleh koperasi ada kemungkinan
sama dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian Mengenai Struktur Biaya dan Pendapatan
Usaha tani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani yang pada
dasarnya untuk mencari keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan
dipergunakan untuk memenuhi hidupnya maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari kegiatannya tersebut diperlukan biaya untuk membeli sarana
produksi. Penilaian biaya yang dilakukan yakni memisahkan antara input-input
apa yang dikatagorikan menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Di dalam usaha
tani biaya yang dikeluarkan untuk pembelian input produksi tersebut dibayar
secara tunai. Selain itu di dalam kegiatan usaha tani yang dilakukan kadang kala
petani tidak melakukan pencatatan terhadap biaya yang dianggap tidak
mengaluarkan biaya namun harus dikeluarkan oleh petani. Biaya ini merupakan
biaya yang harus diperhitungkan petani.
Biaya-biaya ini dapat dirasakan oleh petani diberbagai jenis usaha, di
antaranya adalah usaha tani di sektor perikanan dan sektor hortikultura. Penelitian
mengenai biaya usaha tani yang dilakukan dari sektor perikanan yakni komoditas
ikan patin dan ikan lele bapukan sedangkan dari sektor holtikultura penelitian
dengan komoditas tanaman caisin. Hasil penelitian menjelaskan bahwa biaya
Usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (Zalvina, 2009,
Guntur dan Nurbayuto (2011).
Zalvina (2009) menyebutkan bahwa yang dogolongkan menjadi biaya tunai
adalah biaya sarana produksi benih patin yang meliputi biaya pakan, alat suntik,
obat-obatan, minyak tanah, listrik, kantong plastik, gelang karet, oksigen,
transportasi dan garam. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa biaya tunai
terbesar yang harus dikeluarkan yakni biaya pakan yakni ± 60 % dari biaya total
produksi. Biaya pakan tersebut yakni meliputi biaya pakan pelet, pakan artemia
dan pakan cacing sutera. Biaya yang tunai terbesar kedua yakni biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar ± 20 %
dari total biaya produksi. Biaya lainnya yang harus dikeluarkan yakni alat suntik,
obat-obatan, minyak tanah, listrik, kantong plastik, gelang karet, oksigen,
transportasi dan garam. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri dari biaya
penyusutan bangunan dan peralatan, tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan
dan biaya sewa.
Penelitian Guntur (2011) menyebutkan bahwa biaya tunai yang dikeluarkan
oleh petani lele bapukan meliputi biaya pembelian benih, pakan, pupuk, obatobatan dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang diperhitungkan yang
dikelurkan oleh petani adalah biaya sewa lahan dan penyusutan. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan dari usaha tani ikan lele
bapukan adalah biaya tunai. Tingginya biaya tunai yang dikeluarkan sebabkan
oleh pembelian benih lele.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbayuto (2011) menyebutkan bahwa
biaya tunai yang dikeluarkan baik petani anggota dan non anggota yakni terdiri

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

8

dari biaya pembelian input-input seperti benih caisin, pupuk, pestisida, dan tenaga
kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang termasuk biaya yang diperhitungkan
yakni meliputi sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani anggota dan non
anggota adalah biaya yang diperhitungkan. Hal ini disebabkan tingginya sewa
lahan yang harus dikeluarkan oleh petani.
Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani yakni biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan
bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani dapat terjadi pada biaya tunai
atau biaya yang diperhitungkan. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini
akan mengelompokan biaya menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Pada penelitian Guntur (2011),analisis pendapatan yang dilakukan adalah
membandingkan antara pendapatan sebelum program filleting dengan pendapatan
setelah adanya program filleting. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan
atas biaya tunai yang didapatkan sebelum program petani mengalami kerugian,
namun setelah adanya program filleting petani mendapatkan keuntungan.
Pendapatan atas biaya tunai sebelum program filleting adalah sebesar –
Rp1.337.000 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 3.090.991,
sedangkan pendapatan tunai setelah adanya program filleting adalah sebesar Rp
3.709.600 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 1.955.609.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbayuto membandingkan antara
pendapatan petani anggota gapoktan dan petani non anggota. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pendapatan yang didapatkan petani anggota lebih besar
dibandingkan petani non anggota. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
kemungkinan petani mengalami kerugian ketika seluruh biaya dilakukan
perhitungan. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total masing-masing
adalah sebesar Rp 209.305 dan – Rp 1.317.866 sedangkan pendapatan non
anggota atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp
149.250 dan – Rp 1.576.278.
Hasil penelitian terdahulu, usaha yang dijalankan baik usaha ikan patin, ikan
lele bapukan dan usaha caisin menunjukan bahwa suatu usaha dapat
memungkinkan menerima kerugian. Kerugian dapat terjadi pada pendapatan atas
biaya total yang merupakan biaya yang kurang diperhatikan oleh petani.
Penelitian yang akan dilakukan diharapkan mendapatkan hasil yang berbeda dari
sisi keuntungan yang didapatkan, apakah petani mengalami kerugian atau tidak.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian meliputi konsep usaha tani, biaya usaha tani, dan pendapatan usaha
tani, serta peranan koperasi dalam kegiatani usaha tani. Teori-teori ini selanjutnya
disusun menjadi kerangka pemikiran sebagai berikut.

