STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHATANI PADI SECARA ORGANIK DAN PADI SECARA KONVENSIONAL DI KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN BANTUL

(1)

STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHATANI PADI SECARA

ORGANIK DAN PADI SECARA KONVENSIONAL DI KECAMATAN

PANDAK,

KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Disusun oleh :

Ayusri Fitria Ningsih

20120220096

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia serta hidayahNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Komparatif Efektivitas Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Usahatani Padi Secara Organik dan Padi Secara Konvensional di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul”.

Terwujudnya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Ir,Sriyadi, MP, selaku dosen pembimbing utama.

2. Ir.Lestari Rahayu, MP selaku dosen pembimbing pendamping.

3. Kedua orang tuaku Nasiono dan Jumirah yang telah memberikan doa, restu, dan dukungan baik moral maupun material.

4. Sahabat seperjuangan, Wilda Fitra KH .S.P, Sri Utami L, Aprilia, Sigit, Ezal, Rona Dyas, Friska Arsalina, dan Rekan kelas AGRI C 2012.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis menerima segala saran, kritik, dan juga masukan. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... i

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Kegunaan ... 7

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

B. Penelitian Terdahulu ... 12

C. Kerangka Pemikiran ... 13

D. Hipotesis ... 14

III.METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Pengambilan Sampel ... 23

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data... 25

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah... 25

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

E. Analisis Data... 24

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 39

A. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Pandak ... 39

B. Keadaan Penduduk ... 40

C. Keadaan Sosial Ekonomi ... 45

D. Keadaan Pertanian ... 48

E. Profil Gapoktan “Mitra Usaha Tani” ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Identitas Petani Padi ... 54

B. Penerapan Standar Operasional Prosedur Usahatani Padi Secara organik dan Secara Konvensional ... 60

C. Efektivitas Standart Operasional Prosedur Usahatani Padi Organik dan Padi konvensional ... 78


(4)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produktivitas Tanaman Padi DIY, 2010-2014 (Ku/Ha)... 3

Tabel 2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Padi Organik ... 12

Tabel 3. Standar Operasional Prosedur Pertanian padi secara konvensional Hazton .. 9

Tabel 4. Daftar Kelompok Tani dalam Gapoktan Mitra Usaha Tani Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kab. Bantul /(Jiwa) ... 24

Tabel 5. Skor VariabelProses Pertanian Padisecara organik Sesuai SOP ... 29

Tabel 6. Skor Variabel Proses Pertanian Padi secara Konvensional Sesuai SOP ... 24

Tabel 7. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelmin Diwilayah kecamatan Pandak Tahun 2015... 40

Tabel 8. Komposisi penduduk berdasarkan Usia di Kecamatan Pandak ... 42

Tabel 9. Komposisi penduduk menurut mata pecaharian di Kecamatan Pandak. ... 43

Tabel 10. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan... 44

Tabel 11. Komposisi Sarana Ekonomi di Kecamatan Pandak ... 46

Tabel 12. Sarana Transportasi Kecamatan Pandak ... 47

Tabel 13. Tanaman Pangan Kecamatan Pandak 2016 ... 48

Tabel 14. Tabel Penggunaan Lahan pertanian dikecamatan Pandak ... 49

Tabel 15. Identitas Petani dalam sebaran usia petani padi secara Organik dan usahatani padi secara Konvensional ... 56

Tabel 16.Tingkat pendidikan petani usahatani padi secara organik dan secara konvensional ... 57

Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani secara organik dan konvensional ... 58

Tabel 18. Kepemilikan Lahan Usahatani Padi Secara Organik dan Konvensional ... 59

Tabel 19. Skor Perbandingan Penerapan Benih berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secaraOrganik dan secara konvensional ... 61

Tabel 20. Skor Perbandingan Penerapan Perlakuan Benih Berasarkan Standar Operasional Prosedur Usahatani padi secara organik dan konvensional .. 62

Tabel 21. Skor Perbandingan Penerapan Penanaman berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 64

Tabel 22. Skor Perbandingan Penerapan Pemeliharaan dan Pemupukan berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi Organik dan konvensional ... 65

Tabel 23. Skor Perbandingan Penerapan Penyiangan berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 67

Tabel 24. Skor Perbandingan Penerapan Pengendalian OPT berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 69

Tabel 25. Skor Perbandingan Penerapan Pengendalian OPT berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 70

Tabel 26. Skor Perbandingan Penerapan Panen berdasarkan Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 72


(6)

Tabel 27. Skor Perbandingan Penerapan Pascapanen berdasarkan Standar Operasional Prosedur Usahatani padi secara Organik dan secara

konvensional ... 74 Tabel 28. Skor Perbandingan Penerapan Penggilingan berdasarkan Standar

Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara

konvensional ... 75 Tabel 29. Skor Perbandingan Penerapan Penyortiran dan Pengayaan berdasarkan

Standar Operasional Posedur Usahatani padi secara Organik dan secara konvensional ... 77 Tabel 30. Perbandingan Rata rata capaian skor dan tinkat Efektivitas penerapan

sesuai standar operasional prosedur secara organik dan secara

konvensional. ... 79 Tabel 31. Perbandingan Tingkat Efektivitas Standar Operasioanal Prosedur

Usahatani padi secara Organik dan konvensional ... 79 Tabel 32. Perbandingan Penerimaan usahatani padi per 2.500 usahatani padi

secara organik dan secara konvensional ... 82 Tabel 33. Perbandingan biaya pendapatan usahatani padi secara organik dan

secara konvensional di Kecamatan Pandak ... 84 Tabel 34.Perbandingan pendapatan dan Keuntungan Usahatani padi secara


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik 10 Negara dengan luas area (Ha) Tahun 2012 ... 2 Gambar 2. Kerangka Berfikir ... 13


(8)

(9)

INTISARI

STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHATANI PADI SECARA ORGANIK DAN PADI SECARA KONVENSIONAL DI KECAMATAN

PANDAK, KABUPATEN BANTUL. 2016. AYUSRI FITRIA NINGSIH

(Skripsi dibimbing oleh Sriyadi dan Lestari Rahayu).Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan efektivitas penerapan Standar Operasional Prosedur usahatani padi secara organik dan padi secara konvensional di kecamatan Pandak Kabupaten Bantul. Mengetahui perbandingan produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik dan konvensional berdasarkan penerapannya. Penelitian dilakukan di kecamatan Pandak Bantul dengan cara purposive. Responden yang diambil adalah semua petani padi organik 33 petani dan 33 petani padi konvensional yang tergabung dalam

Gapoktan “Mitra Usaha Tani”. Pengambilan sampel responden dilakukan secara

sensus pada petani padi organik dan random sampling pada petani padi konvensional dari populasi petani. Efektivitas penerapan Standar Operasional Prosedur usahatani padi secara organik lebih efektif dengan rata-rata 71,26% yang artinya tingkat pencapaian tinggi dengan skor rata rata 3,14 yang artinya cukup, dibandingkan dengan tingkat Efektivitas penerapan pada usasahatani secara konvensional yakni 63.73% yang artinya sedang dengan skor rata-rata 2,91 yang artinya cukup. Perbandingan Keuntungan usahatani padi secara organik sebesar Rp.5.928.114 sedangkan keuntungan usahatani padi secara konvensional Rp. 3.625.750.

Kata kunci: Efektivitas, Komparatif, Produksi, Penerimaan, keuntungan, Usahatani Padi Organik, Usahatani Padi Konvensional


(10)

STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHATANI PADI SECARA ORGANIK DAN PADI SECARA KONVENSIONAL DI KECAMATAN

PANDAK, KABUPATEN BANTUL.

The Comparative Study of Effectivity Standard Operational Procedure Application Between Organic and Conventional on Rice Farming in

Sub-district Pandak, Bantul regency.

Ayusri Fitria Ningsih Sriyadi /Lestari Rahayu

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This research aims to describe about effectivities onfarm Standard Operational Procedure adoption by organic dan conventional rice plant in subdistrict Pandak, Bantul regency. To find out the comparation among productivities, incomes and profits organic and conventional based on the adoption or applications.This research conducting in Pandak Subdistrict by purposive metodh. Responden are consisting by the organic farmers and conventional within 33 farmers on both, which join the farmers group “Mitra Usaha Tani”. The samples are taking by sensus on the organic rice and random sampling on the conventional rice farmers. The facts given that the effectivies show organic rice plant more effective than conventional by average about 71,26% it means the accesion is high and the average score is 3,14 it means high enough compare to coventional which has 63.73% and it is in medium level also has average score 2,91 which is grouping in enough condition. The profits comparation on organic also has higher value Rp. 5.928.114 and on conventional has Rp. 3.625.750.

Keywords : Effectivities, Comparation,Production, Incomes, Profit, Organic Rice Farming, Conventional Rice Farming


(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya sekitar 5 persen harus diimpor. Peluang pasar ini akan terus meningkat seiring meningkatnya permintaan beras dalam negeri baik untuk konsumsi langsung maupun untuk memenuhi industri olahan. Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksi padi/beras, maka selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pengembangan beras/padi juga berpeluang untuk mengisi pasar ekspor, apalagi kondisi pasar beras dunia selama ini bersifat tipis, hanya 5-6 persen dari produksi beras dunia.

