bab4. mgg. Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Kelompok Serba Usaha Gurami Putih di Desa Mungo Sumatra Barat

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perikanan di Desa Mungo 4.1.1. Sejarah Perikanan di Desa Mungo

Desa Mungo didirikan sekitar abad ke-17 Masehi tepatnya Tahun 1612 dari dahulu Desa Mungo yang sudah dikenal dengan budidaya ikan Gurami dan hewan ternaknya. Desa Mungo terletak di Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat tepatnya kira-kira 10 Km dari Kota Payakumbuh. Desa ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga mayoritas penduduk di Desa ini bermata pencaharian sebagai petani, seperti petani padi, peternakan dan perkebunan, dan yang paling diminati ialah budidaya ikan.

Usaha perikanan merupakan usaha yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Mungo sejak dari perkembangan daerah tersebut, yang merupakan warisan dari nenek moyang yang bermula dengan usaha skala rumah tangga (Tradisional). Jenis komoditas ikan yang dominan diusahakan oleh masyarakat adalah : ikan gurami, ikan mas, Lele, nila, patin, bawal dan nilem, selain itu beberapa jenis ikan hias seperti ikan koi, dan komet. Jenis kegiatan yang dilakukan pada umumnya adalah pembenihan ikan dan sebagian kecil usaha pembesaran ikan.

Produksi ikan dari Desa Mungo mulai dikenal masyarakat luas yang berawal dari pedagang ikan dari daerah ini mencoba menjual ikan keluar daerah yang pada mulanya dijajakan di daerah-daerah dalam Kabupaten Lima Puluh Kota, kemudian memasuki daerah Sumatera Barat dan akhirnya sampai menembus pasaran keluar propinsi seperti : Riau, Sumatera Utara, Sumatera selatan, Bengkulu


(2)

dan Jambi. Kemudian semenjak tahun 1990 terjadi perkembangan baru, di mana permintaan terhadap benih ikan Gurami berwarna putih semakin besar, benih ikan gurami putih merupakan komoditi ekspor yang dikirim ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal ini menyebabkan peluang pemasaran benih ikan gurami putih semakin besar dan menimbulkan gairah baru dalam berusaha bagi pembudidaya ikan gurami di Desa Mungo. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pembudidaya ikan di Desa Mungo, di mana pembudidaya pada umumnya mengalihkan perhatiannya kepada pembenihan ikan gurami putih.

Untuk memenuhi peluang ekspor tersebut, pembudidaya di Desa Mungo melakukan Kerja sama antar pembudidaya untuk mengumpulkan benih ikan tersebut dan membentuk kelompok pembudidaya.

Seiring bertambahnya waktu, pembudidaya tidak hanya memproduksi ikan gurami, melainkan menambah jenis ikan yang di produksi mulai dari ikan mas, Lele, nila, patin, bawal dan nilem, sampai beberapa jenis ikan hias seperti ikan koi, komet.

4.1.2. Kelompok Serba Usaha Gurami Putih

Untuk memenuhi peluang usaha budidaya dan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya, maka diperlukan koordinasi dan kerja sama antar pembudidaya untuk mengumpulkan benih ikan tersebut sehingga timbul keinginan dari pembudidaya untuk membentuk kelompok. Dengan adanya bimbingan dan pengarahan dari Dinas Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota beserta penyuluh perikanan yang terjun langsung membina di lapangan terhadap pembudidaya ikan di Desa Mungo dilaksanakanlah rapat pembentukan Kelompok Tani – Nelayan pada tanggal 05 Januari 1996 yang dihadiri oleh 18 orang pembudidaya ikan. Hasil


(3)

rapat tersebut membentuk Kelompok Tani – Nelayan dengan nama “Kelompok Tani-Nelayan Gurami Putih”. Seiring bertambahnya waktu, Kelompok

Tani-Nelayan Gurami Putih berubah nama menjadi “Kelompok Serba Usaha Gurami

Putih. adapun jenis ikan yang di budidayakan dan jumlah produksinya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Produksi Benih Ikan Semua Anggota Pembudidaya Kelompok Serba Usaha (KSU) Gurami Putih Tahun 2015

No. Jenis Ikan Jumlah Produksi

(Ekor)

1. Gurami 4.500.000

2. Mas /Rayo 10.000.000

3. Nila 5 .000.000

4. Lele 50.000.000

5. Nilem 15.000.000

6. Komet 60.000

7. Koi 30.000

8. Patin 150.000

9. Bawal 150.000

Sumber : Arsip Kelompok Serba Usaha Gurami Putih 2015

Visi dari kelompok serba usaha gurami putih ialah mengembangkan usaha perikanan budidaya ikan yang berdaya saing, memanfaatkan sumberdaya secara efisien, berkelanjutan, dan menciptakan kesejahteraan serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan misinya sendiri yaitu mengembangkan usaha perikanan budidaya gurami berbasis teknologi tepat guna, ramah lingkungan dan berkelanjutan mengembangkan usaha budidaya ikan yang berdaya saing , menciptakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja, pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan serta kesejahteraan pembudidaya ikan, penyediaan ikan sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri dan ekspor, pengendalian pemanfaatan semberdaya perikanan budidaya dan rehabilitasi sumberdaya yang mengalami kerusakan.


(4)

Kelompok pembudidaya ini selain untuk mengumpulkan benih, kelompok juga merupakan wadah untuk berbagi informasi mengenai inovasi dalam berbudidaya, melakukan pelatihan-pelatihan untuk menambah keterampilan pembudidaya. Kegiatan pelatihan ini juga didukung oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Untuk menambah modal anggota kelompok agar bisa mengembangkan kegiatan usaha yang dilakukannya, dibuatlah kegiatan simpan pinjam, di mana modal yang digunakan diperoleh dari setiap anggota yang diwajibkan memberikan simpanan pokok sebesar Rp. 150.000.- dan simpanan wajib sebesar Rp. 10.000.- per bulan di samping simpanan sukarela yang disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan anggota. Dana yang dipinjamkan kepada anggota disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pengembalian bagi anggota di samping kemampuan keuangan yang ada pada kas KSU Gurami Putih.

Meskipun seluruh anggota telah memenuhi kewajibannya untuk membayar simpanan wajib namun hanya baru beberapa orang dari anggota yang sudah dapat memanfaatkan pinjaman ini. Masih sedikitnya anggota yang bisa dilayani disebabkan karena masih terbatasnya jumlah dana/kas koperasi yang terkumpul. Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Kelompok Serba Usaha Gurami Putih adalah menerima magang dari pembudidaya luar yang ingin belajar tentang teknologi pembenihan ikan gurami, mengusahakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anggota dengan mengikutsertakan pada beberapa macam pelatihan dan kursus, melakukan konsultasi dengan penyuluh dan instansi pembina secara rutin dan berkelanjutan.


