Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang di Desa Babakan Kecamatan Ciomas

(1)

1.1.Latar Belakang

Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti Lele Sangkuriang memiliki permintaan cukup tinggi yaitu mencapai ± 500.000 ekor/minggu di pasar domestik (Lele Dramaga, 2010).

Usaha perikanan merupakan usaha yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, karena merupakan usaha yang banyak membutuhkan tenaga kerja dalam hal pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu, dalam pendirian usaha perikanan, jumlah tingkat pengangguran dapat berkurang seiring besarnya skala usaha. Dalam hal ini pendirian usaha perikanan secara tidak langsung dapat membantu pengurangan jumlah tingkat pengangguran di Indonesia.

Lele Sangkuriang merupakan komoditas perikanan air tawar yang potensial untuk dilakukan, karena merupakan komoditas yang pemeliharaannya tidak terlalu lama dan memiliki daya tahan fisik yang kuat (tidak mudah terserang penyakit). Dalam usaha budidaya Lele Sangkuriang terdapat 3 (tiga) jenis budidaya, antara lain pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha pembenihan merupakan jenis usaha budidaya perikanan yang menghasilkan benih (tokolan) Lele Sangkuriang, usaha pendederan merupakan usaha budidaya perikanan yang membesarkan benih (tokolan) sampai ukuran benih mencapai 1 2 inci dan usaha pembesaran merupakan jenis usaha budidaya perikanan yang melakukan pemeliharaan bibit lele sampai ukuran pedaging (konsumsi).

Usaha pembenihan Lele Sangkuriang merupakan usaha yang potensial, mengingat banyaknya jumlah pembudidaya pembesaran yang mulai kesulitan dalam mencari benih (tokolan) Lele Sangkuriang yang bermutu baik. Saat ini, tingkat kebutuhan Lele Sangkuriang telah mencapai 75 ton/hari untuk satu lokasi, yaitu Kota Jakarta. Pasokan tersebut berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah (Prabowo, 2007). Dari data tersebut,


(2)

dapat disimpulkan bahwa tingkat kebutuhan benih (tokolan) Lele Sangkuriang harus mencapai sekitar 95 ton/hari untuk pembudidaya pembesaran Lele Sangkuriang di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan baik, khususnya perikanan darat (tawar). Potensi tersebut antara lain adalah topografi tanah, mutu air dan iklim yang menunjang tingkat keberhasilan dalam bidang budidaya perikanan darat (pembenihan, pendederan dan pembesaran). Hal yang menunjang Kota Bogor sebagai wilayah perikanan di Indonesia adalah letak Kota Bogor yang berdekatan dengan kota-kota lain, yaitu Jakarta, Bandung dan Sukabumi. Oleh karena itu, pemasaran produk hasil perikanan dapat didistribusikan dengan cepat.

Sangkuriang Jaya merupakan salah satu penghasil benih Lele Sangkuriang yang terletak di Desa Babakan Ciomas, Kabupaten Bogor. Sangkuriang Jaya sudah memulai usaha pembenihan Lele Sangkuriang sejak bulan November tahun 2008 lalu dan sudah berhasil menghasilkan ± 600.000 benih/bulan. Produksi benih tersebut merupakan usaha selain usaha pembesaran Lele Sangkuriang. Oleh permintaan benih yang tinggi, maka Sangkuriang Jaya memfokuskan diri untuk pembenihan Lele Sangkuriang saja. Saat ini Sangkuriang Jaya berkeinginan untuk memperbesar usahanya dengan cara membuka lokasi produksi yang baru. Oleh sebab itu, Sangkuriang Jaya membutuhkan suatu perencanaan usaha yang matang dan suatu studi kelayakan sebelum memulai usahanya.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah pengembangan usaha layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan produksi ?

2. Apakah keuntungan yang diperoleh dari pengembangan usaha Sangkuriang Jaya bagi masyarakat setempat ?

3. Apakah pengembangan usaha yang dilakukan oleh Sangkuriang Jaya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pemerintahan setempat ?


(3)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Sangkuriang Jaya dilihat dari aspek-aspek seperti pasar, keuangan, SDM dan produksi.

2. Mengkaji dampak pengembangan usaha Sangkuriang Jaya bagi masyarakat setempat.

3. Merekomendasikan langkah-langkah dan implementasi pendekatan usaha, guna pengembangan usaha Sangkuriang Jaya ke depan berjalan secara optimal.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat pembenihan Lele Sangkuriang Jaya di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, dengan ruang lingkup ditekankan pada pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang yang didasarkan pada kelayakan usahanya.


(4)

2.1. Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam halfinancial benefitmaupunsocial benefit(Ibrahim, 2003).

Tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnis mencakup empat (4) pihak yang berkepentingan (Ibrahim, 2003), yaitu :

1. Investor

Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek seperti pasar dan pemasaran, teknologis dan teknis, finansial dan manajemen operasional, yang secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara obyektif.

2. Analisis

Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan suatu penilaian rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada.

3. Masyarakat

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat, baik yang terlibat secara langsung maupun yang muncul akibat adanya nilai tambah dari adanya usaha tersebut.

4. Pemerintah

Hasil dari studi kelayakan ini bertujuan untuk pengembangan sumber daya, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) maupun pemanfaatan berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil studi yang


(5)

dilakukan oleh individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai maupun dari pajak penghasilan dan retribusi yang berupa perijinan, biaya pendaftaran, dan administrasi yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut Ibrahim (2003), tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah :

1. Identifikasi

Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2. Perumusan

Perumusan ini merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek-aspek seperti pasar, teknik, manajemen dan finansial.

4. Pemilihan

Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbasan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Implementasi

Implementasi adalah menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

2.1.1. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Penyusunan studi kelayakan bisnis menurut Ibrahim (2003) meliputi aspek-aspek berikut :

a. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek ini bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh


(6)

perusahaan atau usaha yang diusulkan, dan strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen.

b. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek ini bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak (Husnan dan Suwarsono, 2000). Pada aspek teknis dan teknologis dipaparkan beberapa faktor, yaitu penentuan kapasitas produksi, tata letak tempat usaha, pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2001).

c. Aspek Manajemen Operasional

Aspek ini merupakan suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2001). Aspek ini juga mengkaji mengenai legalitas dari suatu perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis perencanaan usaha yang telah dibuat dapat dinyatakan layak atau tidak layak dihadapkan pada pihak berwajib dan masyarakat (Umar, 2001).

d. Aspek Finansial

Aspek ini berbicara tentang bagaimana penghitungan kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis aspek finansial juga membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan (Husnan dan Suwarsono, 2000).


(7)

2.1.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis.

Menurut Ibrahim (2003) manfaat dari studi kelayakan bisnis antara lain :

a. Manfaat ekonomis (manfaat finansial) bagi proyek itu sendiri, menguntungkan dibandingkan risiko proyek.

b. Manfaat ekonomis bagi negara (manfaat ekonomis nasional), manfaat bagi ekonomi makro suatu negara.

c. Manfaat sosial proyek bagi masyarakat sekitar.

2.2. Perikanan

Perikanan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan ikan termasuk memproduksi ikan, baik melalui penangkapan (perikanan tangkap), budidaya dan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan sebagai sumber pangan dan non pangan, seperti perikanan hias dan pariwisata (Hakim, 2008). Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (pembibitan dan pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (Hakim, 2008).

2.2.1. Budidaya Perikanan

Budidaya perikanan atau akuakultur merupakan kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (Hakim, 2008). Budidaya perikanan juga merupakan suatu proses atau kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan membiakan ikan, serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol (UU No. 31 Tentang Perikanan, 2004).

2.2.2. Pembenihan Lele Sangkuriang

Pembenihan Lele Sangkuriang adalah budidaya Lele Sangkuriang untuk menghasilkan benih sampai ukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada


(8)

kolam-kolam khusus pemijahan (Prabowo, 2007). Terdapat tiga (3) sistem pembenihan Lele Sangkuriang yang dikenal adalah :

a. Sistem Massal.

Sistem ini dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya. b. Sistem Pasangan.

Sistem ini dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.

c. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).

Sistem ini dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hyphofise (hipofisis), yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

2.2.3. Teknik Pembenihan Lele Sangkuriang

Menurut Sunarma (2004), pembenihan Lele Sangkuriang terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu :

a. Pembuatan Kolam b. Pemilihan Induk c. Persiapan lahan d. Pemijahan e. Pemindahan f. Pendederan g. Manajemen pakan h. Manajemen air


(9)

2.3. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Chaerunisa (2007) meneliti analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek-aspek seperti pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen operasional dan finansial. Penelitian ini menggunakan pendekatan rencana usaha kolaboratif dengan Participatory Action Research(PAR) dan metodeParticipatory Rural Appraisal(PRA).

Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan proyek yang meliputi Net Present Value (NPV) Rp. 254.889.000,00; Internal Rate of Return (IRR) 40,8%; Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 8,54;Payback Periode (PBP) 0,8 tahun. Dari keseluruhan penilaian kriteria tersebut, terlihat bahwa pendirian usaha penggilingan gabah layak untuk didirikan, serta analisis sensitivitas menunjukkan NPV negatif pada saat harga input operasional naik 50% dan volume penjualan turun 66%.

Tahmid (2005) meneliti mengenai studi kelayakan pendirian industri gelatin tipe B berbasis tulang sapi di Indonesia. Tujuan dari penentuan kelayakan ditentukan dengan pengkajian aspek-aspek seperti kelayakan pasar pemasaran, ketersediaan bahan baku, teknis dan teknologis, manajemen dan organisasi, legalitas dan finansial.

Pada aspek pemasaran digunakan teknik peramalan Double Exponential Smoothing dengan dua parameter Holt s untuk memproyeksikan permintaan dan penawaran gelatin di masa mendatang, sedangkan untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dilakukan penelusuran ke beberapa pemasok. Pada aspek teknis dan teknologis digunakan metode perbandingan berpasangan untuk menentukan lokasi pabrik.

Berdasarkan beberapa parameter kelayakan finansial proyek yang meliputi NPV Rp. 402.927.007.574,87, IRR 53,70%, Net B/C 4,06 dan PBP 2,91 tahun, pendirian pabrik gelati tipe B di Indonesia layak untuk dilaksanakan dan di sisi lain analisis sensitivitas menunjukkan pada


(10)

kenaikan harga bahan baku 121,10% dan ketika terjadi penurunan harga produk gelatin 43,45%, industri ini dinilai tidak layak, karena NPV proyek negatif.


(11)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup pangsa pasar yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, Sangkuriang Jaya ingin sekali melakukan suatu studi tentang kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan agar pengembangan usaha yang dilakukan berjalan optimal. Pengembangan usaha didasarkan atas banyaknya permintaan benih (tokolan) Lele Sangkuriang.

Dalam melakukan rencana pengembangan usaha, Sangkuriang Jaya membutuhkan studi tentang kelayakan usaha. Hal ini disebabkan pihak Sangkuriang Jaya ingin mengetahui ramalan (probablititas), arah dan skala usaha yang akan dilakukan didalam pengembangan usahanya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kajian atau studi tentang kelayakan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh pihak Sangkuriang Jaya.

Kajian kelayakan tentang pengembangan usaha Lele Sangkuriang ini akan sangat bermanfaat bagi Sangkuriang Jaya untuk merancang dan memperbaiki rencana usaha selanjutnya. Jika dikemudian hari usaha ini memberikan dampak positif, maka akan tercipta usaha-usaha lain yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memotivasi masyarakat untuk berwirausaha, sehingga dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat itu sendiri. Secara konseptual, kerangka pemikiran penelitian yang dimaksud disajikan pada Gambar 1.


(12)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Peneliti melakukan identifikasi potensi desa untuk mengidentifikasi potensi ekonomi dan lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan proses produksi pembenihan Lele Sangkuriang yang terdapat di Desa Babakan, yaitu dengan observasi lapangan dan wawancara kepada penduduk setempat dan para ahli perikanan. Hasil yang telah diperoleh selama pengidentifikasian dapat dijadikan bahan bagi strategi untuk melakukan tindakan pengembangan ekonomi desa lebih lanjut. Tahap selanjutnya mengetahui gambaran proses kegiatan usaha Sangkuriang Jaya

Sangkuriang Jaya

Keinginan untuk melakukan pengembangan usaha, untuk memenuhi permintaan pasar

Ketersediaan lokasi, SDM dan modal usaha

Banyaknya permintaan benih (tokolan)

Besarnya peluang untuk melakukan pengembangan

usaha

Kajian kelayakan

Evaluasi

Studi kelayakan Usaha


(13)

dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat diketahui apakah lingkungan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha. Penentuan bersama bentuk pengembangan usaha Sangkuriang Jaya dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan keinginan pihak perusahaan. Kemudian dilakukan rencana usaha kolaboratif tentang aspek pasar, teknis, manajemen dan finansial. Data yang diperoleh dan ditabulasikan, lalu selanjutnya, terkait analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran, analisis teknis dan teknologi, analisis kelayakan aspek-aspek seperti kelayakan aspek manajemen operasional, kelayakan aspek dampak usaha dan analisis sensitivitas.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011.

3.3. Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak Sangkuriang Jaya yaitu pemilik dan karyawan (Lampiran 1). Data sekunder merupakan dokumen-dokumen tertulis dari Sangkuriang Jaya, lembaga-lembaga terkait dan studi pustaka.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha Sangkuriang Jaya dilihat dari aspek manajemen usaha dan dampak usaha. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek-aspek seperti pasar, teknik dan finansialnya. Selanjutnya, hasil analisis dijelaskan secara deskriptif dan untuk aspek finansial dilakukan dengan menghitung NPV, IRR, Net B/C, BEP, PBP dan analisis sensitivitas dengan alat bantuMicrosoft Excel.


(14)

Aspek-aspek yang ditelaah (Husnan dan Suwarsono, 2000) adalah: 1. Aspek Pasar

Pengkajian mengenai aspek pasar dilakukan dengan menganalisis permintaan, penawaran, harga, bentuk pasar, program pemasaran, pesaing dan perkiraan penjualan. Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi dan nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha. Analisis permintaan dan pesaing didapatkan dari penyebaran angket yang diberikan kepada pembudidaya yang terbiasa melakukan pembenihan Lele Sangkuriang.

2. Aspek teknis

Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui pula rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi dan lahan usaha.

b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

c. Mesin dan alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria pemilihannya.

d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya.

e. Penyediaan bahan baku. 3. Aspek finansial

a. NPV atau nilai bersih sekarang

=

( ) ± (1)

Keterangan :


(15)

k = tingkat diskonto yang tepat IO = pengeluaran kas awal N = periode analisis usaha

Kriteria :

NPV 0 : usaha layak NPV < 0 : usaha tidak layak

b. IRR atau Tingkat Pengembalian Internal.

=

( ) .(2)

Keterangan :

ACTt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode IRR = tingkat pengembalian internal

IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria :

IRR tingkat pengembalian yang berlaku (suku bunga bank) : usaha layak

IRR < tingkat pengembalian yang berlaku : usaha tidak layak

c. Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya Sama dengan Profitabilitas Indeks (PI) atau Indeks Keuntungan.

= ( ) (3)

Keterangan :

ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t k = tingkat diskonto yang tepat

IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha


(16)

Kriteria :

PI 1 : usaha layak PI < 1 : tidak layak

d. BEP atau Titik Impas

= .(4)

e. PBP atau masa pengembalian investasi menurut :

= × 1 (5)

Kriteria :

PBP periode pembayaran maksimum : usaha tidak layak PBP < periode pembayaran maksimum : usaha layak

4. Aspek manajemen

Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen adalah manajemen dalam operasi, seperti bentuk organisasi, kebutuhan SDM, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan sistem penggajian.

5. Aspek dampak usaha

Menganalisis dampak dari pendirian usaha terhadap lingkungan sekitar, jika banyakbenefitatau manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat yang dirasakan oleh lingkungan dan masyarakat sedikit, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.


(17)

6. Analisis sensitivitas

Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional dan penurunan volume penjualan.

Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah : 1. Periode analisis adalah lima tahun, terhitung mulai tahun 2011 - 2015. 2. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan

harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Juni 2010.

3. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7%, yaitu suku bunga deposito berjangka Bank BRI pada bulan Juni 2010 (BRI,2010).


(18)

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Sangkuriang Jaya terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Sebelah utara Desa Babakan berbatasan dengan Kecamatan Dramaga sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciapus Bogor. Desa Babakan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor memiliki luas daerah 180 Ha. Total penduduk di desa ini 12.804 jiwa, terdiri dari 6.559 orang laki-laki dan 6.248 orang perempuan.

Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Ciomas dapat dibagi ke dalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor perikanan, dan sektor perdagangan. Sektor pertanian dan sektor perikanan khususnya perikanan air tawar merupakan sektor ekonomi yang utama dari Kecamatan Ciomas, karena masih banyak yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang pertanian dan perikanan. Jenis-jenis kegiatan usaha di Kecamatan Ciomas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Kegiatan Usaha Peternakan dan Perikanan di Kecamatan Ciomas Tahun 2009

No Jenis Usaha Jumlah (unit)

1 Kelinci 1

2 Domba 1

3 Ayam ras petelur 1

4 Ayam ras pedaging 2

5 Ikan nila 3

6 Ikan mas 3

7 Ikan gurame 2

8 Ikan patin 2

9 Ikan lele 1

sumber : BPS Kota Bogor 2009 (data diolah kembali)

Untuk sektor perdagangan benih Lele Sangkuriang di wilayah Bogor begitu pesat, sehingga para pelaku pembesaran Lele Sangkuriang belum dapat memenuhi permintaan pasar dari wilayah lain di Indonesia. Oleh karena itu,


(19)

usaha pembenihan lele masih memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan.

