Keadaan Perekonomian KEADAAN UMUM KABUPATEN KUDUS

c. Sementara Tidak Diusahakan d. Hutan Rakyat e. Hutan Negara f. Perkebunan g. Lainnya 2. Rawa, Tambak, Kolam 72 123 1.882 112 3.402 64 0,17 0,29 4,42 0,26 8,00 0,15 Jumlah 42.516 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Kudus, 2006 b Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa luas lahan Kabupaten Kudus 42.516 hektar dan secara umum dimanfaaatkan sebagai lahan bukan sawah seluas 21.936 hektar atau 51,59 persen dan lahan sawah seluas 20.580 hektar atau 48,41 persen. Lahan bukan sawah sebagian besar digunakan untuk lahan kering dan rawa, tambak, kolam. Lahan kering paling banyak digunakan untuk bangunan dan halaman sekitar yaitu seluas 10.181 hektar atau 23,95 persen, diikuti dengan penggunaan lahan untuk tegalkebun seluas 6.100 hektar atau 14,35 persen. Lahan kering lainnya berupa lahan yang sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, dan lainnya. Lahan yang dimanfaatkan untuk rawa, tambak, kolam seluas 64 hektar atau 0,15 persen, yang merupakan luas penggunaan lahan tersempit di Kabupaten Kudus. Lahan sawah di Kabupaten Kudus paling banyak digunakan untuk sawah tadah hujan seluas 7.037 hektar atau 16,55 persen, diikuti lahan sawah irigasi setengah teknis seluas 5.920 hektar atau 13,93 persen. Penggunaan lahan sawah lainnya berupa lahan sawah irigasi teknis, irigasi sederhana, dan lainnya.

B. Keadaan Perekonomian

Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi regional suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun tertentu. Dengan melihat perubahan nilai PDRB Kabupaten Kudus dari tahun ke tahun baik atas harga berlaku maupun harga konstan maka akan dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonominya. Selain itu dapat diketahui kontribusi masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Besarnya PDRB dan pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus tahun 2003-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus Tahun 2003-2006 Tahun PDRB ADHK Nilai Juta Rupiah Pertumbuhan 2003 2004 2005 2006 9.382.289,16 10.198.527,37 10.647.407,98 10.903.735,34 5,56 8,69 4,40 2,41 Sumber: BPS Kabupaten Kudus, 2006 a Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus dari tahun 2003 sampai tahun 2004 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari 5,56 persen menjadi 8,69 persen. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus dari tahun 2004 sampai tahun 2006 berada di bawah target yaitu di bawah angka 5 persen karena mengalami penurunan cukup tajam, tetapi pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus masih berada pada nilai yang positif yaitu menjadi 2,41 persen pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Kudus dari tahun 2003 sampai tahun 2006 cenderung mengalami penurunan. Peningkatan pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus pada tahun 2004 dari tahun 2003 disebabkan karena adanya peningkatan usaha di sektor industri pengolahan, selain itu kenaikan sektor lain seperti sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, jasa-jasa, sektor lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan juga berpengaruh pada kenaikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus. Kondisi tersebut meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, kemudahan memperoleh barang dan jasa di pasaran, dan semakin terbukanya lapangan kerja. Hal ini berkaitan erat dengan adanya kegairahan kembali di berbagai sektor ekonomi sebagai dampak situasi politik yang semakin kondusif dan juga kerja keras dan inovasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan pelayanan sehingga iklim usaha dan investasi di Kabupaten Kudus semakin membaik. Nilai PDRB Kabupaten Kudus mengalami peningkatan dari Rp 10.198.527,37 pada tahun 2004 menjadi Rp 10.647.407,98 pada tahun 2005 dan Rp 10.903.735,34 pada tahun 2006 tetapi pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus mengalami penurunan. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kudus mengalami penurunan dari 8,69 persen pada tahun 2004 menjadi 4,40 persen pada tahun 2005 dan 2,41 persen pada tahun 2006. Penurunan pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa perekonomian wilayah Kabupaten Kudus mengalami kelesuan. Kondisi tersebut disebabkan terjadinya penurunan usaha di sektor industri pengolahan, mengingat industri merupakan penyangga utama perekonomian Kabupaten Kudus, seperti industri rokok, jenang, makananminuman, tembakau, konveksi, percetakan, dan sebagainya.

C. Keadaan Sektor Pertanian