PERSEPSI PENONTON TERHADAP TAYANGAN TV ( STUDI KUALITATIF TENTANG PERSEPSI SISWA SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA TERHADAP FILM BIMA X DI RCTI )

(1)

PERSEPSI PENONTON TERHADAP TAYANGAN TV

( STUDI KUALITATIF TENTANG PERSEPSI SISWA SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA TERHADAP FILM BIMA X DI RCTI )

SKRIPSI

Disusun Oleh : Oben Tabela Usop

20120530236

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

PERSEPSI PENONTON TERHADAP TAYANGAN TV

( STUDI KUALITATIF TENTANG PERSEPSI SISWA SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA TERHADAP FILM BIMA X DI RCTI )

SKRIPSI

Disusun Oleh : Oben Tabela Usop

20120530236

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Oben Tabela Usop NIM : 20120530236 Program Studi : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis yang berjudul “ Persepsi Penonton tentang tayangan Tv ( Studi Kualitatif Tentang Persepsi Siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya Terhadap Film Bima X di RCTI )” benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari sumber lain atau penulis lain telah di sebutkan dalam teks menggunakan aturan yang berlaku.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima senksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan

Oben Tabela Usop


(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyembut nama asma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji syukur hanya milik Allah atas nikmat yang dikaruniakan kepada kita, begitu juga dengan nikmat iman, rizki, kesehatan dan ilmu yang bermanfaat.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak saya Drs. Hj. Onen K. Usop (Alm) dan Ibu saya Erna Wati Bursa yang sangat luar biasa mendukung saya sejauh ini, saya berharap suatu saat nanti bisa menjadi anak yang berguna dan dapat membahagiakan mereka. Orang tua adalah bagian dari semangat saya yang sangat memotivasi untuk terus berjuang menyelesaikan tugas akhir ini.

Terimakasih kasih kepada abang saya Togab Usop dan Segah Tambungana Usop serta kekasih yang sesalu memotivasi saya setiap harinya Putri Khairani I love You Cassie. Terimakasi kepada sahabat-sahabatku, dan terimakasih kepada sahabat-sahabatku E Class yang telah banyak membantu yang tidak bisa di sebut satu persatu dan teman-teman gila saya Rony, Alfath, Oyan, Molan, Upi Ni serta terimakasih sebesar-besarnya kepada M. Reza Haidar Al Kamal, Fatur Al Bashori, Holy Lathifa Algania, Leonardo Adamy Putra, yang telah membantu melancarkan jalannya skripsi saya terimakasih banyak.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Syukur Alhamdullah, Skripsi dengan Judul Persepsi Penonton tentang tayangan Tv (Studi Kualitatif Tentang Persepsi Siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya Terhadap Film Bima X di RCTI) dapat di selesaikan dan merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar stara 1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tidak dapat dipungkiri terselesaikanya skripsi ini kemungkinan kecil dapat terwujud tanpa bimbingan dan dukungan serta pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasi kepada :

1. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, SIP, M.Sc, selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Suciati, S.Sos., M.Si, sebagai dosen pembimbing yang berkenan meluangkan waktunya, tenaga, pikiran, keramahan, dan kesabaran yang luar biasa untuk memberi bimbingan serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Erwan Sudiwijaya, S.Sos, MBA selaku dosen penguji skripsi yang saya hormati.


(6)

v

4. Bapak Zein Mufarraih Muktaf, S.IP, M.I.Kom selaku dosen penguji skripsi yang saya hormati.

5. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada saya selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. SDN 4 Menteng Palangkaraya, selaku informan dalam penelitian ini. 7. Pak Jono, Pak Muryadi dan Mba Siti.

8. Semua pihak yang membantu saya dalam menyusun skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa segala masukan, bantuan dan do’a restu mereka, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dan peneliti mengharapkanj kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan masukan yang membangun para pembaca untuk kebaikan dan kesempatan skripsi ini. Saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi siap saja yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta 7 October 2016

Oben Tabela Usop


(7)

vi

MOTTO

-Kebanyakan orang mengatakan bahwa

kecerdasanlah yang melahirkan seorang

ilmuwan besar.

Mereka salah, bahwa karakterlah yang

melahirkannya.

- Albert Einstein-

Hiduplah untuk masa depan, terus berjuang apapun yang

terjadi, walaupun kita gagal, itu adalah cara yang terhebat untuk

menjalani hidup ini dan tidak pernah berhenti bertanya.


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... v

ABSTRAK ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Kerangka Teori ... 16

1. Persepsi ... 16

2. Hubungan Persepsi ... 17

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 19

F. Metode Penelitian ... 27


(9)

viii

2. Obyek Penelitian ... 27

3. Tehnik Pengumpulan Data ... 27

a. Wawancara ... 28

b. Studi Dokumentasi ... 29

4. Informan Penelitian ... 29

5. Tehnik Analisis Data ... 30

6. Uji Validitas Data ... 33

7. Sistematika Penulisan ... 34

BAB II GAMBARAN UMUM ... 35

A. Sejarah Berdiri ... 35

B. Visi Dan Misi SDN 4 Menteng Palangkaraya ... 39

C. Sarana Dan Prasarana ... 41

D. Film Bima X ... 42

E. Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Sajian Data ... 47

B. Profil Informan ... 47

C. Pembahasan ... 113

BAB IV PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 129


(10)

ix DAFTAR TABEL

Persepsi Informan Pada Film Bima X ... 115 Faktor Yang Mempengaruhi Mempengaruhi Persepsi ... 127


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar. Model Analisis Interaktif ... 32 Gambar. Poster Bima X ... 45


(12)

(13)

(14)

Xi ABSTRAK

UNIVERITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI EDVERTISING Oben Tabela Usop

20120530236

PERSEPSI PENONTON TERHADAP TAYANGAN TV (STUDI

KUALITATIF TENTANG PERSEPSI SISWA SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA TERHADAP FILM BIMA X DI RCTI).

Tahun Skripsi : 2016 + 133 Halaman

Daftar Pusaka : 16 Buku + 5 Skripsi + 4 dari internet

Selama ini banyak bermunculan Kamen Raider dari berbagai negara salah satunya negara di Jepang yang banyak menghasilkan acara Kamen Raider di negara mereka. Di Indonesia juga membuat salah satu karakter Kamen Raider yang memadukan lambang negara Indoensia yaitu Burung Garuda, ia adalah pahlawan Bima X yang murni berasal dari negara Indonesia. Di film Bima X yang banyak mengajarkan agresivitas tetapi, banyak anak-anak yang menyukai film Bima X tersebut.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu artinya, data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar dari pada angka-angka. Metode deskriptif berarti suatu metode untuk mengambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Data kualitatif yang berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang di peroleh dari wawancara mendalam maupun observasi. Di dalam melakukan analisis data kualitatif, ada langkah-langkah yang dilakukan yaitu pengumpulan data, reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Bima X menampilkan sosok kesatria yang sangat hebat kuat dan tangguh dalam membasmi kejahatan di Indonesia serta sosok pahlawan Indonesia. Persepsi siswa di SDN 4 Menteng Palangakaraya dalam tayangan film Bima X di RCTI secara umum menghasilkan persepsi positif. Mereka sangat suka dengan film Bima X yang ditayangkan di RCTI yang mendapatkan ruang besar di hati siswa SDN 4 Menteng Palangakaraya.


(15)

Xi ABSTRAK

MUHAMMADIYAH UNIVERISTY OF YOGYAKARTA SOCIAL AND POLITIC SCIENCE

COMMUNICATION SCIENCE STUDY PROGRAM ADVERTISING CONCENTRATION

Oben Tabela Usop 2012053236

THE PERCEPTION OF AUDIENCES TOWARD TV PROGRAMS (A

QUALITATIVE STUDY ON THE PERCEPTION OF STUDENTS AT SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA TO BIMA X AT RCTI)

Thesis year : 2016 + 133 pages

References : 16 books + 5 theses + 4 internet-based sources

There has been numerous Kamen Rider characters appeared. One of them originates from Japan which produces Kamen Rider. Indonesia also creates one character of Kamen Rider combining Indonesia emblem, Garuda, that is Bima X who originates from Indonesia. This film showcases aggressiveness, nevertheless many children love this film.

This research employed qualitative approach with descriptive method in which data and facts were described in words or pictures instead of numbers. Descriptive method described what, why, and how a phenomenon occurs. Data analysis was the simplification of the words into readable text. The qualitative data in form of words, sentences or narrations were collected from in-depth interview or observation. In analyzing the qualitative data, the steps involved data collection, data reduction, data presentation, and data concluding.