Lele sangkuriang tergolong jenis lele yang memiliki laju pertumbuhan cepat. Dengan cepatnya pertumbuhan ikan, kebutuhan total pakan selama masa pemeliharaan ikan relatif bisa ditekan.Food conversion rate(FCR) Lele Sangkuriang lebih rendah dari FCR Lele Dumbo biasa (Nasrudin, 2010). FCR yang baik dan menguntungkan petani adalah yang memiliki nilai rendah. Semakin rendah nilai FCR, semakin kecil jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk membali pakan. Bagi pembeli benih Lele Sangkuriang mutu produk adalah yang paling penting terutama untuk petani pembesaran, dimana petani pembesaran mengharapkan benih yang memiliki ketahanan yang tinggi. Ketahanan benih yang tinggi akan mengurangi tingkat kematian benih sehingga jumlah lele yang dipanen sesuai dengan target yang diharapkan.

4.2. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya 4.2.1 Rencana Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya

Sangkuriang Jaya merupakan salah satu perusahaan dari beberapa perusahaan di Desa Babakan yang bergerak di bidang usaha perikanan air tawar. Saat ini Sangkuriang Jaya berkeinginan untuk memperbesar usahanya dengan cara membuka lokasi produksi yang baru. Oleh sebab itu, Sangkuriang Jaya membutuhkan suatu perencanaan usaha yang matang dan suatu studi kelayakan sebelum memulai usahanya.

4.2.2 Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya Sangkuriang Jaya memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan usahanya. Fasilitas tersebut adalah :

a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Sangkuriang Jaya untuk usaha pembenihan Lele Sangkuriang adalah, lahan seluas 1.000 m2. Kolam semen 20 petak yang terdiri dari 1 petak kolam untuk pemijahan dengan ukuran kolam 4 m x 2 m dengan tinggi 1 m. Kolam untuk pemeliharaan induk sebanyak 1 petak dengan luas


(20)

15 m2 dan tinggi kolam 1 m. Selebihnya kolam untuk penetasan dan pemeliharaan larva atau benih yang masing-masing berukuran 4 m x 2 m dengan tinggi 0,5 m

Gambar 2. Kolam pembenihan dan indukan Lele Sangkuriang

b. Perlengkapan produksi. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh Sangkuriang Jaya untuk menunjang kegiatannya adalah rak, papan tulis, meja, kursi, dan lain-lain.

c. Peralatan. Peralatan untuk produksi, yaitu aerator, timbangan, baskom sortir, ember, selang, jaring, kakaban dan tabung oksigen.

Gambar 3 Perlengkapan usaha Lele Sangkuriang

d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Sangkuriang Jaya dalam kegiatan usaha adalah tempat penyimpanan pakan dan obat-obatan.


(21)

4.2.3 Kepengurusan Sangkuriang Jaya

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sangkuriang Jaya berjumlah 4 orang tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari penanggungjawab lapangan (2 orang) dan tenaga pelaksana produksi (2 orang). Koordinator lapangan bertugas mengawasi lokasi usaha dan turut membantu dalam proses pemanenan. Sedangkan tenaga operasional bertugas mengawasi perkembangan benih Lele Sangkuriang. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada bagian manajemen SDM.

Pada rencana awal berdirinya usaha, Sangkuriang Jaya telah membuat struktur organisasi. Struktur organisasi yang dibuat oleh Sangkuriang Jaya adalah struktur organisasi sederhana (Gambar 4). Struktur organisasi Sangkuriang Jaya dapat dilihat pada aspek manajemen.

4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Sangkuriang Jaya

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan baik, khususnya perikanan darat (tawar). Potensi tersebut antara lain adalah topografi tanah, mutu air dan iklim yang menunjang tingkat keberhasilan dalam bidang budidaya perikanan darat (pembenihan, pendederan dan pembesaran). Hal yang menunjang Kota Bogor sebagai wilayah perikanan di Indonesia adalah letak Kota Bogor yang berdekatan dengan kota-kota lain, yaitu Jakarta, Bandung dan Sukabumi. Oleh karena itu, pemasaran produk hasil perikanan dapat didistribusikan dengan cepat.

Pemilik Sangkuriang Jaya

Koordinator Lapangan I

Koordinator Lapangan II

Tenaga Operasional I

Tenaga Operasional II


(22)

Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) sukabumi, yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk dasar yang didiseminasikan, yaitu dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F26). Adapun gambar dari Lele Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 5. Perbandingan Lele sangkuriang dan Lele Dumbo dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 5. Lele Sangkuriang

Menurut Nasrudin (2010) keunggulan yang terdapat pada Lele Sangkuriang adalah :

a. Panen lebih cepat

b. Kemampuan bertelur dan daya tetas telur tinggi c. Lebih tahan terhadap penyakit

d. Kualitas daging lebih unggul e. Lebih tahan banting

f. Teknik pemeliharaan lebih mudah g. Dapat dibudidayakan pada lahan sempit

Sangkuriang Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perikanan air tawar khususnya Lele Sangkuriang. Rencana pengembangan usaha yang dilakukan Sangkuriang Jaya adalah untuk memenuhi permintaan pasar untuk benih Lele Sangkuriang. Selain itu juga potensi untuk usaha pembenihan Lele Sangkuriang masih sangat terbuka, khususnya di wilayah


(23)

Jabodetabek. Oleh karena itu diharapkan Sangkuriang Jaya dapat meraup keuntungan yang optimal dari pembenihan lele tersebut.

4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi

Rencana usaha Sangkuriang Jaya yang akan dibuat adalah memiliki sarana untuk pendederan, pembenihan dan produksi benih. Kegiatan utama Sangkuriang Jaya yang direncanakan adalah pembenihan Lele Sangkuriang.

4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha

Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja. Pengembangan usaha ini juga diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Babakan Kecamatan Ciomas.

Pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang ini, diharapkan dapat membantu meringankan masyarakat sekitar terutama petani pembesaran dalam mencari benih Lele Sangkuriang. Pencarian informasi menjadi lebih mudah dengan pembudidaya Lele Sangkuriang lainnya.

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan pendirian usaha pembenihan Lele Sangkuriang di Desa Babakan ini dikaji menurut aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha. Aspek-aspek kelayakan usaha tersebut, yaitu aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Dari keempat aspek yang dibahas tersebut disesuaikan dengan kondisi usaha pembenihan Sangkuriang Jaya dan menjelaskan apakah usaha ini layak atau tidak untuk didirikan.

4.4.1. Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Aspek pasar merupakan aspek yang perlu dianalisis, dengan tujuan mengetahui apakah produk/jasa yang dihasilkan dapat dijual atau tidak, karena bila dilakukan tanpa


(24)

memperkirakan atau meneliti permintaan produk, maka dikemudian hari usaha akan terancam dan akan timbulnya banyak sekali kesulitan akibat kekurangan atau kelebihan permintaan. Pembahasan pada aspek ini meliputi kondisi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh Sangkuriang Jaya.

a. Peluang Pasar

Budidaya Lele Sangkuriang dapat dilakukan 1 800 m dari permukaan laut (dpl) dan tidak memerlukan persyaratan lokasi baik tanah maupun air secara spesifik. Permintaan dari Lele Sangkuriang di wilayah Bogor khususnya masih sangat tinggi, yaitu 40 ton per hari. Sementara untuk wilayah Jabodetabek permintaan Lele Sangkuriang 75 ton per hari (www.agromaret.com, 2009). Peningkatan permintaan ikan lele yang merupakan salah satu ikan konsumsi, dapat dilihat dan peningkatan per kapita masyarakat di kabupaten Bogor dari tahun 2000 sampai tahun 2008 (Tabel 2).

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2000-2008

Tahun Konsumsi ikan

(kg/kapita/tahun)

Persentase perubahan (%)

2000 14,49

-2001 15,15 4,6

2002 15,99 5,5

2003 16,49 3,1

2004 17,3 4,9

2005 18,44 6,5

2006 19,82 7,4

2007 22,36 12,8

2008 24,04 7,5

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa konsumsi ikan di Kabupaten Bogor terus meningkat setiap tahunnya. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2000, yaitu 14,49 kg per kapita per tahun


(25)

dan terus mengalami kenaikan hingga menjadi 24,04 kg per kapita per tahun pada tahun 2008.

Produksi lele di Indonesia meningkat cukup nyata dalam beberapa tahun terakhir ini, yaitu dari sekitar 60.000 ton Tahun 2004, menjadi 79.000 ton pada tahun 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan menargetkan adanya peningkatan rataan 20.000 ton per tahun. Dengan sasaran pengembangan produksi ikan lele secara nasional pada tahun 2009 mencapai 175.000 ton (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007).