9

Konsep Usaha tani
Usaha tani merupakan pertanian rakyat, dimana pelaku dari kegiatan usaha
tani tersebut adalah petani. Dari kegiatan usaha tani tersebut petani harus mampu
mengorganisasai sumber daya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya alam,
modal dan tenaga kerja serta memiliki pengelolaan (manajemen) yang baik untuk
dapat melakukan produksi dilapangan pertanian.
Hernanto (1996) menyebutkan bahwa sumber daya alam, modal dan tenaga
kerja serta manajemen merupakan unsur-unsur penting dalam usaha tani. Dalam
melakukan kegiatan usaha tani diperlukan sumber daya alam di dalamnya
termasuk tanah. Tanah ini merupakan tempat atau lahan dimana kegiatan usaha
tani dilakukan. Dengan tanah yang dimiliki ini, petani dapat memproduksi produk
yang diinginkan. Besarnya usaha tani sangat bergantung pada luas tanah yang
dimiliki.
Unsur penting kedua di dalam kegiatan usaha tani yakni modal. Modal yang
dimiliki dapat berupa uang atau barang. Sumber modal yang dimiliki oleh petani
dapat berasal dari milik sendiri yang diperoleh dari hasil menabung atau
menyisihkan pendapatannya yang didapatkan dari hasil kerja di luar usaha tani.
Modal juga dapat dimiliki dengan cara melakukan pinjaman dengan pihak bank
atau kredit ataupun kerabat terdekat petani. Selain itu dapat juga didapatkan dari
hadiah warian orang tua yang pada biasanya berupa warisan tanah serta dapat
didapatkan dari usaha lain.
Menurut Soeharjo dan Patong (1973) modal dapat dibagi dua, yaitu modal
tetap dan tidak tetap. Modal tetap adalah barang-barang yang dapat digunakan
berkali-kali dalam produksi, misalnya tanah, kolam dan peralatan. Sedangkan
modal tidak tetap apabila terpakai habis dalam satu proses produksi, misalnya
pakan, vitamin dan obat-obatan, dan tenaga kerja.
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan memerlukan tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga
kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga efektif yang dipakai. Biasanya pada
usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan
tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala
besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa
dan diperlukannya tenaga kerja yang ahli.
Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anakanak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usaha tani
berdasar kemampuannya. Kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan,
ketrampilan, pengalaman tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, faktor alam
seperti iklim dan kondisi lahan usaha tani. Tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh
dari dalam keluarga dan dari luar keluarga.
Unsur yang keempat adalah pengelolaan atau manajemen. Pengelolaan
usaha tani adalah kemampuan dari petani dalam menentukan, mengorganisir, dan
mengkoordinasikan faktor produksi untuk dapat memberikan hasil produksi yang
diharapkan. Keberhasilan petani dalam manajemen adalah dari tingkat
produktivitas dari faktor produksi maupun dari produktivitas dari usahanya
(Hernanto, 1989).
Salah satu jenis kegiatan usaha tani yakni usaha tani perikanan. Usaha tani
perikanan yang ada memiliki skala yang luas dan juga pada skala usaha yang
kecil. Perbedaan yang mendasari kedua skala ini adalah tingkat pengelolaannya.