Roadmap program pengembangan industri beras di Indonesia baik dalam program jangka pendek (2005-2010), jangka menengah (2011-2015) maupun jangka panjang (2016-2025), pengembangan industri beras masih tetap dikonsentrasikan pada peningkatan produksi beras untuk kebutuhan konsumsi langsung, baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi. Namun demikian mulai pada program jangka menengah dan panjang selain tetap dikonsentrasikan pada peningkatan produksi beras nasional juga diikuti dengan program perbaikan kualitas beras agar mampu bersaing dengan beras dunia. Untuk memanfaatkan peluang yang ada, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan padi/beras ke depan adalah bagimana padi/beras produksi dalam


(12)

2 negeri bisa bersaing dengan pasar ekspor. Untuk memenuhi permintaan pasar itu, salah satu yang cukup menjanjikan adalah melalui pengembangan beras organik, di Indonesia pengembangan beras organik merupakan bagian kecil dari usaha/bisnis perberasan namun dapat dipastikan trendnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. http://pphp.pertanian.go.id/opini/2/potensi-pertanian-organik-dan-pengembangan-beras-organik-di-indonesia-tahun-2014(22 Januari 2016)

Pertanian Organik Indonesia di antara Negara-Negara Asia Apabila kita mencermati data statistik dariThe Research Institute of Organik Agriculture(FiBL)

kerjasama dengan the International Federation of Organik Movements (IFOAM)

yang diterbitkan tahun 2014 digambarkan bahwa Indonesia termasuk salah satu

negara yang masuk dalam „The ten countries with the largest organik area 2012’ di kawasan Asia, seperti dituangkan dalam Gambar 1 di bawah:


(13)

3 Gambar 1. Menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara terluas dengan untuk pertanian padi organik, namun masih berada pada pringkat ke-4Se-Asia yakni seluas 88.247 Ha. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia masih berpeluang besar untuk meningkatkan luasan area pertanian padi organik dimana Indonesia merupakan salah satu negara agraris dan terluas di Asia.

Sektor pertanian merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional dirasakan akan semakin penting dan strategis. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian tidak terlepas dan sejalan dengan arah perubahan dan dinamika lingkup nasional maupun internasional (Departemen Pertanian, 2010). Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (Low input). Penggunaan input minimal dalam pendekatan berkelanjutan pada system pertanian digunakan dengan alasan bahwa pertanian itu sendiri memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenarasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal (Departemen Pertanian, 2010).

Produktivitas padi sudah sepatutnya untuk dipertahankan dari tahun ketahun. Berikut merupakan produktivitas tanaman padi di provinsi DIY

Tabel 1. Produktivitas Tanaman Padi DIY, 2010-2014 (Ku/Ha)

No. Jenis Penanaman 2010 2011 2012 2013 2014

1. Padi 50,15 49,80 51,36 51,52 51,28

2. Padi Sawah 52,00 51,38 53,08 53,18 52,89

3. Padi Ladang 30,42 31,21 33,22 33,42 33,18


(14)

4 Tabel 1. Menjelaskan bahwa produktivitas padi di DIY mengalami kenaikan setiap tahunnya pada setiap jenis penanaman padi, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Dari tahun 2012 menuju tahun 2013 total produktivitas padi mengalami peningkatan sebesar 0,46 Ku/Ha, Namun menuju tahun 2014 produktivitas padi mengalami penurunan sebesar 0,77 Ku/ha. Produksi padi mengalami kenaikan disetiap tahunnya namun diakhir akhir ini produktivitas padi sempat mengalami penurunan. Salah satu penyebab ketidakstabilan ini dikarenakan kurang efektifnya penerapan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan serta belum diaplikasikan dengan benar.

Pertanian konvensional atau pertanian modern merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Menurut Ayatullah (2009) keberhasilan pertanian konvensional diukur dari berapa banyaknya hasil panen yang dihasilkan. Semakin banyak hasil produksi padi maka semakin dianggap maju. Di Indonesia, penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, pada zaman orde baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Paket pertanian konvensional tersebut memberikan hasil panen tinggi dan memberikan pendapatan yang tinggi, namun berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, residu yang dihasilkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan oleh pertanian konvensional telah mencemari air tanah sebagai sumber air minum yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Hasil


(15)

5 produk pertanian konvensional dianggap menguntungkan namun hasil padi dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia yang merupakan akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, sehingga kini digalakan system pertanian secara organik (Sutanto, 2002).

Pertanian organik merupakan salah satu dari beberapa pendekatan menuju pertanian berkelanjutan (sustainable agricultur). (FAO 1999). Dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1). Melindungi kesuburan tanah dalam jangka panjang dan mempertahankan kandungan bahan organik, memacu aktivitas biologis tanah dan penggunaan alat mekanis secara hati hati, 2). Menyediakan hara tanaman secara tidak langsung dengan menggunakan sumber-sumber hara yang relatif tidak larut dan tersedia, bagi tanaman dengan bantuan mikroorganisme tanah, 3). Swasembada nitrogen baik melalui penggunaan tanaman sorgum dan fiksasi nitrogen secara biologis maupun daur ulang bahan-bahan organik termasuk sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak, 4). Pengendalian gulma, hama dan penyakit tergantung sepenuhnya pada rotasi tanaman, predator alami keraggaan, pemupukan organik, varietas tahan dan gangguan biologis dan kimia yang sangat terbatas, 5). Manajemen yang ekstensi bagi pemeliharaan ternak.

Desa Wijirejo merupakan salah satu sentra produksi padi organik dan padi konvensional di Kabupaten Bantul yakni dalam Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) “Mitra Usaha Tani”. Proses budidaya yang dilakukan oleh gapoktan

ini ramah lingkungan sehingga hasil produksi padi yang diperoleh dari gapoktan ini disebut sebagai beras higienis. Beras tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari Otoritas Kemampuan Keamanan Pangan Daerah (OKKPD-DIY) pada tahun


(16)

6 2011. Selain sebagai sentra produksi padi organik, Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) “Mitra Usaha Tani” juga sebagian petani memilih menerapkan sistem

Pertanian konvensional yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur yang telah terancang.

Permasalahan yang masih sering dihadapi dalam usahatani padi organik yakni pertanian organik masih sering dianggap sebagai pertanian yang memerlukan biaya mahal, tenaga kerja yang banyak, kembali pada sistem pertanian tradisional, serta hasil produksi yang rendah. Hal tersebut merupakan pemahaman yang keliru yang dinilai oleh masyarakat atau petani. Terdapat beberapa kendala mengenai pertanian organik, yaitu ketersediaan pupuk sebagai bahan organik yang terbatas dan takarannya harus banyak yakni mencapai 50 kg per hektar, menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik, serta dianggap tidak adanya nilai tambah dari harga produk pertanian organik (Sutanto, 2002).

Permasalahan petani padi baik pertanian padi organik maupun pertanian secara konvensional yakni para petani mengelola usahatani sesuai dengan kebiasaan yang telah dilakukan, kurangnya kepedulian terhadap Standart Operasional Prosedur yang telah ditentukan menyebabkan sebagian petani resah dengan hasil padi yang kurang maksimal seperti banyaknya tanaman padi yang roboh karna dosis pupuk yang tidak sesuai, warna daun padi yang kurang menarik sehingga harus menggunakan pupuk kimia, serta jumlah produksi yang kurang


(17)

7 stabil. Hal tersebut berakibat pula pada pendapatan petani dalam usahatani padi baik secara organik maupun konvensional.

Pendapatan bersih petani yakni berbentuk tunai yang dihasilkan dari penerimaan yang telah dikurangi dengan total biaya, baik biaya eksplisit maupun biaya implisit. Pendapatan petani padi masih kurang stabil baik usahatani padi organik maupun usahatani padi konvensional. Jumlah produksi padi konvensinal lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi padi organik, namun harga padi konvensional lebih rendah dibandingkan harga padi organik yakni harga padi kovensional Rp 8.000./Kg sedangkan harga padi organik Rp. 10.000./Kg, sehingga perlu adanya perbandingan keefektivan SOP padi organik dan konvensional serta perbandingan pendapatan dan keuntungan usaha tani padi secara organik dan usahatani padi secara konvensional.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan efektivitas penerapan Standar Operasional Prosedur usahatani padi secara organik dan padi secara konvensional di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.

2. Mengetahui perbandingan produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik dan konvensional berdasarkan penerapannya.


(18)

8

C. Kegunaan

1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan tingkat penerapan efektivitas SOP usahatani padi organik dan konvensional.

2. Bagi Pemerintah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terhadap pembangunan pertanian khususnya dalam bidang usahatani padi. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan


(19)

8

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional

Dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas, pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi. (FG Winarno 2002)

Pertanian organik menurut International Federation of Organik Agriculture Movements/IFOAM (2005) didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas


(20)

9

agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Pertanian organik adalah sistem pertanian yang mendukung dan mempercepat biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penggunaan sistem pertanian organik menurut IFOAM antara lain: 1) mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan; 2) memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan 3) memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. Pertanian organik menurut IFOAM merupakan sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air.

Sistem pertanian Revolusi Hijau juga dikenal dengan sistem pertanian yang konvensional. Pertanian konvensional adalah pertanian dengan menggunakan bahan bahan kimia atau alat – alat modern. Program Revolusi hijau diusahakan melalui pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang melampaui daerah adaptasi dari varietas yang ada. Varietas tanaman yang dihasilkan adalah yang responsive terhadap pengairan dan pemupukan, adaptasi geografis yang luas, dan resisten terhadap hama dan penyakit. Gerakan ini diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan gandum di Meksiko


(21)

10

(1950) dan padi di Filipina (1960). Revolusi hijau menekankan pada tanaman serelia seperti padi, jagung, gandum, dan lain-lain.