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele. Perkembangan produksi ikan lele di Kabupaten Bogor dari tahun 2003-2006 terus mengalami peningkatan (Tabel 3).

Tabel 3. Perkembangan produksi perikanan air tawar Kabupaten Bogor dari tahun 2006-2009 (dalam Ton)

Jenis ikan Tahun Jumlah Rataan

2006 2007 2008 2009

Mas 7.068,77 8.923,31 8.124,35 3.889,61 28.006,04 7.001,51 Nila 3.430,78 4.310,67 3.494,95 1.845,42 13.081,82 3.270,45 Gurame 3.453,8 4.357,14 1.854,82 1.946,43 11.612,19 2.903,05 Tawes 921,01 1.162,62 278,80 77,14 1.276,95 425,65

Tambakan 34,54 41,37 48,5 33,68 158,09 39,52

Lele 5.572,13 7.035,06 9.744,8 18.315,02 40.667,01 10.166,75

Patin 57,56 92,03 571,76 584,84 1.306,19 326,55

Nilam 46,05 54,85 8,23 3,21 112,34 28,08

Lain-lain 2.223,4 2.824,78 961,08 2.057,59 8.066,85 2.016,71 Jumlah 22.841,1 28832,92 25.087,29 28.752,94 28.006,04 7.001,51

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa produksi ikan Lele pada tahun 2006 adalah 5.572,13 dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar 7.035,06 ton. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah produksi menjadi 9.744,8 ton, dan total produksi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 18.315,02 ton. Sangkuriang Jaya dalam usaha pembenihan Lele Sangkuriang


(26)

memiliki target untuk pemasaran produknya. Target pasar yang dimaksud, yaitu para pembudidaya pembesaran Lele yang terdapat di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

b. Kebijakan Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masing-masing komponen yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha pembenihan Lele Sangkuriang Jaya.

1) Produk

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pihak Sangkuriang Saya mengenai produk yang ditawarkan berupa penyediaan benih Lele Sangkuriang yaitu ukuran 5-6 cm. Benih Lele Sangkuriang yang dihasilkan berasal dari indukan dengan mutu terbaik.

2) Harga

Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang dipasarkan. Sangkuriang Jaya menetapkan harga benih Lele Sangkuriang sama dengan harga yang ditawarkan oleh pasaran pada umumnya, dengan kisaran harga untuk ukuran 5-6 cm sebesar Rp.120/ekor.

3) Distribusi

Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir. 4) Promosi

Promosi yang dilakukan oleh pihak Sangkuriang Jaya adalah dengan Direct marketing. Alasan menggunakan cara promosi ini selain lebih ekonomis, Sangkuriang Jaya memiliki jaringan yang cukup luas, sehingga memudahkan untuk memasarkan hasil produksinya.


(27)

4.4.2. Analisis Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dalam pengembangan usaha Sangkuriang Jaya adalah :

a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal pada usaha pembenihan Lele Sangkuriang terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha pembenihan Lele Sangkuriang dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.

Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada awal usaha Rp. 80.174.000.

b. Kebutuhan Investasi

Pada pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang, diperkirakan modal investasi yang dibutuhkan pada periode ke nol Rp. 80.174.000. Modal investasi tersebut merupakan suatu kebutuhan untuk melakukan usaha pembenihan Lele yang akan dilakukan oleh pemilik usaha. Oleh sebab itu, kebutuhan investasi yang diartikan pada penelitian ini hanya mencakup investasi pada pembangunan, serta pembelian sarana dan prasarana produksi, investasi beserta umur ekonomis dapat dilihat pada Tabel 4.


(28)

Tabel 4. Daftar komponen kebutuhan investasi Sangkuriang Jaya

NO ITEM SATUAN HARGA

(Rp : a)

JUMLAH (b)

UMUR EKONOMI

(Tahun)

TOTAL (Rp : a x b) INVESTASI

1 Kolam Unit 3.000.000 20 20 60.000.000

2 Gudang Unit 10.000.000 1 20 10.000.000

3 Kakaban Unit 10.000 10 1 100.000

4 Aerator Unit 17.000 2 2 34.000

5 Airpump Unit 2.500.000 1 20 5.000.000

6 Drum plastik Unit 240.000 10 10 2.400.000

7 Tabung oksigen Unit 450.000 1 20 450.000

8 Filter Unit 250.000 10 10 2.500.000

9 Timbangan Unit 200.000 1 5 500.000

10 Ember Unit 40.000 4 2 160.000

11 Selang Meter 7.500 50 5 375.000

12 Jaring Meter 4.000 60 5 240.000

13 Lemari Unit 100.000 1 10 200.000

14 Papan tulis Unit 15.000 1 10 15.000

15 Indukan Paket 800.000 1 3 800.000

TOTAL BIAYA INVESTASI (1+2+ 12) 80.174.000

c. Kebutuhan Produksi

Kebutuhan produksi diperkirakan pada pengembangan usaha ini Rp. 44.160.000. Rincian biaya produksi usaha Sangkuriang Jaya dapat dilihat pada Tabel 5.


(29)

Tabel 5. Rincian biaya produksi usaha pembenihan Sangkuriang Jaya KOMPONEN BIAYA PRODUKSI SATUAN HARGA (a) JUMLAH (b) TOTAL (Rp:a x b) a. Biaya tetap

Koordinator lapangan Rp/bln 600.000 2 1.200.000

Tenaga operasional Rp/bln 350.000 2 700.000

Total biaya tetap (a) 1.900.000

b. Biaya variabel

Pakan indukan Sak 216.000 5 1.080.000

Cacing rambut kaleng 6.000 50 300.000

Tepung udang Kg 12.000 30 360.000

Pelet F99 Kg 11.000 40 440.000

Total biaya variabel (b) 1.880.000

c. Total biaya produksi (a + b) 3.780.000

Total biaya produksi per tahun (c x 12) 44.160.000

d. Sumber Modal

Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri. Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas pribadi pemilik.

e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan

Dalam analisis cash flow, manfaat yang diperoleh dari pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang, yaitu penjualan produk benih berukuran 5-6 cm. Ukuran benih tersebut merupakan ukuran yang sangat sesuai dengan kebutuhan permintaan konsumen, yaitu petani pembesaran Lele Sangkuriang.

Penerimaan yang diperoleh adalah dari hasil kali antara jumlahoutputdengan harga benih Lele Sangkuriang. Harga benih Lele Sangkuriang yang berlaku dan disepakati oleh Sangkuriang Jaya Rp 80/ekor. Sedangkan untuk nilai sisa dari usaha Sangkuriang Jaya didapatkan pada akhir umur usaha ini, yaitu pada tahun ke lima. Perhitungan secara terperinci dari penerimaan usaha Sangkuriang Jaya dapat dilihat pada Lampiran 4.


(30)

f. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun waktu satu periode (Tim Lentera, 2002).

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002). Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode. Pada Sangkuriang Jaya, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu periode pembenihan adalah Rp.28.390.000 nilai tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan dikurangi total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel), terdiri dari Rp 96.000.000 Rp 67.160.000,00.

Analisis imbangan penerimaan dan biaya diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha (Tim Lentera, 2002). Pada usaha Sangkuriang Jaya, diperolehR/Csebesar 1,42. Artinya adalah setiap 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,42.

Hasil analisis pendapatan usahatani di atas menunjukan bahwa secara teori dalam jangka pendeknya, Sangkuriang Jaya dikategorikan layak diimplementasikan. Hal ini dikarenakan kriteria TR > TC dan R/C > 1 sebagai syarat suatu usaha yang menguntungkan atau layak dapat dipenuhi.

g. Kriteria Kelayakan Investasi

Asumsi untuk pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang melalui penyusunancash flowadalah :


(31)

1) Umur usaha yang direncanakan adalah lima tahun telah disepakati oleh pihak Sangkuriang Jaya.

2) Usaha dimulai pada bulan Januari 2011 - Agustus 2015. 3) Target Produksi per bulan 100.000 ekor benih ukuran 5-6 cm. 4) Frekuensi produksi per tahun sebanyak 12 kali panen.

5) Indukan bertelur 50.000 butir dalam sekali pemijahan. 6) Waktu pemeliharaan 20 hari.

7) Biaya investasi untuk investasi dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.

8) Biaya investasi tidak dihitung dari usaha yang lama.

9) Luas lahan yang digunakan untuk pendirian usaha pembenihan Lele Sangkuriang adalah lahan milik pribadi dengan luas ± 1.000 m2.

10) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun 2010/2011 dengan asumsi harga konstan selama umur usaha dilakukan.

11) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pembenihan Lele Sangkuriang sebanyak 4 (empat) orang.

12) Sumber modal adalah modal sendiri.

13) Nilai sisa dihitung dengan asumsi umur ekonomis = 0 (nol) 14) Para pembeli benih merupakan petani pembesaran Lele

Sangkuriang, dimana apabila membeli benih lele, akan datang langsung ke lokasi usaha Sangkuriang Jaya.