(5)

Kelompok Serba Usaha Gurami Putih mempunyai 25 anggota, yang diketuai oleh Aldi Yendri, dibantu sekretaris bernama Gaswandi dan sebagai bendahara Irwan Putra. Adapun nama anggota, dan jumlah kolam yang dimiliki pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Nama Anggota Kelompok KSU Gurami Putih, Lahan dan Kolam Tahun 2015

No. Nama

Anggota

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Kolam

Pemijahan Pendederan

1. Rajo Panghulu 2 5 8

2. Baen Hastoni 1 2 7

3. Aldi Yendri 1 4 8

4. Irwan Putra 0,5 4 7

5. Gaswandi 1 10 5

6. Putiah Dauang 2 10 18

7. Kasman 2 16 12

8. Harmonedi 1,5 11 5

9. Anwardi 0,5 4 6

10. Faizul 2 12 10

11. Ismirad 1 6 7

12. Muhammad 0,5 8 2

13. Supriadi 1 4 5

14. Edi Rospen 0,5 6 5

15. Elidasmiati 0,5 5 3

16. Afrizal Yogi 2 10 8

17. Djanuar 1,5 10 15

18. Mawardi 1 10 10

19. Jarjanin 0,5 9 3

20. Nasir 0,5 8 9

21. Nahar 1 5 4

22. M. Sudirman 1,5 21 20

23. Martius 0,5 12 6

24. Gesnedi 1,5 10 10

25. Edrizal 1 10 6

Jumlah 28 199 212

Sumber : Arsip Kelompok Serba Usaha Gurami Putih

Jenis kolam yang dimiliki oleh anggota KSU Gurami Putih terdiri dari kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul batu, dan kolam dasar batu dengan tanggul batu.


(6)

4.1.3. Lokasi dan Keadaan Wilayah Desa Mungo

Desa Mungo merupakan salah satu Desa yang secara administratif berada di dalam wilayah Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat. Desa Mungo memiliki 11 Jorong, yakni Jorong Indobaleh Timur, Jorong Indobaleh Barat, Jorong Koto Bakuruang, Jorong Pincuran Tinggi, Jorong Talaweh, Jorong Kayu Bajajar Padang laweh, Jorong Balai Gadang Atas, Jorong Balai Gadang Bawah, Jorong Tanjuang Tangah, Jorong Batu Labi, dan Jorong Bukit Gombak, Topografi Desa ini bergelombang dan berbukit-bukit

4.2. Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Untuk melakukan usaha pembenihan ikan Lele maka perlu dilakukan langkah-langkah rencana usaha pembenihan yang dilakukan, hal yang perlu diperhatikan adalah sumberdaya-sumberdaya yang paling penting dalam melakukan usaha pembenihan, meliputi lahan/kolam, bibit/indukan ikan Lele Sangkuriang, dan sumber pengairan, kemudian dana yang diperlukan. Bahan yang digunakan yang meliputi pakan, pupuk kandang, upah tenaga kerja. Adapun pakan ikan yang digunakan dalam usaha pembenihan ini terdiri dari pakan alami dan buatan, pakan alami berupa Tubifex dan daun tumbuh-tumbuhan seperti daun ubi dan talas, sedangkan pakan buatan berupa pellet yang didatangkan dari Medan. 4.2.1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan pembenihan ikan Lele Sangkuriang adalah kolam indukan, kolam kolam pemijahan, kolam pendederan, indukan Lele Sangkuriang, kakaban/ijuk, serokan, dan hafa.

Untuk kolam indukan dan pemijahan pembudaya menggunakan kolam dasar batu dan tanggul batu sedangkan untuk kolam pendederan digunakan jenis


(7)

kolam tanah dengan tanggul tanah. Indukan Lele yang digunakan adalah indukan Lele Sangkuriang yang mereka budidayakan sendiri ataupun dibeli ke pembudidaya lain.

Seperti yang telah dijelaskan pada metode praktek magang, pengumpulan data dilakukan pada 4 pembudidaya yang sedang melakukan pembenihan ikan Lele Sangkuriang.

Secara keseluruhan kolam yang dimiliki pembudidaya dapat dilihat pada tabel 4.2, yang sudah termasuk untuk kolam ikan lain seperti gurami, nila, dan ikan mas. Untuk jumlah kolam pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Jumlah Kolam Pembenihan dan Induk Ikan Lele Sangkuriang Yang dimiliki Pembudidaya Tahun 2016

No. Nama Pembudidaya Jumlah Kolam

Jumlah Indukan Jantan Betina

1. Djanuar 3 2 5

2. Mawardi 3 3 6

3. Kasman 3 2 6

4. Sudirman 3 2 5

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

4.2.2. Untung Rugi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Untuk mengetahui pendapatan yang didapat dari melakukan usaha pembenihan ikan Lele Sangkuriang, maka perlu dihitung berapa besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan berapa penerimaan yang diperoleh.

Biaya dalam usaha pembenihan meliputi biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi meliputi biaya untuk pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk proses pembenihan seperti pembuatan kolam, pembelian induk, pembelian serokan, dan kakaban.


(8)

Adapun biaya investasi rata-rata yang dikeluarkan pembudidaya untuk pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Biaya Investasi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

No. Unsur Investasi Harga persatuan (Rp)

1. Pembuatan kolam Indukan batu 350.000 / kolam 2. Pembuatan kolam Pemijahan batu 350.000 / kolam 3. Pembuatan kolam Pendederan tanah 200.000 / kolam 4. Indukan Lele Sangkuriang 40.000 / ekor

5. Kakaban 1.500 / kg

6. Serokan 15.000 / buah

Total 956.500 Rupiah

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Sedangkan biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang tetap dikeluarkan meskipun jumlah produksinya naik ataupun turun dalam batas tertentu, sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi benih yang diusahakan (Siregar, 2012). Semakin banyak jumlah benih ikan Lele yang diproduksi maka semakin banyak pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi

Menurut Lipsey dalam Siregar (2012) biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap.

Biaya variabel atau biaya tetap dalam usaha pembenihan ikan Lele Sangkuriang meliputi biaya perawatan induk ikan, sedangkan biaya tidak tetap meliputi pembelian pakan, pupuk, dan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja diperlukan hanya pada saat pemanenan saja.


