Seorang penderita arthritis dapat menggunakan berbagai jenis alat untuk meringankan nyeri. Misalnya, menggunakan tongkat ketika
berjalan dapat mengurangi beban yang tertumpu pada lutut atau panggul yang terkena arthritis.
f. Operasi
Operasi mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan sendi, mengembalikan fungsi atau meringankan nyeri pada sendi yang terkena
arthritis. Berbagai jenis operasi dapat dilakukan pada penderita arthritis. Salah satunya adalah total joint replacement, yaitu membuang sendi
yang rusak dan menggantinya dengan sendi artifisial NIAMS, 2014.
2.2.7. Pencegahan Reumatik
1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya
berat badan diturunkan, karena kegemukan mengakibatkan beban pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
2. Istrahat yang cukup, dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.
3. Hindari makanan yang dapat mencetus terjadinya penyakit rematik,
misalnya: daging, jeroan seperti kikil, usus, hati, ampela dan lain-lain.
2.3. Nyeri
2.3.1. Definisi Nyeri
Menurut The International Association for The Study of Pain IASP, nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan. Reseptor neurologik
yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas.
Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil
dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri terbagi atas Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010:
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor serabut a-delta dan serabut-c oleh rangsang mekanik, termal atau kemikal.
b. Nyeri somatik
Nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri metastatic, nyeri tulang, nyeri artritik.
c. Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang berongga, misalnya usus, kandung empedu, pankreas, jantung.
Nyeri viseral seringkali diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.
d. Nyeri neuropatik
Nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Nyeri seringkali persisten, walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya pasien
merasakan rasa seperti terbakar, seperti tersengat listrik atau alodinia dan disestesia.
e. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik
2.3.3. Mekanisme Nyeri
Proses nyeri mulai stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik
dan kimia yang bias dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi,
Universitas Sumatera Utara
transmisi, modulasi dan persepsi Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010.
a. Transduksi
Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi
nosiseptor dimana disini stimulus noxiuos tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi
reseptor. b.
Transmisi Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen
primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari
sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus.
c. Modulasi
Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah
pada kornu dorsalis medula spinalis. d.
Persepsi Proses dimana pesan nyeri di relai ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan nyeri.
2.3.4. Nyeri Inflamasi
Pada proses inflamasi, misalnya pada artritis, proses nyeri terjadi karena stimulus nosiseptor akibat pembebasan berbagai mediator
biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Inflamasi terjadi akibat rangkaian reaksi imunologik yang dimulai oleh adanya antigen yang
kemudian diproses oleh antigen presenting cell APC yang kemudian akan diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA yang sesuai.
Antigen yang diekspresikan tersebut akan diikat oleh sel T melalui reseptor sel T pada permukaan sel T membentuk kompleks trimolekuler. Kompleks
Universitas Sumatera Utara
trimolekuler tersebut akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin IL-1, IL-2 sehingga terjadi aktifasi,
mitosis dan proliferasi sel T tersebut. Sel T yang teraktifasi juga akan menghasilkan berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Setelah berikatan dengan antigen, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan mengendap pada organ target dan
mengaktifkan sel radang untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh pembebasan metabolit asam arikidonat, radikal oksigen bebas, enzim
protease yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada organ target tersebut.
Dalam proses inflamasi, berbagai jenis prostaglandin seperti PGE
1,
PGE
2
, PGI
2
, PGD
2
dan PGA
2
, dapat menimbulkan vasodilatasi dan demam. Di antara berbagai jenis prostaglandin tersebut, PGI
2,
merupakan vasodilator terkuat.
Peranan prostaglandin dalam menimbulkan nyeri pada proses inflamasi ternyata lebih kompleks. Pemberian PGE pada binatang
percobaan tidak terbukti dapat memprovokasi nyeri secara langsung, tetapi harus ada kerjasama sinergistik dengan mediator inflamasi yang lain seperti
histamin dan bradykinin Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010.
2.3.5. Kajian Awal Terhadap Rasa Nyeri
Terdapat beberapa hal penting yang menjadi dasar kajian awal terhadap rasa nyeri yang dikeluhkan seorang pasien Setiyohadi, B., Sumariyono,
Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010 yaitu: a.
Lokasi Nyeri Mintalah pada pasien untuk menjelaskan daerah mana yang merupakan
bagian paling nyeri atau sumber nyeri. Walaupun demikian perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan bahwa lokasi anatomik ini belum tentu sebagai sumber rasa nyeri yang dikeluhkan pasien.
b. Intensitas Nyeri
Pada umumnya dipakai rating scale dengan analogi visual atau dikenal sebagai Visual Analogue Scale VAS. Mintalah pasien membuat rating
terhadap rasa nyerinya 0-10 baik yang dirasakan saat ini, kapannyeri yang paling buruk dirasakan atau yang paling ringan dan pada tingkatan
mana rasa nyeri masih dapat diterima. Pengukuran dengan VAS pada nilai di bawah 4 dikatakan sebagai nyeri ringan; nilai antara 4-7
dinyatakan sebagai nyeri sedang dan di atas 7 dianggap sebagai nyeri hebat.
Gambar 4. Visual Analogue Scale. Sumber: Medscape
c. Kualitas Nyeri
Gunakan terminologi yang dikemukakan oleh pasien itu sendiri seperti nyeri tajam, seperti terbakar, seperti tertarik, nyeri tersayat dan
sebagainya. d.
Awitan Nyeri, Variasi Durasi dan Ritme Perlu ditanyakan kapan mulai nyeri terjadi, variasi lamanya kejadian
nyeri itu sendiri serta adakah irama atau ritme terjadinya maupun
Universitas Sumatera Utara
intensitas nyeri. Apakah nyeri tetap berada pada lokasi yang diceritakan pasien? Apakah nyeri menetap atau hilang timbul?
e. Faktor Pemberat dan yang Meringankan Nyeri
Apa saja yang dapat memperberat rasa nyeri yang diderita pasien dan faktor apa yang meringankan nyeri hendaklah ditanyakan kepada pasien
tersebut. f.
Pengaruh Nyeri Dampak nyeri yang perlu ditanyakan adalah seputar kualitas hidup atau
terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pengaruhnya terhadap pola tidur, selera makan, enerji, aktivitas keseharian, hubungan dengan
sesama manusia atau bahkan terhadap mood, kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan dan sebagainya.
g. Gejala Lain yang Menyertai
Apakah pasien menderita keluhan lainnya di samping rasa nyeri seperti mual dan muntah, konstipasi, gatal, mengantuk atau terlihat bingung,
retensio urinae serta kelemahan?
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang