xci
B. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Upacara Bersih Desa di
Dukuh Kebon Agung
Upacara bersih desa identik dengan masyarakat pedesaan yang memiliki mata pencaharian bertani. Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Adat dan tradisi adalah komponen budaya yang mencirikan identitas suatu komunitas manusia. Suatu identitas yang bermuatan aturan hidup
bersama maupun individu, bagaimana mengaktualisasikanya dan bagaimana itu dipertahankan sebagai nilai yang menentukan keberlangsungan budaya suatu
komunitas. Persepsi masyarakat tentang upacara bersih desa pada masa lampau
dipengaruhi oleh kepercayaan mistis, animisme dan dinamisme yang melahirkan anggapan adanya kekuatan di luar manusia, adanya makhluk lain yang tidak dapat
dilihat oleh mata atau kasat mata, serta keyakinan bahwa alam sekitarnya ada yang menguasai mbahu rekso. Makhluk yang mbahu rekso memiliki berbagai
sebutan di antaranya : danyang, dedemit, lelembut, memedi, tuyul dan lainnya.
74
Oleh karenanya manusia mencoba untuk berkomunikasi dengan berbagai cara atau media yang memiliki tujuan agar aktifitas manusia tidak diganggu oleh
makhluk tersebut.
75
Usaha manusia untuk mengadakan komunikasi dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan melakukan ritual tertentu. Di dalam ritual tersebut biasanya
74
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : Gama Media, 2000, hal., 22.
75
Sujarno, Upacara Sedekah Bumi di Gandrung Manis Kajian Tentang Pergeseran Nilai, Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1996, hal., 45.
xcii pelaku menyerahkan permasalahan dan harapan pemecahan dari masalah tersebut
semata-mata hanya kepada kehendak atau kebijaksanaan makhluk tersebut agar memenuhi keinginannnya.
76
Tradisi bersih desa di dukuh Kebonagung tersebut telah lama berkembang. Sejarah tentang awal mulanya tradisi tersebut
dilaksanakan tidak jelas diketahui secara pasti. Pada umumnya masyarakat melakukannya berdasarkan tradisi yang harus di uri-uri.
Persepsi masyarakat tentang rangkain pelaksanaan upacara bersih desa memiliki penafsiran yang beragam. Masyarakat menilai tidak hanya dari segi
ekonomis tetapi dari segi akidah juga. Oleh karenanya persepsi masyarakat Kebon Agung pada dewasa ini terbagi menjadi dua golongan, yakni golongan mayoritas
dan golongan minoritas. Golongan mayoritas adalah masyarakat secara umum yang selalu melaksanakan upacara bersih desa secara konsisten dan rutin di areal
pemakaman atas dasar dorongan yang kuat untuk tetap melestarikan tradisi yang telah membudaya. Golongan minoritas merupakan bagian kecil dari anggota
masyarakat yang berupaya mengadakan perubahan secara bertahap. Perubahan yang dilakukan seperti menambahkan acara pengajian di malam midodareni oleh
warga setempat agar tidak dianggap musrik, karena dalam tradisi tersebut melakukan banyak ritual-ritual yang mengandung unsur-unsur budaya Jawa
seperti : membuat sesaji, pembersihan makam Kicono Sari yang dianggap sebagai leluhur desa. Kesemuannya itu tidak ada di dalam ajaran islam atau dianggap
76
Ibid
xciii bid’ah. Oleh masyarakat setempat, acara terebut kemudian diberi nuansa Islami
yakni dengan diadakannya pengajian.
77
Pergeseran nilai juga terjadi pada generasi muda dalam memandang pelaksaan upacara bersih desa tersebut. Generasi muda ini menganggap
pelaksanaan upacara bersih desa tersebut cenderung pada tindakan non ekonomis atau bersikap pemborosan.
78
Pemikiran tersebut didasarkan pada untung ruginya dalam melakukan kegiatan terutama dalam pengeluaran biaya yang cukup besar
untuk pembuatan kenduri dan berbagai sesaji yang digunakan dalam pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Dengan kata lain generasi muda melihat pelaksanaan
upacara bersih desa dari segi materi. Hal yang demikian secara tidak langsung telah terjadi pergeseran nilai dari yang bersifat religius cenderung kepada hal yang
bersifat materi.
C. Relevansinya Dalam Kehidupan Masyarakat