(9)

Harga pembelian pakan pellet berkisar antara Rp. 11.000.-/Kg, tergantung banyaknya pellet yang dibeli ataupun ketersedian pellet di pasaran.

Pakan ikan Lele tidak hanya menggunakan pellet, melainkan pakan alami yang telah tersedia secara ad libilitum di kolam berupa fitoplankton dan zooplankton serta serangga-serangga kecil dan tumbuhan air. Pupuk kandang didapat dari peternak ayam ataupun puyuh. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh pembudidaya untuk menghasilkan benih ikan Lele Sangkuriang umur Panen 50 – 60 hari atau ukuran 5 – 7 cm dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5. Biaya Produksi Pak Djanuar

No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)

1. Pakan 80 kg 880.000

2. Upah Pekerja 1 Org 50.000

3. Pupuk Kandang 50 Kg 10.000

4. Insectisida 1 Btl 28.000

5. Pakan Induk 50 Kg 550.000

Total biaya 1.518.000

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Tabel 4.6. Biaya Produksi Pak Mawardi

No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)

1. Pakan 100 Kg 1.100.000

2. Upah Pekerja 1 Org 50.000

3. Pupuk 50 Kg 10.000

4. Insectisida 1 Btl 28.000

5. Pakan Induk 52 Kg 572.000

Total biaya 1.760.000

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Tabel 4.7. Biaya Produksi Pak Kasman

No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)

1. Pakan 90 Kg 990.000

2. Upah Pekerja 1 Org 50.000

3. Pupuk 50 Kg 10.000

4. Insectisida 1 Btl 28.000

5. Perawatan Induk 52 Kg 572.000

Total biaya 1.650.000


(10)

Tabel 4.8. Biaya Produksi Pak Sudirman

No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)

1. Pakan 75 Kg 825.000

2. Upah Pekerja 1 Org 50.000

3. Pupuk 50 Kg 10.000

4. Insectisida 1 Btl 28.000

5. Perawatan Induk 50 Kg 550.000

Total biaya 1.463.000

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Sedangkan harga yang digunakan untuk penjualan benih ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9. Harga Benih Ikan Lele Sangkuriang

No. Ukuran Benih Harga/Ekor (Rupiah)

1. 2 - 3 cm 40

2. 3 - 4 cm 60

3. 3 - 5 cm 100

4. 5 - 6 cm 120

5. 5 - 7 cm 150

6. 7 - 9 cm 250

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Adapun penerimaan rata-rata yang diperoleh oleh pembudidaya hasil penjualan benih ukuran 5 – 7 cm dengan harga Rp. 150-/ekor dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10. Rata-rata Penerimaan yang diperoleh Pembudidaya

No. Pembudidaya Jumlah Benih Jumlah Penerimaan

1. Djanuar 31.000 4.650.000

2. Mawardi 36.000 5.400.000

3. Kasman 34.000 5.100.000

4. Sudirman 30.000 4.500.000

Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah

Suatu usaha yang beroperasi akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakannya. Penerimaan pendapatan diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa yang diproduksi. Pendapatan merupakan jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Rasyaf dalam Siregar, 2012).


(11)

Pendapatan yang diperoleh oleh pembudidaya dari usaha pembenihannya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11. Pendapatan yang diperoleh Pembudidaya (Rupiah) No. Pembudidaya Jumlah

Penerimaan

Biaya Produksi

Pendapatan 1. Djanuar 4.650.000 1.518.000 3.132.000 2. Mawardi 5.400.000 1.760.000 3.640.000 3. Kasman 5.100.000 1.650.000 3.450.000 4. Sudirman 4.500.000 1.463.000 3.037.000

Rata-rata Pendapatan 3.314.750

Sumber : Data olahan Pribadi

4.2.3. Efisiensi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio

(BCR), yaitu perbandingan antara total penghasilan dengan total biaya produksi. Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka akan semakin efisien dan layak usaha tersebut (Karo dalam Siregar, 2012). BCR dapat diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran produksi. Kadariah (1987) dalam Siregar (2012) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter berikut

BCR > 1 : Efisien BCR = 1 : Impas

BCR < 1 : Tidak Efisien

Adapun efisiensi usaha pembenihan yang dimiliki oleh pembudidaya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:


(12)

Tabel 4.12. Efisiensi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang No. Pembudidaya Biaya

Produksi

Pendapatan BCR

1. Djanuar 1.518.000 3.132.000 2,063241 2. Mawardi 1.760.000 3.640.000 2,068182 3. Kasman 1.650.000 3.450.000 2,090909 4. Sudirman 1.463.000 3.037.000 2,075871

Sumber : Data olahan Pribadi

Dari tabel 4.12 efisiensi usaha pembenihan yang dimiliki pembudidaya tersebut didapat bahwa nilai BCR > 1 atau nilai perbandingan antara total biaya produksi dengan total pendapatan lebih dari satu. Berdasarkan parameter ke-efisiensi usaha menurut Kadariah (1987) usaha yang dimiliki pembudidaya termasuk ke dalam kategori efisien dan merupakan usaha yang layak.

4.2.4. Alur Produksi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Alur produksi merupakan tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Adapun alur produksi pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Alur Produksi Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang Persiapan Kolam

Seleksi Induk

Pemijahan

Larva

Pendederan I

PendederanII

Pendederan III

Pengurasan, pembersihan dan

pemupukan

Pemeliharaan Pemanenan Penyortiran


(13)

Alur kegiatan produksi dimulai dari persiapan kolam baik kolam pemijahan dan kolam pendederan dengan menguras, membersihkan kolam serta pemupukan kolam. Selanjutnya melakukan penyeleksian induk ikan Lele Sangkuriang yang matang gonad untuk dilakukan pemijahan, kemudian setelah larva menetas maka dilakukan pemeliharaan. Pada tahap pendederan dilakukan penyortiran. Sejak ukuran larva pemanenan sudah bisa dilakukan ketika ada yang memesan dan tentunya sesuai dengan kesepakatan antara pembenih dan pembeli.

4.2.5. Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang

Penjualan benih ikan Lele Sangkuriang dilakukan ke daerah Mungo sendiri dan pasar-pasar yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu benih Lele juga dijual ke pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pembeli juga berasal dari luar Provinsi seperti Provinsi Riau, Sumatra Utara, Bengkulu dan Jambi. Biasanya pembeli datang langsung menjemput benih ikan. Untuk harga yang dijual ke pembeli asal daerah tersebut maupun dari luar daerah tetap sama, namun setelah benih ikan tersebut sudah di tangan pembeli ataupun pengumpul harga benih ditentukan sendiri oleh pembeli tersebut.