The research found that Bima X presented a warrior characterized as strong and tough to eradicate the evil in Indonesia. The character was also portrayed as Indonesian hero. The perception of students at SDN 4 Menteng Palangkaraya toward Bima X at RCTI was generally positive. They loved the film aired by RCTI and it was well received by the students in SDN 4 Menteng Palangkaraya.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan alat komunikasi massa, yang banyak dipergunakan pada masa sekarang. Pada tahun 1981 separuh dari penduduk Indonesia sudah biasa menonton televisi. Di kota bahkan di pelosok desa, televisi telah menjadi media yang begitu akrab dalam kehidupan keseharian manusia. Televisi membawa berbagai kandungan informasi atau pesan yang menyebar dalam kecepatan tinggi keseluruh ke pelosok. Ia menjadi alat bagi aneka kelompok yang menyampaikan anak pesan bagi berbagai khalayak. Mengelabui berbagai macam program tayangannya, baik berdasarkan macam program tayangannya, baik yang berdasarkan realitas maupun rekaan, televisi bisa menjadi wahana belajar bagi siapa saja; karena televisi telah menjadi (second mother), di mana anak belajar dari televisi (Yuliati, 2005: 160).

Media televisi di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia aktualitas diri. Dengan semakin meluasnya “budaya tontonan” di Indonesia dan banyaknya media televisi maka tak dapat di hindari, terminologi globalisasi sudah merusak sampai ke tingkat masyarakat terkecil (RT/RW). Tidak ada negara di dunia ini yang sanggup menahan arus globalisasi, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya serta teknologi


(17)

2 informasi.

Sebagai media infomasi, televisi mempunyai dampak negatif dan dampak positif bagi masyarakat. Dampak negatif dan dampak positif tersebut berkaitan dengan program acara yang ditayangkan dalam televisi. Ironisnya dampak negatif yang disebabkan oleh program acara televisi lebih menonjol dari pada dampak positifnya, dengan begitu pesat perkembangannya, televisi terlihat cenderung menyuguhkan program-program yang hanya mendapakan unsur hiburan dan penyediaan materi sederhana yang tidak terlatih pola pikir. Berbagai macam program hiburan yang disajikan tanpa disadari mengandung banyak unsur yang tidak layak untuk dipertontonkan, seperti unsur kekerasan, pelecehan, seksual, kemewahan, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura, perbuatan yang tidak hormat dalam pandangan keagamaan dan lain-lain dalam acara-acara televisi (Sukmono dan Junaedi,2013:40).

Perilaku adalah sinonim dari aktivitas, aksi kinerja, respon, atau reaksi. Dalam pengertian lain, bahwa sebuah prilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mahluk hidup. Termasuk dalam sebuah perilaku adalah tindakan sederhana (simple action) seperti mengedipkan mata, menggerakan jari tangan, melirik, dan sebagainya. Sebuah perilaku bisa meliputi perilaku yang tampak (observable/overt) dan perilaku yang tidak tampak (non observable/covert). Perilaku yang tampak meliputi prilaku yang tidak bisa dl lihat oleh orang lain, seperti berjalan, berlari, berbicara, memukul dan menangis, melempar dan sebagainya. Adapun perilaku yang tidak tampak adalah perilaku yang bisa diamati oleh orang lain, misalnya berpikir, dan


(18)

3

merasakan. Prilaku juga merupakan salah satu tujuan dari sebuah proses komunikasi. Dengan demikian sebuah perilaku tidak dapat dilepaskan dari dampak komunikasi. Perilaku merupakan konsekuensi dan kognitif dan afektif. Kognitif dan afektif yang positif akan menghasilkan prilaku yang positif, demikian pula sebaliknya. Delapan puluh sampai sembilan puluh persen anak-anak itu meniru prilaku agresi dari yang telah mereka liat. (Suciati, 2015:21-55).

Teori belajar sosial dari Bandura juga dapat menjelaskan bagaimana agresivitas sebagai tingkah laku sosial yang dipelajari. Salah satu dasar pemahamannya adalah tingkah laku agresi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang rumit. Oleh karna itu dibutuhkan pembelajaran, artinya bahwa agresivitas tidaklah alami. Setidaknya hal ini pernah diajukan pula oleh Margaret Mead yang melihatkan bahwa peperangan sebagai salah satu agresivitas adalah dipelajari. Penelitian klasik tentang tingkah laku agresi yang dipelajari adalah penelitian boneka Bobo Doll.

Boneka Bobo Doll adalah sebuah eksperimen yang menguji apakah seorang anak akan meniru apa yang mereka liat. Sekelompok balita ditaruh dalam sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut terdapat boneka seukuran manusia. Lalu tiba-tiba datang seorang dewasa masuk ke dalam ruangan lalu memukul dan menyiksa boneka tersebut dengan beringas. Balita yang ada di dalam ruangan melihat peristiwa tersebut. Ternyata sang balita yang menonton penyiksaan boneka Bobo Doll cenderung lebih agresif dan ikut menyiksa saat diberi boneka di hadapannya.


(19)

4

Dalam perkembangannya, belajar agresi melalui model tidak hanya yang langsung di mata penontonnya. Melalui media massa hal ini bisa dilakukan, misalnya melalui media televisi. Tayangan-tayangan yang penuh dengan kekerasan tampaknya menjadi salah satu hal yang memicu agresivitas. Salah satu penelitian di Indonesia terhadap 150 pelajar SLTA yang dilakukan oleh Widyastuti (1996) terungkap bahwa jenis film tertentu memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton dalam terbentuknya tingkah laku agrasi pada anak (Sarwono dan Meinarno, 2012: 150).

Ruslan (2007: 195) mengatakan bahwa televisi mempunyai peran positif dalam perkembangan anak:

1. Televisi akan memperkaya pengetahuan anak dan dapat memahami pelajaran, keuntungannya guru dapat lebih cepat mempresentasikan pelajaran, karena memberikan informasi terkini (up to date).

2. Televisi dapat membangkitkan perhatian anak dan guru dapat lebih memperdalam beberapa bagian kurikulum.

3. Televisi membantu guru untuk membuat siswa belajar yang menyenangkan.

4. Siaran film atau sandiwara dalam televisi dapat menyentuh emosi seperti sedih dan marah, dan siswa dapat berlatih untuk mencobanya dengan teman sekelas, orang tua dan guru.


(20)

5

5. Televisi merupakan agen sosialisasi paling baik (Ruslan,2007:195).

Selain efek positif televisi juga mempunyai efek negatif bagi anak. Dampak negatif dari menyaksikan televisi secara berlebihan yaitu:

1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak

Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca - verbal maupun pemahaman. Menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

2. Mendorong anak menjadi konsumtif

Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.

3. Berpengaruh terhadap Sikap

Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.


(21)

6 4. Mengurangi semangat belajar

Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.

5. Membentuk pola pikir sederhana

Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.

6. Mengurangi konsentrasi

Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.

7. Mengurangi kreativitas

Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.


(22)

7

8. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)

Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

9. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga

Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya „terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.


(23)

8 10. Matang secara seksual lebih cepat

Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan padawaktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencobamelakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika (http://www.smallcrab.com/anak-anak/661-pengaruh-buruk-nonton-tv-pada-anak-anak diakses pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 02.00 WIB).

Paparan kekerasan televisi yang tinggi pada usia 9 tahun akan berpengaruh pada tingkat agresivitas di usia 9 tahun (10 tahun kemudian). Kekerasan dapat di artikan sebagai tindakan perilaku, baik yang terbuka atau tertutup, dan baik yang bersifat menyerang atau bertahan yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain (Santoso, 2002:14). Menurut Galtung, ada beberapa bentuk dari kekerasan, dua diantaranya adalah: Kekerasan fisik dan kekerasan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan sampai pada pembunuhan. Bentuk kekerasan ini paling mudah dikenali. Katagori kekerasan ini adalah : menampar, menendang, memukul,


(24)

9

mendorong, menggigit, membenturkan, dan sebagainya. Bahkan dalam setiap episidenya sinetron anak ini selalu menampilkan kekerasan fisik seperti berkelahi yang sebenarnya bukan merupakan contoh yang baik untik anak-anak yang menontonnya dan dapat memberikan pengaruh yang buruk pada anak.

