4 petani dan sebaliknya semakin sedikit anggota keluarga petani maka semakin
kecil tanggungan pengeluaran petani. Tabel 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani secara organik dan konvensional
No. Jumlah
Tanggungan Organik
Konvensional Jumlah
Jiwa Persentase
Jumlah Jiwa Persentase
1. 2
6.06 3
9.09 2.
1 sampai 3 21
63.64 28
84.85 3.
4 sampai 7 10
30.30 2
6.06 Jumlah
33 100
33 100
Tabel 17. Menjelaskan mayoritas petani memiliki jumlahtanggungan keluarga yang cukup sedang yakni berjumlah 1 sampai 3 orang atau degan
Persentase 63,64, begitupun denganpetani dengan usahatani padi secara konvensional berada pada tingkat sedang yakni jumlah tanggungan berjumlah 1
sampai 3, dengan persentase 84,85. Namun jika keduanya dibandingkan maka hasil persentase tertinggi diperoleh oleh petani dengan usahatani padi secara
konvensional. Hasil persentase menjelaskan bahwa tanggungan keluarga petani
konvensional lebih sejatera dibandingkan jumlah tanggungan petani organik yang lebih banyak sehingga pendapatan dan pengeluaran petani dapat lebih
ditingkatkan guna meningkatkan kesejahteraan petani, namun dengan hasil yang relatif sedikit tersebut penggunaan tenaga kerja dalam keluarga juga kecil
sehingga usahatani tersebut lebih memerlukan tenaga kerja luar keluarga dalam mengolah usahatani padi baik secara organik maupun secara konvensional.
5
4. Luas Lahan
Luas lahan pada pertanian yang digunakan untuk budidaya padi sawah sangat mempengaruhi hasil produksi padi yang dihasilkan. Semakin luas lahan
pertanian padi yang digunakan maka hasil produksi padi akan semakin tinggi, hasil produksi tersebut dipengaruhi oleh proses dalam kegiatan budidaya, dan
akan mempengaruhi penerimaan, pendapatan serta keuntungan padi baik usahatani padi secara organik maupun usahatani padi secara konvensional.
Tabel 4. Kepemilikan Lahan Usahatani Padi Secara Organik dan Konvensional No
Luas Lahan Organik
Konvensional Jumlah
Jiwa Persentase
Jumlah Jiwa
Persentase 1
≤1000 17
51.52 12
36.36 2
1000-2000 13
39.39 10
30.30 3
2000-3000 1
3.03 4
12.12 4
3000-4000 0.00
0.00 5
4000-5000 0.00
3 0.10
5 5000
2 6.06
4 12.12
Jumlah 33
100 33
100.00
Tabel 18.Diketahuibahwa luas lahan padi organik mayoritas sangat sedikit sebaran luas lahan usahatani padi organik yakni dominan 100-1000
sehingga dalam hal ini usahatani padi organik perlu dikembangkan atau diperluas. Proses
perluasan lahan usahatani padi organik dengan luasan 1000-2000 juga cukup
dominan yakni sebanyak 13 petani sehingga tidak terlalu jauh jika dibandingkan dengan luas lahan usahatani padi secara konvensional yakni rata rata dominan
tertinggi juga dengan luasan 100 - 1000 dengan persentase36,36 atau
sebanyak 12 petani. Jika ditinjau dengan kepemilikan luas lahan perbandingan
6 selisih tidak terlalu jauh, sehingga perlu adanya keberlanjutan guna meningkatkan
pendapatan petani yang juga dipengaruhi oleh uasatani yang sesuai dengan standar operasional prosedur dalam usahatani padi.
B. Penerapan Standar Operasional Prosedur Usahatani Padi Secara organik dan Secara Konvensional
Standar Operasional Prosedur usahatani padi diukur sengaja menggunakan capaian skor sesuai dengan yang diterapkan petani baik secara organik maupun
secara konvensional. Standar operasional prosedur terdiri dari persiapan bibit, Penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen dan penggilingan serta
penyortiran. Masing – masing variabel SOP diukur dengan skor terendah 1 tidak
sesuai anjuran, skor 2 kurang sesuai anjuran skor 3 cukup sesuai anjuran, skor 4 sesuai anjuran. Secara rinci pengukuran kesesuaian SOP usahatani padi
organik dan pertanian konvensional adalah sebagai berikut:
1. Benih
Benih pada usahatani padi menjadi hal utama yang pelu untuk diperhatikan, benih yang digunakan untuk usahatani padi harus sesuai dengan
yang dianjurkan baik usahatani padi secara organik maupun secara konvensional. Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal.
Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak
dikehendaki. Berikut merupakan perbandingan skor yang diperoleh dari penerapan benih yang dianjurkan dari masing-masing Standar Operasional
Prosedur yang telah dianjurkan baik secara organik maupun secara konvensional.