4.3. Pelaksanaan Kegiatan Magang

4.3.1. Perkenalan dengan Pembudidaya Kelompok Serba Usaha (KSU) Gurami Putih

Kegiatan magang dilaksananakan pada tanggal 25 Januari 2016 sampai dengan 14 Februari 2016, pada hari pertama dan kedua, kegiatan yang dilakukan ialah perkenalan dengan anggota kelompok Serba Usaha Gurami Putih serta mendapatkan pengarahan dari ketua kelompok mengenai kondisi dan kegiatan yang akan dilakukan selama magang. Selanjutnya diperkenalkan tempat sarana dan prasarana yang dimiliki kelompok dan beberapa kolam pembenihan ikan.


(14)

4.3.2. Persiapan Kolam Pemijahan

Kegiatan menyiapkan kolam selama magang dilakukan pada hari ke-4, 5, 10, 11, 16, dan hari ke-17. Untuk pemijahan induk ikan Lele Sangkuriang, kolam yang digunakan adalah jenis kolam dasar batu dan tanggul batu, agar memudahkan dalam pemindahan benih ikan Lele yang masih kecil ke kolam pendederan, selain itu untuk menghindari kebocoran tembok karena kebiasaan ikan Lele yang suka membuat lubang untuk sarangnya, supaya pemijahan ikan Lele berhasil, sebelum memindahkan induk ikan Lele ke kolam pemijahan, kolam terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa makanan ikan pemijahan sebelumnya yang mengandung

amoniak yang dapat mengganggu proses pemijahan. Namun, pembersihan kolam

tidak dilakukan secara berlebihan, lumut-lumut yang berada di kolam dibiarkan agar aroma ikan pemijahan sebelumnya dapat merangsang ikan untuk melakukan pemijahan. Setelah kolam pemijahan dibersihkan, selanjutnya ialah menyiapkan kakaban tempat menempelnya telur ikan Lele, kakaban yang digunakan terbuat dari ijuk yang dihasilkan oleh pohon enau atau aren, ijuk dimasukkan ke dalam kolam hingga 80% menutupi kolam pemijahan, dan ditahan dengan batu, agar setelah kolam diisi air ijuk tidak naik ke permukaan sehingga tidak ada telur ikan yang nantinya tidak menetas karna berada di permukaan. Kemudian kolam diisi air bersih hingga ketinggian 30 cm.

4.3.3. Pemilihan Induk Ikan Lele Sangkuriang

Pemilihan induk Induk ikan Lele Sangkuriang pada saat kegiatan magang dilakukan pada hari ke-6, 11, dan hari ke-18 magang. Induk yang dipilih untuk pemijahan ialah induk yang telah berumur 1 tahun, yang telah matang gonad dengan minimal tingkat kematangan gonad (TKG) III, TKG yang rendah dapat


(15)

membuat larva ikan Lele yang dihasilkan lemah dan tumbuh lambat. Untuk melihat tingkat kematangan gonad ikan Lele menggunakan selang kecil atau kateter. Telur ikan Lele yang sudah bisa dipijahkan berwarna kuning dan terlihat memisah satu telur dengan lainnya.

Selain dilihat dari telurnya, induk ikan Lele yang siap untuk dipijahkan bisa dilihat di tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13. Ciri Fisik Induk Ikan Lele Matang Gonad

Induk Ikan Lele Ciri Fisik

Jantan  Tubuh ramping

 Gerakan lebih lincah dan gesit.

 Alat kelamin runcing mencapai sirip anus

 Warna tubuh kemerahan

Betina  Perut membesar dan terasa lembek

 Gerakan agak lambat dan jinak

 Kelamin bulat membesar berwarna merah keunguan

 Jika bagian perut diurut ke arah anus keluar butir telur

 Warna tubuh sedikit kemerahan

Sumber : data primer

Gambar 4.2. Induk Ikan Lele Sangkuriang matang gonad, Jantan (Kanan), Betina (Kiri)

4.3.4. Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang

Kegiatan memijahkan induk ikan Lele Sangkuriang dilakukan pada hari-6, 11, dan hari ke-18 magang. Pemijahan ikan Lele di Desa Mungo dilakukan secara massal, yaitu dengan memijahkan beberapa induk ikan Lele sekaligus dalam satu


(16)

kolam, tujuannya memudah pekerjaan dan meminimalisir penggunaan kolam. Perbandingan jumlah jantan dan betina yaitu 1:2 ekor, dengan kolam pemijahan yang berukuran 2 x 2 meter, jumlah induk ikan Lele yang bisa dimasukkan ialah pejantan 3 ekor dan betinanya 6 ekor. Pembudidaya ikan Lele memijahkan ikan Lele sekali Dalam 2 bulan. Optimalnya ikan Lele bereproduksi 15 kali, setelah itu induk ikan bisa dijual atau dikonsumsi sendiri oleh pembudidaya.

Pelepasan induk ikan Lele Sangkuriang ke dalam kolam pemijahan dilakukan pada pagi hari supaya ikan Lele bisa beradaptasi dengan kolamnya, dan bisa melakukan pemijahan pada malam harinya, biasanya ikan Lele melakukan pemijahan pada pukul 22:00 – 05:00 WIB. Keesokan paginya telur-telur ikan Lele telah menempel di kakaban, telur yang berhasil dibuahi akan berwarna kuning bening sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih, kemudian induk ikan Lele dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk, jika induk ikan Lele dibiarkan di kolam pemijahan, dapat mengganggu perkembangan telur ikan dan menghindari telur tersebut dimakan oleh induknya.

4.3.5. Pengamatan Telur Ikan Lele Sangkuriang

Pengamatan telur dilakukan pada hari ke-7 dan 8, kemudian hari ke-13, 14, dan hari ke-19 pelaksanaan kegiatan magang. Telur ikan Lele Sangkuriang akan menetas sehari setelah proses pemijahan. Kegiatan selanjutnya ialah memisahkan induk ikan dari kolam pemijahan. Larva ikan Lele yang baru menetas tidak perlu diberi pakan, karna masih ada cadangan makanan berupa kuning telur yang menempel di tubuhnya.