Kekerasan berikutnya adalah tentang kekerasan psikologis, tekennan yang di maksudkan meredusir kemampuan otak atau mental. Bentuk kekerasan ini tidak mudah dikenali. Akibat yang dirasakan korban tidak memberikan bekasa yang nampak jelas bagi orang lain. Dampak kekerasan ini akan berpengaruh pada situasi perasaan tidak aman dan nyaman, menurunnya harga diri serta martabat korban. Wujud konkrit kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan di depan orang lain, melontarkan kata-kata, dan sebagainya (Galtung dalam Santoso,2002:168).

Studi kasus di kota pelajar Malang, terdapat kasus seorang siswa di SDN Malang meninggal dunia akibat dikroyok temannya sendiri. Siswa kelas 1 di sebuah SD yang berada di Makasar menjadi korban pengeroyokan hingga meninggal dunia. Mirisnya, ia dikeroyok oleh teman-temannya sendiri. Bocah kecil ini di kroyok oleh 3 orang temannya yang semuanya masih berumur 6 tahun. (http;//kompas.com di akses pada 15 maret 2016 pukul 03.15 WIB). Kekerasan secara tidak disadari telah merasuki cerita dalam film serial. Berdasarkan laporan yang diterima Komnas PA (Pelindungan Anak), menegaskan kasus kekerasan oleh anak pada tahun 2014 sejumlah 2.737 dan tahun 2015 mencapai 78.3 persen kasus kekerasan dengan pelaku anak dengan


(25)

10

rentang usia 6 sampai 14 tahun. Hingga saat ini banyak film serial anak yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi dan memiliki peminat yang jumlahnya sangat banyak, terutama di kalangan anak-anak.

Anak-anak mudah terpengaruh dengan adanya kekerasan yang di tayangkan di stasiun televisi, salah satunya film serial seperti Power Ranger dan Ultraman banyak digemari oleh anak-anak, hingga beberapa stasiun televisi menayangkannya pada pagi dan sore hari. Dari keenam TV di Indonesia (TVRI, RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan INDOSIAR), RCTI paling banyak menayangkan antisosial, yaitu 54, 96 persen. Adegan adegan antisosial itu mencangkup perkelahian, berbagai jenis kekerasan, ganguan terhadap orang lain dan sadisme. Anak-anak khalayak terbesar menonton televisi, Usia mereka 2-12 tahun.

Amerika Serikat, Inggris dan Australia, anak-anak menghabiskan waktunya menonton televisi, rata-rata 20 sampai 25 jam perminggu. Terdapat acara televisi yang masih hanya mementingkan rating acara kepentingan komersil semata dari acara hiburannya. Salah satunya adalah tayangan OVJ (Opera Van Java) di TRANS 7, Tom & Jerry, Naruto dan Sponge Bob program hiburan tersebut mengandung Undang-undang No.32 Tahun 2002, pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Penyiaran di selenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahtraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,


(26)

11

demokratis, adil dan sejahtra, serta menembuhkan industri penyiaran Indonesia.

Sejatinya di indonesia telah ada badan yang bertugas untuk mengurus dan mengawasi jalannya penyiaran. Badan tersebut adalah KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Pendirian KPI didasarkan pada pasal 16 point (4) Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Adapun tugas KPI antara lain, pertama membuat standar program siaran. Kedua menyusun aturan dan membuat pedoman prilaku penyiaran. Ketiga, mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman prilaku penyiaran serta standar program penyiaran. Keempat memberi hukuman bila ada kesalahan terhadap aturan program siaran. Kelima melakukan koordinasi dan kerjasama dengan perintah, lembaga penyiaran dan masyarakat. Namun dalam perjalanan KPI belum dapat maksimal dala menjalankan tugasnya. Hal ini terutama bisa dilihat dari penegasan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (PPP-SPS) khususnya pada stasiun televisi swasta (Sukmono dan Junaedi,2013:41-43).

Salah satu film yang mengundang tingkat kekerasan adalah di RCTI yaitu Film Serial Bima X yang diperankan oleh Chistian Loho sebagai Bima X berpengaruh terhadap anak-anak di Indonesia. Menurut survey lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kembali melayangkan surat peringatan pada salah satu sinetron Indonesia. Kali ini, giliran "Satria Garuda Bima X" yang mendapat teguran lantaran salah satu adegan yang ditampilkannya.


(27)

12

Dalam surat bernomor 449/K/KPI/04/15, KPI mengungkap bahwa mereka menemukan pelanggaran pada "Satria Garuda Bima X". Tayangan yang dimaksud adalah "Satria Garuda Bima X" pada 12 April 2015 pukul 08:23 WIB. Episode tersebut sempat menayangkan kekerasan eksplisit lewat adegan seorang pria yang membengkokkan besi dengan kepala, memukul dan menendang. Tak hanya itu, ada pula adegan seseorang yang memecahkan batu dengan tangan dan kepala. Menurut penelitian terdahulu bahwa terdapat data mengenai kasus perilaku kekerasan anak akibat tontonan film Bima X yaitu memukul lawannya dan menendang di episode 17 pada menit 1.03, di menit itu Bima X bertarung dengan monster Topeng Besi (http:/www. Kpi.go.id/teguran-tertulis-program-bima-satria-garuda-bima-x-rcti di akses 20 maret 2016, jam 21.10 WIB).

Bima X adalah film produksi 2014 sebuah serial tokosatsu dan serial komik Indonesia yang merupakan hasil kerja sama MNC media yang mengangkat kisah Kesatria berawal Paralel yang dikuasai Kerajaan VUDO dan berada di ambang kehancuran. Ray Bramasakti mendapatkan poworstone Merah dari seorang pemuda misterius bernama Mikhail untuk menghentikan segala upaya Rasputin dan Kerajaan VUDO untuk mengambil alih bumi. Dengan mendapakan Powerstone Merah, Ray mendapatkan kekuatan untuk berubah wujud menjadi “Bima:, sang Satria Garuda. Randy Iskandar dan adiknya, Rena yang adalah keluarga angkat Ray pun ikut tersesat dalam setiap aksi Bima melawan kegiatan jahat Rasputin dan Kerajaan VUDO.


(28)

13

Kisah kepahlawanan seperti Bima X pun tidak luput dari muatan kekerasan, terdapat pada adegan adegan film seperti pada saat Bima X memukul dan menendang lawannya. Anak yang melihat tayangan itu menjadi lebih mudah terinveksi virus kekerasan sehingga anak-anak bukan hanya menjadi korban kekerasan, namun juga bisa menjadi pelaku kekerasan terhadap anak-anak lain. Meski demikian banyak anak yang menyukai film tersebut.

Kasus kekerasan terhadap anak (child abuse) juga terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah Kota Palangkaraya dimana tingkat kekerasannya dari tahun ke tahun semakin meningkat secara kuatitas. Berdasarkan laporan yang masuk ke Polda Kalteng (Kalimantan Tengah) kota Palangka Raya melalui komisi perlindungan anak (KPA) bahwa data kekerasan pelaku anak sebanyak 48 anak yang melakukan kekerasan terhadap anak lainnya (http://kalteng.com/berita-pelindungan-anak di akses 17 maret 2016, jam 20.30

WIB).

Kepala sekolah SDN 4 MENTENG PALANGKARAYA mengungkapkan “Ada 46 macam karakter siswa-siswinya di sekolah SDN 4 Menteng ini yang berbeda-beda, seperti marah, sedih, pemalu, penyayang dan salah satunya anak yang berprilaku agresif yang sering memukul temannya tanpa sebab”. Sebagian besar karakter anak di SDN tersebut, mengatakan bahwa mereka menyukai dan kagum sosok Superhero Indonesia yaitu Bima X. Mereka juga hafal cara Bima X berubah untuk melawan para musuhnya.


(29)

14

Anak-anak di SDN 4 Menteng Palangkaraya mencontoh bagaimana seorang Bima X memukul dan menendang para musuh-musuhnya Mereka mengungkapkan bahwa tayangan Bima X di RCTI, adalah positif. Mereka suka dengan tayangan tersebut karena mengandung unsur kepahlawanan, anak-anak suka dengan kostum yang dikenakan Bima X yang begitu keren saat digunakan dan cara Bima X berubah untuk membasmi para monsternya. Tapi tetap saja anak-anak sangat memuja dan membanggakan sosok Bima X. (Wawancara dengan siswa SDN 4 menteng Palangkaraya 16 Maret, 2016).