Gagasan tersebut telah merubah wajah pertanian dunia, tak terkecuali wajah pertanian Indonesia. Perubahan yang nyata adalah bergesernya praktik budidaya tanaman dari praktik budidaya secara tradisional menjadi praktik budidaya yang modern dan semi-modern yang dicirikan dengan maraknya pemakaian input dan intensifnya eksploitasi lahan. Hal tersebut merupakan konsekwensi dari penanaman varietas unggul yang responsif terhadap pemupukan dan resisten terhadap penggunaan pestisida dan herbisida. Berubahnya wajah pertanian ini ternyata diikuti oleh berubahnya wajah lahan pertanian kita yang makin hari makin menjadi kritis sebagai dampak negatif dari penggunaan pupuk konvensional, pestisida, dan herbisida serta tindakan agronomi yang intensif dalam jangka panjang (Departemen Pertanian, 2010).

2. Penerapan Standar Operasional Prosedur Usahatani Padi

Pengembangan Standar Operasional Prosedur bertujuan unuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memperluas spectrum pemanfaatan peningkataan nilai tambah yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam system pasar. Teknolgi akan terus berkembang karena untutan era industrialisasi atas perkembanan Standar Operasional Prosedur tersebut tidak diabaikan.

Perkembangan sektor pertanian yang mendukung proses modernisasi tersebut tidak lepas dari kesiapan masyarakat pertanian ntuk slalu dapat


(22)

11

mengambil keputusan dalam pemilihan Standar Operasional Prosedur yang mendasari keputusan keputusan yang lebih besar, umpamanya keputusan apa yang harus diproduksi dan bagaimana memproduksinya, barang barang apa yang harus dijual dan berapa harganya, apakah keluaran harus tetap atau berkurang dan keputusan lainya. Kemampuan mengambil keputusan dalam pemilihan Standar Operasional Prosedur sebagai dasar penetapan keputusan lainya menuntut kemampuan kewiraswastaan yang tinggi, oleh karena itu pengembangan kewiraswastaan pelaku usaha sektor pertanian merupakan prakondisi yang harus ditumbuhkan bagi suatu rencana pemanfaatan Standar Operasional Prosedur yang memberdayakan pertanian rakyat.(Purwono 2007).

Pertanian Standar Operasional Prosedur organik memperhatikan aspek keamanan produk untuk dikonsumsi dan ramah lingkungan. Standar Operasional Prosedur yang terus dikembangkan antara lain benih unggul, pupuk organik, pengendalian hama penyakit secara terpadu dan penggunaan pestisida alami. Dalam penerapan Standar Operasional Prosedur pertanian misalnya, petani akan merasa puas dan bangga jika tanamannya berhasil dipanen sesuai harapan. Dengan penelitian diperlihatkan secara nyata tentang cara serta hasil dari penerapan Standar Operasional Prosedur pertanian yang telah terbukti bermanfaat bagi petani. Petani memerlukan contoh yang nyata dari kegiatan budidaya (Purwono 2007).


(23)

12

Tabel 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Padi Organik

Proses Perlakuan

Uraian

Benih Untuk varietas padi organik sebaiknya memakai varietas lokal karena:

1. Varietas lokal rasa lebih enak dan gurih serta pulen. 2. Varietas lokal dapat beradaptasi tanpa pupuk kimia

bisa hidup normal.

3. Sebagai ciri khas beras organik.

4. 1.000 m butuh benih untuk sistem SRI (Sistem Rice Intensifikasi) 1-2 kg dan sistem tegel 5 kg

5. Varietas lokal: a. Padan wangi b. Menthik susu c. Menthik wangi d. Rojo lele e. Dll

Persemaian Benih yang telah direndam air selama 24 jam.Persemaian dilakukan didalam besek bambu.

Penanaman Pertanian organik diusahakan paling ideal adalah blok area atau terpisah dari tanaman padi konvensional ada pembatas dengan perit atau tanggul besar serta irigasi terbebas dari limbah pabrik atau kota.

a.Ukuran jarak tanam 22x22 cm, 23x23 cm.

b.Tanam bibit muda 10 sampai 15 hari dan maksimal umur 21 hari.

c.Ditanam iwir (1 sampai 3 batang) atau ditanam sitem sri (1 batang untuk 1 lubang tanam) dengan sistem legowo.


(24)

9 Lanjutan Tabel 2.

Pemeliharaan Dan

pemupukan

1. Masa transisi Pemeliharaan i

a. Berikan pupuk organik 50 kg sampai 100 kg. Pada umur 7 sampai 10 hst.

b. Pupuk dasar za atau urea dengan jumlah 10 kg pada umur 7 sampai 15 hst.

c. Pupuk susulan umur 20 sampai 35 hst, urea 5 kg dan phonska 5 kg.

d.Gunakan pupuk organik cair (ppc atau pupuk perlengkapan cair)

e. Pengamatan rutin .

f. Masa transisis membutuhkan waktu paling cepat 3 musim tanam.

Pemeliharaan ii

Dari masa transisi ke organik tiap musim pengurangan jumlah pupuk kimia secara bertahap dan dipantau perkembangan tanaman tiap musim, bila sudah baik pertumbuhannya bisa segera dilepas pupuk kimia sertapengurangan jumlah pupuk organik

Pemeliharaan iii

Tanah yang jadi lahan organik atau semi organik. Pupuk organik 25 sampai 50 kg.

Pupuk dasar za atau urea 5 kg tiap 1.000 m cukup satu kali pada umur 7 sampai 10 hst.

Pemeliharaan iv

Tanah yang jadi lahan organik

a. Pupuk organik 25 sampai 50 kg diberikan pada umur 15 sampai 25 hst.

b. Pupuk pelengkap cair (ppc)

Penyiangan i dan ii menggunakan matun dan gosrok

iii dan iv dilakukan seperti petani pada umumnya Pengendalian

OPT

Menggunakan Beauvaria bassiana sejenis jamur yang menyerang hama.

Irigasi Air irigasi dari sungai yang mengalir ke sawah sebelum ke lahan sawah ideal dibuat bak filterisasi air dengan harapan air yang masuk ke sawah bebas dari bahan kimia

Sistem irigasi dengan sistem buka tutup dan terkadang kering.

Pemanenan Padi dipanen jangan terlalu tua

(remagak: bulir padi telah menguning pucuk sampai pangkal)

Dengan maksud:

a. Mengurangi gabah yang rontok

b. Menghasilkan beras yang gilap dan cerah c. Membuat beras bisa utuh-utuh.


(25)

10 Lanjutan Tabel 2.

Pasca Panen a. Gabah dijemur jangan diglanthang cukup 1 + 0,5 hari sudah kering, cuaca normal.

b. Disimpan berupa gabah maksimal 3 bulan.

c. Waktu simpan dipisahkan dengan gabah konvensional. Penggilingan a. Ideal gilingan khusus penggilingan gabah organik

b. Digiling dengan mesin giling yang menetap atau permanen dengan sistem 2 fase.

c. Di pk 2 kali atau dipletes 2 x, kelemahan bekatul dapat sedikit, tetapi dapat beras utuh berkualitas baik.

d. Disosoh jangan terlalu putih, bila beras putih, vitamin-vitamin sudah banyak yang hilang.

Pengayaan atau sortir

a. Beras diayak dengan mesin ayak untuk membuat beras kepala atau mengurangi jumlah menir sesuai permintaan 5 sampai 30 %.

b. Beras disortir dari kotoran kerikil atau gabah (las). c. Beras dipacking ukuran 5 sampai 25 kg atau dengan

curah

Sumber: Juklak SOP Padi Organik Gapoktan “Mitra Usahatani”

Tabel 2. Menggambarkan Standar Operasional Prosedur pertanian padi secara organik yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan. Dalam dunia pertanian, sudah cukup banyak Standar Operasional Prosedur yang bisa diterapkan untukmengatasi berbagai masalah dibidang pertanian. Baik itu Standar Operasional Prosedur yang dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian, maupun Standar Operasional Prosedur turun temurun yang sudah menjadi kearifan lokal. Adapun standar operasional pertanian padi yang diterapkan pada pertanian selain padi secara organik yakni pertanian padi secara konvensional salah satunya ialah system Hazton yang artinya hasil berton ton.


(26)

9

Standar Operasional Prosedur budidaya Hazton pada tanaman padi merupakan rekayasa budidaya padi yang diinisiasi oleh Ir. Hazairin MS selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat dan Anton Komaruddin SP, MSi. Staf pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat. Berikut merupakan tabel SOP padi Hazton.

Tabel 2. Standar Operasional Prosedur Pertanian padi secara konvensional Hazton Proses

Perlakuan

Uraian

Benih 1. Varietas yang digunakan pada sistim Hazton dianjurkan yang mempunyai anakan sedikit, malainya panjang dan lebat,seperti Inpari 6 dan Inpari 23 Bantul.

2. Penggunaan benih bermutu dan bersertifikat.

3. Memilih benih yang baik dapat menggunakan air, larutan pupuk ammonium sulfat (Za) atau larutan garam.

Pelakuan Benih dan persemaian

Serangan penyakit tular benih (seed born disease) dapat dicegah dengan perlakuan benih menggunakan fungisida berbahan aktif seperti isoprothiolane fipronil atau copper oxide 56%. Perlakuan benih sebagai berikut; benih padi direndam dalam larutan fungisida misalnya yang berbahan aktif copper oxide 56% dosis 1 gram/5 liter air selama 24 jam atau mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan.

Pesemaian juga dapat dibuat dengan modifikasi sistem dapok.