15) Tingkat suku bunga yang digunakan 7%, yaitu tingkat suku bunga deposito berjangka bulan Maret 2009 (BRI, 2010). 16) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba

berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih Rp.0 Rp.5 juta, maka tidak dikenakan pajak. Bila laba bersih di atas Rp. 5 juta dan di bawah Rp. 50 juta akan dikenakan pajak 5%. Bila nilai laba bersih di atas Rp. 50 juta - Rp 100 juta, maka pajak yang dikenakan adalah sebesar 10%.


(32)

17) Analisis sensitivitas dilakukan dengan satu perubahan, yaitu penurunan kapasitas produksi 30%.

Empat (4) kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP (Umar, 2001). Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Pengembangan Sangkuriang Jaya

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value(NPV) 87.220.466

Profitability Index(PI) 1,42

Internal Rate of Return(IRR) 42%

Payback Periode(PBP) 3 tahun

1) NPV

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. NPV atau manfaat bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur ekonomis. NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp 87.220.446. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus masuk Sangkuriang Jaya lebih besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga usaha yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 5.

2) PI

PI atau disebut juga Net B/C, merupakan perbandingan nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada Sangkuriang


(33)

Jaya 1,42. Nilai ini menunjukan bahwa kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya investasi awal pada pendirian usaha 1,42. Nilai PI > 1, maka pendirian usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.

Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV, dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua kriteria ini menggunakan peubah yang sama (Umar, 2001).

3) IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari Sangkuriang Jaya 42%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 7%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pendirian usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pendirian usaha ini daripada menabung uangnya di bank.

Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka


(34)

dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dan selanjutnya hingga mencapai, atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2001). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada Lampiran 5.

4) PBP

PBP merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP pada usaha ini adalah tiga (3) tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama tiga (3) tahun. Sangkuriang Jaya ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pendirian usaha ini layak untuk diimplementasikan.

Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pendirian usaha di atas, dapat disimpulkan secara analisis bahwa Sangkuriang Jaya layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7% dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur Sangkuriang Jaya berakhir.

5) BEP

BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana total revenue atau penerimaan total (TR) perusahaan adalah sama dengan total cost atau biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis, volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada Sangkuriang Jaya ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp) dan kuantitas


(35)

(kg), BEP harga diperoleh Rp. 56,34 per ekor. Angka tersebut menunjukkan bahwa penjualan benih tidak akan mengalami keugian atau pun keuntungan jika benih dijual dengan harga Rp.56,34. Untuk BEP produksi diperoleh 845.125 ekor. Artinya, Sangkuriang Jaya harus menghasilkan produksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam setiap tahun agar dapat menutupi biaya produksinya.

h. Analisis Sensitivitas

Menganalisis perkiraancash flowdi masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam menghasilkan laba (Umar, 2001), maka dari itu penelitian ini menggunakan analisis switching value untuk mengetahui kepekaan dari Sangkuriang Jaya dengan mengubah beberapa faktor penting.

Untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan skenario penurunan produksi 30%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha Sangkuriang Jaya berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atauNet B/C1,00 dan IRR 7%.

Dari kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa Sangkuriang Jaya peka terhadap penurunan produksi benih. Dengan demikian, Sangkuriang Jaya perlu untuk mempertahankan volume produksi, bahkan perlu meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga inputproduksi.

4.4.3. Analisis Aspek Teknis

Hasil dari aspek pasar menunjukan gambaran masa depan yang cerah bagi usaha yang direncanakan, selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek teknis. Pada aspek teknis dipaparkan beberapa faktor,


(36)

yaitu penentuan kapasitas produksi, tata letak tempat usaha, pemilihan indukan, proses produksi, dan peralatan dan perlengkapan.

a. Penentuan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi ekonomis merupakan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu, misalnya satu hari, bulan atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang besarnya ditentukan oleh kemampuan alat yang terpasang dan persyaratan teknis seperti pengurangan hari kerja.

Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi, yaitu perkiraan jumlah penjualan produksi masa mendatang, survival rate (SR) benih lele, tenaga kerja inti serta ketersediaan indukan Lele Sangkuriang. Kapasitas produksi yang diperoleh dari 1 (satu) kolam 5.000-7.000 ekor benih Lele Sangkuriang. Hasil perhitungan BEP pembenihan Lele Sangkuriang menunjukan kapasitas benih mencapai 845.125 ekor dalam satu (1) tahun. Dengan demikian keuntungan yang didapatkan adalah pada kondisi yang melebihi 845.125 ekor.

b. Pemilihan indukan dan pemijahan

Menurut Sunarma (2004), indukan ikan Lele Sangkuriang yang akan digunakan dalam proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karatekristik kualitatif dan kuantitatifnya, baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya tetes telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.

Persyaratan reproduksi induk betina ikan Lele Sangkuriang antara lain, umur minimal dipijahkan satu tahun dengan berat 700-1000 g dan panjang standar 25-30 cm. Persyaratan induk jantan yang siap memijah, antara lain berumur satu tahun, berat 500-700 g dan panjang standar 30-35 cm.


(37)

Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata atau dengan meraba bagian perut. Induk jantan yang telah matang gonad ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.

c. Lokasi dan Tata Letak

Budidaya Lele Sangkuriang dapat dilakukan 1 m 800 m dpl dan tidak memerlukan persyaratan lokasi baik tanah maupun air secara spesifik. Lokasi tempat pendirian kolam ditetapkan berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu bertempat di lokasi yang tidak berdekatan dengan perumahan penduduk, akan tetapi berada dekat dengan daerah persawahan. Layoutlokasi usaha Sangkuriang Jaya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Layout usaha Sangkuriang Jaya

Dari Gambar 6 dapat djelaskan bahwa bangunan I merupakan kantor dan bangunan II merupakan gudang. Sedangkan kolam pemeliharaan indukan adalah Gambar IV, Gambar III adalah kolam tempat penyortiran benih ukuran 5-6, yang juga dijadikan tempat I II V V V V V V V V V V V V V V V IV III III


(38)

pemijahan indukan. Kolam pemeliharaan benih terdiri dari 15 petak, yaitu Gambar V

d. Proses Produksi

Beberapa kegiatan budidaya yang harus diperhatikan apabila usaha yang dilakukan berjalan dengan baik dan produksi lele dapat meningkat. Kegiatan tersebut adalah pemijahan, pemeliharaan larva dan penyortiran. Pemijahan dapat dilakukan secara alami, semi alami dan buatan. Pemijahan alami dan buatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pemijahan alami dilakukan tanpa menggunakan hormon buatan untuk merangsang terjadinya pemijahan antara ikan Lele betina dan Lele jantan. Sementara pemijahan semi alam dan buatan menggunakan hormon rangsangan untuk mempercepat terjadinya pemijahan.

Pemijahan alami memiliki kelebihan (Nasrudin, 2009) yaitu : 1. Lebih hemat karena tidak dibutuhkan hormon perangsang. 2. Tidak adanya ikan yang dikorbankan atau didonorkan.

3. Induk lele yang dipijahkan secara alami, produktifitasnya lebih tinggi dan dapat berlangsung selama hidupnya.

4. Telur yang dihasilkan dari pemijahan alami cenderung sempurna dan lebih bermutu.

5. Bibit lele yang dihasilkan dari pemijahan alami cendderung lebih unggul, karena tidak adanya cacat yang dialami seperti benih yang dihasilkan dari pemijahan buatan.

6. Proses pemijahan alami jauh lebih sederhana dan lebih mudah. 7. Pada proses pemijahan alami hanya telur matang yang keluar

dari perut betina, sementara pada pemijahan buatan induk jantan dijadika korban untuk diambil hipofisa dan spermanya. Kelemahan dari pemijahan alami (Nasrudin, 2009) adalah : 1. Belum matang kelamin meskipun secara ukuran, berat dan

bentuk fisik sudah memenuhi syarat untuk dilakukannya pemijahan.


(39)

2. Perbedaan ukuran yang menyebabkan terjadinya serangan terhadap induk lele yang ukurannya lebih kecil.

3. Luka atau sakit yang menyebabkan induk tidak mau memijah. 4. Kondisi tempat memijah tidak memenuhi persyaratan sehingga

ikan tidak mau memijah.