Sekolah Dasar Negri 4 Menteng Palangkaraya merupakan sekolah dengan nilai kelulusan terbaik se-Kota Palangkaraya dan menyandang SDN paling favorit di kota Cantik Palangkaraya. Sementara banyak anak yang bertingkah laku agresif karena meniru tokoh di film Bima X di RCTI (http://www.borneonews.co.id di akses 3 mei 2016, jam 23.40 WIB).

Terkait hal tersebut, maka peneliti ingin mengkaji persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap tontotan film serial yaitu Bima X yang berdampak pada perilaku kekerasan anak-anak di SDN 4 Menteng Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.


(30)

15 B. Rumusan Masalah

Bardasarkan latar berlakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangka Raya terhadap film Bima X?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangka Raya?

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan: Untuk mendeskripsikan persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap Film Bima X di RCTI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sarana untuk menambah interensi data kajian persepsi terhadap tayangan TV dan pengetahuan oleh siswa SDN sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang pengaruh dari tayangan Film Bima X di RCTI, sebagai langkah untuk memantau perkembangan perilaku siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya.


(31)

16

b. Memberikan masukan kepada siswa-siswi SDN 4 Menteng Palangkaraya untuk dapat menfilter nilai-nilai negatif dari Film Bima X di RCTI.

c. Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai salah satu landasan dalam bertindak secara preventif terhadap pola perilaku siswa-siswi dari pengaruh Film Bima X di RCTI sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara sekolah dan orang tua terkait penelitian yang diselenggarakan.

E. Kerangka Teori

1. Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan intregated dari individu terhadap stimulus yang diterimannya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Mrian Follows (dalam Mulyana 2007:186) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari


(32)

17

persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Rahmat,2009: 51).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain (Bimo Walagito, 2002:70).

2. Hubungan persepsi dengan komunikasi

Manusia memahami kata-kata, suara, maupun gambar yang mereka tangkap sebagai pesan komunikasi melalui persepsi. Dengan demikian sebuah persepsi adalah inti dari persepsi. Hal ini identik dengan penyandian balik (decording) dalam proses komunikasi


(33)

18

(Mulyana, dalam Suciati, 2002). Dalam dinamika kehidupan manusia yang sedang berlangsung, mengambil keputusan dilakukan dalam lingkungan penggunaan informasi. Ruben dan Stewart (2006) membedakan empat jenis lingkungan penggunaan informasi :

a. Geografis: merupakan batas-batas fisik/geografis, misalnya sebuah ruang, bangunan, lingkungan, kota Negara bagian, wilayah atau Negara.

b. Interpersonal: merupakan kehadiran individu lain dalam situasi tatap muka. Misalnya ucapan ritual, satu lift dengan orang lain, wawancara,dan percakepan.

c. Kelompok atau organisasi: merupakan keberadaan individu dalam satu kelompok atau unit organisasi yang dibentuk untuk tujuan tertentu misalnya kelompok persaudaraan atau perkumpulan mahasiswa, organisasi keagammaan, lembaga publik, organisasi massa.

d. Budaya atau sosial: merupakan kehadiran individu yang mungkin tidak diketahui secara pribadi satu sama lain, tetapi dihubungkan oleh afiliasi umum budaya, etnis, atau kebangsaan, misalnya Afrika, Amerika, Kanada.

Dalam setiap lingkungan tersebut, penggunaan pesan yang ditafsirkan untuk beragam tujuan. Tujuan-tujuan tersebut akan menentukan jenis pencapaian akhir yang diinginkan dari sebuah proses yang dilakukan. Adapun tujuan yang dimaksud antara lain:


(34)

19

a. Deskripsi, yaitu penentuan hakikat, karakteristik, atau tampilan sebuah objek, situasi atau orang. Hasil deskripsi akan digunakan untuk fungsi komunikasi yang paling dasar seperti berpasangan. b. Klasifikasi, yaitu membandingkan pengamatan baru dengan

simpanan informasi dengan pengalaman yang terbentuk sebelumnya. Hasil perbandingan digunakan untuk melihat posisi yang pantas bagi seseorang, objek atau peristiwa.

c. Evaluasi, yaitu mengidenfikasi tentang kemungkinan hubungan antara diri kita dengan benda-benda, situasi dan orang lain di lingkungan kita untuk mengambil keputusan apa aksi atau reaksi yang diperlukan.

d. Melakukan tindakan verbal dan non verbal tertentu berdasarkan hasil deskripsi, klasifikasi, dan evaluasi. Inilah yang disebut dengan umpan balik dari sebuah proses komunikasi (Suciati, 2015: 83-84).

3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi manusia antara lain : (Mulyana, 2004: 108-184).

a. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam individu, yang mencangkup beberapa hal: Fisiologis.

1) Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap


(35)

20

lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang yang berbeda-beda sehingga interprestasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2) Perhatian. Individu memerlukan sebuah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada satu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

3) Minat Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance merupakan kecenderungan seorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dari ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang

dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsangan dalam pengertian luas.

6) Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi prilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana perasaan


(36)

21

seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnyadan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi persepsi adalah:

a) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar hubungan suatu obyek, maka semakin mudah dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek invidu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b) Warna dari objek-objek. Objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived)

dibandingkan dengan yang sedikit.

c) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan yang lain akan banyak


(37)

22

d) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila sering diperhatikan diperbandingkan dengan hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa

mempengaruhi persepsi.

e) Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

3. Proses Persepsian

Ada dua bentuk pemrosesan dalam sebuah persepsi yaitu pemrosesan top-down dan bottom-up. Kita dapat menyimak potongan huruf-huruf ini: da-at-ah-nd-ba-ak-li-at-ni-an-se-hu-uf- et-ga-ya-ih-ia-gk-n? Mungkin sekali anda tidak memerlukan waktu yang lama untuk menebak rangkaian kalimat di atas. Dapatkah anda membaca lima setiap huruf ketigaanya dihilangkan? Begitu kira-kira bunyi kalimatnya bukan. Jika persepsi terutama didasarkan pada pemecahan stimulus ke dalam elemen-elemen dasarnya, maka memahami kalimat di atas, atau memahami stimulus lain yang ambigu tidak akan mungkin.

Pemrosesan top-down diatur oleh pengetahuan, pengalaman, dan motivasi pada tingkat nyang lebih tinggi. Anda dapat menemukan arti dari kalimat yang tidak lengkap di atas


(38)

23

karena pengalaman membaca yang sebelumnya sudah anda miliki dan memang bahasa Indonesia tertulis mengandung ke tidak lengkapan. Tidak setiap huruf dalam masing-masing kata perlu ditulis agar kita dapat mengodekan arti dari pada kata tersebut. Terlebih lagi, mungkin anda juga berharap bisa membaca kalimat tersebut.

Pemrosesan top-down digambarkan oleh konteks yang penting dalam menentukan bagaimana kita mempersepsi objek. Konteks dalam hal ini berhubungan dengan harapan. Misalnya saja ketika orang melihat barisan huruf A sampai F, di bawahnya dipasangkan barisan angka 10-14. Apa yang kira-kira anda persepsikan? Kebanyakan dari kita akan memaknai bahwa keduanya adalah barisan anka dan huruf yang jumlahnya 4. Namun bila kita lebih hati-hati lagi ternyata anda akan melihat bahwa huruf B mirip dengan angka 13. Persepsi ini dipengaruhi oleh harapan bahwa kedua barisan huruf dan bilangan adalah

sekuen.

Meskipun demikian sebuah proses top-down tidak muncul begitu saja tetapi tanpa bantuan dari pemrosesan bottom-up. Pemrosesan bottom-up terdiri dari kemajuan dalam mengenali dan memproses informasi dari komponen-komponen individual dari suatu stimulus dan beralih menjadi persepsi terhadap keseluruhan. Kita tidak akan dapat mencapai kemajuan dalam


(39)

24

mengenali dan memperoses informasi dari komponen-komponen dari indiviual dari suatu stimulus dan beralih menjadi persepsi terhadap keseluruhan. Kita tidak akan dapat mencapai kemajuan dalam pengenalan kita terhadap huruf dan angka sebagaimana dicontohkan di atas tanpa mampu memersepsi bentuk-bentuk individual dari huruf-huruf tersebut. Beberapa persepsi dengan demikian terjadi pada tingkat pola dan ciri dari masing-masing huruf yang terpisah.