Penanaman 1. Jumlah bibit yang ditanam antara 6-8 bibit per rumpun

2. Bibit ditanam tegak, leher akar masuk ke dalam tanah sekitar 1-3cm, menggunakan tanam pindah dengan sistem legowo(2:1)


(27)

Lanjutan Tabel 3. 9 Pemeliharaan

dan

pemupukan

Pemeliharaan I

a. Penyulaman jarang dilakukan karena jumlah bibit perlubang tanam banyak.

b. Pengelolaan air dimulai dari pembuatan pintu masuk air atau inlet pada pematang bagian depan dekat saluran tersier dan pada ujung petakan sawah dibuat

“celah pintu” atau outlet untuk pembuangan

kelebihan air.

c. Seminggu pertama setelah tanam dilakukan penggenangan sedalam 2-5 cm, selanjutnya dibuat macakmacak, kemudian kondisi basah-kering dengan interval 7-10

Pemupukan dasar.

Pupuk dasar diberikan pada tanaman berumur 0-5 HST, berupa pupuk N (Urea), pupuk P (SP36), pupuk K (KCl), atau pupuk majemuk, sesuai dosis anjuran. Pupuk urea diberikan dengan dosis sedang (50 kg/ha), pupuk P dan atau K diberikan seluruhnya.

d. Pemupukan Susulan

Apabila terjadi gejala kahat kalium berikan pupuk kalium e. dengan dosis 20 kg K2O per hektar.

Penyiangan Pengendalian gulma secara mekanis seperti dengan gasrok sangat diajurkan, oleh karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.

Menggunakan herbisida yang sesuai dengan gulma target pada kondisi air macak-macak

Pengendalian OPT

Penggunaan pestisida harus rasional, efektif dan tidak mencemari lingkungan, bodi air, pekerja lapangan, hasil panen, tidak membunuh biota berguna, termasuk burung, ikan dan ternak.

Irigasi Pengelolaan air dimulai dari pembuatan pintu masuk air atau inlet pada pematang bagian depan dekat saluran tersier dan

pada ujung petakan sawah dibuat “celah pintu” atau outlet

untuk pembuangan kelebihan air. Tinggi celah pintu pembuangan 5 cm dari permukaan tanah/lumpur, bervariasi tergantung fase pertumbuhan tanaman padi.

Pemanenan 1. Panen ketika 95% bulir menguning.

2. Potong sepertiga bagian atas batang menggunakan sabit bergerigi atau sabit tajam. Volume tumpukan padi hasil panen maksimal 20-30 kg dengan alas karung supaya gabah yang rontok tidak hilang.

3. Padi segera dirontok menggunakan powerthresher dengan alas terpal sebagai penampung gabah.


(28)

Lanjutan Tabel 3. 10 atau penampi.

2. Gabah dijemur hingga mencapai kadar air 13-14% (gabah kering simpan/GKS) kemudian disimpan dalam karung

Penggilingan 1. Perontokan padi menggunakan powerthresher

2. Penggilingan padi menggunakan type engelberg RMU(Rice Milling Unit) dan pnggilingan padi besar. Pengayaan

atau sortir

1. Pengayakan menggunakan mesin pengayak beras (honkwol), memisahkan beras kepala, beras pata dan meni.

2. Beras di packing ukuran 5 kg sampai 25 Kg atau dengan curah.

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian kementrian pertanian 2015.

Tabel 3. Pemanfaatan Standar Operasional Prosedur-Standar Operasional Prosedur tersebut masih tergolong kurang efektif. Hal ini dimungkinkan karena informasi tentang Standar Operasional Prosedur tersebut belum sampai kepada mereka, atau mereka masih meragukan akan manfaat Standar Operasional Prosedur tersebut. Mereka khawatir akan produksi panen padi jika menerapkan cara baru yang baru mereka kenal.

3. Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa:

“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin besar Persentase target


(29)

11 Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001:24). Pada dasarnya, dikemukakan bahwa cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan, diantaranya adalah paham mengenai optimal tujuan, prespektif sistematika, tekanan pada segi tingkah laku manusia dalam susunan organisasi.

Pengertian efektivitas lebih berorientasi dalam pencapaian jumlah output

dari system produksi dengan membandingkan jumlah output aktual dengan tehadap output yang direncanakan, sedangkan efesiensi lebih berorientasi pada masukan (faktor -faktor produksi) sedangkan masalah output kurang menjadi perhatian utama.Terdapat beberapa cara pengukuran terhadap efektivitas, sebagai berikut: 1).Keberhasilan program,2). Keberhasilan sasaran, 3). Kepuasan terhadap program,4). Tingkat input dan output,5). Pencapaian tujuan menyeluruh (Campbell, 1989:121).

Definisi-definisi tersebut menilai efektivitas dengan menggunakan tujuan akhir atau tujuan yang diinginkan. Kenyataan dalam upaya mencapai tujuan akhir, perusahaan harus mengenali kondisi-kondisi yang dapat menghalangi tercapainya tujuan


(30)

12

4. Produksi dan Produktivitas

Produksi diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi pada proses ini mencakup pengertian luas yaitu meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa. Proses penciptaan ini pada umumnya membutuhkan berbagai jenis faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu. Istilah faktor

produksi sering disebut “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut

dikorbankan untuk menghasilkan barang-barang produksi.(Soekartawi, 1990). Produktivitas berarti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu daya untuk berproduksi. Sinungan (2000) mendefinisikan pengertian produktivitas yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (a) Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input), (b) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, dan (c) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan Standar Operasional Prosedur serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.


(31)

13

5. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan

a. Biaya

Menurut Kartasapoetra (1988), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produk-produk tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.

b. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani, tedapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi, seperti biaya pembelian saran produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah, biaya membayar bunga dari modal pinjaman. Sedangkan biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikutsertakan dalam proses produksi, seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri dan semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.

c. Keuntungan

Menurut Suratiyah (2006), Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya eksplisit dan implisit yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi (2006), keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi (biaya eksplisit dan biaya implisit) yang dikeluarkan secara sistematis.


(32)

14

B. Penelitian Terdahulu

Menurut Herawati (2014), menyimpulkan bahwa: pada tahap awal produktivitas sawah yang menerapkan sistem pertanian organik lebih rendah dibandingkan produktivitas sawah konvensional; sawah organik dan semi organik hanya menghasilkan 1 – 2 ton padi/Ha/musim tanam, sementara sawah konvensional menghasilkan 6 ton padi/Ha/musim tanam. Tetapi dalam periode berikutnya, produktivitas sawah organik cenderung konstan, 6 ton/Ha/musim tanam, sementara sawah organik meningkat dan di tahun 2008 produktivitas dari kedua sistem tersebut mampu bersaing dengan produktivitas pertanian padi organik.

Menurut Sukristiyonubowo et al. (2011). Produktivitas padi sawah konvensional mencapai puncak-nya yaitu 6 ton/Ha/musim tanam, tetapi kemudian cenderung stagnan (tahun 2001-2008). Di sisi lain, produktivitas sawah organik adalah3-4 ton/Ha/ musim tanam pada tahap awal(masa konversi), tetapi cenderung meningkat,dan setelah 8 tahun penerapan sistem organik maka produktivitasnya meningkat sampai 6 ton/Ha/ musim tanam. Harga hasil komoditas pertanian organik lebih tinggi, sehingga memberikan hasil finansial yang juga lebih tinggi (Rp.14.000.000/Ha/ musim tanam VS Rp.8.000.000/Ha/musim tanam)

Menurut Novarianto (2010) Penerimaan petani pada usahatani padi berbentuk uang tunai yang dihasilkan dari jumlah produksi dikalikan dengan harga jual beras per satuanya. Dalam Usahatani padi baik organik maupun


(33)

15 konvensional tidak terlepas dari analisis pendapatan yang membahas biaya usahatani, yang terdiri dari biaya tetap maupun biaya variabel.

C. Kerangka Pemikiran

Petani padi dalam melakukan budidaya padi berdasarkan Standar Operasional Prosedur budidaya padi organik dari segi: bibit/benih, lahan, pupuk, teknik budidaya, pasca panen, harga dan label. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan Standar Operasional Prosedur tersebut kepada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya para petani padi organik. Dalam penerapan Standar operasional Prosedur maka petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan total pendapatan. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam inovasi (Standar Operasional Prosedur). Untuk meninjau keterkaitan dan perbandingan antara usahatani padi secara organik dan usahatani padi secara konvensional dapa dilihat dari gambar kerangka berfikir berikut:


(34)

16

Gapoktan MITRA USAHATANI

Standar Operasional Prosedur Padi Konvensional Standar Operasional Prosedur Padi Konvensional Benih Perlakuan Benih Penyemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Irigasi Panen Pasca panen Penggilingan Penyortiran Benih Perlakuan benih Penyemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Irigasi Panen Pasca panen Penggilingan Penyortiran EFEKTIVITAS Sarana Produksi Benih Pupuk Lahan Alat Tenaga Kerja Sarana Produksi Benih Pupuk Lahan Alat Tenaga Kerja

Biaya Input Harga Ouput Harga Ouput Biaya Input Produksi Eksplisit Implisit Eksplisit Implisit Penerimaan Penerimaan Pendapatan Pendapatan Keuntungan Keuntungan Dibandingkan

Gambar 2. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

1. Diduga tingkat penerapan SOP usahatani padi organik lebih efektif dibandingkan dibandingkan dengan penerapan usahatani padi secara konvensional di kecamatan pandak kabupaten bantul.

