Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

commit to user 8 Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap keputusan konsumen adalah citra lembaga dan word of mouth. Namun demikian dalam analisis yang dilakukan Wijayanti 2005 citra lembaga menjadi faktor paling dominan mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat studi. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil fokus yang berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Sesuai dengan permasalahan penelitian, fokus penelitian ini pada bagaimana pemanfaatan sumber informasi oleh mahasiswa pada saat menentukan pilihan tempat melanjutkan studi setelah lulus SMA. Adapun data awal yang menjadi landasan berpikir peneliti, dengan melakukan eksplorasi lebih mendalam temuan penelitian yang dilakukan oleh LP3UMY guna mendapat penjelasan yang memadai tentang permasalahan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada informan yang telah dipilih sesuai dengan kriteria dan kebutuhan data yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan pada bab pendahuluan pada tesis ini. Wawancara dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman wawancara yang telah peneliti susun.

B. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Memahami perilaku pengguna barang atau jasa bagi setiap individu memang menjadi kerumitan tersendiri bagi perusahaan. Namun hal ini memang harus dilakukan untuk menjamin keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Untuk memudahkan perusahaan melakukan analisis terhadap para penggunanya, commit to user 9 lazimnya perusahaan akan mengelompokkan mereka ke dalam kategori tertentu. Sebelum memulai sebuah aktifitas dalam kegiatan pendekatan terhadap pasar maka perusahaan perlu secara jelas membidik sasaran yang dituju. Dalam aktifitas pemasaran hal ini biasa dikenal dengan istilah segmentasi. Menurut Rhenald Kasali “penentuan segmen ini menjadi sebuah keperluan agar Anda dapat melayani lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, dan yang terpenting memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan pihak yang Anda tuju ” Kasali, 2001 : 27. Belch 2004 menjelaskan bahwa perusahaan atau organisasi harus mampu mengidentifikasi kebutuhan spesifik yang ada dalam diri segmen yang dituju. Hal ini penting untuk mengetahui bagaimana perubahan pasar yang ada mengingat peta persaingan usaha juga mengalami perubahan. Semakin detail perusahaan dapat memahami market yang dituju semakin baik mengenali “medan pertempuran ”. Untuk keperluan itu pemasar perlu menajamkan target market yang dimiliki dengan melakukan segmentasi. Dalam memahami bagaimana konsumen berperilaku pada dasarnya segmentasi merupakan upaya untuk mendapatkan pemetaan pasar dengan tepat. Segmen pasar merupakan sekumpulan orang yang ada dalam pasar yang memiliki kesamaan keinginan, daya beli, lokasi tinggal, sikap maupun kebiasaan pembelian. Guna mendapatkan pemahaman yang memadai atas diri segmen yang dituju perusahaan dapat melakukan langkah yang strategis dan mendasar sebelum melakukan banyak aktifitas untuk mendekati pasar. Kotler 2000 menyebutkan pemahaman yang mendalam tentang konsumen sangat diperlukan. Adapun cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan atau organisasi penyedia barang dan jasa commit to user 10 melalui riset. Dalam tahap ini perusahaan melakukan eksplorasi melalui serangkaian wawancara dan focus group discussion untuk memperoleh sisi terdalam insight diri konsumen seperti motivasi, sikap dan perilakunya. Kemudian penelitian dilakukan dengan menjalankan penggalian data tentang atribut produk, awareness dan semua yang berkaitan dengan product knowledge. Disamping itu perlu digali data sosio-psiko-demografis serta bagaimana perilaku media konsumen. Pada kenyataannya, perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dapat bersifat rasional maupun irasional. Sebagai makhluk ekonomi, konsumen akan selalu memaksimalkan kepuasan dengan sumberdaya yang dimilikinya dan selalu bertindak rasional. Konsumen