Anatomi Sendi Reumatik Gambaran Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Sendi

2.1.1. Sendi Jari-Jari Tangan Gambar 1. Anatomi Sendi Jari-Jari Tangan. Sumber: Netter Universitas Sumatera Utara 2.1.2. Sendi Lutut Gambar 2. Anatomi Sendi Lutut. Sumber: Netter Universitas Sumatera Utara 2.1.3. Sendi Jari-Jari Kaki Gambar 3. Anatomi Sendi Jari-Jari Kaki. Sumber: Netter. Universitas Sumatera Utara

2.2. Reumatik

2.2.1. Definisi Reumatik Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Rematik merupakan penyakit yang dikarakteristikkan oleh inflamasi kemerahan, bengkak, dan gejala-gejala seperti nyeri dan hilangnya fungsi salah satu atau lebih jaringan ikat ataupun jaringan pendukung tubuh. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Beberapa penyakit reumatik juga dapat melibatkan organ internal NIAMS, 2014. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, di antaranya adalah, osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, goutartritis, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, fibromyalgia, dan lain-lain. 2.2.2. Faktor Resiko Penyebab dari rematik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya rematik antara lain adalah NIAMS, 2014: 1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya penyakit reumatik, faktor umur adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya penyakit reumatik semakin meningkat dengan bertambahnya umur. 2. Jenis Kelamin. Penyakit lupus, rheumatoid arthritis, scleroderma, dan fibromyalgia lebih sering terjadi pada wanita. Spondyloarthropathies dan gout lebih sering terjadi pada pria. Akan tetapi setelah menopause, insidensi terkena gout pada wanita mulai meningkat. 3. Genetik Ada banyak gen dan kombinasi gen sebagai faktor predisposisi penyakit rematik. Sebagai contoh, pada rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, dan lupus, penderita mungkin memiliki variasi pada gen yang mengkode enzim yang disebut protein tyrosine phosphatase nonreceptor 22 PTPN22. Universitas Sumatera Utara 4. Suku Prevalensi penyakit Systemic Lupus Erythematosus lebih sering dan lebih parah terjadi pada ras Afrika, Amerika, dan Hispanik daripada ras Kaukasia. 5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. 2.2.3. Klasifikasi Reumatik Reumatik dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007:

1. Systemic Autoimmune Rheumatic Diseases

a. Rheumatoid Arthritis b. Systemic Lupus Erythematosus c. Systemic Sclerosis 2. Seronegative Spondyloarthropathies a. Ankylosing Spondylitis b. Reactive Arthritis c. Psoriatic Arthritis

3. Osteoarthritis

4. Crystal-Induced Arthropathies a. Gout

5. Penyakit Reumatik Pada Anak

a. Juvenile Rheumatoid Arthritis b. Juvenile Spondyloarthropathies

6. Penyakit Reumatik Pada Lansia

a. Polymyalgia Rheumatica b. Pseudogout

1. Systemic Autoimmune Rheumatic Diseases

Systemic autoimmune rheumatic diseases merupakan gangguan rheumatik dimana patogenesisnya melibatkan sistem autoimmune, diantaranya meliputi Universitas Sumatera Utara rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus, dan systemic sclerosis Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007. a. Rheumatoid Arthritis Rheumatoid arthritis RA adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Sebagian besar kasus perjalanannya kronik fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progresif, kecacatan dan bahkan kematian dini. Secara klinis gejalanya dapat berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan, nyeri, deformitas dan kaku sendi. b. Systemic Lupus Erythematosus Systemic lupus erythematosus SLE merupakan penyakit kronik inflamatif autoimun yang belum diketahui etiologinya. Secara klinis gejalanya dapat berupa ruam malar, ruam discoid, fotosensitifitas, ulserasi di mulut atau nasofaring, artritis, pleuritis, perikarditis, kejang-kejang, dan antibodi antinuklear positif. c. Systemic Sclerosis Systemic sclerosis scleroderma adalah penyakit jaringan ikat yang tidak diketahui penyebabnya yang ditandai oleh fibrosis kulit dan organ visceral serta kelainan mikrovaskular 2. Seronegative Spondyloarthropathies Seronegative spondyloarthropathies merupakan gangguan inflamasi yang umumnya terjadi pada tulang aksial seperti tulang vertebra dan tidak memiliki rheumatoid factor Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007. a. Ankylosing Spondylitis Ankylosing spondylitis merupakan inflamasi kronik yang melibatkan sendi-sendi aksial dan perifer, entesitis dan bias mempunyai manifestasi ekstraartikular. Secara klinis gejalanya dapat berupa nyeri punggung bawah dan kekakuan yang sering memburuk pada pagi hari. b. Reactive Arthritis Universitas Sumatera Utara Reactive arthritis ReA merupakan salah satu bentuk atau varian dari spondiloartropati seronegatif. ReA didefinisikan sebagai suatu kondisi inflamasi yang steril, setelah adanya infeksi ekstraartikular, terutama infeksi urogenital dan enteric. Chlamydia sp merupakan penyebab yang paling sering dan juga paling sering diamati. c. Psoriatic Arthritis Psoriatic arthritis terjadi pada kira-kira 5 sampai 7 orang dengan psoriasis. Secara klinis gejalanya dapat berupa berbagai bentuk, termasuk monoarthritis, asymmetric oligoarthritis, atau symmetric polyarthritis.