(17)

Gambar 4.3. Telur Ikan Lele Sangkuriang Yang Telah dibuahi

Setelah cadangan makanan larva sudah habis biasanya 3 – 4 hari, larva ikan Lele Sangkuriang diberi pakan berupa kuning telur kemudian larutkan dengan 1 liter air, dengan frekuensi 2 – 3 kali sehari. Selanjutnya ikan diberi pakan alami yaitu tubifex karna sesuai dengan ukuran mulut ikan yang masih kecil.

4.3.6. Persiapan Kolam Pendederan Ikan Lele Sangkuriang

Kegiatan menyiapkan kolam pendederan untuk ikan Lele dilakukan pada hari yang sama menyiapkan kolam untuk pemijahan. Adapun kolam yang dimiliki oleh pembudidaya ikan Lele di Desa Mungo ialah jenis kolam dengan dasar tanah dengan tembok tanah, hanya beberapa kolam yang menggunakan tembok batu.

Sebelum menebarkan benih ikan Lele untuk pendederan I, kolam dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan melakukan pengurasan air, pengadukan tanah, penyemprotan, pemupukan, pengeringan dan pengisian air. Persiapan kolam ikan Lele harus jauh-jauh hari dilakukan bersama dengan penyiapan kolam pemijahan agar benih tidak terlalu besar saat dipindahkan ke kolam pendederan I.

Pengurasan air pada kolam pendederan I sudah dilakukan pada saat pemindahan ikan sebelumnya kependederan II ataupun dipanen, namun karna kolam terisi dengan air hujan, maka kolam perlu dikuras lagi. Pengurasan air di


(18)

kolam pendederan dilakukan dengan membuka lubang saluran keluarnya air dan menutup lubang masuknya air.

Setelah melakukan pengurasan air, lumpur yang berwarna kehitaman dikeluarkan dari kolam, lumpur tersebut merupakan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan pendederan sebelumnya, jika dibiarkan akan mengurangi kualitas air kolam dan menyebabkan penyakit pada benih ikan. Kemudian dasar kolam diaduk supaya tanah dasar kolam menjadi subur, selanjutnya melakukan penyemprotan pada kolam, penyemprotan menggunakan insektisida yang bertujuan membunuh serangga yang dapat memangsa benih ikan, seperti kini-kini atau larva capung.

Gambar 4.4. Pengurasan Kolam Pendederan 1

Setelah melakukan penyemprotan, kolam diberikan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak ayam, puyuh atau lainnya. Untuk pemupukan kolam per-meter3 nya diberi sebanyak ½ Kg pupuk. Diberikannya kotoran ternak atau

pupuk kandang dimaksudkan untuk menyuburkan kolam sehingga pakan alami ikan dapat tumbuh. Setelah melakukan pemupukan, dilakukan penjemuran 3 – 7 hari, tergantung dengan kondisi cuaca dan jenis tanah kolam, sebagai patokan permukaan tanah terdapat retakan-retakan dan bila diinjak, kedalaman jejak telapak kaki lebih kurang 2 cm pengeringan yang dilakukan sudah optimal.


(19)

Tahap pertama pengisian air yaitu dengan ketinggian air 10 – 15 cm, sehingga cahaya mati bisa menembus hingga ke dasar kolam, tujuannya mempercepat tumbuhnya biota-biota perairan yang bisa menjadi pakan alami ikan, kemudian didiamkan selama 3 hari, pakan ikan mulai tumbuh ditandai dengan warna air yang kehijauan. Selanjutnya barulah air diisi dengan kedalaman 30 – 40 cm, hal ini akan memudahkan benih ikan yang masih kecil untuk berenang dekat permukaan yang lebih banyak oksigen.

4.3.7. Penebaran Benih ke Kolam Pendederan

Setelah tahap persiapan kolam selesai, barulah penebaran benih bisa dilakukan. Kegiatan penebaran benih dilakukan pada hari ke-15 magang. Benih yang sudah siap ditebarkan ke kolam pendederan sudah berukuran 2 – 3 cm, padat tebar ikan pada kolam ialah 200 – 300 ekor/m3 Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu perairan rendah agar ikan tidak stres dengan lingkungan barunya. Selain itu penebaran dilakukan dengan hati-hati, dari kolam penetasan benih ikan diambil menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air, kemudian wadah dituangkan secara perlahan dengan memasukkan wadah ke dalam air kolam sekaligus.

Pendederan merupakan pemeliharaan benih untuk menghasilkan benih ukuran yang diinginkan. Pendederan umumnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu pendederan I, II, dan III. Setiap tahap memerlukan selang waktu tertentu. Pendederan I memerlukan waktu sekitar 2 – 3 minggu untuk memelihara benih dari ukuran 1 – 2 cm hingga ukuran 4 – 5 cm dan 5 – 6 cm. Pendederan II berlangsung 2 – 3 minggu untuk menghasilkan benih berukuran 7 – 8 cm. Dan pendederan III memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk mencapai ukuran 9 – 12 cm.


(20)

Gambar 4.5. Benih Lele Sangkuriang Pada Tahap Pendederan II 4.3.8. Pemberian Pakan

Kegiatan pemberian pakan ini dilakukan hampir setiap hari pelaksanaan magang. Pemberian pakan sangat penting untuk pertumbuhan ikan. Pakan alami yang tersedia di kolam tidak akan mencukupi kebutuhan makanan benih ikan, pemberian pakan perlu dilakukan supaya benih ikan bisa tumbuh dengan baik, pemberian pakan dilakukan dengan teratur setiap harinya, untuk menghindari benih ikan terkena penyakit. Pakan diberikan 3 kali sehari, di pagi, siang dan sore hari Pemberian pakan di pagi hari dilakukan pada jam 9, jika dilakukan terlalu pagi benih ikan rawan terkena radang insang, hal ini dikarenakan permukaan air masih tercemar dengan racun yang dibawa oleh udara, dengan menunggu sampai jam 9 racun telah hilang terkena sinar matahari, umumnya banyak pakan yang diberikan sampai benih ikan kenyang, dilihat makanan yang tersisa yang tidak dimakan lagi oleh ikan.


(21)

Gambar 4.6. Pemberian Pakan Untuk Benih Ikan Lele Sangkuriang Pakan untuk Lele yang berumur 5 – 13 hari diberikan pakan alami berupa

tubifex, karna sesuai dengan bukaan mulut benih ikan Lele yang masih kecil, dan

bertahap memberikan pakan pellet dengan cara dimulai dengan memberikan 75%

tubifex dan 25% pellet, selanjutnya 50 : 50%, dan kemudian benih ikan Lele sudah

bisa memakan pellet 100%.