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

10

Usaha tani perikanan skala besar yang berbentuk perusahaan biasanya memiliki
spesifikasi kerja yang lebih banyak dalam struktur pelaksana. Sedangkan untuk
usahtani perikanan dengan skala yang kecil bertindak pula sebagai pelaksana dan
penjaga. Usaha tani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar,
berteknologi tinggi, manajemen modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya
usaha tani skala kecil umumnya bermodal terbatas, teknologinya tradisional. Di
dalam penelitian ini akan membahas bagaimana pengelolaan usaha tani
pembenihan ikan lele yang dilakukan oleh petani.
Struktur Biaya Usaha Tani
Di dalam kegiatan usaha tani yang akan menghasilkan produk akan
memerlukan pengeluaran biaya dalam pembelian alat dan bahan dari kegiatan
menghasilkan produk usaha tani tersebut. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut
meliputi biaya tetap dan variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak
berpengaruh terhadap besarnya produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah
sewa tanah, penyusutan alat-alat produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan
biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya yang termasuk biaya
ini adalah pembelian sarana produksi seperti biaya pakan, biaya vitamin dan obatobatan, dan tenaga kerja.
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), biaya usaha tani dikelompokan
menjadi dua yakni biaya yang harus dikeluarkan petani adalah biaya yang
dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan merupakan
biaya yang dibayarkan tunai oleh petani yang merupakan biaya untuk pembelian
sarana produksi seperti pakan, vitamin dan obat-obatan, listrik. Sedangkan biaya
yang tidak dibayarkan (diperhitungkan) adalah biaya yang seharusnya
diperhitungkan oleh petani. Biaya yang termasuk biaya yang diperhitungkan
adalah sewa lahan biaya tenaga kerja keluarga, penyusutan modal.
Pendapatan Usaha Tani
Kegiatan usaha tani merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan hasil
produksi. Dalam kegiatan tersebut perlunya biaya yang harus dikeluarkan dan
diharapkan mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Besar-kecilnya keuntungan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah luas lahan yang dimiliki,
tingkat produktivitas per hektar, efisiensi tenaga kerja (Hernanto, 1996).
Penerimaan yang didapatkan oleh petani adalah hasil penjualan produk
usaha tani yang diusahakan. Penerimaan di dalam kegiatan pembenihan ikan lele
yakni berupa penjualan benih dengan ukuran tertentu. Sedangkan biaya yang
dikeluarkan oleh petani merupakan jumlah uang yang dikeluarkan oleh petani atas
pembelian barang atau jasa untuk kegiatan usaha tani yang dijalankannya.
Menurut Soekartawi (1986) selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan
tersebut merupakan pendapatan atas usaha tani (farm net cash flow). Pendapatan
tersebut merupakan balas jasa dari faktor-faktor produksi karena petani berperan
sebagai pengelola, sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada usahanya.
Balas jasa yang diterima petani dihitung untuk jangka waktu tertentu.
Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur dengan nilai
efisiensinya. Ukuran efisiensi antara lain dapat dihitung melalui perbandingan
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya
(R/C rasio). semakin tinggi nilai R/C rasio menunjukan semakun besar
penerimaan kotor setiap rupiah yang digunakan dalam usaha. Dengan demikian