memiliki alasan kuat untuk menentukan produk mana yang akan digunakan dalam kehidupannya. Selain itu, konsumen memiliki sejumlah alternatif pilihan produk yang akan digunakan. Dalam menentukan produk mana yang akan dikonsumsi, konsumen akan melihat pada marginal utility yang diperoleh. Selama utilitas yang diperoleh dari pembelian lebih besar atau sama dengan biaya yang dikorbankan, maka orang akan membeli suatu produk Simamora 2003 : 3. Hal inilah yang mendorong konsumen secara rasional menentukan produk yang dikonsumsi. Konsumen akan mengkonsumsi suatu produk ataupun jasa ketika mereka merasa mendapatkan kemanfaatan atas barang atau jasa tersebut. Namun demikian tidaklah cukup memahami konsumen dari sudut pandang ekonomis semata. Masih diperlukan penjelasan dari sisi lain. Secara sosial, konsumen bertindak akan dipengaruhi oleh latar belakang sosial masing-masing. Konsumen bertindak akan dipengaruh oleh lingkungan sosial dimana mereka commit to user 11 tinggal dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini termasuk kelompok pergaulan atau afiliasi yang dimiliki dan juga keluarga. Apabila dilihat dari sisi antropologi maka konsumen akan membeli dan mengkonsumsi suatu produk dipengaruhi oleh persoalan budaya yang melingkupinya. Budaya memiliki sejumlah nilai dan norma yang lazimnya akan dianut dan dilakukan oleh kelompoknya. Dalam konsumsi barang dan jasa yang ada, konsumen akan selalu menyesuaikan diri dengan pola konsumsi yang dimiliki oleh kelompok budaya yang diikutinya. Dari sisi psikologis seorang konsumen akan bertindak dengan didorong oleh sejumlah alasan. Mereka memiliki sejumlah motif tertentu. Motif inilah yang akan memberikan rangsangan atau dorongan terhadap konsumen untuk memenuhi semua kebutuhan. Hal ini menandakan untuk melihat perilaku konsumen sebenarnya cukup kompleks. Simamora, 2003 Proses penentuan keputusan pembelian oleh konsumen atas suatu produk sesungguhnya tidak secara serta merta begitu melihat suatu produk atau jasa yang tersedia kemudian dibeli atau dikonsumsi begitu saja. Untuk sampai pada tahap penggunaan barang atau jasa, terjadi proses dalam diri konsumen melalui beberapa tahap. Konsumen dalam memilih dan menentukan pembelian dan konsumsi produk atau jasa dapat dipelajari dari bagaimana mereka memproses keputusan tersebut. Ada banyak penjelasan mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen berlangsung. Belch dan Belch 2004 menyebutkan ada 4 tahap yang dilalui seorang konsumen dalam memilih dan menggunakan suatu produk atau jasa. Keempat tahap tersebut meliputi information search, alternative evaluation, purchase decision dan postpurchase evaluation. Sementara itu, Clow dan Baack 2004 memberikan gambaran tahapan commit to user 12 dalam proses pembelian konsumen ke dalam lima tahap. Kelima tahapan tersebut adalah problem recognition, information search, evaluation of alternatives, purchase decision dan postpurchase evaluation. Berbeda dengan pandangan Belch dan Belch 2004 serta Clow dan Baack 2004, Blackwell et.al. 2001 menggambarkan bagaimana tahapan konsumen melakukan keputusan pembelian baik untuk produk maupun jasa secara lebih lengkap. Blackwell menjelaskan tahapan proses keputusan pembelian dalam diri konsumen ke dalam tujuh tahap. Ketujuh tahap tersebut bila dibagankan dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2.1. : Proses Pengambilan Keputusan Konsumen untuk Barang dan Jasa Sumber : Blackwell et.al. 2001 : 71 Need Recognition Search for Information Pre-Purchase Evaluation of Alternatives Purchase Consumption Divestment Post-Consumption Evaluation commit to user 13 Blackwell lebih lanjut menjelaskan dalam model proses pengambilan keputusan tersebut sebagai represents a roadmap of consumers mind that marketers and managers can use to help guide product mix, communication, and sales strategies Blackwell et.al., 2001 : 71. Dengan demikian melalui model tersebut dapat tergambar dengan jelas bagaimana skema yang berlaku dalam diri konsumen melalui proses berpikir dan mencari