Pemrosesan top-down dan bottom-up terjadi secara simultan dan saling berintraksi dalam persepsi terhadap dunia atau sekeliling kita. Pemrosesan bottom-up membuat kita mampu untuk memperoses karakteristik fundamental dari stimulus, sementara proses top down menjadikan kita dapat membawa pengalaman kita untuk melakukan persepsi. Ketika kita belajar lebih tentang proses kompleks yang terlibat dalam persepsi. Ketika kita belajar lebih tentang proses kompleks yang terlibat dalam persepsi ini, kita mengembangkan sebuah pengembangan yang lebih baik tentang bagaimana otak secara berkelajutan menginterpretasikan informasi dari indera dan membuat kita dapat memberikan respon yang tepat kepada lingkungan (Suciati, 2015: 97-98).


(40)

25

Persepsi adalah proses menerima, menyelaksi, mengorganisasir, mengartikan dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra dan data”, tercangkup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: a. Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

b. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah rangsangan semua diterima atau data diseleksi. Tindakan mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut.

c. Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisaian rangsangan, yakni pengelompokkan (berbagi rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan daftar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk


(41)

26

memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan persepsi (ada suatu kecendrungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

d. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada dasarnya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses ini terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual adalah tindakan sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya. Persepsi yang sebenarnya terjadi didalam benak masing-masing individu yang mempersepsi, bukan didalam objek yang akan dipersepsi. Maka apa yang mudah


(42)

27

bagi kita boleh jadi mudah bagi orang lain, begitu pula sebaliknya, apa yang terlihat jelas bagi orang mungkin akan terasa membingungkan bagi kita (Djuasa, 1994: 54-55).

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu artinya, data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar dari pada angka-angka. Metode deskriptif berarti suatu metode untuk menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi (Satori dan Komariah,2009:28).

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap film Bima X di RCTI.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya penulis dalam pengambilan data yang relevan dengan obyek penelitian, maka penulis menggunakan beberapa metode agar memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sekaligus mempermudah penelitian tersebut. Adapun metode- metode tersebut adalah :


(43)

28 a) Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden atau narasumber guna memperoleh data-data yang diperlukan

dalam penelitian sedangkan metode wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah berupa wawancara secara langsung dan tak berstruktur (bebas) guna mendapatkan jawaban dari responden secara spontan, dengan demikian peneliti/pewawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih luas tentang masalah yang ingin diteliti karena setiap responden bebas meninjau berbagai aspek menurut pendiri atau pikiran masing-masing, dengan demikian dapat memperkaya pendangan peneliti (Nasution, 2001: 119).

b. Studi Dokumentasi

Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.

Dokumentasi dalam penelitian menggunakan beberapa

video yang ditayangkan oleh Film Bima X, dalam durasi kurang lebih satu jam. Dengan teknik


(44)

29

dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka yang memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informasi dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan pikir. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara, yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung dokumen yang terkait dengan fokus penelitian (Komariah dan Satori, 2009: 148-149). Dalam data penelitian ini penulis akan menjabarkan antara lain video, foto-foto, dokumen tertulis yang terkait.

4. Informan Penelitian

Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif sampling (sampel bertujuan). Purposif sampling adalah cara pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu (Moloeng, 2007).

Informan peneliti ini adalah orang-orang yang memenuhi kriteria sebagai informan untuk dijadikan sumber informasi. Adapun


(45)

30

kriteria yang merupakan syarat sebagai informan yang mempengaruhi cerita Film Bima X. adalah sebagai berikut:

1) Siswa SDN 4 Menteng Palangka Raya 2) Siswa SD Usia 8-10 Tahun

3) Pernah menyaksikan film Bima X setiap minggu 4) Memiliki DVD minimal 10 episode

5) Mengoleksi mainan Bima X

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Data kualitatif yang berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang di peroleh dari wawancara mendalam maupun observasi.

Di dalam melakukan analisis data kualitatif, ada langkah- langkah yang dilakukan (Miles dan Huberman, 1992: 19-20) diantaranya:

a) Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara, pengamatan, observasi langsung dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.


(46)

31 b) Reduksi

Reduksi data merupakan proses seleksi, memfokuskan, menyederhanaan data. Data yang menurut penelitian tidak penting maka akan dibuang. Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian berlangsung. Bahkan dalam proses ini diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Dengan kata lain reduksi data sudah berlangsung sejak penelitian mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual.

c) Penyajian Data

Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpilan informasi kedalam suatu konfgurasi yang mudah dipahami. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami adalah cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahan dengan menggunakan logika penelitian. Semuanya dirangkai agar mendapatkan informasi secara teratur.


(47)

32 d) Penarikan Kesimpulan

Berawal dari pengumpulan data, penelitian mulai mencari makan dari data yang telah terkumpul. Kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu kedalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dikatagorikan sesuai dengan masalah-masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.

Untuk lebih jelasnya model tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Model Analisis Interaktif


(48)

33 6. Uji Validitas Data

Validitas diartikan sebagai kesesuaian antara alat ukur dengan sesuatu yang hendak diukur, sehingga hasil ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya dan dapat dipertannggung jawabankan (Hediansyah, 2010: 190).

Pada penelitian ini penulis menggunakan uji validilias data dengan teknik triangulasi. Triangulasi dalam pengujian validitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono,2012: 329-330) :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya pribadi

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang


(49)

34

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Berdasarkan lima sumber data yang di diatas penulis akan menggambil dua cara antara lain :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

7. Sistematika Penulisan

a) Bab I. Pendahuluan : Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Tujian Masalah, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan Metode Penelitian.

b) Bab II. Obyek Penelitian : Berisikan tentang gambaran umum penelitian serta rujuakan tinjauan pustaka/penelitian terdahulu.

c) Bab III. Pembahasan : Berisikan pemaparan hasil penelitian dan analisis mengenai persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap film Bima X di RCTI.

d) Bab IV, Penutup: Berisikan tentang akhir dari penelitian yang membahas tentang kesimpulan dan saran.


(50)

35 BAB II

Deskripsi SD Negeri 4 Menteng Palangkaraya Kalimantan Tengah dan Film Bima X

A. Sejarah Berdiri

Sekolah ini didirikan dengan nama SD Inpres Tunjung Nyahu, yang terletak di Jl. M. Husni Thamrin No. 19 Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Dibangun pada tahun 1977 dan dibuka secara resmi pada tanggal 20 Maret 1978, dengan kondisi lingkungan yang masih memprihatinkan. Jalan M.Husni Thamrin masih berupa jalan setapak dan lingkungannya masih berupa semak belukar atau rawa. Dengan kondisi yang seperti itu tidak ada orang tua yang berminat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Berawal dari 10 orang siswa yang dibawa dari SD Bukit Hindu II dan 3 orang guru, proses belajar mengajar dengan sarana dan prasarana apa adanya. Baru pada bulan Juli 1978 diangkat sebagai kepala sekolah yang pertama yaitu Bapak Drs. Andres Dehen dan dibentuklah Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP.3 yang sekarang diganti dengan sebutan Komite sekolah) agar penyelenggaraan persekolahan terbantu.

Dalam perkembangannya jumlah murid dan guru makin bertambah dan pada saat ada kelas VI untuk pertama kalinya SD ini telah mewakili propinsi Kalimantan Tengah dalam lomba mata pelajaran Matematika di Tingkat Nasional pada tahun pelajaran 1983/1984. Sekolah Dasar ini pertama kali meluluskan siswanya 100 % (28 orang siswa), kelulusan kedua 98,5 % karena


(51)

36

ada satu orang yang tidak lulus. Selanjutnya dari tahun ke tahun selalu dikirim untuk mengikuti lomba mata pelajaran di tingkat nasional sebagai wakil dari Kalimantan Tengah (hampir 70 % dari kelulusan SD ini masuk ke sekolah negeri).