11

setiap perolehan nilai R/C rasio semakin tinggi, tingkat efisiensi pendapatan pun
semakin baik (Soeharjo dan Patong, 1973).
Konsep Koperasi
Koperasi memiliki beberapa definisi menurut beberapa pakar. R.M. Magono
Djojohadikoesoemo menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan manusia
seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak berkerja sama untuk
memajukan ekonominya. Dr. Fay menyatakan bahwa koperasi adalah suatu
perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah
dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian
rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai
anggota dan mendapatkan imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka
terhadap organisasi. Paul Hubert Casselman mengatakan bahwa koperasi adalah
suatu sistem, ekonomi yang mengandung unsur sosial (Firdaus dan Susanto,
2004). Sedangkan Konferensi Buruh Internasional (ILO, 1996) mendefinisikan
koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara
suka rela untuk mencapai suatu tujuan yang sama melalui pembentukan organisasi
yang diawasi secara demokratis, melalui penyetoran suatu kontribusi yang sama
untuk modal yang diperlukan dan melalui pembagian risiko serta manfaat yang
wajar dari usaha, dimana para anggotanya berperan secara aktif (Sartika, 1998).
Prinsip-prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 dan saat ini berlaku
di Indoneesia di antaranya sebagai berikut.
a.
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa, seseorang tidak boleh dipaksa
untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri.
Setiap orang yang akan menjadi anggota, koperasi akan dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonominya. Dengan keyakinan tersebut,
maka partisipasi aktif setiap anggota terhadap organisasi dan usaha koperasi akan
timbul.
Sifat keterbukaan mengandung makna bahwa, di dalam keanggotaaan
kooperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
Keanggotaan koperasi terbuka bagi siapa pun yang memenuhi syarat-syarat
keanggotaan atas dasar persamaan kepentingan ekonomi atau karena kepetingan
ekonominya dapat dilayani koperasi. Seorang anggota koperasi dapat
mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
AD/ART koperasi.
b.
Pendidikan Perkoperasian
Keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif
setiap anggotanya. Seseorang anggota akan mau berpatisipasi, bila yang
bersangkutan mengetahui tujuan organisasi tersebut bermanfaat terhadap dirinya.
Oleh karena itu keputusan seseorang untuk menjadi anggota haruslah didasarkan
akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat berkoperasi.
Setiap anggota perlu dibekali pengetahuan yang memadai tentang
perkoperasian. Hal ini dikarenakan setiap anggota memiliki kesempatan yang
sama untuk menjadi anggota. Sebagai pengurus, seorang anggota koperasi harus
mampu membuat kebijakan yang baik. Hal ini menuntut sumber daya manusia

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

12

anggota koperasi yang berkualitas, yaitu memiliki kemampuan, berwawasan luas,
dan solidaritas yang kuat dalam mewujudkan tujuan koperasi.
c.
Pemberian balas jasa terhadap modal
Anggota adalah pemilik koperasi, sekaligus sebagai pemodal dan
pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh angggota koperasi akan digunakan
koperasi untuk melayani anggota, termasuk dirinya sendiri. Modal dalam koperasi
pada dasarnya digunakan untuk melayani anggota dan masyarakat sekitarnya,
dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Pemberian balas jasa atas modal
yang ditanamkan pada koperasi akan disesuaikan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh koperasi.
Koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU (sisa
hasil usaha) yang dibagikan kepada anggota tidak berdasarkan modal yang
dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha yang
diberikan anggota kepada koperasi Setiap anggota yang memberikan partisipasi
aktif dalam usaha koperasi akan mendapatkan bagian sisa hasil usaha yang lebih
besar dari pada anggota yang pasif.
Fungsi dan Peran Koperasi
Menurut Baga (2009), Koperasi diharapkan menjadi lembaga gerbang
(gateway institution) yang menjalankan fungsi representatif bagai seluruh petani
dan kelembagaan-kelembagaan lain yang levelnya lebih rendah. Koperasi
diharapkan menjadi gerbang tidak hanya untuk kepentingan ekonomi, tapi juga
pemenuhan modal, kebutuhan pasar, dan informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu mekanisme untuk mengevaluasi kinerja dan keberadaan koperasi tersebut itu
bagi anggotanya.
Keterlibatan petani dalam gerakan koperasi petani menyebabkan
meningkatnya produksi dan nilai tambah produksi di satu sisi, disisi lain petani
terlindung dari kekejaman pasar maupun lingkungan bisnis lain yang tidak
bersahabat dengan upaya kesejahteraan mereka. Gerakan koperasi dapat
meningkatkan kekuatan tawar (bergaining power) para petani. Berdasarkan alasan
tersebut maka peran koperasi pertanian menjadi penting dalam peningkatan
produksi serta kesejahteraan hidup petani, dimana :
a.
Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisis tawar mereka baik dalam
memasarkan hasil produksi maupun dalam pengadaan input produksi yang
dibutuhkan.
b.
Dalam mekanisme pasar tidak menjamin terciptanya keadilan, koperasi
dapat mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk anggotanya. pada
sisi lain koperasi dapat memberikan akses kepada anggotanya terhadap
berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar.
c.
Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah
melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan pasca panen
sehubungan dengan permintaan pasar. Pada gilirannya hal ini akan
memperbaiki efisiensi pemasaran yang memberikan manfaaat bagi kedua
belah pihak, dan bahkan kepada masyarakat umum maupun perekonomian
nasional.
d.
Dengan penyatuan sumber daya para petani dalam sebuah koperasi, para
petani lebih mudah dalam menangani risiko yang melekat pada produksi