informasi, melakukan evaluasi maupun mengambil tindakan tertentu terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam tahap pertama konsumen akan memasuki need recognition Blackwell et.al., 2001 : 72 dengan mengenali kebutuhan. Hal ini dapat dipandang sebagai sebuah persoalan yang harus diselesaikan dengan dipenuhi kebutuhan tersebut. Mekanisme pembelian produk diawali dari fase pengenalan kebutuhan. Disinilah konsumen mencoba menggali dan mengeluarkan segala macam apa yang dipikirkan, dirasakan mengenai keperluan yang harus mereka penuhi. Di sini pula seringkali konsumen mengalami kebimbangan dikarenakan antara apa yang dipersepsikan dengan kenyataan dilapangan terjadi kesenjangan gap. Untuk menjembatani gap yang terjadi tersebut maka konsumen memasuki fase kedua yakni pencarian informasi. Dalam tahap ini menurut Blackwell et.al. 2001 konsumen telah mengenali kebutuhan yang dirasakan dan akan melakukan pencarian informasi mengenai segala macam hal berkaitan dengan apa yang dapat memenuhi kebutuhannnya. Pencarian informasi mengenai kebutuhan dan produk yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal. Kondisi internal ini antara lain dipengaruhi oleh sumberdaya yang dimiliki, motivasi, pengetahuan, personality. Sedangkan kondisi eksternal antara lain dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, keluarga. commit to user 14 Dalam tahap ini konsumen akan mengumpulkan informasi dari pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya tentang produk tersebut. Selain itu konsumen juga dapat memperoleh informasi dari lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan bisa bersumber dari media-media komunikasi yang ada seperti media massa baik media cetak maupun elektronik, media komunikasi personal melalui aktifitas komunikasi interpersonal maupun kelompok. Setelah mendapatkan informasi yang memadai mengenai kebutuhan dan produk yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut, Blackwell et.al. 2001 menjelaskan bahwa konsumen melakukan evaluasi atas alternatif semua produk yang ada untuk dipilih salah satu menjadi produk yang akan digunakan. Dengan kata lain pada saat inilah konsumen telah memiliki sejumlah alternatif yang spesifik atas produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya. Ketika konsumen telah menentukan produk yang sesuai maka dilanjutkan dengan proses pembelianpurchasing Blackwell et.al., 2001 : 79. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan penggunaan produk atau jasa tersebut yang biasa disebut sebagai konsumsiconsumption Blackwell et.al., 2001 : 80. Sebagai user, konsumen tentu akan merasakan langsung benefit yang ada dalam produk. Di saat itulah konsumen sebenarnya melakukan evaluasi atas semua yang dirasakan dari penggunaan produk atau jasa tersebut. Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman inilah konsumen melakukan evaluasi ulang apakah produk tersebut dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkannya. Sampai dengan tahap ini, maka konsumen memasuki fase hasil. Kemungkinannya, apabila konsumen merasa puas maka konsumen akan melanjutkan dengan melakukan pembelian ulang atau merekomendasikan kepada pihak lain untuk menggunakan commit to user 15 produk yang sama. Apabila ternyata konsumen merasa tidak dapat terpenuhi kebutuhannya maka mereka tidak akan menggunakan produk atau jasa tersebut dan berganti ke produk lain. Bahkan sangat mungkin konsumen akan memutuskan untuk tidak merekomendasikan produk atau jasa tersebut digunakan oleh calon konsumen lain. Tahap terakhir ini dinamakan divestment Blackwell et.al., 2001 : 80. Keputusan pembelian konsumen selain ditinjau dari tahapan seperti diuraikan pada model di atas, sebenarnya juga memiliki tipe tertentu yang lebih khas dan spesifik. Hal ini khususnya berkaitan dengan proses pencarian informasi. Proses pencarian informasi yang melibatkan konsumen ini penting untuk diketahui bagi perusahaan karena melalui hal inilah dapat dilakukan intervensi atas informasi yang menerpa exposure konsumen. Dengan demikian