Pemberian pakan pellet disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan, benih ikan yang sudah berukuran 3 cm pellet yang diberikan berukuran 0,8 mm, selanjutnya benih yang telah berukuran 5 cm sudah bisa diberikan pellet berukuran 1 mm. Untuk lebih jelasnya pemberian pakan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.14. Jenis Pakan Berdasarkan Umur Benih Ikan Lele Sangkuriang

Tahap Pembenihan

Lama Pemeliharaan

(Minggu)

Ukuran Umur (hari)

Jenis pakan Berdasarkan umur larva 1 1 – 2 cm 0 – 4

5 – 7

Makanan cadangan Kuning telur

Pd. I 2 – 3 2 – 6 cm 8 – 14 15 – 22

Tubifex

Pellet 0,8 mm

Alami (ad libilitum) Pd. II 2 – 3 7 – 8 cm 23 – 29

30 – 50

Pellet 0,8 mm

Pellet 1 mm

Alami (ad libilitum) Pd. III 2 – 3 9 – 12 cm 51 > Pellet 1 mm

Alami (ad libilitum)


(22)

Pakan tambahan juga diberikan pada benih ikan Lele menggunakan pakan alami berupa daun-daunan yang bertekstur lembut, seperti daun singkong, daun keladi, dan lain-lain. Pakan alami ini diberikan secara ad libilitum atau tetap diberikan meskipun ikan sudah kenyang. Pakan tambahan digunakan supaya menurunkan biaya produksi untuk pembelian pakan pellet.

4.3.9. Penyortiran Benih Ikan Lele Sangkuriang

Adapun kegiatan Penyortiran dilakukan pada hari ke-9 praktek magang. Penyortiran ini bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan Lele berdasarkan grade/ukurannya, sehingga ukuran benih ikan seragam, dan memenuhi ukuran-ukuran benih yang diminati pembudidaya ikan. Selain itu penyortiran dilakukan juga untuk menghindari benih yang memiliki ukuran yang lebih besar akan memakan benih yang berukuran lebih kecil, sebab Lele termasuk jenis ikan yang memiliki sifat kanibal atau memangsa sesama jenis.

Penyortiran biasanya dilakukan pada saat akan melakukan pemanenan atau pemindahan benih ikan ke pendederan selanjutnya. Penyortiran dilakukan dengan menggunakan alat penyortir benih seperti baskom dan terdapat lubang-lubang berukuran tertentu. Setiap baskom mempunyai ukuran lubang yang berbeda-beda. Baskom dengan ukuran lubang yang lebih besar diletak di atas, sehingga benih yang berukuran lebih kecil melewati lubang, dan yang berukuran lebih besar dari lubang baskom akan tertahan. Setelah didapatkan pengelompokan ikan, ikan dipindahkan ke kolam pendederan selanjutnya, ikan yang lebih kecil akan dipisahkan ke kelambu jaring atau hafa, namun masih di kolam yang sama.


(23)

Gambar 4.7. Penyortiran benih ikan Lele Sangkuriang 4.3.10. Pengendalian Hama

Hama merupakan salah satu pengganggu yang paling banyak ditemukan pada pembenihan ikan Lele di Desa Mungo. Adapun hama yang sering dijumpai ialah seperti larva kumbang air, belut, kini-kini, kodok, dan ular. Penanggulangan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mencari, menangkap dan memusnahkannya.

Larva kumbang air dan kini-kini atau larva capung menyerang larva ikan Lele yang masih lemah dengan menghisap cairan di tubuh ikan Lele sampai habis, kemudian memakannya, kini-kini dan larva kumbang bisa terlihat jelas di permukaan air pada siang hari, saat itulah penangkapan bisa dilakukan dengan menggunakan saringan. Larva kumbang bisa masuk ke kolam lewat saluran masuk dan keluarnya air, saluran kolam ditutup menggunakan saringan yang rapat sehingga larva kumbang air tidak bisa masuk.

Lokasi kolam pembenihan ikan Lele berdekatan dengan sawah, sehingga serangan hama kodok, belut, dan ular bisa terjadi, apalagi kolam yang digunakan kolam tanah. Selain memangsa benih, belut juga dapat merusak kolam karna sifatnya yang suka membuat lubang. Penanggulangan yang dilakukan ialah dengan


(24)

menangkapnya menggunakan pemancingan ke lubang belut, lubang belut biasanya terdapat dipematang sawah. Untuk kodok dan ular ditangkap menggunakan serokan kemudian dibunuh.

4.3.11. Pengendalian Penyakit

Penyakit dapat disebabkan oleh parasit yang menginfeksi dan membuat benih ikan sakit, faktor lainnya adalah lingkungan atau cuaca yang berubah-ubah sehingga pertumbuhan Lele terhambat dan dapat dapat menyebabkan kematian benih secara massal.

Penyakit yang banyak terdapat ialah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini muncul karna kualitas air yang buruk, sisa pakan yang tidak termakan

dan feses benih yang menumpuk dan membusuk di dasar kolam membuat bakteri

ini cepat tumbuh. Selain Aeromonas, bakteri lain yang dapat dijumpai seperti

Saprolegnia sp. Yang menyerang benih ikan yang terluka, bagian yang terluka akan

terlihat seperti tertutupi kapas, biasanya sering menyerang bagian insang ikan, sehingga menghambat pernapasan ikan. Dan Trichodina sp., benih yang terkena penyakit ini terlihat seperti menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding kolam. Sama halnya dengan Aeromonas, bakteri-bakteri ini muncul akibat kondisi perairan yang buruk, yang disebabkan pembusukan sisa pakan dan feses, suhu yang tidak optimal, dan penebaran yang terlalu tinggi.

Untuk penanganan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Flexibacter

columnaris menggunakan obat tetra, dengan dosis 2 sendok teh dicampurkan ke

dalam air 25 liter air, benih direndam di air campuran tersebut selama 3 menit. Untuk bakteri Aeromonas menggunakan obat Enro, dengan mencampurkan 1 sendok teh enro ke dalam 4 Kg pakan ikan.


(25)

Penyakit yang disebabkan oleh jamur diobati dengan blue cooper, dengan metode perendaman benih ke dalam air yang dicampurkan blue cooper, dengan dosis 1 ml blue cooper 2,5 m3 air.

Obat alami yang digunakan seperti daun pepaya, kunyit, daun sirih, daun jambu biji dan daun pahit-pahitan, dengan metode perendaman benih ke air yang telah dicampur tumbuhan tersebut, dosisnya 2 gram per-liter air.

4.3.12. Panen Benih

Kegiatan memanen benih ikan dilakukan pada hari ke-9 magang. Panen benih biasanya dilakukan ketika sudah ada pembeli yang memesan. Sebelum melakukan pemanenan, benih ikan Lele di puasakan beberapa jam, hal ini dimaksudkan agar saat benih telah dipindahkan ke dalam kantong plastik, benih tidak membuang kotoran, yang dapat menyebabkan kualitas air dalam plastik menurun.

Pemanenan dilakukan pada pagi ataupun sore hari untuk menghindari stres pada ikan. Cara pemanenan dimulai dari menguras air kolam pembenihan, yaitu dengan menutup saluran masuknya air dan membuka saluran keluar air, pada saluran keluarnya air ditutup dengan jaring bermata halus supaya benih ikan tidak keluar kolam. Ketika air sudah hampir habis, benih ikan akan berkumpul di tengah kolam, namun sebelumnya di tengah kolam tersebut dibuat lubang seperti parit, kemudian barulah ikan ditangkap menggunakan serokan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah baskom. Ketika melakukan pemanenan, benih harus diberi penanganan khusus atau dengan hati-hati, bila benih yang dijual cacat atau terluka saat pemanenan, pembesaran ikan akan terganggu, bahkan benih bisa mati sebelum sampai di tempat pembesaran. Jika pembeli berasal dari tempat yang tidak terlalu


(26)

jauh, benih ikan Lele dimasukkan langsung ke dalam keranjang khusus, yang dibuat untuk mengangkut benih ikan, jika pembeli berasal dari luar daerah, kemasan dapat berupa tong atau drum plastik yang dilobangi atau menggunakan kemasan plastik.

Ukuran benih yang diinginkan pembeli bervariasi, mulai dari 1 - 2 cm, 4 - 5 cm, 6 - 7 cm, bahkan larva yang baru menetas. Biasanya pembeli berasal dari luar daerah, Kecamatan, Kabupaten hingga dari luar Provinsi seperti Provinsi Riau, Sumatra Utara, Bengkulu dan Jambi. Terkadang ada juga antar pembudidaya ikan di Desa Mungo sendiri.

4.3.13. Pengemasan Benih Ikan Lele Sangkuriang

Pengemasan bisa dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka maksudnya pengemasan dengan membiarkan benih terkena udara bebas, biasanya para pembeli yang datang memang sudah membawa langsung berupa tong atau drum terbuka, sehingga benih bisa dimasukkan langsung ke dalamnya. Sedangkan dengan sistem tertutup yaitu menggunakan wadah tertutup seperti kantong plastik, tujuannya untuk menghindari kontak langsung dengan udara, untuk itu, kemasan plastik diisi dengan oksigen dan diikat dengan karet agar ikan tidak mati sebelum sampai ke tujuan. Kantong plastik yang biasa digunakan berukuran 40 x 80 cm dan dapat menampung benih 400 - 500 ekor. Kantong plastik diisi air sebanyak 1/3 bagian, sehingga sisanya bisa diisi dengan oksigen.


(27)

Gambar 4.8. Pengangkutan benih

Sistem pengemasan terbuka dilakukan untuk benih yang sudah berukuran 5 cm, jika dilakukan dengan sistem tertutup tingkat kelangsungan hidup benih akan rendah dikarenakan ketersedian air dan oksigen yang terbatas.

4.4. Permasalahan dalam Usaha Benih Ikan Lele Sangkuriang

Adapun permasalahan dalam usaha pembenihan yang dilakukan oleh pembudidaya di Nagari Mungo ialah masalah kurang ketersedian air pada musim kemarau sehingga pendapatan pembudidaya menurun. Pembudidaya pada saat ini melakukan kegiatan lain seperti bertani dan berternak.


(1)

Pakan tambahan juga diberikan pada benih ikan Lele menggunakan pakan alami berupa daun-daunan yang bertekstur lembut, seperti daun singkong, daun keladi, dan lain-lain. Pakan alami ini diberikan secara ad libilitum atau tetap diberikan meskipun ikan sudah kenyang. Pakan tambahan digunakan supaya menurunkan biaya produksi untuk pembelian pakan pellet.

4.3.9. Penyortiran Benih Ikan Lele Sangkuriang

Adapun kegiatan Penyortiran dilakukan pada hari ke-9 praktek magang. Penyortiran ini bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan Lele berdasarkan grade/ukurannya, sehingga ukuran benih ikan seragam, dan memenuhi ukuran-ukuran benih yang diminati pembudidaya ikan. Selain itu penyortiran dilakukan juga untuk menghindari benih yang memiliki ukuran yang lebih besar akan memakan benih yang berukuran lebih kecil, sebab Lele termasuk jenis ikan yang memiliki sifat kanibal atau memangsa sesama jenis.

Penyortiran biasanya dilakukan pada saat akan melakukan pemanenan atau pemindahan benih ikan ke pendederan selanjutnya. Penyortiran dilakukan dengan menggunakan alat penyortir benih seperti baskom dan terdapat lubang-lubang berukuran tertentu. Setiap baskom mempunyai ukuran lubang yang berbeda-beda. Baskom dengan ukuran lubang yang lebih besar diletak di atas, sehingga benih yang berukuran lebih kecil melewati lubang, dan yang berukuran lebih besar dari lubang baskom akan tertahan. Setelah didapatkan pengelompokan ikan, ikan dipindahkan ke kolam pendederan selanjutnya, ikan yang lebih kecil akan dipisahkan ke kelambu jaring atau hafa, namun masih di kolam yang sama.


(2)

Gambar 4.7. Penyortiran benih ikan Lele Sangkuriang 4.3.10. Pengendalian Hama

Hama merupakan salah satu pengganggu yang paling banyak ditemukan pada pembenihan ikan Lele di Desa Mungo. Adapun hama yang sering dijumpai ialah seperti larva kumbang air, belut, kini-kini, kodok, dan ular. Penanggulangan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mencari, menangkap dan memusnahkannya.

Larva kumbang air dan kini-kini atau larva capung menyerang larva ikan Lele yang masih lemah dengan menghisap cairan di tubuh ikan Lele sampai habis, kemudian memakannya, kini-kini dan larva kumbang bisa terlihat jelas di permukaan air pada siang hari, saat itulah penangkapan bisa dilakukan dengan menggunakan saringan. Larva kumbang bisa masuk ke kolam lewat saluran masuk dan keluarnya air, saluran kolam ditutup menggunakan saringan yang rapat sehingga larva kumbang air tidak bisa masuk.

