9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Jaminan
1. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan
Istilah Jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin
dipenuhi tagihannya, di samping tanggung jawab umum debitur terhadap barang- barangnya. Istilah jaminan juga dikenal dengan agunan, yang dapat dijumpai Pada
Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, defenisi agunan
adalah: “Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam
rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
”. Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan accessoir. Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank, yang diserahkan
oleh debitur kepada bank. Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam seminar yang diselenggerakan di
Yogyakarta, menyimpulkan bahwa pengertian jaminan adalah: “Menjamin
dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum”.
10
Defenisi ini hampir sama dengan defenisi yang dikemukakan
10
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hlm. 227.
10
oleh M. Bahsan yang berpendapat bahwa jaminan adalah: “Segala sesuatu yang
diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam
masyarakat”.
11
Berdasarkan dari definisi di atas dapat di temukan unsur-unsur yaitu :
a. Adanya kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis.
b. Adanya pemberian dan penerima jaminan pemberian jaminan adalah orang
orang atau badan hukum yang menyerahkan barang. c.
Adanyajaminan pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil merupakan jaminan non kebendaan.
d. Adanya fasilitas kredit pembebanan jaminan yang dilakukan oleh
pemberian jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank.
2. Jenis Jaminan
Jaminan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Jaminan perorangan personalcoorporate guarantee.
b. Jaminan Kebendaan.
Mengenai ciri-ciri jaminan kebendaan dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta dihasilkan suatu rumusan bahwa
jaminan kebendaan mempunyai ciri- ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak
11
M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung: Jakarta, 2002, hlm. 148.