pemahaman terhadap proses pencarian informasi ini akan dapat disusun aktifitas komunikasi yang relevan dengan karakter konsumennya. Dalam kaitan ini keaktifan konsumen untuk mencari informasi sangat ditentukan oleh keterlibatan mereka terhadap kebutuhan. Konsumen akan termotivasi mencari informasi ketika keterlibatan terhadap kebutuhan mereka dirasakan tinggi. Involvement is the extent to which stimulus or task is relevant to consumer’s existing needs, wants or values Clow and Baack, 2004 : 63. Dengan demikian semakin penting suatu produk atau jasa bagi konsumen maka mereka akan aktif mencari informasi selengkap mungkin melalui berbagai macam sumber yang dapat diakses karena mereka merasa terlibat secara langsung di dalamnya. Keterlibatan ini sangat mempengaruhi banyak dan sedikitnya informasi yang dicari, melalui saluran apa saja informasi tersebut ditelusuri, bagaimana mengolah informasi yang mereka dapatkan. Ketika commit to user 16 konsumen merasakan suatu kebutuhan sangat berpengaruh dalam kehidupannya, maka mereka akan mengeluarkan segenap kemampuan yang mereka miliki. Harapannya, konsumen akan mendapatkan kepuasan dan tidak mengalami kekecewaan di kelak kemudian hari. Lebih lanjut Blackwell et.al. 2001 : 86 – 89 menyebutkan beberapa tipe pengambilan keputusan. Untuk kategori pembelian produk baru initial purchase dibagi ke dalam 3 tipe yakni extended problem solving EPS, limited problem solving LPS dan midrange problem solving. Dalam tipe yang pertama, EPS, konsumen akan melakukan pemilihan produk secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan. Umumnya konsumen merasakan perlu dengan cermat menentukan pilihannya. Sehingga mereka akan mencari berbagai macam informasi dari berbagai sumber yang dapat mereka percayai. Konsumen tidak ingin mengalami kesalahan dalam menentukan produk yang sesuai dengan kebutuhannya yang akan memberikan kekecewaan di kemudian hari. Umumnya jenis persoalan yang dihadapi konsumen pada kategori ini ketika mereka dihadapkan pada produk yang mengharuskan dirinya aktif melakukan pencarian informasi secara detail. Biasanya produk yang tergolong high involvement seperti pembelian mobil, rumah, pendidikan. Terkait dengan hal ini O‟Guinn turut memperkuat penjelasan Blackwell dengan menyatakan bahwa “buying one’s first new automobile and choosing a college are two other consumption settings that may require extended problem solving ” O‟Guinn et.al., 2006 : 174. Tingkat keterlibatan yang tinggi pada tipe ini umumnya dengan disertai lamanya dalam pengambilan keputusan akhir. Lamanya pengambilan keputusan ini lebih karena bentuk kehati-hatian konsumen untuk tidak terjadi kesalahan yang fatal akibat ketergesaan konsumen commit to user 17 sendiri. Untuk itu konsumen perlu memiliki banyak informasi dan pertimbangan. Konsekuensi logis yang muncul dari kondisi ini, perusahaan atau organisasi perlu melakukan pendekatan melalui kegiatan komunikasi yang lebih intensif dan personal untuk dapat membujuk konsumen memilih produk atau jasa yang ditawarkannya melalui pemanfaatan sumber informasi yang konsumen percayai. Tipe kedua, LPS, konsumen umumnya tidak memiliki cukup banyak waktu dan sumberdaya lain ataupun motivasi untuk melakukan pencarian dan pemrosesan informasi sebagaimana dalam EPS. Konsumen akan menyederhanakan proses memilih produk dengan mengabaikan beberapa informasi dan pertimbangan. Umumnya ini berlaku untuk kategori produk atau jasa yang kurang terlalu penting sehingga cukup melalui proses yang lebih sederhana dalam mengambil keputusan. Dalam kategori ini konsumen dapat secara mudah mengambil keputusan tanpa harus banyak mencari informasi dan pertimbangan ke beberapa pihak. Produk-produk dalam kategori consumer goods seperti makanan ringan yang masuk dalam kategori fast moving dapat diputuskan pembeliannya melalui mekanisme ini. Konsumen dapat dengan mudah mengetahui atau memperkirakan manfaat yang bisa dirasakan dari penggunaan produk tersebut. Apabila tidak memuaskan, konsumen tinggal beralih ke produk lain