kayu jarum. Zat ekstraktif terdiri dari bahan yanag mudah menguap seperti terpentin, resin, asam lemak, fenol karbihidrat dengan berat molekul rendah dan
juga pektin. Zat ekstraktif yang larut dalam air meliputi gula, pektin, garam - garam organik dan zat warna. Sedangkan ekstraktif yang larut dalam
pelarut organik yaitu asam lemak, resin, dan terpen. Pelarut organik yang biasa digunakan yaitu petroleum eter, methanol, alkohol benzena, dan etanol benzene.
Ekstraktif dapat mengkonsumsi bahan kimia yang lebih banyak juga dapat menghambat proses penetrasi larutan keemasan. Sehingga pada pembuatan kertas
akan timbul masalah yang disebut pitch trouble, hal ini disebabkan karena picth yang dilepaskan pada waktu pengilingan akan cenderung terkumpul sebagai
partikel suspensi koloidal sehingga akan menyumbat kawat kasa pada mesin kertas atau terkumpul pada flet serta melekat pada mesin sebagai gumpalan gelap.
Dengan adanya hal ini akan menyebabkan kertas berlubang transparan, bernoda dan kotor. PT.TPL, 2003
e. Abu
Disamping persenyawaan - persenyawaan organik, didalam kayu masih ada zat - zat anorganik yang disebut bagian-bagian abu mineral pembentuk abu
yang tinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar. Kadar zat ini bervariasi antara 0,2-1 dari berat kayu Dumanauw,1990.
2.3. Metode-Metode Pembuatan Pulp
Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu dapat dilakukan dengan berbagai macam proses yaitu:
a. Metode pembuatan pulp secara mekanik Mechanical Process
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik, pemisahan serat dilakukan dengan cara menggunakn tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan mengeringkan
katyunya menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90-95, tetapi menyebabkan kerusakan pada serat. Pengguanaan pulp yang dihasilkan pada
proses mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin, dan serat - seratnya tidak murni sebagai serat.
b. Metode pembuatan pulp secara semikima Semi-Chemical Pulping
Proses semi kimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan perbaikan secara mekanik dan beroperasi pada rendemen yang tingginya dibawah proses
mekanik. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada proses ini adalah natrium sulfida Na
2
S. c.
Metode pembuatan pulp kimia Chemical Pulping Pada proses kimia bahan - bahan yang bterdapat ditengah lapisan kayu akan
dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat - zat yang merngikatnya. Hal yang merugukan pada proses ini adalah rendamen rendah yaitu 45-55
Sjostrom,1995. Proses pulp kimia dibagi menjadi 3 kategori:
1. Proses soda Soda Process
Dalam proses soda kayu dimasak dengan larutan natrium hidroksida. Larutan sisa pemasakan dipekatkan dan kemudian dibakar, yang akan
menghasilkan natrium karbonat, dan apabila diolah dengan menambahkan batu kapur akan menghasilkan natrium hidroksida. Nama proses soda, karena bahan
kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini sekarang sudah tidak dipakai lagi.
Universitas Sumatera Utara
2. Proses sulfit
Pada proses sulfit, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam yang mengandung sulfur dari logam alkali, atau alkali tanah berupa bisulfit.
Campuran asam sulfit dan ion bisulfit digunakan untuk menyerang dan melarutkan lignin. Sulfit bersatu dengan lignin membentuk garam dari asam
lignosulfonik yang dapat larut dalam larutan pemasak dan srtuktur kimia dari lignin masih utuh. Bahan kimia dasar dari bisulfit dapat berupa ion kalsium,
magnesium, natrium atau ammonium. Pulp sulfit rendemen tinggi dapat dihasilkan dengan proses sulfit bersifat asam, bisulfit, atau sulfit yang bersifat
basa. Biasanya dalam pembuatan proses pulp sulfit bersifat asam rendamen tinggi dengan kalsium, magnesium atau natrium sebagai basa laju reaksi turun dengan
pemasakan pada suhu rendah 120-130
o
C dan dengan keasaman lindi pemasak yang rendah, yaitu lebih sedikit belerang dioksida daripada pembuatan pulp sulfit
penuh. Pulp sulfit bersifat asam rendemen tinggi sering diproduksi dalam pabrik sulfit kertas koran, yang menghemat kayu 30 dibandingkan dengan pulp kimia
penuh Fengel, 1995. 3.
Proses sulfat atau Kraft Sulphate atau Kraft Process Kraft berasal dari bahasa jerman yaitu berarti ‘’kuat’’, dimana pada
proses sulfatkraft menghasilkan kertas yang kuat tetapi pulp yang belum diputihkan berwarna coklat. Proses sulfat melibatkan pemasakan chip dengan
menggunakan bahan pemasak yang disebut dengan white liqour. Dimana white liqour merupakan larutan pemasak yang berupa cairan dari larutan natrium
hidroksida dan natrium sulfida dengan perbandingan molar sekitar 5NaOH + 2 NaS dengan pH antara 13,5 sampai 14,0. Garam-garam natrium yang juga
Universitas Sumatera Utara
terdapat dalam larutan pemasak dengan jumlah yang tidak terlalu banyak seperti natrium karbonat. Wihte liqour dibuat dengan proses’’ causticizing ‘’ dari ‘’ green
liqour ‘’ dengan batu kapur CaO Sjastrom, 1995. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi pulp dengan menggunakan
proses kraft. Proses ini merupakan pembuiatan pulp yang paling banayak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga proses kraft.
Keuntungan–keuntungan dari proses sulfat ini adalah sebagai. a.
Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi. b.
Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan kayu dari spesies yang berbeda.
c. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan
harganya tidak mahal. d.
Tersedianya peralatan-peralatan opersi yang standart e.
Banyak pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan. f.
Dampak pencemarannya terhadap lingkungan bisa dikatakan sanagat rendah.
g. Pendaur ulangan bahan kimianya sangat efisien.
h. Pendaur ulangan panas yang begitu efisien.
i. Masalah getah pitch dari kayu yang mengandung resin-resin sangat
berkurang. j.
Dapat dihasilkan berbagai janis pulp.
Tujuan pembuatn pulp dengan proses kraft yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara
Universitas Sumatera Utara
kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutan lignin yang ada
diantaraditengah-tengah ‘’lamela’’ yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang terdapat pada larutan pemasak juga merembes terserap ke dinding
serat dan melarutkan lignin tersebut PT. TPL, 2002.
2.4. Tahap-Tahap Proses Pembuatan Pulp