2. Diduga produksi usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan hasil produksi padi konvensional.


(35)

23

III. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Surakhmad 1994). Whitney (1960) dalam M. Nazir (1988) menyebutkan metode deskriptif adalah pencarian fakta fakta yang tepat.

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan study komparatif, yaitu metode penelitian dengan membandingkan satu faktor dengan faktor yang lain (Surakhmad, 1990). Petani satu persatu diberikan kuisioner serta dilakukanya tanya jawab untuk mendapatkan keterangan identitas, Penerapan Standar Operasional Prosedur pertanian padi, biaya, biaya usahatani, jumlah produksinya yang selanjutnya data yang diperoleh akan disusun, dianalisis dan dijelaskan.

A. Metode Pengambilan Sampel 1. Sampel Daerah

Pengambilan sampel daerah ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini dipilih satu desa yaitu Desa Wijirejo dengan pertimbangan bahwa di Desa tersebut terdapat Gapoktan


(36)

24

Mitra Usaha Tani” yang merupakan sentra pengembangan usahatani padi organik

di Kabupaten Bantul. Selain itu, beras yang dihasilkan sudah mendapat sertifikasi beras higienis dan mendapat bantuan operasional dari Bank Indonesia.

2. Sampel Petani

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Gapoktan “Mitra Usaha Tani”, jumlah kelompok tani yang ada di Desa Wijirejo sebanyak 9 kelompok tani yang terdiri dari petani organik danpetani konvensional. Pengambilan sampel petani dalam penelitian total sampling yakni sejumlah 66 petani. Berikut merupakan

kelompok tani dalam Gapoktan “Mitra Usaha Tani”.

Tabel 1. Daftar Kelompok Tani dalam Gapoktan Mitra Usaha Tani Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kab. Bantul /(Jiwa)

No Nama Kelompok Jumlah

populasi Petani

Sample Petani Organik

Sample Petani Konvensional

1 Kelompok Tani Rejo I 100 0 0

2 Kelompok Tani Rejo II 97 3 9

3 Kelompok Tani Maju I 100 0 0

4 Kelompok Tani Maju II 100 0 0

5 Kelompok Tani Poso 149 1 13

6 Kelompok Tani Bogo 100 0 0

7 Kelompok Tani Makmur 131 29 11

8 Kelompok Tani Widoro 100 0 0

9 Kelompok Tani Wijisari 100 0 0

Jumlah 977 33 33

Sumber: Ketua Gapoktan Mitra Usaha Tani 2014.

Tebel 4. Menjelaskan petani padi organik dilakukan dengan cara sensus

yang terdaftar di Gapoktan “Mitra Usaha Tani” yang menjadi objek penelitian. Jumlah petani padi organik yakni 33 petani. Sedangkan untuk pengambilan sampel petani padi konvensional diambil secara sampling proporsional yang menyesuaikan sampel petani padi organik, kemudian setelah diketahui masing


(37)

25

masing kelompok tani terpilih, dilakukan dengan cara simple random sampling

dimana simple random sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan acak sederhana yakni dengan mengundi responden berdasarkan nomer urut pada daftar anggota kelompok tani sesuai kuota sample yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan perwakilan sampel data (Sugiyono 2010), sampel yangdibutuhkan yaknisebanyak 33 petani padi konvensional.

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan antara lain: identitas petani (nama, umur, tingkat pendidikan), luas lahan, biaya dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses produksi (benih, pupuk kandang, pupuk petroganikdan tenaga kerja), produksi, dan harga beras yang dihasilkan. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait,

seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan, dan beberapa instansi lain yang berhubungan dengan penelitian. Contoh data yang diambil meliputi data keadaan umum wilayah, keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi dan letak geografis.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a.Produksi dalam bentuk beras dan dianggap terjual semua. b.Karakteristik kepemilikan lahan tidak diperhitungkan .


(38)

26

2. Pembatasan masalah

a.Petani yang diambil adalah semua petani padi organik dan 33 petani konvensional yang tergabung dalam Gapoktan “Mitra Usaha Tani” di Kecamatan Pandak.

b.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam padi organik dan konvensional Tahun 2016, yaitu musim penghujan.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani padi organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

2. Usahatani padi konvensional yang responsive terhadap pengairan dan pemupukan, adaptasi geografis yang luas, dan resisten terhadap hama dan penyakit.

3. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani padi organik dan konvensional dalam musim tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m).

4. Penerapan Standar Operasional Prosedur pertanian adalah penerapan yang berperan dalam pengelolaan pertanian untuk memperoleh kualitas dan hasil produksi padi yang diinginkan. Beberapa variabel dan pengukuran yang perlu diperhatikan yakni:

a. Penggunaan Benih unggul bermutu bersertifikasi adalah biji padi yang disediakan untuk disemai,dinyatakan dalam kilogram (kg).


(39)

27

b. Persemaian adalah kegiatan memproses benih (atau bahan bahan lain yang dari tanaman) menjadi bibit/ semai yang siap ditanam dilapangan.(Rp/HKO)

c. Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk didapatkan hasil produk dari tanaman yang dibudidayakan.(Rp/HKO)

d. Pupuk adalah unsur organik yang diberikan pada tanaman padi dalam upaya meningkatkan produksi padi organik dalam proses produksi. Dalam hal ini yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang dan petroganik yang dinyatakan dalam kilogram (kg).

e. Penyiangan adalah kegiatan mencabut gulma yang berada disela-sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah.(Rp/HKO) f. Pengendalian OPT adalah pengaturan organisme pengganggu tanaman

atau hama yang dianggap mengganggu tanaman.(Rp/HKO) g. Irigasi adalah upaya yang dilakukan untuk megairi lahan sawah . h. Panen adalah kegiatan pemungutan produksi padi.(Rp/HKO)

i. Pasca panen adalah tahap penananganan padi setelah pemanenan. (Rp/HKO)

j. Sortir adalah salah satu metode pemisahan atau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki (Rp/HKO.

5. Penggunaan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses produksi baik dari dalam keluarga ataupun luar keluarga. Musim adalah waktu tertentu yang berhubungan dengan keadaan iklim.


(40)

28

6. Biaya eksplisit yaitu biaya yang benar benar dikeluarkan dalam proses produksi, misalnya biaya pembelian saprodi, penyusutan alat, biaya/upah tenaga kerja yang harus dibayar, biaya untuk sewa tanah (Rp).

7. Biaya implisit yaitu biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan, tetapi diikutsertakan dalam proses produksi, misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga, nilai sewa lahan milik sendiri dan semua nilai saran produksi milik petani yang tidak dibeli(Rp).

8. Produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi organik dan padi konvensional berupa beras dalam satu musim yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

9. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi beras dengan satuan rupiah per kg (Rp/kg).

10.Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi organik dikalikan dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

11.Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya eksplisit yang digunakan untuk memproduksi beras.(Rp)

12.Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

13.Selanjutnya masing – masing variable SOP diukur dengan skor terendah 1 (tidak sesuai anjuran), skor 2 (kurang sesuai anjuran) skor 3 (cukup sesuai anjuran), skor 4 (sesuai anjuran). Secara rinci pengukuran kesesuaian SOP usahatani padi organik dan pertanian konvensional adalah sebagai berikut:


(41)

29

Tabel 2. Skor VariabelProses Pertanian Padisecara organik Sesuai SOP Proses

perlakuan

Skor Keterangan

Benih 1 Menggunakan benih bermutu hasil panen lalu. 2 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas lain, belum

bersertifikasi

3 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas yang dianjurkan, belum bersertifikasi.

4 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas yang dianjurkan, bersertifikasi sesuai dengan yang direkomendasikan Perlakuan

benih dan persemaian

1 Tanpa melalui proses perendaman benih.

2 Perendaman dengan menggunakan air tanpa adanya pemilihan benih

3 Perendaman dengan menggunakan air, dilakukan pemilihan benih, direndam kurang dari 24 jam 4 Perendaman dengan menggunakan air, dilakukan

pemilihan benih, direndam Dengan waktu 24 jam. Penanaman 1 Tidak sesuai dengan anjuran

2 Jarak tanam 23 x 23 cm, bibit lebih dari 3 helai.

3 Jarak tanam 23 x 23 cm, bibit dipisah 2-3 helai, usia bibit kurang dari 15 hari.

4 Jarak tanam 23 x 23 cm, bibit dipisah 2-3 helai, usia bibit muda 15 hari.

Pemeliharaan dan

pemupukan

1 Menggunakan pupuk organik dengan dosis tak tentu. 2 Pemberian pupuk organik 1000kg/Ha, diberi pupuk

kurang dari 15 Hst.

3 Pemberian pupuk organik 1000kg/Ha, diberi pada umur 15-25 Hst. Tidak diberi pupuk organik cair.

4 Pemberian pupuk organik 1000kg/Ha, diberi pada umur 15-25 Hst.diberi pupuk oganik cair.

Penyiangan 1 Dibersihkan menggunakan alat gosrok/ mesin sebulan 1x 2 Dibersihkan menggunakan alat gosrok setiap hari.

3 Dicabut secara manual per minggu dan menggunakan herbisida.

4 Dicabut secara manual setiap hari tanpa menggunakan herbisida.

Pengendalian OPT

1 Langsung menggunakan bahan kimia

2 Menggunakan bio pestisida dengan dosis tak menentu. 3 Menggunakan pestisida nabati dan pestisida kimia dengan

dosis 50% dari yang dianjurkan.

4 Menggunakan pestisida nabati sesuai anjuran

Irigasi 1 System irigasi langsung kesawah tanpa bak filterisasi 2 Dengan system buka tutup tanpa bak filterisasi.