Sangkuriang Jaya melakukan pemijahan secara alami karena kontinuitas dari induk dapat dipertahankan dan selain itu benih yang dihasilkan lebih unggul. Dengan kata lain kelebihan yang diperoleh dengan cara melakukan pemijahan secara alami yang mendorong perusahaan untuk menggunakannya. Selain pemijahan, faktor lain yang mendukung berhasilnya budidaya adalah penyortiran. Penyortiran benih adalah kegiatan menyeleksi benih sesuai ukuran yang diharapkan. Penyortiran benih bertujuan untuk mendapatkan keseragaman ukuran benih. Selain itu, untuk menghindarkan benih yang memiliki ukuran lebih besar, karena dapat memakan benih lain yang ukurannya lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh karakter Lele yang memiliki sifat kanibal. Sangkuriang Jaya melakukan peyortiran sebanyak dua (2) kali selama pemeliharaan larva hingga mencapai ukuran benih siap jual. Pemeliharaan benih juga penting diperhatikan selama kegiatan budidaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan, penanggulangan hama dan penyakit, serta pengelolaan mutu air. Seluruh kegiatan di atas adalah faktor penting agar benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan produktifitasnya dapat ditingkatkan. Agar seluruh kegiatan yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik maka perusahaan melatih keterampilan yang dimiliki oleh pekerjanya dalam melakukan kegiatan budidaya.

e. Peralatan dan Perlengkapan

Peralatan yang digunakan oleh Sangkuriang Jaya adalah : 1) Kakaban

2) Aerator 3) Airpump


(40)

4) Drum plastik 5) Tabung oksigen 6) Filter

7) Timbangan. 8) Ember 9) Selang 10) Jaring

Perlengkapan yang digunakan oleh Sangkuriang Jaya adalah : 1) Lemari

2) Papan tulis

4.4.4. Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada pengembangan usaha Sangkuriang Jaya yang dibahas adalah :

a. Kepemilikan

Sangkuriang Jaya berada di bawah kepemilikan satu (1) orang yang merupakan pemilik modal usaha.

b. Struktur Organisasi

Pada usaha Sangkuriang Jaya, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis (Gambar 7). Struktur organisasi ini merupakan ketetapan dan telah disepakati bersama oleh seluruh karyawan pada perusahaan ini. Alasan dari Sangkuriang Jaya menggunakan struktur organisasi lini atau garis, agar memudahkan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.


(41)

Gambar 7. Struktur organisasi Sangkuriang Jaya

c. Deskripsi Pekerjaan

Struktur organisasi lini atau garis yang telah dijelaskan memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung dengan melakukan pembagian kerja sederhana. Deskripsi pekerjaan yang ada di Sangkuriang Jaya adalah :

1) Pemilik melakukan pengawasan terhadap kinerja bawahannya. Pemilik juga menerima laporan harian mengenai perkembangan kegiatan produksi. Selain itu pemilik diharapkan mampu untuk mengambil keputusan yang baik untuk kelangsungan usaha agar dapat berjalan lebih baik dan kondusif.

2) Koordinator lapangan terdiri dari dua (2) orang dengan tugas antara lain menjaga keamanan dan kebersihan kolam. Selain itu membantu dalam proses pemijahan dan penyortiran benih. 3) Tenaga operasional terdiri dari dua (2) orang dengan tugas

melakukan pemeliharaan indukan dan pemeliharaan larva disamping itu membantu pemijahan dan penyortiran benih Lele Sangkuriang.

d. Sistem Kompensasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat pada usaha pembenihan Lele Sangkuriang Jaya merupakan karyawan tetap. Tenaga kerja ini memperoleh gaji dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja Rp.

Pemilik Sangkuriang Jaya

Koordinator Lapangan I

Koordinator Lapangan II

Tenaga Operasional I

Tenaga Operasional II


(42)

1.900.000,00 per bulan. Tabel 7 menjelaskan klasifikasi sistem kompensasi di Sangkuriang Jaya.

Tabel 7. Klasifikasi sistem kompensasi Sangkuriang Jaya

No Jabatan

Gaji (Rp / Bulan) 1 Koordinator lapangan 600.000

2 Tenaga operasional 350.000

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh Sangkuriang Jaya ini memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk kategori layak.

e. Peraturan dan Sanksi Kerja

Peraturan yang diterapkan oleh Sangkuriang Jaya adalah : 1) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan

menjaga kenyamanan konsumen.

2) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal yang merupakan milik Sangkuriang Jaya

3) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi usaha Sangkuriang Jaya.

Sanksi-sanksi kerja yang diterapkan oleh Sangkuriang Jaya adalah pemotongan gaji dan skorsing.

f. Sistem Pemutusan Tenaga Kerja

Pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila tenaga kerja diketahui melakukan pelanggaran kerja yang sudah sangat fatal, yaitu melakukan tindakan kriminal dan sudah mendapatkan sanksi dari pihak Sangkuriang Jaya lebih dari empat (4) kali.


(43)

4.4.5. Aspek Dampak Usaha

Pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang Jaya diharapkan dapat memenuhi keinginan masyarakat terutama para petani pembesaran Lele Sangkuriang di Jabodetabek pada umumnya dan Kecamatan Ciomas pada umumnya. Dengan berdirinya usaha pembenihan Lele Sangkuriang ini, mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha, khususnya di bidang perikanan air tawar, sehingga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Desa Babakan Kecamatan Ciomas.

Antisipasi terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan oleh usaha Sangkuriang Jaya ini adalah aroma tidak sedap yang dihasilkan dari kolam Lele akibat pemberian pakan. Oleh karena itu, pihak pengelola telah mempertimbangkan lokasi usaha yang tidak terlalu berdekatan dengan perumahan masyarakat.

4.5. Implikasi Manajerial

Pengembangan usaha pembenhan Lele Sangkuriang Jaya dapat direlisasikan jika pemilik usaha, memiliki keyakinan dan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi masalah dana, pemilik perlu mengajak dan meyakinkan investor lain untuk menanamkan modalnya, sehingga pemilik tidak terlalu kesulitan dalam hal pendanaan.

Hal lainnya pemilik harus mempersiapkan kondisi internal, terutama bagian keuangan, untuk membentuk sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan penghitungan kerugian dan keuntungan. Selain itu, pemilik perlu memperhatikan tentang perizinan dan legalitas, serta meminta rekomendasi pada Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Dengan diakuinya legalitas usaha tersebut, diharapkan adanya perlindungan dari pemerintah setempat, bantuan yang bersifat pelatihan ataupun pengadaan fisik dan informasi-informasi yang dapat menguntungkan bagi usaha pembenihan Lele Sangkuriang Jaya.


(44)

1. Kesimpulan

a. Pengembangan usaha pembenihan Sangkuriang Jaya dapat direalisasikan untuk memenuhi permintaan akan benih Lele Sangkuriang, maka para petani pembesaran Lele Sangkuriang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat dengan mudah memperoleh benih Lele Sangkuriang bermutu.

b. Pengembangan usaha pembenihan Sangkuriang Jaya dapat memberikan kontribusi yang baik dalam masyarakat di desa Babakan Kecamatan Ciomas. Keuntungan yang diperoleh masyarakat, yaitu dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Selain itu masyarakat dapat termotivasi melakukan kegiatan wiraswasta untuk meningkatkan kesejahteraan.

c. Analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi Sangkuriang Jaya Rp Rp. 28.390.000, R/C ratio 1,24, BEP harga diperoleh Rp.56,34 yang berarti penjualan benih tidak akan mengalami keugian atau pun keuntungan jika benih dijual dengan harga Rp. 56,34. Sedangkan untuk BEP produksi diperoleh sebesar 845.125 ekor. Nilai kriteria investasi yang dihasilkan dengan NPV Rp 87.220.446. IRR 42%, Net B/C atau PI adalah 1,42 dan PBP adalah 3 tahun. Hasil tersebut menunjukan kelayakan pendirian usaha pembenihan Sangkuriang Jaya. Dalam analisis switching value digunakan skenario penurunan produksi 30%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha Sangkuriang Jaya berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atauNet B/C1,00 dan IRR 7%

2. Saran

a. Pengelolaan pembenihan Lele Sangkuriang perlu memiliki hubungan dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bogor dan Balai Perikanan Air Tawar Sukabumi, agar dapat memperoleh informasi terkini, terutama informasi tentang indukan Sangkuriang baik dari harga maupun pengendalian penyakit.


(45)

b. Pihak Sangkuriang Jaya harus melakukan pencatatan yang baik agar dapat mengelola keuangan perusahaan melalui pengadaan komputer untuk melakukan pencatatan secara otomatis dan lebih akurat.

c. Sangkuriang Jaya harus menjaga keharmonisan dengan para konsumen, terutama para petani pembesaran Lele Sangkuriang, agar keberlangsungan perusahaan dapat terjaga dan bahkan meningkatkan keuntungan.


(46)

Agromaret.com. 2009. Permintaan Lele Sangkuriang. www.agromaret.com [2 Juni 2009]

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2009.Kota Bogor Dalam Angka. Bogor. BPS Kota Bogor.

BRI (Bank Rakyat Indonesia). 2010. Tingkat Suku Bunga Deposito. www.bri.co.id[8 Juni 2010].

Chaerunnisa, R. R. 2007. Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi, pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Produksi dan Konsumsi Ikan Nasional. Jakarta

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Produksi dan Konsumsi Ikan. Bogor

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Hakim, N. 2008. Usaha Budidaya Perikanan.wikipedia.org/wiki/Perikanan, [8 Juni 2009]

Lele Dramaga. 2010. Budidaya Lele Sangkuriang.leledramaga.blogspot.com [11 Januari 2010].

Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Agromedia, Jakarta Prabowo, 2007. Teknis Budidaya Lele. bibitlelesangkuriang.blogspot.com

[ 12 Juni 2010].

Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi

Tahmid, M. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gelatin Tipe B Berbasis Tulang Sapi di Indonesia. Skripsi pada Departemen Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka, Jakarta.


(47)

Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(48)

(49)

Lampiran 1. Keunggulan Lele sangkuriang dibandingkan dengan Lele Dumbo

Item Lele Sangkuriang Lele Dumbo

Karakter reproduksi

Kematangan gonad pertama (bulan) 8 9 4 5 Fekunditas (butir/kg induk betina) 40.000 60.000 20.000 30.000 Diameter telur (mm) 1,1 1,4 1,1 1,4 Lamanya inkubasi telur pada suhu 23°C - 24°C (jam) 30 36 30 36 Lamanya kantung telur terserap pada suhu 23°C - 24°C (hari) 4 5 4 5 Derajat penetasan telur (%) > 90 > 80 Panjang larva umur 5 hari (mm) 9,13 9,13 Berat larva umur 5 hari (mg) 2,85 2,85 Sifat larva Tidak kanibal Tidak kanibal Kelangsungan hidup larva (%) 90 95 90 95 Pakan alami larva

Moina sp. Daphina sp. Tubifex sp. Moina sp. Daphina sp. Tubifex sp. Karakter pertumbuhan

Pertumbuhan harian bobot benih umur 5 hari-26 hari (%) 29,26 20,38 Panjang standar rata-rata benih umur 26 hari (cm) 3 5 2 3 Kelangsungan hidup benih umur 5 26 hari (%) >80 >80 Pertumbuhan harian bobot benih umur 26 hari-40 hari (%) 13,96 12,18 Panjang standar rata-rata benih umur 40 hari (cm) 5 8 3 5 Kelangsungan hidup benih umur 26 40 hari (%) >90 >90 Pertumbuhan harian bobot pada pembesaran selama 3 bulan (%) 3,53 3,53 Pertumbuhan harian bobot calon induk (%) 0,85 0,85 Konversi pakan pada pembesaran 0,8 1,0 >1 Toleransi terhadap lingkungan

Suhu °C 22 34 22 34

Nilai pH 6 9 6 9

Oksigen terlarut (mg/l) >1 >1 Toleransi terhadap penyakit

IntensitasTrichodina sp.pada pendederan di kolam (individu) 30 40 >100 IntensitasIchthiophthirius sp.Pada pendederan di kolam (individu) 6,30 19,50 Sumber : BBAT Sukabumi ,2004


(50)

Lampiran 2. Kuesioner penelitian Bapak/ibu/sdr yang terhormat

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Lele Sangkuriang Di Desa Babakan Kecamatan Ciomas . Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya sangat mengharapkan kerjasama dari Bapak/ibu/sdr untuk meluangkan waktu mengisi sejumlah pertanyaan dalam kuesioner yang telah saya buat untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Untuk itu sangat diharapkan bapak/ibu/sdr dapat memberikan informasi yang akurat dan jujur, sehingga informasi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan.

Atas perhatian dan kerjasama yang baik dari bapak/ibu/sdr, saya ucapkan terimakasih.

Bogor, Januari 2011

Risno F. Gultom / H 24066018

(Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

IDENTITAS RESPONDEN

NAMA :

PEKERJAAN :

ALAMAT :

PENGHASILAN:

A. Pemilik

1. Berapa luas lahan yang diperlukan untuk lokasi usaha ?

2. Dimana letak lokasi usaha ini berada ?

3. Dari manakah modal untuk memulai usaha ini ?

4. Jika ada pinjaman, berapa persen pinjaman tersebut ?


(51)

LanjutanLampiran 2

6. Dari manakah target konsumen untuk usaha ini ?

7. Apakah ada target konsumen selain dari yang sudah ditetapkan ?

8. Sarana apakah yang tersedia pada usaha ini ?

9. Dari manakah anda mendapatkan sarana tersebut ?

10. Jika memesan, anda memesan dimana ?

11. Berapa harga jual ditetapkan ?

12. Berapa kapasitas produksi usaha ini ?

13. Apakah ada pembatasan jumlah lele yang di budidayakan ?

14. Berapa lama rataan waktu yang diberikan pada setiap pembenihan ?

15. Apakah ada rencana untuk penambahan kapasitas kedepannya ?

16. Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usaha ini ?

17. Apakah ada persyaratan khusus untuk tenaga kerja yang dibutuhkan ?

18. Berapa gaji yang dibayarkan untuk tenaga kerja ?

19. Bagaimana sistem pembayarannya ?

20. Bagaimana anda mempromosikan usaha anda ?

21. Bentuk permasalahan apa yang akan dihadapi oleh jenis usaha ini ?

22. Jika ada, bagaimana pemecahan masalah tersebut ?

B. Konsumen

1. Berapa luas kolam pendederan yang dimiliki ?

2. Berapa jumlah panen benih lele dalam 1 (satu) tahun ?

3. Dalam 1 (satu) tahun berapa kali pembenihan ?


(52)

Lanjutan Lampiran 2

5. Dengan menggunakan apa anda menuju ke lokasi tersebut ?


(53)

Lampiran 3. Pertanyaan untuk FGD

Pendirian Pengembangan Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang di Desa Babakan Kecamatan Ciomas

a. Panduan :

1) Tujuan dari format ini adalah untuk mengumpulkan informasi kualitatif

2) Pertanyaan-pertanyaan berikut adalah sebagai pertanyaan usulan. Pertanyaan lain juga bisa ditambahkan, apabila dibutuhkan.

3) Informasi dari pertanyaan tersebut dapat menjadi bagian dari informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya.

b. Pertanyaan :

1) Di daerah manakah anda biasanya membeli indukan Lele selama ini ? 2) Dari mana anda tahu lokasi indukan Lele tersebut ?

3) Dengan apa anda menuju ke lokasi indukan Lele ? 4) Apakah lokasi tersebut dekat dengan rumah anda ?

5) Apakah anda memiliki kendala dengan pembenihan Lele saat ini ? 6) Jika ya, bagaimana solusinya menurut anda ?


(54)

Lampiran 4. Rencana penerimaan Sangkuriang Jaya

NO ITEM SATUAN HARGA

(Rp)

JUMLAH (ekor)

PENERIMAAN PER BULAN (Rp)

PENERIMAAN PER TAHUN ANALISIS

0 1 2 3 4 5

A Penerimaan

Benih lele ukuran 5-6 cm Rp/ekor 80 100.000 8.000.000 96.000.000* 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000

TOTAL PENERIMAAN (Rp) 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000


(55)

Lampiran 5. Analisis cashflow Sangkuriang Jaya

No Item Tahun Analisis (Rp)

0 1 2 3 4 5

A INFLOW

Benih ukuran 5-6 cm 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000

Nilai sisa 53.807.500

Total Inflow 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 B OUTFLOW

1 Biaya investasi

Kolam 60.000.000

Gudang 10.000.000

Indukan 800.000 800.000

Kakaban 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Aerator 250.000 250.000

Airpump 2.500.000

Drum plastik 2.400.000

Tabung oksigen 450.000

Filter 2.500.000

Timbangan 500.000

Ember 160.000 160.000

Selang 240.000

Jaring 300.000

Lemari 100.000

Papan tulis 15.000


(56)

Gaji koordinator lapangan 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Gaji tenaga operasional 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000

Pajak bumi bangunan 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000

3 Biaya variabel

Pakan indukan 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000

Cacing rambut 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Tepung udang 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

Kantong plastik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Pelet F99 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000

Oksigen 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Obat-obatan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Total Outflow 80.315.000 54.910.000 52.110.000 53.320.000 52.110.000 52.110.000 C Benefit -80.315.000 41.090.000 43.890.000 42.680.000 43.890.000 43.890.000 D Pajak Penghasilan 2.054.500 2.194.500 2.134.000 2.194.500 2.194.500 E Net Benefit -80.315.000 39.035.500 41.695.500 40.546.000 41.695.500 41.695.500 F Discount Factor 7% 1 0,934579439 0,873438728 0,816297877 0,762895212 0,712986179 G PV/Tahun -80.315.000 36.481.776 36.418.464 33.097.614 31.809.297 29.728.315 H PV Positif 167.535.466 131.053.691 94.635.226 61.537.613 29.728.315 0 I PV Negatif -80.315.000 36.481.776 36.418.464 33.097.614 31.809.297 29.728.315 J NPV 87.220.466 167.535.466 131.053.691 94.635.226 61.537.613 29.728.315

K NET B/C 2,09 3,59 2,60 1,86 0,93 0,00


(57)

a. Dalam unit

NO ITEM SATUAN

TAHUN ANALISIS USAHA

(Rp) JUMLAH

(unit)