3. Osteoarthritis

Osteoarthritis OA merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Secara klinis gejalanya dapat berupa nyeri sendi, kaku pagi, hambatan gerak sendi, krepitasi dan deformitas Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007. 4. Crystal-Induces Arthropathies a. Gout Artritis pirai gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraselular. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi artritis gout akut, akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang tofi, batu asam urat dan yang jarang adalah kegagalan ginjal gout nefropati Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007.

5. Penyakit Reumatik Pada Anak

a. Juvenile Rheumatoid Arthritis Juvenile rheumatoid arthritis merupakan penyakit kronis pada anak- anak dengan umur di bawah 16 tahun. Penyakit ini ditandai dengan peradangan pada sinovium dan pada tipe tertentu disertai dengan gejala sistemik. Universitas Sumatera Utara b. Juvenile Spondyloarthropathies Merupakan spondyloarthropathies yang terjadi pada anak. Tanda dan gejalanya berbeda dengan yang terjadi pada dewasa. Nyeri punggung bawah jarang terjadi, artritis pada panggul dan perifer, dengan enthesitis Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007.

6. Penyakit Reumatik Pada Lansia

a. Polymyalgia Rheumatica Keadaan yang melibatkan tendon, otot, ligament, dan jaringan ikat disekitar sendi yang mengakibatkan nyeri, dan kaku sendi pada bahu, panggul, leher, dan punggung bawah. b. Pseudogout Pseudogout merupakan sinovitis mikrokristalin yang dipicu oleh penimbunan kristal CPPD, dan dihubungkan dengan kalsifikasi hialin serta fibrokartilago. Ditandai dengan gambaran radiologis berupa kalsifikasi rawan sendi di mana sendi lutut dan sendi-sendi besar lainnya merupakan predileksi untuk terkena radang Gunta, K.E. dan Rizzo, D.A.B., 2007. 2.2.4. Tanda Dan Gejala Reumatik Tanda dan gejala reumatik dibagi atas Isbagio, H. dan Setiyohadi, B., 2010:

1. Nyeri Sendi

Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien reumatik. Pasien sebaiknya diminta menjelaskan lokasi nyeri serta punctum maximumnya, karena mungkin sekali nyeri tersebut menjalar ke tempat jauh merupakan keluhan karakteristik yang disebabkan oleh penekanan radiks saraf. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas. Universitas Sumatera Utara

2. Kaku Sendi

Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa sukar untuk menggerakkan sendi worn off. Keadaan ini biasanya akibat desakan cairan yang berada di sekitar jaringan yang mengalami inflamasi kapsul sendi, synovia, atau bursa. Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat. Setelah digerak-gerakkan, cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi dan pasien merasa terlepas dari ikatan wears off. Lama dan beratnya kaku sendi pada pagi hari atau setelah istirahat biasanya sejajar dengan beratnya inflamasi sendi. 3. Bengkak Sendi Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada tempat tersebut. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan yang sedikit dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi lutut bila dilakukan pijatan pada cekungan medial maka cairan akan berpindah sendiri ke sisi medial. Baloon sign ditemukan pada keadaan efusi dengan jumlah cairan yang banyak. Bila dilakukan tekanan pada satu titik akan menyebabkan penggelembungan di tempat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada efusi sendi. Pembengkakan kapsul sendi merupakan tanda spesifik sinovitis.

4. Deformitas

Walaupun deformitas mudah tampak jelas pada keadaan diam, tetapi akan lebih nyata pada keadaan gerak. Perlu dibedakan apakah deformitas tersebut dapat dikoreksi misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak atau tidak dapat dikoreksi misalnya restriksi kapsul sendi atau kerusakan sendi.

5. Disabilitas dan Handicap

Disabilitas terjadi apabila suatu jaringan, organ atau sistem tidak dapat berfungsi secara adekuat. Handicap terjadi bila disabilitas Universitas Sumatera Utara mengganggu aktivitas sehari-hari, aktivitas sosial atau mengganggu pekerjaan pasien. Disabillitas yang nyata belum tentu menyebabkan handicap.

6. Krepitus

Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat di dengar dengan menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau synovia. Pada krepitus kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa bantuan stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan rawan sendi atau tulang.

7. Atrofi dan Penurunan Kekuatan Otot

Atrofi otot merupakan tanda yang sering ditemukan. Pada sinovitis segera terjadi hambatan refleks spinal lokal terhadap otot yang bekerja untuk sendi tersebut. Pada artropati berat dapat terjadi atrofi periartikular yang luas. Sedangkan pada jepitan saraf, gangguan tendon atau otot terjadi atrofi lokal. Perlu dinilai kekuatan otot, karena ini lebih penting dari besar otot.