Sejak tanggal 17 Februari 1999 estafet kepemimpinan SDN Langkai 12 diserah terimakan kepada Ibu Dra. Djuariyah. SDN Langkai 12 dipimpin oleh Ibu Dra. Djuariyah sempat satu tahun yaitu sampai bulan Februari 2000, setelah itu SDN Langkai 12 dipimpin oleh Ibu Dinae A. Angin selaku pejabat sementara (Pjs selama satu tahun) sehingga akhirnya beliau diangkat menjadi kepala Sekolah secara resmi pada bulan Februari tahun 2002 sampai sekarang. Pada tahun pelajaran 1988/1989 nama SD Inpres Tunjung Nyahu diganti menjadi SDN Langkai 12. Sejak tahun pelajaran 1986/1987 pimpinan sekolah dipegang/dipimpin oleh Ibu Core S. Andung, S.Pd sampai dengan tanggal 13 September 1993. Sejak tanggal 13 September 1993 pimpinan sekolah dilanjutkan oleh Ibu Dra. Mahanani sampai dengan tanggal 17 Februari 1999. Pada masa kepemimpinan Ibu Dra. Mahanani SDN Langkai 12 diuji coba untuk kelas unggulan yang dimulai dari kelas IV s/d kelas VI. Untuk kelas unggulan ini ada kriteria tertentu (pada tahun pelajaran 1995 / 1996). Pada masa kepemimpinan Ibu Dinae A. Angin (Kepala SDN 4 Menteng sekarang) terjadi perubahan nama untuk yang kedua kalinya yaitu dari SD Negeri Langkai 12 menjadi SDN Menteng 6, karena disesuaikan dengan wilayah kelurahan tempat lokasi sekolah berada yang berlaku sesuai Surat Keputusan Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah Nomor


(52)

37

421.2/1817/GB tanggal 1 Oktober 2000. Sekarang untuk ketiga kalinya SDN ini berubah namanya menjadi SD Negeri 4 Menteng, karena banyak SDN di kota Palangka Raya yang mengalami penggabungan (Regroping). Perubahan nama SDN ini berlaku sesuai SK Walikota Palangka Raya No.225 tahun 2005 tanggal 30 Nopember 2005 sehingga SDN Menteng 6 menjadi SD Negeri 4 Menteng.

SD Negeri 4 Menteng hingga sekarang sudah pernah dipimpin (dikepalai) oleh lima orang. Untuk kedua kalinya Dinae A. Angin, S.Pd memimpin sekolah ini yaitu untuk periode 2006–2011 yang dilantik pada tanggal 20 Maret 2006. Dengan kegigihan, ketekunan, kesabaran dan kedisiplinan yang telah diterapkan sehingga SD Negeri 4 Menteng sekarang dapat meraih beberapa prestasi melalui anak didik yang ikut lomba diberbagai bidang, baik dibidang intrakurikuler maupun dibidang ekstrakurikuler (baik di tingkat kecamatan, kota , propinsi bahkan ke tingkat nasional). Pada tahun 2000 SD Negeri 4 Menteng terpilih sebagai Sekolah Model Berbudaya Lingkungan di tingkat SD sekaligus mewakili propinsi Kalimantan Tengah, SDN 4 Menteng juga merupakan Sekolah Rujukan Nasional.

Dengan terjadinya perubahan nama Sekolah Dasar yang ada di kota Palangka Raya sehingga SD Negeri 4 Menteng sebagai SD Inti yang dulunya merupakan gugus II berubah menjadi gugus IV. SD Negeri 4 Menteng masih dipercayakan sebagai SD Inti Wilayah gugus IV yang mempunyai 6 sekolah imbas dan 1 sekolah inti yaitu:


(53)

38 1. SDN 4 Menteng (sebagai sekolah inti) 2. SDN 1 Menteng (Imbas)

3. SDN 2 Menteng (Imbas) 4. SDN 3 Menteng (Imbas) 5. SDN 6 Menteng (Imbas) 6. SDN 8 Menteng (Imbas) 7. SD 2 Kristen (Imbas)

Ke 7 (tujuh) sekolah ini mempunyai kegiatan dan kerjasama yang saling melengkapi satu sama lain, khususnya masalah dibidang pendidikan yang terhimpun dalam Kegiatan Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Kegiatan Kerja Guru (KKG). SDN 4 Menteng terdiri dari 13 ruang, kelas I s/d kelas VI dan ada 15 rombongan belajar. SD Negeri 4 Menteng tahun 2006 mendapat kepercayaan dari masyarakat dan mendapat penghargaan sebagai sekolah Favorit untuk tingkat SD se-Kalimantan Tengah. Kegiatan pemilihan tersebut diprakarsai oleh KALTENG POS.

SDN 4 Menteng tepatnya 1 Pebruari 2011 baru pertama kali melaksanakan HUT ke-31 yang di Prakarsai oleh Alumni SD Inpres Tunjung Nyahu, SDN Langkai 12, SDN Menteng 6 yang sekarang SDN 4 Menteng, yaitu Angkatan tahun 1984 sampai tahun 2010. Dan untuk tahun 2011 ini juga, SDN 4 Menteng dipilih sebagai tempat melaksanakan Sekolah Rintisan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa atas penujukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kota Palangka Raya. Kepala Sekolah Ibu Dinae A. Angin, S.Pd memimpin SDN 4 Menteng selama 10 tahun (dua


(54)

39

periode). Pada tanggal 22 Juni 2012 dilaksanakan serah terima jabatan kepala sekolah dari Ibu Dinae A. Angin, S.Pd kepada Ibu Ernawatie, S.Pd, M.M.Pd yang disaksikan oleh yang mewakili Kadisdikpora, Pengawas Wilayah Gugus IV, Komite dan guru-guru SDN 4 Menteng (http://sdnivmenteng.co.id/m=1 diakses pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 09.00 WIB).

B. Visi dan Misi SDN 4 Menteng Palangkaraya Visi :

Unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan.

Misi :

1. Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan ajaran agama.

2. Menanamkan sikap dan perilaku sopan santun, toleransi, dan saling menghormati seluruh warga sekolah sebagai cermin dari luhurnya budi pekerti dan akhlak mulia.

3. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan suasana yang kondusif, melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM.

4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan minat, bakat dan potensi peserta didik.

5. Membina kemandirian peserta didik melalui keegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan.


(55)

40

6. Menghasilkan peserta didik yang berprestasi bidang akademik dan non akademik di tingkat kota, provinsi dan nasional.

7. Mewujudkan budaya tertib administrasi, waktu, dan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah.

8. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan dan pelatihan secara formal dan non formal.

9. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait, berlandaskan manajemen berbasis sekolah, akuntabel, transparan dan parsitipatif.

10. Meningkatkan tata kelola lingkungan sekolah yang asri melalui pemeliharaan yang berkesinambungan sehingga terwujud sekolah adiwiyata.

Tujuan :

SD Negeri 4 Menteng Palangkaraya dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan dasar sebagai berikut; "meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.


(56)

41 C. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki SD 4 Menteng Palangkaraya :

1. Ruang Kelas (Rombel) Sebanyak 15 ruang, yang dimana terdapat ruang kelas dari kelas 1A sampai 6B dan juga terdapat kelas unggulan.

2. Perpustakaan, memiliki buku panduan belajar bagi siswa, patung sains untuk siswa bisa mengamati bagian tubuh manusia dan terdapat 5 unit komputer, AC untuk menunjang siswa lebih giat dalam belajar.

3. Kegiatan Kesiswaan (Exstrakulikuler) a. Drum Band

Drum Band adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan orkes barisan merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya.

b.Seni Tari

Seni Tari adalah seni yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud danpikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan rasa.

c. Pramuka

Pramuka adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia dan pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.


(57)

42

Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.

d. PMR

Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat (sanggar, kelompok belajar, dll) dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan kemanusiaan. e. Pocil

Polisi Cilik adalah suatu gerakan-gerakannya kompak dan lincah menunjukkan keterampilannya baris-berbaris dan membentuk formasi dan bertujuan mendidikan ilmu kepolisian sejak dini, juga untuk menanamkan kebiasan disiplin dan percaya diri.

D. Film Bima X

Bima X adalah sebuah serial tokusatsu dan serial komik Indonesia yang merupakan hasil kerja sama MNC Media atas Film Bima X Reino Barack dengan Ishimori Productions, pembuat serial Kamen Rider. Dibintangi oleh Christian Loho, Rayhan Febrian, Stella Cornelia (JKT48), Adhitya Alkatiri, dan Sutan Simatupang, Bima X adalah bagian pertama dari Satria Series ("Serial Satria"), ditayangkan di RCTI mulai 30 Juni 2013 hingga 22 Desember


(58)

43

2013, setiap hari Minggu pukul 08.30 WIB dengan tayangan ulangnya pada hari Sabtu pukul 15.00 WIB.

Pada 25 Juni 2014, pihak MNC mengumumkan peluncuran sekuel Bima X dengan judul Satria Garuda BIMA-X. Serial sekuel ini akan mulai tayang pada 7 September 2014 sebanyak 50 episode, menampilkan karakter-karakter baru dalam dunia BIMA. Bima X adalah serial pahlawan super yang terinspirasi dari serial tokusatsu Jepang "Ksatria Baja Hitam" (istilah pelokalan yang pernah digunakan RCTI untuk serial "Kamen Rider Black" dan "Kamen Rider Black RX") yang populer di Indonesia, namun dikemas dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia untuk menjadi pahlawan super baru Indonesia. Lokasi syuting BIMA diambil di Indonesia, khususnya di Jakarta. Menurut Reino Barack, Wakil Presiden Senior PT Global Mediacom sekaligus Produser Eksekutif serial ini, "Bima X" juga ditujukan untuk menjadi sebuah model bisnis baru di dunia hiburan di Indonesia yang menawarkan jasa kampanye produk baru dalam bentuk licensing, sponsor, built in advertising dan merchandising pada para sponsor dan pengiklan.

MNC Media (yang mayoritas sahamnya dimiliki Global Mediacom) bekerja sama dengan Itochu yang akan menjadi pemegang lisensi utama untuk "Bima X" dalam membangun bisnis licensing yang dikembangkan di Indonesia. Itochu adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesar dari Jepang yang banyak bergelut dalam bisnis licensing di dunia, sekaligus menanamkan modal di Ishimori Productions sejak tahun 2007. MNC Media juga bekerja sama dengan Bandai untuk memproduksi merchandise mainan


(59)

44

"Bima X" yang dirilis di Indonesia sejak penayangan perdana serial ini tanggal 30 Juni 2013.

Kisah Bima X berawal di Dunia Paralel yang dikuasai Kerajaan VUDO dan berada di ambang kehancuran. Dunia Paralel adalah sebuah dunia yang hidup dalam kegelapan abadi, yang alamnya sudah tidak memiliki elemen sumber kehidupan karena ambisi kekuasaan Kerajaan VUDO. Rasputin adalah penguasa Kerajaan VUDO yang jahat dan kejam. Dia ingin mencari dunia lain untuk merebut segala sumber daya alamnya demi menghidupkan Dunia Paralel dan memperluas kekuasaan VUDO. Dua orang ilmuwan di Bumi berhasil membuat sebuah portal yang bisa menyambungkan Bumi dan galaksi lainnya, sehingga VUDO menemukan dunia lain yang bisa dikuasai.

Ray Bramasakti mendapatkan Powerstone Merah dari seorang pemuda misterius bernama Mikhail untuk menghentikan segala upaya Rasputin dan Kerajaan VUDO untuk mengambil alih Bumi. Dengan mendapatkan Powerstone Merah, Ray mendapat kekuatan untuk berubah wujud menjadi "Bima", sang Satria Garuda. Randy Iskandar dan adiknya, Rena yang adalah keluarga angkat Ray pun ikut terseret dalam setiap aksi Bima melawan pasukan kejahatan Rasputin yang ingin menghancurkan dunia dan Kerajaan VUDO (http://bimasatriagaruda.blogspot.co.id/m=1 diakses pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 10.00 WIB).


(60)

45

Gambar 2. Poster Bima X

E. Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu,


(61)

46

sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.

1. Persepsi Siswa Negeri 1 Sukaresmi Terhadap Film “ Doa Yang mengancam”. (Oleh Neng Desy Mariah. Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah 2009).

2. Persepsi Remaja Semarang Tentang Film Kontroversi “ Paku Kuntilanak”. (Oleh Amalia. Universitas Walisongo Semarang 2011).

3. Persepsi Mahasiswa Prodi Ilmu Komunkasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Terhadap Brand Ambassador Pada Iklan Citra Versi Rumah Cantik Citra Di Televisi. (Oleh Nur Fitria Romadlonati. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010).

4. Persepsi Siswa mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5cm. (Oleh Melati Indah Mentari. Universitas Sumatra Utara 2014).

5. Persepsi Perempuan hijab Surabaya Terhadap Film “Hijab” karya Hanung Bramatyo. (Oleh Ika Putri. Universitas Pembangunan Yogyakarta 2015).


(62)

47 BAB III

SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Sajian Data

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data-data dan pembahasan mengenai persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap film Bima X di RCTI. Adapun data-data dari penelitian ini diambil dari hasil wawancara dengan tujuh anak di SDN 4 Menteng Palangkaraya, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat siswa tersebut mengenai film Bima X di RCTI. Siswa disini berlaku sebagai informan yang nantinya akan membantu penelitian di dalam mengolah data-data untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai.

B. Profil Informan

Informan (narasumber) dalam penelitian ini adalah siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya. Penulis mengambil lima informan yang berdiri dari siswa sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5. Data informan untuk penelitian ini adalah:

a. Muhammad Nafis Ramadhan

Biasa dipanggil Nafis, Nafis tinggal di kota cantik Palangkaraya tepatnaya di jalan bangas permai 3 No. 611. Di sebuah kota yang kecil tetapi memiliki keindahan yang luar biasa yaitu kota cantik Palangkaraya Nafis tumbuh dengan besar di kota cantik dan tempat


(63)

48

tanggal lahir Nafis Palangkaraya, 18 Oktober 2006, sekarang Nafis duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 SD di SDN 4 Menteng Palangkaraya di Jl. Husni Thamrin No. 19 Palangkaraya. Nafis setiap harinya menyukai kegiaannya sering menonton televisi kadang juga bermain bola di depan rumah, tetapi Nafis lebih sering menghabiskan waktunya di depan televisi karena di televisi lah banyak sekali hiburan dan film yang seru-seru bagi Nafis.

Televisi sudah seperti teman Nafis yang sangat akrab bagaimana tidak, di setiap waktu senggangnya Nafis sering duduk di sofa dan menekan tombol remot televisi lalu menyaksikan film kesukaan Nafis dan sehabis pulang sekolah Nafis juga selalu menonton televisi sambil makan masakan ibunya yang telah di buatkan sang ibu untuk Nafis yaitu makanan kesukaan Nafis ayam fread chiken. Nafis sekarang duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 SD, sebaginya teman sebaya Nafis banyak yang suka sekali dengan film Bima X, sampai temannya ada yang membawa kaset DVD untuk tukaran kaset dengan teman yang membawa DVD juga ke sekolah.

Awalnya nafis suka film Bima X dari temannya sebayanya dan hampir setiap minggu ada film Bima X di RCTI Nafis pun sangat menikmati film tersebut tidak heran sehabis sepulang sekolah Nafis membeli DVD Bima X di toko kaset. Karna menurut Nafis jika menonton film terbut hanya tayang setiap hari minggu saja bagi Nafis kurang, maka dari itu Nafis membeli kaset DVD kesatria Bima Garuda


(64)

49

agar Nafis bisa terus menonton film tersebut sepanjang jam. Nafis akhirnya membeli sebuah action figura boneka dan topeng Bima X, agar Nafis menyaksikan film Bima X dan memkai topeng tersebut agar seperti sang kesatria Bima X.

b. Ahmad Gozali Akbar

Biasanya di panggil akbar di sekolahnya, Akbar lahir di kota cantik Palangkaraya, 17 Januari 2007, sekarang akbar menduduki bangku sekolah dasar kelas 4 SD di SDN 4 Menteng Palangkaraya Akbar gemar menonton sekali menonton televisi karna di dalam tayangan televisi banyak sekali hiburan yang dapat Akbar tonton dan bisa membuat Akbar tertawa terbahak-bahak jika sudah bertemu dengan televisi Akbar sering kali di rumah dan jarang untuk keluar rumah karna televisi adalah teman sejawat Akbar kalo di rumah. Akbar paling suka kalo setiap hari minggu menonton film Bima X di RCTI.

Akbar sangat menggilai film tersebut hingga muncul film Bima X persi 2 yaitu film Bima X yang dimana masih tetep ada Bima X di film tersebut yang membuat Akbar semakin tambah suka dan selalu menonton film Bima X di RCTI, jarak dari hari minggu ke senin sangat jauh yang dimana film Bima X tayang setiap hari minggu jam 8 pagi bagi Akbar sangat kurang sekali, maka dari itu akbar membeli kaset Bima X di toko kaset. Setiap sehabis sepulang sekolah akbar sering menonton dan menyaksikan film Bima X lewat DVD bila


(1)

17

Persepsi siswa di SDN 4 Menteng Palangakaraya dalam film Bima X di RCTI secara umum menghasilkan persepsi positif dalam arti Siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terbukti bahwa loyallitas siswa terhadap film Bima X sangat tinggi, dan juga hal ini terbukti bahwa film Bima X dapat mempengaruhi persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya. Hal yang dapat dilihat bahwa ada beberapa siswa yang membawa atribut Bima X ke lingkungan sekolahnya dan bahkan Film Bima X dapat memberikan dampak yang besar dan memberikan manfaat yang berarti seperti kepribadian siswa yang bermula tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya menjadi lebih peduli hingga menumbuhkan sifat keberanian bagi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya.

