Sjhadeini, Sutan Remy, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.
Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1985.
Sudarto , Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1977. Sugono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997. Sutedi,Adrian, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti,2008. Wahyudi, R. B. Wiridioharjo, Pengantar Ilmu Kepolisian, Sukabumi: Akabri,
Pol, 1975. Yusuf,Muhammad, Dkk, Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta: PT. Gramedia, 2011.
B. UNDANG-UNDANG
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Undang-undang No. 15 Tahun 2002Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
C. INTERNET
http:www.hukumonline.comberitabacahol17818metamorfosis-badan-hukum indonesia
https:id.wikipedia.orgwikiPolisi http:news.detik.comberita288948indonesia-keluar-dari-daftar-nccts
http:www.medanbisnisdaily.comnewsread20141216135728bi-gandeng- poldasu-awasitransaksi-valas-di-sumut
http:digilib.unila.ac.id626413BAB20I.pdf
Universitas Sumatera Utara
D. Lain-Lain
Lampiran Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Menteri Kehakiman RI, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RI Nomor: KMA003
SKBII1998Nomor:M.02.PW.07.03.Th.1998Nomor:Kep007JA21998N omor: Kep 02111998Tanggal 5 Pebruari 1998
Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP 82XII2006BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006
Universitas Sumatera Utara
60
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KEPOLISIAN DALAM
MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Dalam GBHN 1999 kondisi umum tentang hukum dinyatakan bahwa di bidang hukum terjadi perkembangan yang kontroversial, di satu pihak produk
materi hukum pembinaan aparatur, sarana dan prasarana hukum menunjukkan peningkatan. Namun di pihak lain tidak diimbangi dengan peningkatan integritas
moral dan profesionalisme aparat penegak hukum, kesadaran hukum, mutu pelayanan, serta tidak adanya kepastian dan keadilan hukum, sehingga supremasi
hukum belum dapat diwujudkan.
47
Tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai tuntutan reformasi seperti KKN, serta kejahatan ekonomi keuangan dan penyalahgunaan
kekuasaan belum diikuti dengan langkah-langkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam menerapkan dan menegakkan
hukum. Berdasarkan gambaran tentang kondisi umum pada GBHN 1999 di atas
maka Chairuman Harahap mengidientifikasikan beberapa kelemahan dan hambatan dalam rangka penegakan hukum menurut antara lain:
48
1. Belum sempurnanya perangkat hukum;
2. Masih rendahnya integritas moral aparat penegak hukum;
3. Penegakan hukum yang kurang professional;
47
Chairuman Harahap, Merajut Kolektivitas Melalui Penegakan Supremasi Hukum, Bandung: Cita Pustaka Media, 2003, hal. 32
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Masih rendahnya penghasilan aparat penegak hukum;
5. Masih rendahnya tingkat kesadaran hukum;
6. Kurangnya sarana dan Prasarana;
7. Terjadinya campur tangan pemerintah dalam proses peradilan.
Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang- undangan, walaupun dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah
demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai
pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila
pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.
49
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapatlah ditarik kesimpulan sementara, bahwa masalah penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-
faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
50
1. Faktor hukumnya sendiri;
2. Faktor Penegak hukum;
3. Faktor sarana dan fasilitas;
4. Faktor masyarakat;
5. Faktor kebudayaan.
49
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 7-8.
50
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada
efektifitas penegakan hukum.
51
Polisi dalam menjalankan tugasnya adalah untuk menjaga kepentingan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi terjaminnya keamanan dan ketertiban
dan tertegaknya hukum mengenai tindak pidana penucucian uang di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Poldasu juga harus menghadapi beberapa kendala yang
dapat mengambat pelaksanaan penegakan hukum. Faktor-faktor Penghambat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Pencucian Uang antara lain : 3.
Faktor internal meliputi Faktor kuantitas penegak hukum, penegakan hukum yang kurang professional.
4. Faktor eksternal meliputi Faktor hukumnya sendiri termasuk di dalamnya
belum sempurnanya perangkat hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat termasuk di dalamnya masih rendahnya tingkat kesadaran
hukum, dan faktor kebudayaan. masih rendahnya penghasilan aparat penegak hukum.
A. Faktor Internal
1. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi
masyrakat.Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari
51
Ibid, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka.Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus
dapat memanfaatkan unsur-unsur pola tradisonal tertentu, sehingga menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau masyrakat.
52
Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan yang seharusnya dari golongan panutan atau penegak hukum , mungkin berasal dari
dirinya sendiri atau dari lingkungan. Halangan-halangan yang memerlukan penanggulangan tersebut adalah:
53
1 Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak
lain dengan siapa dia berinteraksi; 2
Tingkat aspirasi yang relative belum tinggi; 3
Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi;
4 Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan
tertentu, terutama kebutuhan materiel; 5
Kurangnya daya inovatis yang sebenarnya merupakan pasangan konservatisme.
Dalam proses penegakan hukum profesionalisme dalam arti kecakapan dan keterampilan serta kemampuan intelektual dalam bidang tugasnya, sangat
diperlukan bagi setiap aparat penegak hukum, agar ia mampu melaksanakan tugasnya dengan cepat, tepat, tuntas, dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.
54
52
Ibid, hal. 34.
53
Ibid, hal. 35.
54
Chairuman Harahap, Op.Cit, hal. 34
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan wawancara dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara Poldasu bahwa tindak pidana pencucian uang tidak hanya ditangani oleh
Penyidik Kepolisian saja, namun dapat ditangani oleh Penyidik disatuan manapun yang telah menemukan pidana awalnya. Jadi pencucian uang bukan hanya
ditreskrimsus saja yang tangani, bisa saja ditreksrimum yang tangani apabila menangani atau menemukan pidana awal diduga telah terjadi transaksi yang
mencurigakan dan patut untuk ditindak lanjuti dan dikoordinasikan kepada PPATK.
55
Berhubung hukum karena di kepolisian pada semua Sub Direktorat dapat menanganinya tindak pidana pencucian uang. Mengingat tindak pidana pencucian
uang relatif baru di masyarakat, maka tentu saja penanganan tindak pidana pencucian uang membutuhkan kecakapan dan keterampilan serta kemampuan
intelektual dalam bidang tugasnya, sangat diperlukan bagi setiap aparat penegak. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Jhonson bahwa dalam
menanggulangi tindak pidana pencucian uang sebenarnya membutuhkan kejuruan khusus mengenai tindak pidana pencucian uang yang harus dimiliki oleh
kepolisian mengingat tindak pidana asal predicate crime dapat ditangani oleh Penyidik disatuan manapun yang telah menemukan pidana asalnya, namun tidak
semua kepolisian memiliki pembelajaran tindak pidana pencucian uang.
56
Dalam kenyataan harus diakui bahwa masih ada aparat penegak hukum seperti penyidik yang kurang profesional sehingga penanganan kasus yang sering
55
Hasil wawancara dengan Komisaris Polisi Jumanto di Poldasu pada tanggal 16 Februari 2016.
56
Hasil wawancara dengan AKP Jhonson MS di Poldasu pada tanggal 15 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
terlambat dan bahkan karena ketidakcermatan dalam penangan kasus dapat berakibat kegagalan dalam penuntutan di pengadilan.
57
B. Faktor Eksternal