Bentuk Regulasi Pengelolaan Sampah di Kota Semarang

Dalam operasi dan pemeliharaaan, khususnya prasarana yang dipakai bersama, masyarakat menginginkan suatu bentuk pengelolaan yang terorganisir dalam kepengurusan. Dalam organisasi ini membentuk suatu aturan, norma, kaidah yang disepakati bersama sehingga mampu mengikat anggotanya untuk patuh dalam melaksanakan tugas operasi dan pemeliharaan prasarana. Kemampuan prasarana dalam pemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh terhadap tingkatan peran serta masyarakat. Apabila seluruh warga merasakan manfaatnya maka dengan sendirinya akan timbul kesadaran yang sifatnya sukarela. Kesadaran keberlanjutan terhadap prasarana akan dipahami lebih mudah oleh masyarakat bila kinerja prasarana yang dimiliki oleh masyarakat berjalan dengan baik dan kontinu. Dalam meningkatkan peran serta masyarakat diperlukan perubahan perilaku dengan pemahaman terhadap kondisi masyarakat setempat dengan mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam masyarakat karena hal ini dapat membangun kepercayaan sehingga mempermudah implementasi program. Pemahaman tersebut berkaitan dengan kondisi internal masyarakat meliputi,, lamanya tinggal dan status hunian. Dengan memahami kondisi masyarakat akan dapat diketahui kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dalam melaksanakan perilaku yang berkelanjutan diperlukan komitmen untuk menunjang keberhasilan program yang dilaksanakan dengan kemitraan yang terjalin antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

2.7 Bentuk Regulasi Pengelolaan Sampah di Kota Semarang

2.7.1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 Undang-undang Dasar yang berbunyi: “Bumi air dan kekayaan yang terkandung didalamnya digunakan untuk sebesar-besar kemalmuran rakyat”. yang mengacu pada asas-asas tentang hak dasar atas lingkungan yang baik dan sehat. 2.7.2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah yaitu terdapat dalam Pasal 28 yang berbunyi: Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah danatau pemerintah daerah”. 2.7.3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. yaitu terdapat dalam Pasal 70 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yang berbunyi Ayat 1 Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Ayat 2 Peran masyarakat dapat berupa: a. Pengawasan sosial; b. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; danatau c. Penyampaian informasi danatau laporan Ayat 3 Peran masyarakat dilakukan untuk: a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; dan e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2.7.4. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah 2.7.5. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. 2.7.6. Pasal 6 Perda Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Ayat 1: “Kebijakan pengendalian lingkungan hidup disusun dan dilaksanakan secara terpadu dan konsisten serta dilandasi dengan komitmen tinggi”. 2.7.7. Peraturan Daerah Kotamdya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. 2.7.8. Keputusan Walikota Semarang Nomor 660.2 33 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kebersihan di Wilayah Kota Semarang.

2.8 Bentuk Peran Serta Masyarakat