Lokasi kolam pembenihan ikan Lele berdekatan dengan sawah, sehingga serangan hama kodok, belut, dan ular bisa terjadi, apalagi kolam yang digunakan kolam tanah. Selain memangsa benih, belut juga dapat merusak kolam karna sifatnya yang suka membuat lubang. Penanggulangan yang dilakukan ialah dengan


(3)

menangkapnya menggunakan pemancingan ke lubang belut, lubang belut biasanya terdapat dipematang sawah. Untuk kodok dan ular ditangkap menggunakan serokan kemudian dibunuh.

4.3.11. Pengendalian Penyakit

Penyakit dapat disebabkan oleh parasit yang menginfeksi dan membuat benih ikan sakit, faktor lainnya adalah lingkungan atau cuaca yang berubah-ubah sehingga pertumbuhan Lele terhambat dan dapat dapat menyebabkan kematian benih secara massal.

Penyakit yang banyak terdapat ialah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini muncul karna kualitas air yang buruk, sisa pakan yang tidak termakan

dan feses benih yang menumpuk dan membusuk di dasar kolam membuat bakteri

ini cepat tumbuh. Selain Aeromonas, bakteri lain yang dapat dijumpai seperti

Saprolegnia sp. Yang menyerang benih ikan yang terluka, bagian yang terluka akan

terlihat seperti tertutupi kapas, biasanya sering menyerang bagian insang ikan, sehingga menghambat pernapasan ikan. Dan Trichodina sp., benih yang terkena penyakit ini terlihat seperti menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding kolam. Sama halnya dengan Aeromonas, bakteri-bakteri ini muncul akibat kondisi perairan yang buruk, yang disebabkan pembusukan sisa pakan dan feses, suhu yang tidak optimal, dan penebaran yang terlalu tinggi.

Untuk penanganan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Flexibacter

columnaris menggunakan obat tetra, dengan dosis 2 sendok teh dicampurkan ke

dalam air 25 liter air, benih direndam di air campuran tersebut selama 3 menit. Untuk bakteri Aeromonas menggunakan obat Enro, dengan mencampurkan 1 sendok teh enro ke dalam 4 Kg pakan ikan.


(4)

Penyakit yang disebabkan oleh jamur diobati dengan blue cooper, dengan metode perendaman benih ke dalam air yang dicampurkan blue cooper, dengan dosis 1 ml blue cooper 2,5 m3 air.

Obat alami yang digunakan seperti daun pepaya, kunyit, daun sirih, daun jambu biji dan daun pahit-pahitan, dengan metode perendaman benih ke air yang telah dicampur tumbuhan tersebut, dosisnya 2 gram per-liter air.

4.3.12. Panen Benih

Kegiatan memanen benih ikan dilakukan pada hari ke-9 magang. Panen benih biasanya dilakukan ketika sudah ada pembeli yang memesan. Sebelum melakukan pemanenan, benih ikan Lele di puasakan beberapa jam, hal ini dimaksudkan agar saat benih telah dipindahkan ke dalam kantong plastik, benih tidak membuang kotoran, yang dapat menyebabkan kualitas air dalam plastik menurun.

Pemanenan dilakukan pada pagi ataupun sore hari untuk menghindari stres pada ikan. Cara pemanenan dimulai dari menguras air kolam pembenihan, yaitu dengan menutup saluran masuknya air dan membuka saluran keluar air, pada saluran keluarnya air ditutup dengan jaring bermata halus supaya benih ikan tidak keluar kolam. Ketika air sudah hampir habis, benih ikan akan berkumpul di tengah kolam, namun sebelumnya di tengah kolam tersebut dibuat lubang seperti parit, kemudian barulah ikan ditangkap menggunakan serokan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah baskom. Ketika melakukan pemanenan, benih harus diberi penanganan khusus atau dengan hati-hati, bila benih yang dijual cacat atau terluka saat pemanenan, pembesaran ikan akan terganggu, bahkan benih bisa mati sebelum sampai di tempat pembesaran. Jika pembeli berasal dari tempat yang tidak terlalu


(5)

jauh, benih ikan Lele dimasukkan langsung ke dalam keranjang khusus, yang dibuat untuk mengangkut benih ikan, jika pembeli berasal dari luar daerah, kemasan dapat berupa tong atau drum plastik yang dilobangi atau menggunakan kemasan plastik.

Ukuran benih yang diinginkan pembeli bervariasi, mulai dari 1 - 2 cm, 4 - 5 cm, 6 - 7 cm, bahkan larva yang baru menetas. Biasanya pembeli berasal dari luar daerah, Kecamatan, Kabupaten hingga dari luar Provinsi seperti Provinsi Riau, Sumatra Utara, Bengkulu dan Jambi. Terkadang ada juga antar pembudidaya ikan di Desa Mungo sendiri.

4.3.13. Pengemasan Benih Ikan Lele Sangkuriang

Pengemasan bisa dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka maksudnya pengemasan dengan membiarkan benih terkena udara bebas, biasanya para pembeli yang datang memang sudah membawa langsung berupa tong atau drum terbuka, sehingga benih bisa dimasukkan langsung ke dalamnya. Sedangkan dengan sistem tertutup yaitu menggunakan wadah tertutup seperti kantong plastik, tujuannya untuk menghindari kontak langsung dengan udara, untuk itu, kemasan plastik diisi dengan oksigen dan diikat dengan karet agar ikan tidak mati sebelum sampai ke tujuan. Kantong plastik yang biasa digunakan berukuran 40 x 80 cm dan dapat menampung benih 400 - 500 ekor. Kantong plastik diisi air sebanyak 1/3 bagian, sehingga sisanya bisa diisi dengan oksigen.


(6)

Gambar 4.8. Pengangkutan benih

Sistem pengemasan terbuka dilakukan untuk benih yang sudah berukuran 5 cm, jika dilakukan dengan sistem tertutup tingkat kelangsungan hidup benih akan rendah dikarenakan ketersedian air dan oksigen yang terbatas.

4.4. Permasalahan dalam Usaha Benih Ikan Lele Sangkuriang

Adapun permasalahan dalam usaha pembenihan yang dilakukan oleh pembudidaya di Nagari Mungo ialah masalah kurang ketersedian air pada musim kemarau sehingga pendapatan pembudidaya menurun. Pembudidaya pada saat ini melakukan kegiatan lain seperti bertani dan berternak.