gestroi APLIKASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN DENGAN

Prosedur Perbanyakan Prosedur perbanyakan dapat diacu pada Bab IV. Penyediaan Suspensi Konidia Prosedur penyediaan suspensi konidia dapat diacu pada Bab IV, namun penelitian ini menggunakan kerapatan konidia sebagai berikut: a. untuk pengujian terhadap rayap C. gestroi di laboratorium menggunakan LC 95 dari spesies cendawan B. bassiana, M. anisopliae, M. brunneum dan F. oxysporum, dan b. untuk pengujian terhadap rayap C. curvignatus menggunakan LC 95 spesies cendawan M. brunneum. 1,21 x 10 6 konidiaml. Konidia dihitung dengan menggunakan haemocytometer. Uji Penularan Uji penularan terhadap

C. gestroi

Untuk pengendalian rayap tanah C. gestroi proporsi vektor yang digunakan dari masing-masing perlakuan adalah: 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 untuk setiap satuan unit percobaan. Sebagai perlakukan adalah LC 95 dari spesies cendawan M. anisopliae, M. Brunneum, B. bassiana, dan F. oxysporum. Rayap vektor kemudian ditempatkan bersama-sama dengan individu rayap sehat di dalam unit percobaan cawan petri Ø 9 cm yang telah diberi alas kertas saring sebagai sumber makanan. Jumlah individu untuk setiap unit percobaan adalah 20 ekor kasta pekerja dan dua ekor kasta prajurit. Untuk tujuan penggunaan sebagai vektor pada uji penularan digunakan rayap yang diwarnai dengan Nile blue A 0,05 dan diinokulasi dengan LC 95 masing-masing spesies cendawan terseleksi. Uji penularan terhadap C. curvignathus Untuk rayap tanah C. curvignathus digunakan proporsi vektor 0 dan 10 untuk setiap satuan unit percobaan. Sebagai perlakuan adalah LC 95 spesies cendawan M. brunneum. Rayap vektor kemudian ditempatkan bersama-sama dengan individu rayap sehat di dalam unit percobaan tabung glas Ø 7,5 cm dengan tinggi 10 cm yang telah diberi isi 20 mg tanah dan kayu pinus 2 cm x 1 cm x 1 cm sebagai sumber makanan Falah et al. 2004. Jumlah individu untuk setiap unit percobaan adalah 100 ekor kasta pekerja dan 10 ekor kasta prajurit. Semua unit percobaan dipelihara pada suhu ruangan berkisar antara 26-28 C dan kelembaban relatif 70-95 dengan kondisi gelap. Pengamatan terhadap rayap C. gestroi mortalitas rayap dihitung setiap hari selama 2 minggu dan mortalitas rayap C. curvignathus dihitung di akhir percobaan setelah 2 minggu. Rayap mati diinkubasikan pada suhu 24 C dan kelembaban relatif 95 selama 5- 7 hari. Rayap mati yang telah dikolonisasi oleh cendawan di amati dibawah mikroskop untuk memastikan rayap terkolonisasi oleh cendawan sesuai perlakuan. Uji Penurunan Berat Contoh Uji Pengujian terhadap penurunan berat contoh uji kayu yang diumpankan terhadap rayap, dilakukan bersamaan dengan perlakuan uji penularan terhadap rayap C. curvignathus. Pengukuran dilakukan terhadap penurunan berat contoh uji BKT akibat serangan rayap. Untuk menghitung penurunan berat akibat serangan rayap pada contoh uji digunakan rumus: W = W 1 – W X 100 W 1 dimana: W = penurunan berat akibat serangan rayap W = berat contoh uji BKT sebelum pengujian gr W 1 = berat contoh uji BKT sesudah pengujian gr BKT = berat kering tanur Analisis Data Data mortalitas yang diperoleh pada perlakuan penularan di dalam koloni rayap C. gestroi dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial dengan dua faktor faktor I spesies cendawan entomopatogen yang terdiri dari 4 spesies: M. anisopliae, M. brunneum, B. bassiana dan F. oxysporum dan faktor ke II penggunaan proporsi vektor dengan 6 level: 10, 20, 30, 40, 50 dan kontrol. Untuk pengujian terhadap rayap C. curvignathus dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor proporsi vektor: 10 dan kontrol dengan uji ragam ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test DNMRT. Untuk mengetahui korelasi antara mortalitas dengan berbagai proporsi vektor yang diinokulasi dengan masing-masing spesies cendawan digunakan analisis regresi Mattjik Sumertajaya, 2000. Hasil dan Pembahasan Penularan Cendawan Entomopatogen Antar Individu di Dalam Suatu Koloni Rayap Tanah Coptotermes gestroi Wasmann. Laju mortalitas rayap C. gestroi pada perlakuan berbagai proporsi vektor yang diperlakukan dengan 4 spesies cendawan entomopatogen M. anisopliae, M. brunneum, B. bassiana dan F. oxysporum sampai dengan hari ke 15 disajikan melalui Gambar 6.1. Pada perlakuan semua jenis cendawan, mortalitas meningkat seiring dengan meningkatnya persentase vektor dan lamanya waktu aplikasi. Perlakuan proporsi vektor 50, 40, 30, 20 dan 10 dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi kecuali pada jenis F. oxysporum. Di antara cendawan entomopatogen yang telah dimanfaatkan untuk mengendalikan rayap Coptotermes spp., Reticulitermes flavipes dan Odontotermes spp. adalah: M. anisopliae dan B. bassiana. Kedua spesies cendawan ini telah diuji keefektifannya oleh Zoberi 1995 dalam Bayon et al. 2000. Penelitiannya yaitu pemindahan rayap kasta pekerja yang terkontaminasi cendawan ke rayap yang sehat di dalam cawan petri; rayap kasta pekerja disajikan sebagai vektor penyakit. Dengan cara ini rayap yang sehat mati setelah 8 hari. Pada penelitian ini, mortalitas dihitung dari semua individu di dalam koloni atau unit percobaan, yaitu individu yang diinokulasi awal vektor dan yang tidak diinokulasi rayap sehat. Semua vektor mati dalam waktu 5 hari setelah inokulasi dengan M. anisopliae, M. brunneum dan F. oxysporum. Rayap yang diinokulasi dengan spesies B. bassiana hanya menyebabkan mortalitas 97,5, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan spesies lainnya; hal ini diduga sebagai akibat kontak langsung dengan suspensi spesies cendawan entomopatogen. Pada perlakuan proporsi vektor, di akhir penelitian setelah 15 hari mortalitas individu sehat yang terkontaminasi lebih dari 78,7 kecuali pada perlakuan dengan F. oxysporum dengan proporsi 20 dan 10 hanya menyebabkan mortalitas kurang dari 45. Metarhizium brunneum 20 40 60 80 100 2 4 6 8 10 12 14 Waktu hari M o rt al it as 10 20 30 40 50 Beauveria bassiana 20 40 60 80 100 2 4 6 8 10 12 14 Waktu hari M o rt a li tas 10 20 30 40 50 Fusarium oxysporum 20 40 60 80 100 2 4 6 8 10 12 14 Waktu hari M o rt a lit a s 10 20 30 40 50 Gambar 6.1. Laju mortalitas rayap tanah

C. gestroi hari yang diperlakukan dengan beberapa spesies cendawan entomopatogen dengan