Pertandingan sepak bola dari tahun ke tahun saat kompetisi tengah berjalan, dapat dipastikan selalu terjadi kerusuhan. Baik itu di dalam arena stadion
maupun di luar stadion, bahkan hingga memakan korban jiwa. Titik terang sepak bola nasional sebagal hiburan masyarakat, tontonan yang menarik, indah
dipandang dengan mata telanjang akan menjadi bumerang di kemudian hari. Penonton senatiasa merasa was - was, tidak nyaman, dan ketakutan saat duduk di
Stadion melihat pertandingan sepak bola secara langsung. Hal ini karena keselamatan mereka belum tentu terjamin. Haristanto, 2005
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran agresivitas suporter sepak bola di Kota Medan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :
“Bagaimana gambaran bentuk perilaku agresi secara umum pada suporter sepak bola di Kota Medan”
Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa bentuk umum Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota
Medan? 2.
Apa bentuk Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan, di tinjau dari Usia, jenis kelamin, suku?
Universitas Sumatera Utara
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum perilaku pada suporter sepak bola di Kota Medan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang diperoleh dari penlitian ini adalah : 1.
Manfaat Teoritis. Diharapakan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu
psikologi khususnya bidang psikologi sosial mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola
2. Manfaat praktis
a. Kepada PSSI Persatuan Sepak Bola Indonesia sebagai lembaga
tertinggi sepak bola di Indonesia untuk dapat mengetahui gambaran kecenderungan perilaku agresi pada suporter sepak bola khususnya di
Kota Medan agar dapat mengambil kebijakan dalam menangani suporter sepak bola dan kepada BLI Badan Liga Indonesia dan
panitia penyelenggara dapat membuat langkah preventif dalam menangani suporter.
b. Sebagai masukan kepada PSMS Medan, agar dapat memahami bentuk-
bentuk perilaku agresi yang terjadi pada suporter sepak bola yang sudah ber afiliasi dengan klub.
c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian-
penelitian lainnya.
Universitas Sumatera Utara
E. SISTEMATIKA PENULISAN.
Penelitian ini dibagi atas tiga bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub-bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah:
Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, instrumen atau
alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data Dan Pembahasan.
Terdiri dari uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Universitas Sumatera Utara
BAB II Landasan Teori
A. PERILAKU AGRESI A.1 Pengertian Perilaku Agresi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif,
berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap
organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri Dayakisni Hudaniah, 2003
Robert Baron dalam Koeswara, 1998 menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain
yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau
mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.
Menurut Baron dan Richardson dalam Krahe, 2005 mendefenisikan perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Kartono 2002, mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan
emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada sesorang atau benda.
Medinnus dan Johnson 1974, menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut
penelitian Jersild dan Marley 1978, ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun
verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda yang bukan miliknya.
Berkowitz dalam Koeswara, 1988 mendefenisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi
instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi
yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan atau kematian pada sasaran. Menurut Baron dan Byrne 1990, perilaku agresif adalah segala bentuk
perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap
targetnya dan sebaliknya menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan kekerasan fisik atau verbal.
A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi.
1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :
Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan
timbulnya perilaku agresif. Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi
individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung
membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan perlakuan tersebut.
Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan agresif. Ress Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang
bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak dalam kehidupan nyata.
2. Faktor Personal.
Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility bermusuhan lebih
agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan karakteristik yang berlawanan dengan tipe kepribadian B.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena
hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.
3. Faktor Situasional
Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras
dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa faktor-
faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif Menurut Deaux, 1993 faktor atau kondisi yang mempengaruhi
munculnya perilaku agresif yaitu : 1.
General arousal Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang
akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya
tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan watak seseorang yang dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi
seseorang tentang keadaan arousal 2.
Serangan secara fisik dan verbal Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata
dalam tingkah laku agresif. Dalam segala kemungkinan seseorang akan
Universitas Sumatera Utara
terpancing dan akan bereaksi untuk membalas agresi fisik dan verbal tersebut.
3. Dorongan pihak ketiga
Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali orang- orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi.
Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan.
4. Deindividusiasi
Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih
dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita 5.
Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang.
Donnerstein dan Wilson 1976 berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat
agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti
dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas
menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak sedang marah.
Universitas Sumatera Utara
6. Media massa
Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan,
perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.
7. Frustasi
Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai – agresi
mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”. Disisi lain Wagiman 1997 menyatakan bahwa hukuman merupakan salah
satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa
frustasi – agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi agresif.
A.3 Bentuk Perilaku Agresi
Menurut Buss, dalam Dayakisni Hudaniah, 2003 agresi dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau
penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan
secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan mengalihkan perhatian orang tersebut atau sikap tidak mau bekerja sama.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss dalam Dayakisni Hudaniah, 2003 membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:
1. Agresi fisik aktif langsung
Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang.
2. Agresi fisik pasif langsung
Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk
melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain. 3.
Agresi fisik aktif tidak langsung Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi
diam 4.
Agresi fisik pasif tidak langsung Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik
Universitas Sumatera Utara
secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.
5. Agresi verbal aktif langsung.
Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, mengomel.
6. Agresi fisik aktif langsung.
Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.
7. Agresi verbal pasif langsung.
Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau
kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam
8. Agresi verbal pasif tidak langsung.
agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi
kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu Medinus dan Johnson dalam Dayakisni, 2003 mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong,
meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. 2.
Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang
3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah
mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut.
4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.
A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita.
Menurut Condry dan Ross dalam Hogg dan Vaughan, 2002 sejak awal masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker dalam
sarwono, 2000 menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah
terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif bermain bola, perang-
perangan sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut kehalusan motorik dan non agresif masak-masakan, bermain boneka.
Menurut Maccobay jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada kebanyakan wanita dalam Santrock, 2003. Darvill Cheyne dalam
Hetherington, 1999 menyatakan bahwa pola agresivitas pada laki-laki dan
Universitas Sumatera Utara
perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah diserang daripada perempuan.
Hasil penelitian Sears dalam Koeswara, 1988 menemukan bahwa anak laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan
penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan
fisik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki
cenderung lebih agresif dibandingkan wanita.
A.5 Perkembangan Perilaku Agresi.
Menurut Loeber dan Hay Krahe, 2005 mengatakan sampai batas tertentu agresi bersifat normatif umur age-normatif dikalangan anak-anak dan remaja. Ini
berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota
kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari proses perkembangan normal ini.
Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat
agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada perempuan.
Loeber dan Hay Krahe, 2005 mengemukakan bahwa perilaku agresi berubah tingkat dan polanya pada masa remaja dan pada masa dewasa-muda.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer 1998 mengatakan bahwa perilaku
agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur. Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat
perilaku agresi dengan perkembangan usia.
A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya
Menurut Krahe 2005 semua perilaku agesif dapat terjadi di semua masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan
tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan untuk alasan yang berbeda.
Hasil penelitian Landau dalam Dayakisni, 2004 menunjukkan ada tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten Finlandia, Israel, USA, dan
Jerman, sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif rendah dan stabil Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan
Denmark sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan semakin menurun.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam perilaku agresif.
Universitas Sumatera Utara
B. SUPORTER B.1 Pengertian Suporter