dengan cepat. Tipe ketiga midrange problem solving yangmana konsumen dalam mengambil keputusan tidak seekstrim pada kedua model sebelumnya. Tipe ini merupakan model moderat yang cukup banyak dianut konsumen. Konsumen hanya mencari informasi pokok yang penting dan belum diketahui, selebihnya akan mengandalkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki atau bersumber dari orang lain. Blackwell et.al., 2001 : 86 – 87. commit to user 18 Sementara untuk kategori pembelian ulangan repeat purchase terdapat dua kemungkinan tipe pembelian, yakni repeated problem solving dan habitual problem solving. Tipe pertama mensyaratkan kelanjutan dari pembelian sebelumnya terutama dalam hal kepuasan. Kosumen telah memiliki informasi maupun pengalaman yang memadai tentang penggunaan produk tersebut sebelumnya. Dalam pengambilan keputusan tipe ini konsumen perlu mempertimbangkan kecukupan waktu, energi dan alternatif untuk memilih produk lain yang belum tentu memberikan kepuasan seperti produk yang telah dipergunakan. Sedangkan tipe kedua merupakan keputusan yang sudah biasa dilakukan. Hal ini hampir sama dengan tipe yang pertama. Pada umumnya dalam tipe ini konsumen akan dipengaruhi oleh loyalitas terhadap brand yang digunakan. Apabila konsumen menghendaki perubahan penggunaan brand maka konsumen mengalami kondisi inertia yakni konsumen dapat melakukan brand switching ketika setiap produk yang sejenis memiliki nilai yang sama di mata konsumen. Blackwell et.al., 2001 : 88 – 89. Dengan memahami mekanisme yang berlangsung dalam diri konsumen pada saat melakukan pembelian baik itu sebelum, pada saat, dan setelah membeli, maka akan lebih mudah bagi perusahaan atau organisasi dalam menentukan strategi yang tepat untuk mendekati, mempengaruhi dan membujuk konsumen. Bagi produsen dan penyedia jasa tentu saja desain strategi dan taktik promosi akan sejalan dengan tujuan pemasaran yang dibangunnya yakni untuk melakukan pembelian produk atau jasa. Namun komunikasi melalui promosi yang dibangun tersebut akan disesuaikan dengan sudut pandang kebutuhan konsumen itu sendiri. Sehingga disini tidak lagi mementingkan pada keuntungan organisasi semata, commit to user 19 lebih jauh memberikan apresiasi dan penyesuaian terhadap karakter konsumennya. Konsumen juga diuntungkan dengan kondisi seperti ini

C. Promosi Organisasi dan Pemanfaatan Sumber Informasi

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Elektronik USU Repository pada Web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

3 87 97

Pemanfaatan Sumber Informasi Elektronik Pada Perpustakaan Universitas Pembangunan Panca Budi

16 117 40

Pemanfaatan Sumber Informasi tentang Usahatani Sayuran oleh Petani

0 10 143

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 2 13

PENDAHULUAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 1 17

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL OLEH KOMUNITAS COSURA SURABAYA SEBAGAI MEDIA INFORMASI MASYARAKAT (Studi Deskriptif Kualitatif Pemanfaatan Media Sosial Facebook oleh Komunitas Cosura Surabaya sebagai Media Informasi Masyarakat ).

0 8 105

PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI BELAJAR PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA

0 0 17

View of OPTIMALISASI LAYANAN PENELUSURAN SUMBER-SUMBER INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PENULISAN KARYA ILMIAH DOSEN DAN MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI

1 1 10

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sumber Daya Informasi Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi - Perbandingan Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Oleh Pengguna Digital Native dan Digital Immigrants pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

0 0 20

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sumber Daya Informasi Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi - Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Elektronik Akses Terbuka: Studi Kasus e-repository Universitas Negeri Medan (UNIMED)

0 0 23