orang, berpengetahuan kurang 15,4 sebanyak 4 orang dan berpengetahuan baik 9,2 sebanyak 5 orang.
5.3.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Status Pekerjaan
Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Status Pekerjaan Status Kerja
Kurang Cukup
Baik Total
N N
N N
Tidak 18
36 26
52 6
12 50
100 Ya
1 12,5
4 50
3 37,5
8 100
Total 19
32,8 30
51,7 9
15,5 58
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan dengan status tidak bekerja berpengetahuan cukup dengan persentase 52 sebanyak 26 orang,
berpengetahuan kurang 36 sebanyak 18 orang, pengetahuan baik 12 sebanyak 6 orang.
5.4 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan antenatal care. Pengetahuan merupakan hasil tahu dari
manusia terhadap segala sesuatu, atas perbuatan manusia untuk objek tertentu Notoatmodjo,2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
umur, pendidikan, pengalaman, pekerjaan. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
karena semakin bertambah umur maka pengetahuan pun semakin luas. Pada penelitian ini umur dibagi dalam 3 kelompok yaitu 20, 20-30, dan 30-40. Dari
tabel 5.6 dapat dilihat bahwa responden pada usia 30-40 berpengetahuan baik 23,6, berpengetahuan cukup 41,1 dan berpengetahuan kurang 35,3. Jika
dibandingkan dengan umur 20-30 berpengetahuan baik 13,6, berpengetahuan cukup 56,7 dan berpengetahuan kurang 29,7. Sesuai dengan teori semakin
tinggi umur sesorang semakin luas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Latifatuh Zahroh 2013 tidak ada hasil yang signifikan umur mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang antenatal care. hal ini karena pengetahuan baik tidak hanya pada dewasa awal 20-30 tahun tetapi juga usia 30-40 tahun.
Jumlah kehamilan juga berpengaruh pada pengetahuan mengenai antenatal care. Yang pernah hamil sebelumnya pasti tahu mengenai pemeriksaan kehamilan
dan manfaatnya pada kehamilan. Dari tabel 5.7 jumlah kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu jumlah kehamilan 1 kali, 2-3 kali, dan 3 kali. Responden dengan
kehamilan 1 kali berpengetahuan baik 26,7, berpengetahuan cukup 53,3 dan berpengetahuan kurang 20. Persentase ini lebih baik dibandingkan dengan 2
kelompok lain yang mana responden dengan jumlah kehamilan 2-3 berpengetahuan kurang 35 dan kehamilan 3 berpengetahuan kurang 66,6 .
Jumlah kehamilan memang berpengaruh terhadap pengetahuan, tetapi pada penelitian ini tidak didapat hasil yang signifikan ini dikarenakan adanya faktor
lain yang mempengaruhi pengetahuan selain jumlah kehamilan. berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Wigunantiningsih 2012 di RB Wijaya
Kusuma Karanganyar bahwa paritas mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki. Dari tabel 5.8 pendidikan dibagi dalam 4 kelompok yaitu SD, SMP, SMASederajat, D3S1. Responden dengan pendidikan D3S1 berpengetahuan
baik dengan persentase 37,5, berpengetahuan cukup 62,5 dan berpengetahuan kurang 0,0. Ini lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain yaitu
responden dengan tingkat Pendidikan SD berpengetahuan kurang 85,7, berpengetahuan cukup 14,3 dan yang berpengetahuan baik 0,0. Ini
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan sarana paling penting dalam memperoleh suatu informasi yang menghasilkan pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Purboningsih T yang dilakukan di Surakarta ditemukan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
antenatal care. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak juga pengetahuan yang dimiliki.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Wigunatiningsih 2012 di RB
Universitas Sumatera Utara
Wijaya Kusuma Karanganyar didapatkan bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care.
Perkerjaan mempengaruhi status sosial ekonomi dalam memenuhi fasilitas dan kebutuhan seseorang. Orang yang bekerja bisa memenuhi fasilitas dari i tabel
penghasilan yang didapat. Lingkungan kerja juga dapat menjadi sarana bersosialisasi dan mendapatkan informasi. Dari tabel 5.9 dapat dilihat responden
yang tidak bekerja berpengetahuan kurang 36, berpengetahuan cukup 52 dan berpengetahuan baik 12. Sedangkan responden yang bekerja berpengetahuan
kurang 12,5, berpengetahuan cukup 50 dan berpengetahuan baik 37,5, ini lebih baik dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja. Sesuai dengan
teori , orang yang bekerja memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Penelitian yang sama dilakukan Nhan Thi Nguyen di Hospital
Ho Chi Minh City, vietnam 2008 didapatkan bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki pengetahuan lebih rendah dibanding dengan ibu yang bekerja.
Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai kunjungan antenatal care yaitu 51,7 berpengetahuan cukup, 32,5 berpengetahuan kurang
dan 15,5 berpengetahuan baik. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di RS Pirngadi tahun 2010 dengan persentase
berpengetahuan cukup 47,4, berpengetahuan baik 33 dan berpengetahuan kurang 19,6. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh perbedaan lokasi
penelitian, perbedaan karakteristik responden, dan juga kesadaran akan manfaat dari kunjungan antenatal care.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan