150
D. Hilangnya Pengawasan Terhadap Profesionalisme Hakim
1. Komisi Yudisial sebagai pengawas eksternal terhadap hakim
Pengawasan terhadap hakim, selain dilakukan oleh internal Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi, dilakukan pula oleh lembaga
eksternal, yaitu komisi yudisial. Komisi yudisial hadir di tengah-tengah lembaga negara kekuasaan kehakiman yang telah ada bersama-sama hadirnya Mahkamah
Konstitusi dalam perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kehadiran secara konstitusional komisi yudisial tersebut
kemudian secara kelembagaan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.
Berdasarkan latar belakang pembentukananya, Komisi Yudisal dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap para hakim dalam hal penyimpangan
perilaku yang bisa menurunkan martabat hakim. Tetapi tidak lama setelah pembentukan dan eksistensinya, sudah terjadi konflik antara Komisi Yudisial
dan Mahkamah Agung.
Mahkamah Konstitusi kemudian mengabulkan permohonan uji materi Undang-Undang Komisi Yudisial Terhadap Undang-Undang Dasar 1945 yang
diajukan oleh beberapa hakim agung dengan memangkas kewenangan- kewenangan pengawasan yang semula diberikan oleh Undang-Undang kepada
Komisi Yudisial.
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa ketentuan kewenangan Komisi Yudisial untuk mengawasi tingkah laku hakim tumpang tindih dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
151
Undang-Undang yang terkait dengan Kekuasaan Kehakiman sehingga Mahkamah Konstitusi membatalkan berbagai kewenangan Komisi Yudisial.
Denny Indrayana lewat rubrik opini dalam harian kompas sebagaimana dikutip Lilian
G.F Apituley menyatakan bahwa “ Lonceng kematian berdentang kencang dan makin maraklah mafia peradilan dengan adanya putusan MK No.
005PUU-IV2006 yang menguji konstitusionalitas beberapa pasal dalam UU KY”.
169
Lebih lanjut dinyatakan bahwa, 31 hakim sebagai pemohon pengujian bersama para kuasa hukumnya,diantaranya : O.C. Kaligis, Juan Felix
Tampubolon, dan Indrianto Seno Adji sedang tersenyum lebar karena hampir semua permohonan mereka dikabulkan oleh MK.
Pada tahun 2011 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011. Perubahan tersebut dilakukan sebagai
upaya :
d menjabarkan “kewenangan lain” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e
penguatan tugas dan fungsi Komisi Yudisial; f
penyesuaian terhadap perkembangan hukum masyarakat.
Komisi Yudisial sebagai lembaga eksternal pengawas peradilan harus mengawasai sekitar 739 Pengadilan di seluruh Indonesia yang terdiri dari : 30
Pengadilan Tinggi, 302 Pengadilan Negeri, 27 Pengadilan Tinggi Agama, 317 Pengadilan Agama, 19 Mahkamah Syariah, 25 Pengadilan Tata Usaha Negara, 4
169
Lilian G.F. Apituley, Peran Komisi Yudisial dalam Mengatasi Mafia Peradilan di Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
152
Pengadilan tinggi Tata Usaha Negara, 13 Pegadilan Meliter, dan 2 Pengadilan Tinggi Meliter.
170
Dengan kondisi bahwa Komisi Yudisial hanya berada di pusat pemerintahan dan tidak dapat membuat perwakilan di daerah lain, mengawasi
739 Pengadilan dengan ribuan hakimnya bukan merupakan suatu hal yang mudah, tetapi tentunya tidak pula dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak
memberikan kinerja yang maksimal.
Setiap tahunnya, Komisi Yudisial menerima ratusan hingga ribuan laporan masyarakat. Data tahun 2005 -2013 menunjukkan rata-rata hanya 48 laporan
masyarakat yang ditanagani KY hingga klarifikasi pada terlapor atau diteruskan ke instansi yang berwenang. Semakin mengerucut, tiap tahunnya rata-rata hanya
20,5 laporan ditangani hingga pemeriksaan pelaporsaksi dan sebanyak 18,3 laporan ditangani hingga tingkat pemeriksaan hakim terlapor.
171
Semenjak Undang-Undang Nomor. 18 Tahun 2011 disahkan. Komisi Yudisial memiliki wewenang melakukan pemantauan. Sejak saat itu hingga tahun
2014, Komisi Yudisial menerima sebanyak 704 laporan pemantauan persidangan, namun sebagaian besar dari laporan tersebut tidak dapat di tindaklanjuti oleh
Komisi Yudisial.
170
http:litbangdiklatkumdil.netdirektori-pengadilan.html , diakses tanggal 24
Maret 2016.
171
Fransiscus Manurung, Melihat Sekilas Pegawasan KY, Artikel dalam Buletin Fiat Justitia Ma PPI FHUI, Vol.1. No.2 September 2016, hlm.4. Diakses dari
http:mappifhui.orgwp-contentuploads201511Fiat-Justitia-Sept-2015.pdf, tanggal 24 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
153
4. Instrumen pengawasan terhadap profesionalisme hakim yang ter- amputasi