3 Dengan System langsung kesawah menggunakan serta adanya bak filterisasi.


(42)

24 Lanjutan Tabel 5.

4 Dengan Sistem buka tutup, serta adanya bak filterisasi. Pemanenan 1 Padi menguning 100%, digebyok dan dibersihkan.

2 Padi kurang siap panen menguning dan kering kurang dari 90%, digebyok, tidak dibersihkan

3 Padi siap panen menguning dan kering mencapai 90%,Digebyok dan dibersihkan.

4 Padi siap panen menguning dan kering mencapai 90%, menggunakan power threser, gabah dibersihkan dari kotoran.

Pasca Panen 1 Gabah dibersihkan menggnakan blower, disimpan hingga kadar air 14%.

2 Gabah dibersihkan menggunakan blower, kadar air yang tak tentu.

3 Dijemur selama satu hari tanpa dilakukan pembalikan. 4 Dijemur selama satu hari serta dilakukan pembalikan

setiap 2 jam.

Penggilingan 1 Digiling dengan menggunakan mesin dengan 1 kali fase tanpa disosoh

2 Digiling dengan menggunakan 1 fase dan dengan disosoh 3 Digiling dengan menggunakan 2 fase dengan mesin tanpa

disosoh.

4 Digiling dengan menggunkan mesin 2 kali fase dan dengan disosoh.

Pengayaan dan

penyortiran

1 Beras tanpa melalui proses pengayaan

2 Beras melalui proses pengayaan tanpa peninjauan kembali kotoran yang terdpat didalamnya

3 Beras melalui proses pengayaan dan dilakukan peninjauan kembali, tanpa packing.

4 Beras melalui proses pengayaan, dilakukan sortir kembali dan dipacking sesuai ukuran.


(43)

24

Tabel 3.Skor Variabel Proses Pertanian Padi secara Konvensional Sesuai SOP Proses

Perlakuan Sk

or

Keterangan

Benih 1 Menggunakan benih bermutu hasil panen lalu. 2 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas lain, belum

bersertifikasi

3 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas yang dianjurkan, belum bersertifikasi.

4 Benih bermutu hasil panen lalu, varietas yang dianjurkan, bersertifikasi sesuai dengan yang direkomendasikan Perlakuan

benih dan persemaian

1 Tanpa melalui proses perendaman benih.

2 Perendaman dengan menggunakan air tanpa adanya pemilihan benih

3 Perendaman dengan menggunakan fungisida , dilakukan pemilihan benih, direndam kurang dari 24 jam

4 Perendaman dengan menggunakan fungisida dengan dosis yang dianjurkan, dilakukan pemilihan benih, direndam Dengan waktu 24 jam.

Penanaman 1 Tidak sesuai dengan anjuran

2 Jarak tanam 25 x 40 cm, bibit lebih dari 20 bibit per rumpun.

3 Jarak tanam 25 x 40 cm, bibit dipisah 20 bibit per rumpun, usia bibit kurang dari 25 hari.

4 Jarak tanam 25 x 40 cm, bibit dipisah 20 bibit, usia bibit muda 25 hari.

Pemeliharaan dan

pemupukan

1 Menggunakan pupuk dengan dosis tak tentu.

2 Pemberian pupuk urea 1000 kg/Ha, diberi pada usmur kurang dari 5 Hst. Diberi pupuk P dan K kurang dari 50 Kg/Ha.

3 Pemberian pupuk urea 1000 kg/Ha, diberi pada usmur kurang dari 5 Hst. Diberi Pupuk P dan K dengan dosis tak tentu.

4 Pemberian pupuk urea 1000kg/Ha, diberi pada usmur 5 Hst, diberi pupuk P dan K 50 Kg/Ha.

Penyiangan 1 Dibersihkan menggunakan alat gosrok/ mesin sebulan 1x 2 Dibersihkan menggunakan alat gosrok setiap hari.

3 Dicabut secara manual per minggu dan menggunakan herbisida.

4 Dicabut secara manual setiap hari tanpa menggunakan herbisida.

Pengendalian OPT

1 Langsung menggunakan bahan kimia

2 Menggunakan pestisida dengan dosis tak menentu.

3 Menggunakan pestisida pestisida kimia dengan dosis 50% dari yang dianjurkan.


(44)

24 Lanjutan Tabel 6

Irigasi 1 System irigasi langsung kesawah tanpa bak filterisasi 2 Dengan system buka tutup tanpa bak filterisasi.

3 Dengan System langsung kesawah menggunakan serta adanya bak filterisasi.

4 Dengan Sistem buka tutup, serta adanya bak filterisasi. Pemanenan 1 Padi menguning 100%, digebyok dan dibersihkan.

2 Padi kurang siap panen menguning dan kering kurang dari 90%, digebyok, tidak dibersihkan

3 Padi siap panen menguning dan kering mencapai 90%,Digebyok dan dibersihkan.

4 Padi siap panen menguning dan kering mencapai 90%, menggunakan power threser, gabah dibersihkan dari kotoran.

Pasca Panen 1 Gabah dibersihkan menggnakan blower, disimpan hingga kadar air 14%.

2 Gabah dibersihkan menggunakan blower, kadar air yang tak tentu.

3 Dijemur selama satu hari tanpa dilakukan pembalikan. 4 Dijemur selama satu hari serta dilakukan pembalikan

setiap 2 jam.

Penggilingan 1 Digiling dengan menggunakan mesin dengan 1 kali fase tanpa disosoh

2 Digiling dengan menggunakan 1 fase dan dengan disosoh 3 Digiling dengan menggunakan 2 fase dengan mesin tanpa

disosoh.

4 Digiling dengan menggunkan mesin 2 kali fase dan dengan disosoh.

Pengayaan dan

penyortiran

1 Beras tanpa melalui proses pengayaan

2 Beras melalui proses pengayaan tanpa peninjauan kembali kotoran yang terdpat didalamnya

3 Beras melalui proses pengayaan dan dilakukan peninjauan kembali, tanpa packing.

4 Beras melalui proses pengayaan, dilakukan sortir kembali dan dipacking sesuai ukuran.

14.Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin besar


(45)

25

E. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan dan kondisi penerapan Standart Operasional Perosedur pertanian padi organik dan pertanian padi konvensional di desa Wijirejo, Kecmatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sedangkan analisis kuntitatif digunakan untuk mengetahui perbandingan biaya usahatani, pendapatan serta keuntungan.

1. Tingkat Penerapan SOP

Untuk mengetahui tingkat penerapan SOP usahatani padi organik dan padi konvensional, dianalisis dengan menghitung rata-rata capaian skor yang kemudian dikategorikan dalam empat kategori, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai, cukup sesuai dan anjuran.

a. Skor variable

Interval = = =0,75

1) Tingkat penerapan I (Rendah) = 1 – 1,75 2) Tingkat penerapan II (Kurang) = > 1,75 – 2,50 3) Tingkat penerapan III (Cukup) = > 2,50 – 3,25 4) Tingkat penerapan IV (Tinggi) = > 3,25 – 4


(46)

26

b. Skor total variabel

Interval = = = = 8,25

Indikator penerapan ini terdapat beberapa poin, maka nilai tiap kategoori sebagai berikut:

1) Tingkat penerapan I (Rendah) = 11,00 – 19,25 2) Tingkat penerapan II (Kurang) = >19,25 – 27,50 3) Tingkat penerapan III (Cukup) = > 27,50 – 35,75 4) Tingkat penerapan IV (Tinggi) = > 35,75 – 44,00

2. Tingkat Efektivitas

Tingkat efektivitas penerapan Standar Operasional Prosedur dianalisis dengan system skor yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk prosentase sebagai berikut:

Efektiftas penerapan SOP =

x 100 % Pengujian hipotesis:

a. Efektivitas penerapan SOP organik/konvensional sangat tinggi, prosentase yang diperoleh antara 80% - 100%

b. Efektivitas penerapan SOP organik/konvensional tinggi, prosentase yang diperoleh antara 60% - 79,9%


(47)

27 c. Efektivitas penerapan SOP organik/konvensional sedang, prosentase yang

diperoleh antara 40 % – 59,9%

d. Efektivitas penerapan SOP organik/konvensional rendah, prosentase yang diperoleh antara 20 % – 39,9%

e. Efektivitas penerapan SOP organik/konvensional sangat rendah, prosentase yang diperoleh antara 0 % - 19,9 %

3. Analisis Usahatani

a. Total Biaya

Total Biaya (TC) adalah biaya eksplisit total ditambah dengan biaya implisit yang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

TC= TEC + TIC Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

TEC = Total Explisit Cost (biaya ekplisit total) TIC = Total Implisit Cost (biaya total implisit) b. Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y . Py

Dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga


(48)

28 c. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya eksplisit yang digunakan untuk memproduksi barang (output). Dapat dirumuskan sebagai berikut:

NR = TR -TEC Keterangan: NR = Pendapatan TR = Total penerimaan TEC = Total biaya eksplisit d. Keuntungan

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:

π = TR – (TEC + TIC)

π = Y. Py – TC Keterangan:

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost) Y = Total produksi


(49)

29

4.Uji t

Untuk Mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan dan keuntungan pada usahatani padi organik dan padi konvensional maka digunakan uji t, sebagai berikut:

Ho: µ organik ≤ µ konvensional : rata-rata pendapatan, keuntungan, petani organik dan konvensional tidak ada perbedaan.

Ha : µ organik > µ konvensional: rata-rata pendapatan, keuntungan, petani organik adanya perbedaan antara usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional.