13

pertanian, seperti pengaruh iklim, heterogenitas kualitas produksi dan
sebaran daerah produksi.
e.
Dalam wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudah berinteraksi
secara positif terkait proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas
sumber daya manusia mereka. Koperasi sendiri memiliki misi khusus dalam
pendidikan bagi anggotanya.
f.
Berdirinya koperasi sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber
pendapatan bagi para petani maupun masyarakat di sekitarnya.
g.
Koperasi mampu memainkan peranan sebagai subsistem pendukung dalam
agribisnis yang selama ini masih dimainkan oleh pemerintah karena para
petani tidak akan mampu memainkan peranan tersebut jika berjalan sendiri.
Di dalam Bab III, bagian pertama Pasal 4 UU RI No.25/1992 dijelaskan
bagaimana fungsi dan peran koperasi, yakni membangun dan mengembangkan
potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, berperan
serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya,
berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi (Firdaus dan Susanto, 2004).
Sartika (1998) menjelaskan bahwa koperasi yang merupakan perusahaan
yang dimiliki bersama, para anggota memperoleh peningkatan pelayanan dengan
pengadaan secara langsung barang dan jasa atas dasar persayaratan yang lebih
baik dibandingkan dengan dapat diperoleh di pasar umum atau disediakan negara,
para anggota yang termasuk ke dalam golongan penduduk yang sosial
ekonominya “lemah”, dapat memanfaatkan sarana swadaya itu, yaitu koperasi
untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosialnya dan mengitegrasikan dirinya
dalam proses pembangunan sosial ekonomi.
Menurut Subandi (2009), fungsi dan peran yang diberikan koperasi di dalam
bidang ekonomi di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Menekan biaya usaha
b.
Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan
dan pemenuhan kebutuhan
c.
Meningkatkan penghasilan anggota

Kerangka Pemikiran Operasional
Proses berfikir dawali adanya kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele
sangkuriang yang dijalani petani. Petani yang menjalani usaha tani tersebut
dikelompokan menjadi dua yakni petani anggota dan petani non anggota Koperasi
Kabita. Petani anggota merupakan petani yang aktif dalam keanggotaan koperasi,
sedangkan petani non anggota yakni petani individu yang menjalani usaha
pembenihan ikan lele.
Petani di dalam menjalani usaha tentu tidak terhindar dari permasalahan.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani pembenihan lele adalah produksi yang

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

14

masih rendah dan harga bahan baku yang masih tinggi. Untuk mengatasi masalah
tersebut petani membetuk Koperasi Kabita. Koperasi Kabita berperan dalam
kegiatan usaha tani yang dijalankan petani.
Untuk mengetahui peran Koperasi Kabita tersebut, penelitian ini disusun
dengan cara melakukan analisis perbandingan usaha antara petani anggota dan
non anggota meliputi perbandingan input produksi, pendapatan dan R/C rasio.
Analisis input produksi dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan
keragaman penggunaan input berdasarkan satu siklus dan luas lahan 1000 meter
persegi. Adapun input-input yang dianalisis yakni input pakan, input obat-obatan,
tenaga kerja, listrik, dan perlatan. Sedangkan analisis pendapatan meliputi
perhitungan penerimaan dan biaya. Analisis pendapatan ini dikelompokan
menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya yang
diperhitungkan. Untuk mengukur besarnya tingkat efisien usaha yang dijalankan
oleh petani anggota dan non anggota, metode yang digunakan yakni dengan R/C
rasio. Dari hasil R/C rasio tersebut petani mana yang lebih baik dalam menjalani
usaha pembenihan ikan lele. Berdasarkan hasil analisis perbandingan usaha antara
petani anggota dan non anggota kemudian dilakukan analisis peran koperasi
terhadap usaha tani tersebut.
Hasil analisis peran koperasi tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan
pertimbangan bagi petani anggota koperasi dan non anggota koperasi terhadap
kegiatan pembenihan ikan lele. Bagan kerangka pemikiran operasional yang
tersaji dalam Gambar 2.
Ikan lele merupakan komoditas unggulan

Permasalahan yang dihadapi oleh petani :
1. Produksi Benih Lele Masih Rend