0 1 2 3 4 5

A BANGUNAN

1 Kolam unit 20 20

2 Gudang unit 1 1

B ALAT DAN PERLENGKAPAN

1 Kakaban unit 10 10 10 10 10 10 60

2 Aerator unit 2 2 4

3 Airpump unit 1 1

4 Drum plastik unit 10

5 Tabung oksigen unit 1

6 Filter unit 10

7 Timbangan unit 1 1

8 Ember unit 4 4 8

9 Selang meter 50 50

10 Jaring meter 60 60

11 Lemari unit 1 1

12 Papan tulis unit 1 1

ASET BERGERAK

1 Indukan paket 1 1

2 Pakan Indukan sak/bulan 12 12 12 12 12 12

3 Cacing rambut kaleng/bulan 12 12 12 12 12 12

4 Tepung Udang kg/bulan 12 12 12 12 12 12

5 Pelet F99 kg/bulan 12 12 12 12 12 12

TENAGA KERJA GAJI

1 Koordinator lapangan org 2 2 2 2 2


(58)

NO ITEM SATUAN TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)

0 1 2 3 4 5

A BANGUNAN

1 Kolam unit 60.000.000

2 Gudang unit 10.000.000

Total harga 70.000.000

B ALAT DAN

PERLENGKAPAN

1 Kakaban unit 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

2 Aerator unit 34.000 34.000

3 Airpump unit 2.500.000

4 Drum plastik unit 2.400.000

5 Tabung oksigen unit 450.000

6 Filter unit 2.500.000

7 Timbangan unit 500.000

8 Ember unit 160.000 160.000

9 Selang meter 375.000

10 Jaring meter 240.000

11 Lemari unit 100.000

12 Papan tulis unit 15.000

D ASET BERGERAK

1 Indukan paket 800.000 800.000

2 Pakan Indukan sak/tahun 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 3 Cacing rambut kaleng/tahun 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 4 Tepung Udang kg/tahun 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 5 Pelet F99 kg/tahun 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000

F TENAGA KERJA

1 Koordinator lapangan org 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000


(59)

No Item Satuan

Harga (Rp)

Jumlah

(unit) UE Total (Rp)

A Investasi

1 Kolam Unit 3.000.000 20 10 60.000.000

2 Gudang Unit 10.000.000 1 20 10.000.000

3 Indukan Paket 800.000 1 3 800.000

4 Kakaban Unit 10.000 10 1 100.000

5 Aerator Unit 17.000 2 2 34.000

6 Airpump Unit 2.500.000 1 20 2.500.000

7 Drum plastik Unit 240.000 10 10 2.400.000

8 Tabung oksigen Unit 450.000 1 20 450.000

9 Filter Unit 250.000 10 10 2.500.000

10 Timbangan Unit 500.000 1 10 500.000

11 Ember Unit 40.000 4 2 160.000

12 Selang Meter 7.500 50 5 375.000

13 Jaring Meter 4.000 60 5 240.000

14 Lemari Unit 100.000 1 10 100.000

15 Papan tulis Unit 15.000 1 10 15.000

Total Biaya Investasi 80.174.000

B Biaya Tetap

3 Gaji Koordinator

lapangan Rp/thn 7.200.000 2 14.400.000

4 Gaji tenaga operasional Rp/thn 4.200.000 2 8.400.000

5 PBB Rp/thn 650.000 650.000

Total Biaya Tetap 23.450.000

C

Biaya Variabel

Total per

bulan Total per tahun

1 Pakan indukan sak 216.000 5 1.080.000 12.960.000


(1)

Biaya Variabel Satuan Harga Jumlah

Total per

bulan Total per tahun

3 Tepung udang kg 12.000 30 360.000 4.320.000

4 Pelet F99 kg 11.000 40 440.000 5.280.000

Total Biaya Variabel 44.160.000

D Penerimaan

Benih Ukuran 5-6 cm Rp/ekor 80 100.000 8.000.000 96.000.000

Total Penerimaan 96.000.000

E Total Biaya (B+C) 67.610.000

F Keuntungan (D-E) 28.390.000

G Pajak Pendapatan (F X%) 2.839.000

H Keuntungan Bersih (F-G) 25.551.000

I R/C Ratio (D/E) 1,42

J BEP Harga 56,34

K BEP Produksi 845.125

L PP 3,14

Produksi per Tahun = 1.200.000 ekor Lanjutan Lampiran 7


(2)

Lampiran 8. Perhitungan laba/rugi usaha Sangkuriang Jaya

NO ITEM TAHUN ANALISIS

0 1 2 3 4 5

A INFLOW

Penerimaan

Benih Ukuran 5-6 cm 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000

TOTAL INFLOW 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000

B OUTFLOW

1 BIAYA INVESTASI

Kolam 60.000.000

Gudang 10.000.000

Indukan 800.000 800.000

Kakaban 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Aerator 34.000 34.000

Airpump 2.500.000

Drum plastik 2.400.000

Tabung oksigen 450.000

Filter 2.500.000

Timbangan 500.000

Ember 160.000 160.000

Selang 375.000

Jaring 240.000

Lemari 100.000

Papan tulis 15.000

2 BIAYA TETAP

Gaji Koordinator lapangan 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Gaji tenaga operasional 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000

Biaya penyusutan investasi 3.761.500 3.761.500 3.761.500 3.761.500


(3)

3 BIAYA VARIABEL

Pakan indukan 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000

Cacing rambut 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Tepung udang 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

Kantong plastik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Pelet F99 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000

Oksigen 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Obat-obatan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

C TOTAL OUTFLOW 93.134.000 36.510.000 40.271.500 40.465.500 41.071.500 40.271.500

D LABA BERSIH SEBELUM PAJAK (A-C) -93.134.000 59.490.000 55.728.500 55.534.500 54.928.500 55.728.500 E

PAJAK PENDAPATAN USAHA (D x

10%) 5.949.000 5.572.850 5.553.450 5.492.850 5.572.850


(4)

Lampiran 9. Perhitungan penyusutan investasi usaha Sangkuriang Jaya

NO JENIS INVESTASI

NILAI BELI

(Rp)

UMUR EK (Th)

PENYUSUTAN PER TAHUN (Rp)

*NILAI SISA (RP)

1 Kolam 60.000.000 20 3.000.000 45.000.000

2 Gudang 10.000.000 20 500.000 7.500.000

3 Airpump 2.500.000 10 250.000 1.250.000

4 Lemari 100.000 10 10.000 50.000

5 Papan tulis 15.000 10 1.500 7.500

TOTAL 72.615.000 3.761.500 53.807.500


(5)

6

4

Lampiran 10. Perhitungan analisis sensitifitas usaha Sangkuriang Jaya

No Item Tahun Analisis

0 1 2 3 4 5

A INFLOW

Benih ukuran 5-6 cm 73.608.147 73.608.147 73.608.147 73.608.147 73.608.147

Nilai sisa 53.807.500

Total Inflow 73.608.147 73.608.147 73.608.147 73.608.147 73.608.147

B OUTFLOW

1 Biaya investasi

Kolam 60.000.000

Gudang 10.000.000

Indukan 800.000 800.000

Kakaban 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Aerator 250.000 250.000

Airpump 2.500.000

Drum plastik 2.400.000

Tabung oksigen 450.000

Filter 2.500.000

Timbangan 500.000

Ember 160.000 160.000

Selang 240.000

Jaring 300.000

Lemari 100.000

Papan tulis 15.000

2 Biaya tetap

Gaji koordinator lapangan 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 Gaji tenaga operasional 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000

Pajak bumi bangunan 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000

3 Biaya variabel

Pakan indukan 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000 12.960.000


(6)

Tepung udang 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

Kantong plastik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Pelet F99 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000 5.280.000

Oksigen 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Obat-obatan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Total Outflow 80.315.000 54.910.000 52.110.000 53.320.000 52.110.000 52.110.000 C Benefit -80.315.000 18.698.147 21.498.147 20.288.147 21.498.147 21.498.147 D Pajak Penghasilan 934.907 1.074.907 1.014.407 1.074.907 1.074.907 E Net Benefit -80.315.000 17.763.240 20.423.240 19.273.740 20.423.240 20.423.240 F Discount Factor 7% 1 0,934579439 0,873438728 0,816297877 0,762895212 0,712986179 G PV/Tahun -80.315.000 16.601.159 17.838.449 15.733.113 15.580.792 14.561.488 H PV Positif 80.315.000 63.713.841 45.875.393 30.142.280 14.561.488 0 I PV Negatif -80.315.000 16.601.159 17.838.449 15.733.113 15.580.792 14.561.488

J NPV 0 80.315.000 63.713.841 45.875.393 30.142.280 14.561.488

K NET B/C 1,00 3,84 2,57 1,92 0,93 0,00

L IRR 7%

M PP 0,00