Dimana: = √ ∑

Keterangan:

Pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik Pendapatan dan keuntungan usahatani padi konvensional Rata rata Pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik Rata rata pendapatan dan keuntungan usahatani padi konvensional


(50)

30 Varians pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik

= Varians pendapatan dan keuntungan usahatani padi konvensional n1 = jumlah sampel petani padi organik

n2 = jumlah sampel petani konvensional = Standar Deviasi

Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak adanya perbedaan pendapatan keuntungan antara usahatani padi organik dengan usahatani padi konvensional

Ho ditolak dan Ha Diterima berarti adanya perbedaan secara nyata pendapatan dan keuntungan antara usahatani padi organik dengan usahatani padi konvensional


(51)

39

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Pandak

Wilayah pemerintahan Kecamatan Pandak terletak disebelah barat daya ibukota Kabupaten Bantul sejauh 20 km dari ibukota provinsi, sejauh 4 km dari ibukota kabupaten dan sejauh 3 km dari kelurahan desa Wijirejo. Luas keseluruhan wilayah Kecamatan Pandak 2818.1346 ha. Kecamatan Pandak Terdiri dari 4 Desa yakni Desa Gilangharjo, Desa Caturharjo, Desa Wijirejo dan Desa Triharjo.

Secara umum Kecamatan Pandak terletak di ketinggian 27 m dari atas permukaan laut dan memiliki suhu 20 0 C mencapai 32 0 C. Adapun batas batas administratif wilayah Kecamatan Pandak yakni sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pajangan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sanden dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Srandakan.Keadaan topografi wilayah Kecamatan Pandak berada di dataran perbukitan 10% dan dataran rendah bergelombang 90%. Dengan luasan lahansawah seluas 1344.785 Ha,lahan kering 1231.587 Ha, lahan basah 0.8186 Ha.lahan keperluan fasilitas umum 21.840 Ha, dan lahan tandus dan pasir 219.104 Ha.

Desa Wijirejo merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pandak. Desa Wijirejo mempunyai luas wilayah sebesar 467.954 Ha dengan luas lahan pertanian setengah teknis 233,4 Ha dan tegalan kebun 150,28 Ha.Secara administrasi Desa Wijirejo pada bagian utara berbatasan dengan Desa Guwosari


(52)

40 Kecamatan Pajangan, pada bagian timur berbatasan dengan desa Gilangharjo Kecamatan Pandak, pada bagian selatan berbatasan dengan desa Gilangharjo dan Triharjo Kecamatan Pandak dan pada bagian barat berbatasan dengan Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, dengan demikian desa Wijirejo cukup strategis dan mempermudah dalam bertransaksi serta mobile dalam mengembangkan ilmu terkhususnya dalam perkembangan ilmu pertanian.

B. Keadaan Penduduk

Dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah data mengenai kependudukan sangat diperlukan, makin lengkap dan makin akurat data kependudukan maka rencana pembangunan wilayah akan semakin terbantu. Adapun datamengenai keadaan penduduk yang tersedia di kecamatan Pandak meliputi Struktur Penduduk dilihat dari jenis kelamin, usia, mata pencaharian dan pendidikan.

1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari monografi kecamatan Pandak tercatat sebanyak 27.455jiwa untuk penduduk berjenis kelamin laki laki dan 28.217 untuk penduduk berjenis kelamin perempuan. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan tentang keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin yang ada di kecamatan Pandak.

Tabel 1.Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelmin Diwilayah kecamatan Pandak Tahun 2015.

No Jenis kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase ( %)

1. Laki laki 27.455 49,32

2. Perempuan 28.217 50,68

Total 55.672 100


(53)

41 Berdasarkan Tabel 7. Dilihat bahwa penduduk perempuan lebih dominanyakni dengan hasil persentase 50,68% dibandingkan penduduk laki laki. Perbandingan tersebut tidak terlalu mencolok dan hasil persentase yang hampir seimbang sehingga penduduk Kecamatan Pandak cukup berpotensi untuk mengembangkan usahatani. Penerapan budidaya usahatani padi dapat dilakukan petani berjenis kelamin laki laki maupun perempuan.Namun hampir seluruh kegiatan usahatani padi dominan dapat dikerjakan oleh tenaga kerja berjenis kelamin laki laki mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran, sedangkan pada tenaga kerja perempuan dominan mengerjakan kegiatan penanaman. Guna mencapai keberhasilan dalam berusahatani perlu memperhatikan penggunaan tenaga kerja, waktu dan penerapan proses usahatani padi yang sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditentukan.

2. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Umur

Penggolongan penduduk bedasarkan umur bertujuan untuk megetahui jumlah penduduk yang belum produktif, penduduk produktif dan penduduk yang sudah tidak produktif. Golongan penduduk yang produktif yaitu penduduk yang berumur antara 15 tahun sampai dengan 65 tahun sedangkan golongan penduduk yang belum produktif merupakan penduduk yang kurang dari 15 tahun. Penduduk yang sudah tidak produktif yaitu penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun.


(54)

42

Tabel 2. Komposisi penduduk berdasarkan Usia di Kecamatan Pandak

No. Umur (Th) Jumlah Persentase %

1 < 15 13.434 24.13

2 15-65 22.123 39.74

3 >65 20.115 36.13

Jumlah 55.672 100

Monografi Kecamatan Pandak 2015

Tabel 8. Terlihat penduduk wilayah kecamatan Pandak didominasi oleh penduduk usia Produktif yaitu sebesar 22.123 atau 39.74 %, jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan jumlah penduduk belum produktif yaitu sebesar 13.434 atau 24,13% dan sebesar 20.115 atau 36,13% penduduk tidak produktif. Dari jumlah penduduk produktif, penduduk non produktif dan penduduk belum produktif dapat diketahui besarnya angka beban ketergantungan ( Burdence Depedency Ratio / BDR) yaitu jumlah penduduk usia belum produktif ditambah jumlah penduduk non produktif dibagi dengan jumlaah penduduk usia produktif dikalikan 100%.

BDR =

x 100%

BDR =

x 100%

BDR = 151,64%

Besarnya nilai ketergantungan besarnya 151,64 % artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif kecamatan pandak menanggung 152 penduduk tidak


(55)

43 produktif. Semakin tinggi nilai BDR (Burdence Dependency Ratio) maka nilai ketergantungan semakin besar.

3. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari anggota keluarga. Penduduk dapat dikatakan setara, apabila segala kebutuhan sehari hari dapat terpenuhi baik material maupun spiritual. Mata pencaharian penduduk yang ditinjau dari pemanfaatannya yakni terbagi menjadi dua, yakni mata pencarian yang ditinjau dari pemanfaatan lahan dan sumber daya alam, contohnya pertanian dan peternakan, sedangkan mata pencaharian penduduk yang mengandalkan sektor-sektor yang tidak banyak berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti jasa dan transportasi. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian berguna untuk memberikan peluang mengenai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia wilayah tersebut

Tabel 3.Komposisi penduduk menurut mata pecaharian di Kecamatan Pandak.

No. Mata Pencarian Jumlah Persentase %

1. Petani 16.914 61.28

2. Pengusaha sedang/ Kecil 74 0.27

3. Pengrajin / Industri Kecil 597 2.16

4. Buruh Industri 787 2.85

5. Buruh Bangunan 1.105 4.00

6. Buruh Pertambangan 930 3.37

7. Pedagang 276 1.00

8. PNS 325 1.18

9. ABRI 95 0.34

10. Pensiunan (Pegawai Negeri Sipil) 75 0.27

11. Peternak (Sebagai usaha pokok/ sambilan) 6.424 23.27

Jumlah 27602 100.00


(56)

44 Tabel 9.Menjelaskan mayoritas penduduk Kecamatan Pandak bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Penduduk dominan tertinggi dengan mata pencarian petani dengan persentse 61,28% atau 16.914 jiwa. Hasil persentase bermata pencarian sebagai petani memberikan peluang tinggi untuk mengembangkan potensi keberhasilan dalam berusahatani dengan penerapan yang sesuai dengan standar operasional prosedur dalam bertani. Selain petani, mayoritas petani bermata pencarian sebagai peternak dengan persentase 23,27% atau 6424 jiwa, mata pencarian sebagai peternak dapat mendukung kegiatan usahatani padi secara organik yakni dengan menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk organik, semakin banyak penduduk bermata pencarian sebagai peternak maka semakin mendukung kegiatan pemupukan pada penerapan pemupukan usahatani secara organik. Penerapan pemupukan organik yang sesuai standar operasional prosedur menjadi hal penting dalam keberhasilan dalam berusahatani.

4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kualitas sumberdaya manusia suatu masyarakat. Disamping itu tingkat pendidikan juga mencerminkan perilaku dan tindakan penduduk dalam kehidupan sehari hari terhadap suatu perubahan yang terjadi dimasyarakat.


(57)

45

Tabel 4. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1. Buta Huruf 6 0.01

2. Belum Sekolah 5.126 12.79

3. Tidak TamatSD/Sederajat 4.223 10.54

4. Tamat SD/Sederajat 6.574 16.40

5. Tamat SLTP / Sederajat 779 1.94

6. Tamat SLTA/ Sederajat 8.913 22.24

7. Tamat Diploma dan Perguruan Tinggi 14.457 36.07

Jumlah 40.078 100

Sumber: Monografi Kecamatan Pandak

Berdasarkan Tabel 10. Dapat diketahui tingkat pendidikan penduduk kecamatan Pandak mayoritas adalah tamatan DIPLOMA dan Perguruan tinggi yakni sejumlah 14.457 atau 36,07% sehingga penduduk kecamatan Pandak dapat dengan muda mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu penduduk wilayah kecamatan Pandak mempunyai kesadaran terhadap pentingnya pendidikan, semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi maka semakin baik pembangunan didaerah tersebut. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi sikap dan pola pikir penduduk, terutama inovasi petani dalam menerima teknologi baru dalam penerapan usahatani padi sesuai Standar Operasional Prosedur yang telah ditentukan.

C. Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan perekonomian suatu wilayah mencerminkan tingkat kesejahteaan penduduk. Pembangunan perekonomian dapat berjalan lancar apabila ada sarana yang mendukung kegiatan tersebut antara lain sarana ekonomi dan transportansi.


(1)

12

Tabel 5. Perbandingan Rata rata capaian skor dan tinkat efektifitas penerapan sesuai standart operasional prosedur secara organic dan secara konvensional.

No Standar Rata rata Skor Efektivitas (%) Organik Konvensional Organik Konvensional

1 Benih 3.30 3.00 76.77 66.67

2 Perlakuan Benih 3.27 2.82 75.76 60.61

3 Penenaman 3.42 2.70 80.81 56.57

4 Pemeliharaan 2.76 2.42 58.59 47.47

5 Penyiangan 3.27 2.94 75.76 64.65

6 Pengendalian OPT 2.70 2.82 56.57 60.61

7 Irigasi 3.09 3.27 69.70 75.76

8 Panen 3.33 3.09 77.78 69.70

9 Pasca Panen 3.18 3.03 72.73 67.68

10 Penggilingan 3.30 3.24 76.77 74.75

11 Penyortiran 2.88 2.70 62.63 56.57

Rata Rata total skor 3.14 2.91 71.26 63.73

Hasil persentase efektifitas kesesuaian satandar operasional prosedur dengan penerapan usahatani padi secara organik maupun secara konvensional perlu adanya penigkatan dan kesungguhan dalam penerapan usahatani padi yanmenjadi sumber utama pendapatan penduduk berikut merupakan tabel total secara keseluruhan hasil skor yang dicapai.

D. Analisis Biaya

1. Penerimaan

Penerimaan usahatani padi sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi padi dan harga pasar beras yang berlaku.

Tabel 6. Perbandingan Penerimaan usahatani padi per 2.500 usahatani padi secara organik dan secara konvensional

No. Uraian Organik Konvensional

1. Luas lahan 2.500 2.500

2. Produksi Beras (Kg) 910,89 844,59

3. Harga (Rp) 10.040 7.524


(2)

13

Tabel 14. Dengan membandingkan Penerimaan yang diperoleh antara usahatani padi organik dan usahatani padi secara konvensional dengan luas lahan yang sama per 2.500 Hasil penerimaan yang diperoleh petani organik lebih tinggi yakni Rp. 9144963 dibandingkan penerimaan yang diproleh petani konvensional yakni Rp 6.355.252.

1. Biaya Produksi

Dalam kegiatan produksi petani berusaha mengelola sarana produksi agar dapat memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Biaya sarana produksi usahatani padi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkna sarana produksi yaitu benih dan pupuk.

a. Biaya Eksplisit dan implisit

Biaya eksplisit yakni biaya yang benar benar dikeluarkan diantaranya biaya benih, pupik, pestisida, penyusutan alat, Tenaga Kerja luar Keluarga dan Biaya lain lain yang dikeluarkan

Tabel 7. Perbandingan pendapatan usahatani padi secara organik dan secara konvensional di Kecamatan Pandak

No. Uraian Organik Konvensional

1. Penerimaan 9.144.964 6.355.252

2. Benih 127.408 133.919

3. Pupuk 244.577 268.716

4. TKLK 544.371 701.411

Penyemaian 0 0

Pengolahan Lahan 248.988 319.718

Penanaman 80.368 147.339

Pemupukan 0 37.500

Penyamprotan 0 23.669

Penyiangan 0 6.976

Panen 215.015 166.210

5 Penyusutan Alat 15.509 10.481

Pestisida 14.911

Penjemuran 97.967 67.843

Penggilingan 263.686 180.359

7

Total Biaya

Explisit 1.277.021 1.377.641


(3)

14

Tabel 15. Menjelaskan rata rata penggunaan biaya eksplisit dan biaya implisit yang berpengaruh pada penndapatan petani baik petani dengan usahatani padi organik maupun petani dengan usahatani secra konvensional. Biaya eksplisit yang dikeluarkan diantaranya yakni benih, pupuk Tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat dan biaya lain lain.

Tabel 8. Perbandingan pendapatan dan Keuntungan Usahatani padi secara organik dan secara konvensional.

No. Uraian Organik Konvensional

1. Pendapatan 7.867.943 4.977.611

2. TKDK 829.929 205.329

Penyemaian 35.176 40.212

Pengolahan Lahan 143.836 4.091

Penanaman 69.928 84.432

Pemupukan 78.862 20.152

Penyamprotan 0 20.988

Penyiangan 111.244 32.727

Panen 390.882 2.727

3. Sewa lahan sendiri 1.109.900 1.046.970

4.

Total Biaya

Implisit 1.939.829 1.351.861

Keuntungan (Rp) 5.928.114 3.625.750

Tabel 16. Menjelaskan bahwa pendapatan usahatani padi secara organik jauh lebbih tinggi yakni Rp. 5.928.114,- dibandingkan dengan usahatani padi secara konvensional yakni Rp. 3.625.750,- Hasil tersebut disebabkan karna lebih rendahnya penerimaan petani dengan usahatani padi secara konvensional dibandingkan dengan petani dengan usahatani padi secara organik, disamping penerimaan yang rendah juga petani dengan usahatani padi konvensional menggunakan biaya yang cukup tinggi.


(4)

15

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Efektivitas penerapan Standar Operasional Prosedur usahatani padi secara organik lebih efektif dengan rata-rata pencapaian 71,26% yang artinya tingkat pencapaian tinggi dengan skor rata rata 3,14 yang artinya cukup, dibandingkan dengan tingkat Efektivitas penerapan pada usasahatani secara konvensional yakni 63.73% yang artinya sedang dan dengan skor rata rata 2,91 yang artinya cukup.

2. Perbandingan hasil produksi dengan rata-rata luas lahan 2500 tidak adanya perbedaan secara nyata. Penerimaan pada usahatani secara organik lebih tinggi yakni pada usahatani secara organik dengan penerimaan Rp.9.144.964 sedangkan pada usahatani padi secara konvensional Rp.6.355.252.-

3. Pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi secara konvensional. Keuntungan yang tinggi dipegaruhi peneriman dan total biaya eksplisit maupun biaya implisit. Sehingga selisih pendapatan akhir pada usahatani padi organik lebih tinggi yakni Rp.7.867.943 sedangkan pada usahatani secara konvensional Rp.4.977.611. Keuntungan usahatani padi secara organik sebesar Rp.5.928.114 sedangkan keuntungan usahatani padi secara konvensional Rp. 3.625.750.


(5)

16

4. Tingkat Efektivitas penenerapan standar operasional yang baik berpengaruh pada penerimaan, pendapatan dan keuntungan dalam berusahatani padi baik secara organik maupun secara konvensional.

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan penyuluhan dalam penyesuaian standar operasional prosedur dengan aplikasi pada usahatani padi baik secara organik maupun padi secara konvensional di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul guna mencapai tingkat penerapan efektifitas tertinggi.

2. Usahatani Padi baik secara organik maupun secara konvensional perlu mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan baik biaya eksplisit terutama pada biaya tenaga kerja luar keluarga serta biaya pupuk dan biaya implisit yang dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Yogyakarta. 2015. “Yogyakarta Dalam Angka” Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. 2015. “Panduan Teknologi Budidaya Hazton Pada Tanaman Padi”.Jakarta. Gultom, Lammreta. 2011. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Bogor.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49949/H11lgu.pdf(21Juni205 )

http://pphp.pertanian.go.id/opini/2/potensi-pertanian-organik-dan-pengembangan-beras-organik-di-indonesia-tahun-2014 (22 Januari 2016)

Notarianto, Dipo.2014 “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik (Studi Kasus: Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen)” Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.


(6)

17

Nurzaman, Arif. 2005. “Study Komparatif usahatani padi sawah menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik di desa jomboran kecamatan klaten

tengah kabupaten klaten”. Program Sarjana Pertanian Agribisnis. Fakultas Pertanian UMY Yogyakarta.

Karliya Herawati,Noknik. Hendrani Januarita, 2014 “Viabilitas Pertanian Organik

Dibandingkan Dengan Pertanian Konvensional”Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat.Universitas Katolik Parahyangan. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. CV Rajawali. Jakarta.

________. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

________. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis “Pendekatan Kuantitatif kualitatif dan

R&D” CV ALFABETA.Bandung

Tri Widyaningsih, Operalis. 2010. Efisiensi usahatani padi organikDi desa wijirejo kecamatan pandak,Kabupaten bantul.Program Sarjana Pertanian Agribisnis. Fakultas Pertanian. UMY Yogyakarta.

Wulandari, Kurnia. 2009. “Tingkat Penerapan Paket Teknologi Usahatani Padi oleh Peserta SL- PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) Pada

Gapoktan Sedyo Rukun di desa TAmantirto Kecamatan Kasihan Bantul”.

Program Sarjana Pertanian Agribisnis. Fakultas Pertanian UMY Yogyakarta.

Winarno, F.G. 2002. Pertanian organik: Standar Internasional dan Pangsa Pasar. Embrio Bioteknologi. Bogor.