Menilik dari loyalitas Anak-anak di SDN 4 Menteng Palangkaraya dalam film Bima X di RCTI, dapat diketahui bahwa anak-anak mengetahui karakteristik yang ditampilkan dalam film Bima X. Seperti halnya mereka berpendapat bahwa filmnya cara berkelahinya sangat keren, serta gerakannya dan konstumnya sangat bagus serta Bima X adalah sosok pahlawan penolong bagi bumi kita. Kemudian ketertarikan siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya menonton film Bima X, para siswa berpendapat bahwa mereka lebih suka memperhatikan Bima X saat bertarung melawan monsternya karna sangat lincah, memiliki kekuatan power stone merah dan mengeluarkan gerakan garuda srake.


(2)

18

Persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya dalam memperhatikan film Bima X di RCTI, siswa lebih suka saat pahlawan mereka bertarung melawan monsternya dan cara sang pahlawan berubah menjadi kesatria Bima X, karna adegan itu yang membuat siswa ketagihan untuk menonton film Bima X yang membuat siswa lebih banyak berimajinasi dan tentunya mendorong siswa lebih berani, percaya diri, selalu berbuat baik dan menolong sesama dan mengajarkan bahwa kejahatan itu harus di musnakan. Kesimpulan persepsi siswa mengenai tokoh Bima X, siswa berpersepsi bahwa tokoh Bima X sangat hebat, gagah berani, keren dan mengambarkan seorang tokoh pahlawan yang hebat di Indonesia, kemudian kesimpulan persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangakaraya mengenai warna pakaian tokoh Bima X di dalam film, persepsi siswa berpendapat bahwa, pakaian yang digunakan Bima X ketika membasmi monsternya sangat keren dan melambangkan burung garuda Indonesia. Kesimpulan tentang gerakan dari tokoh Bima X para siswa di SDN 4 Menteng Palanagakaya berpendapat tentang persepsi mereka yaitu gerakan berkelahinya keren, hebat sekali dan berkelahinya terlihat seperti nyata tidak dibuat-buat. Hasil persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya adalah positif mereka menyukai film Bima X dan hafal gerakan serta cara pahlawannya berubah menjadi Bima X di dalam filmnya.

Hasil penelitian ini mendapati peran faktor-faktor yang terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi persepsi siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya terhadap film Bima X, yakni


(3)

19

dari faktor-faktor internal yang meliputi siswa antara yaitu informasi, kebanyakan siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya mengetahui film Bima X dari iklan di televisi, sesama teman yang menyukai film Bima X sehingga dapat diketahui faktor internal yang berupa informasi berpengaruh secara signifikan. Selanjutnya dilihat dari faktor perhatian informan sering memperhatikan karakterisitik yang ada pada film Bima X yang meliputi perubahan karakater, teknik bertarung, sifat, dan kostum Bima X.

. Faktor kebutuhan, dari beberapa informan pada saat siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya tersebut menonton film Bima X, film tersebut mengajarkan tentang keberanian, percaya diri dan selalu berbuat kebaikan di setiap aksinya. Sehingga itu yang membuat Informan menjadi lebih percaya diri, lebih berani dan selalu berbuat baik hal ini dapat diterangkan bahwa informan menjadikan film bima x menjadi sesuatu kebutuhan yang berarti dikarenakan mampu mengubah dan membentuk persepsi informan sedangkan dari faktor Pengalaman, dari beberapa siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya ingin memiliki kostum Bima X kostum tersebut sangat keren dan bagus, ternyata Informan tersebut memiliki pengalaman bahwa ayahnya adalah pengrajin cosplay dan penjahit pakaian di komplek perumahaannya hal ini dimaksud dikarenakan pengalaman informan mengenai kostum berawal dari pengetahuannya terhadap lingkungan disekitarnya. Faktor terakhir adalah Suasana Hati. Ketika siswa SDN 4 Menteng menonton film Bima X, yang di mana tokoh Bima X bertarung melawan monsternya dan ketika Bima X kalah pada scene tersebut secara


(4)

20

tidak langsung tingkat emosi informan berubah baik itu merasa sedih, marah dan kesal yang meliputi suasana hati Informan.

Kemudian faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi siswa antara lain penempatan objek, semakin besar hubungan siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya menonton film Bima X, maka mudah untuk di pahami tentang obyek atau krakter Bima X. Dimana siswa membuat siswa hapal dengan gerakan berkelahi dalam film Bima X. Warna dari objek-objek, obyek yang menampilkan efek cahaya lebih banyak akan mudah di pahami oleh siswa, sebagai contoh pada saat Bima X bertarung dengan menampilkan efek-efek cahaya yang menafsirkan sebagai salah satu kekuatannya. Intesitas, tinggi dalam menonton film Bima X akan memberi makna yang berlebihan bila sering di perhatikan. Yang dimana siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya sering menyaksikan film Bima X sehingga membuat informan hapal gerakan dalam film Bima X. Mation (gerakan), dari beberapa informan dapat di ketahui bahwa, film Bima X tersebut mempengaruhi siswa dari segi bertarung yang menarik, sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi persepsi Informan SDN 4 Menteng Palangkaraya. Siswa tersebut dapat meniru gerakan bertarung dari film Bima X.

DAFTAR PUSAKA

Yuliati, L (2005). Pengembangan Program Pembelajaran . Disertasi PPs UPL, Bandung.

Sukmono Gita Filosa dan Junaedi Fajar. 2013. Kolonialisasi media Televisi Litera Yogyakarta.


(5)

21

Suciati, 2015. Psikologi Komunikasi (Sebuah Tinjauan Teoritis dan Perspektif Islam) Litera Yogyakarta.

Sarwono Satrlito W dan Meinarno 2012. Psikologi Sosial, Edisi Pertama Rodakarya Offset, Bandung.

Rusady, Ruslan. 2007. Manajemen Public Reelations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Santoso, Singgih. 2002 Statistik Paramatrik, Cetakan Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rahmat, Jalaluddin, 2009. Psikologi Komunikasi Cetakan keduapuluhdelapan, PT.Rosdakarya.Bandung

Sobur, Alex. 2001. Analisi Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosakarya Walagito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi Offset. Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakart Sugiyono. (2012), Metode penelitian Kuantitatif dan R&B, Bandung : Alfabete. Meleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Miles dan Husberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Prees. Jakarta

Hardiansyah, Haris, 2010, Metode penelitian Kualitatif. Jakarta selatan, Selamba Humanika

Nasution. 2001. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. (2009). Metode Penelitian Kualitatif

Bandung : Alfabeta. Website

http://www.smallcrab.com/anak-anak/661-pengaruh-buruk-nonton-tv-pada-anak-anak diakses pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 02.00 WIB). (http;//kompas.com di akses pada 15 maret 2016 pukul 03.15 WIB).


(6)

(http:/www.Kpi.go.id/teguran-tertulis-program-bima-satria-garuda-bima-22

x-rcti di akses 20 maret 2016, jam 21.10 WIB).


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy”(Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV)

14 154 130

PENGARUH TAYANGAN FILM KARTUN PENDIDIKAN TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG MATA PELAJARAN IPA (SAINS)

0 8 2

PERSEPSI SISWA-SISWI SD BUDI MULIA TERHADAP TAYANGAN "IDOLA CILIK" DI RCTI

0 3 101

Hubungan Antara Tayangan Dahsyat di RCTI dengan Persepsi dan Aksi Penonton Mengenai Perkembangan Musik Indonesia.

0 1 2

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV).

2 17 121

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

1 3 129

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

0 0 129

Persepsi Anak Tentang Program Tentang Acara TV Studi Korelasi Tentang Hubungan Persepsi Siswa Dengan Tayangan Acara Hitam Putih Pada Siswa SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan

0 0 3

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV)

0 2 23

PERSEPSI PENONTON TERHADAP PENCITRAAN DALAM REALITY SHOW (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Penonton Terhadap Pencitraan dalam Reality Show 86 NET TV di Kalangan Anggota PERHUMAS Muda Yogyakarta) - UNS Institutional Repository

0 2 15