8. Gangguan Mata

Gangguan mata meliputi: a Episkleritis dan skleritis pada artritis rheumatoid, vasculitis dan polikondritis. b Iritis pada spondylitis ankilosis dan penyakit Reiter kronik. c Irdosklitis pada artritis juvenile kronik jenis pausiartikular d Konjungtivitis pada penyakit Reuter akut dan sindrom sika.

9. Nodul

Nodul sering ditemukan pada berbagai artropati, umumnya ditemukan pada permukaan ekstensor punggung tangan, siku, tumit belakang, sacrum. Nodul sering ditemukan pada artritis gout dan artritis rheumatoid Universitas Sumatera Utara 2.2.5. Patofisiologi Reumatik Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi proteoglikan dan kolagen maka terjadi kerusakan setempat secara progresif dan memicu terbentuknya tulang baru pada dasar lesi sehingga terbentuk benjolan yang disebut osteolit. Proteoglikan adalah suatu zat yang membentuk daya lentur tulang rawan, sedangkan kolagen adalah serabut protein jaringan ikat. Osteolit yang terbentuk akan mempengaruhi fungsi sendi atau tulang dan menyebabkan nyeri jika sendi atau tulang tersebut digerakkan Priyatno, 2009. 2.2.6. Penatalaksanaan Reumatik Penatalaksanaan untuk penyakit reumatik bervariasi tergantung pada penyakit dan kondisi; bagaimanapun, penatalaksanaan pada umumnya adalah NIAMS, 2014: a. Olahraga Aktivitas fisik dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada sendi dan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan dan ketahanan otot. Olahraga juga dapat membuat penurunan berat badan dimana penurunan berat badan ini dapat mengurangi tekanan pada sendi yang nyeri. Olahraga yang baik untuk penderita artritis adalah olahraga yang paling sedikit menimbulkan tekanan pada persendian, seperti berjalan, stretching, sepeda stasioner, dan berenang. Pasien yang menderita artritis harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai suatu program olahraga yang baru. b. Diet Meskipun tidak ada diet yang spesifik yang meringankan artritis, sebuah diet yang seimbang bersama dengan olahraga membantu orang mengatur berat badan mereka dan tetap sehat. Diet sangat penting untuk penderita gout. Penderita gout artritis harus menghindari alkohol dan Universitas Sumatera Utara makanan yang tinggi purin, seperti jeroan hati, ginjal, ikan sarden dan ikan teri. c. Obat-obatan Berbagai obat digunakan untuk mengobati penyakit reumatik. Jenis obat tergantung pada penyakitnya secara spesifik. Pada umunya obat yang digunakan untuk mengobati penyakit reumatik tidak menyembuhkan tetapi lebih kepada mengurangi atau meringankan gejala-gejala penyakit reumatik. Beberapa contoh jenis obat yang sering digunakan dalam penatalaksanaan penyakit reumatik:  Analgesik oral  Analgesic topical  Nonsteroidal anti-inflammatory drugs NSAIDs  Disease-modifying antirheumatic drugs DMARDs  Janus kinase inhibitor  Kortikosteroid Meskipun semua obat tersebut berpotensial untuk mengobati penyakit reumatik, tetapi semuanya berpotensial memiliki efek samping yang berbahaya. Ketika meresepkan obat, dokter harus mempertimbangkan resiko dan keuntungannya terhadap pasien. d. Terapi Panas dan Dingin Panas dan dingin, keduanya dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi pada arthritis. Terapi panas meningkatkan aliran darah, meringankan nyeri dan meningkatkan fleksibilitas. Terapi dingin mengurangi nyeri, meringankan inflamasi dan spasme otot. Terapi panas dapat dilakukan dengan meletakkan handuk hangat pada persendian yang inflamasi, atau dengan berendam pada air hangat. Terapi dingin dapat dilakukan dengan merendamkan sendi yang nyeri pada air es, atau dengan menyemprotkan mengoleskan ointment yang membuat dingin kulit dan sendi. e. Alat Bantu Universitas Sumatera Utara Seorang penderita arthritis dapat menggunakan berbagai jenis alat untuk meringankan nyeri. Misalnya, menggunakan tongkat ketika berjalan dapat mengurangi beban yang tertumpu pada lutut atau panggul yang terkena arthritis. f. Operasi Operasi mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan sendi, mengembalikan fungsi atau meringankan nyeri pada sendi yang terkena arthritis. Berbagai jenis operasi dapat dilakukan pada penderita arthritis. Salah satunya adalah total joint replacement, yaitu membuang sendi yang rusak dan menggantinya dengan sendi artifisial NIAMS, 2014. 2.2.7. Pencegahan Reumatik 1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya berat badan diturunkan, karena kegemukan mengakibatkan beban pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat. 2. Istrahat yang cukup, dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan. 3. Hindari makanan yang dapat mencetus terjadinya penyakit rematik, misalnya: daging, jeroan seperti kikil, usus, hati, ampela dan lain-lain.

2.3. Nyeri