Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Domestik Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BINJAI

KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

Oleh

HELMINAWATY 097024056/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BINJAI

KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh HELMINAWATY

097024056/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI Nama Mahasiswa : Helminawaty

Nomor Pokok : 097024056

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Husni Thamrin, S.Sos, MSP Ketua

) Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 18 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Anggota : 1. Husni Thamrin, S.Sos, MSP

2. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si 3. Drs. Irfan, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BINJAI

KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2011 Penulis,


(6)

A B S T R A K

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat menganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus Taroyamane maka penulis mengambil sampel berjumlah 99 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling, yakni menentukan sendiri sampel secara acak yang dianggap memiliki potensi untuk memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi kelapangan dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan tabulasi untuk mengetahui pola dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai dan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai. Dalam menguji ada atau tidak pengaruh variabel tingkat partisipasi dengan variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lamanya tinggal dan status kepemilikan rumah digunakan uji Kuadrat Chi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan di Kelurahan Binjai bervariasi yaitu sampah dari tiap warga dikumpulkan kemudian petugas yang ditunjuk oleh RT mengumpulkan dan mengangkut sampah dengan menggunakan gerobak sampai ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) kemudian diangkut dan dibuang ke TPA(Tempat Pembuangan Akhir) oleh petugas dari Dinas Kebersihan dengan menggunakan truk, Sampah dikumpulkan oleh masyarakat dengan memilah sampah, sampah organik dipisahkan dengan anorganik, sampah dapur diberikan untuk pakanan ternak dan dibuat menjadi kompos sedangkan sampah botol kaca dan botol plastik dijual kepada tukang butut, Sampah yang dikumpul dengan menggunakan plastik langsung dibuang ke sungai, dipinggir jalan atau dilahan kosong, Sampah yang terkumpul langsung dibakar di depan atau di belakang rumah dan Sampah yang dikumpulkan masyarakat dengan menggunakan plastik atau karung plastik dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Bentuk partisipasi yang telah dilaksanakan di Kelurahan Binjai ada 2 bentuk yaitu partisipasi yang nyata dan partisipasi yang tidak nyata. Partisipasi yang nyata seperti partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, sedangkan partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi Partisipasi buah pikiran, Partisipasi sosial, Partisipasi proses pengambilan keputusan dan Partisipasi refresentatif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Binjai dalam pengelolaan sampah domestik adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, lamanya tinggal, dan status kepemilikan rumah, sedangkan usia dan tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat.


(7)

A B S T R A C T

Population growth, changing consumption patterns and lifestyles of people has increased the amount of waste generation, types, and diversity characteristics of the waste. The increasing volume of waste requiring management. Waste management that does not use the methods and techniques that are environmentally friendly waste management in addition will be a negative impact on health will also be very disturbing both environmental preservation of the residential environment, forests, rice fields, rivers and oceans.

Based on calculations from the formula Taroyamane the authors took samples amounted to 99 people with simple random sampling sampling, ie, determine its own random samples that are considered to have potential to provide the necessary data in this study. Data is collected by interview, observation and documentation study spaciousness. Data were analyzed by tabulation to determine the pattern and form of community participation in the implementation of domestic waste management in the Village Binjai and to know what are the factors that influence the level of community participation towards the implementation of domestic waste management in the Village of Binjai. In testing whether or not the influence of variable levels of participation with variables age, gender, education, income, length of residence and home ownership status used Chi Square test.

The results showed that the pattern of waste management has been implemented in the Village of Binjai varies from every citizen is garbage collected and then the officer appointed by RT collecting and transporting waste by using a cart up to the polls (Disposal meantime) and then transported and disposed of to landfill (Disposal end) by officers from the sanitation department by using trucks, garbage is collected by the society by sorting garbage, organic waste is separated by inorganic, kitchen waste is given to pakanan livestock and made into compost waste while glass bottles and plastic bottles sold to builders battered, Garbage is collected using the plastic directly discharged into the river, alongside a road or dilahan empty, burned garbage collected directly in front or behind the home and community waste collected by using a plastic or plastic bags dumped directly into the Disposal While (TPS). Forms of participation that have been implemented in the Village of Binjai there are 2 forms of real participation and participation is not real. Real participation as participation money, property participation, staff participation, while participation is not real is the brainchild of participation Participation, Social inclusion, participation and decision-making process refresentatif Participation. Factors that affect the level of community participation Binjai Village in domestic waste management is gender, education level, length of stay, and home ownership status, while age and income levels do not affect the level of community participation.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembanguan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa salawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk melalui Alquran dan hadist sebagai pedoman hidup penulis untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Adapun judul tesis ini adalah “ Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Domestik Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu segala saran dan kritik dari pembacaa guna penyempurnaan tesis ini sangat penulis harapkan.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun material kepada penulis. Untuk membalas semua kebaikan itu izinkan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM &H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Magister Studi Pembangunan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan agar tesis ini dapat menjadi sempurna.

4. Bapak Dr.R.Hamdani, selaku Sekretaris program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Husni Thamrin S.Sos, MSP selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya, dan dengan kesabaran memberikan arahan dan masukan kepada penulis demi terselesainya tesis ini.


(9)

6. Dosen-dosen penguji, Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si dan Bapak Drs. Irfan M.Si atas saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Ayahanda Masran harahap dan Ibunda Nurjannah Sihombing yang tercinta, yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran membesarkan ananda dan memberikan dorongan moril maupun material juga doa dan kasih sayangnya.

8. Bapak Camat Kecamatan Medan Denai, Bapak Lurah Kelurahan Binjai Medan Sumatera Utara, dan Bapak Sulhan Lubis selaku sekretaris kelurahan Binjai yang banyak membantu penulis dalam memberikan data yang penulis perlukan.

9. Terkhusus untuk Sugiyar selaku suami dan ananda Marsha Shifa Azzahra tersayang atas doa dan waktunya yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah ini tepat pada waktunya.

10. Kakanda Masrul Harahap S.P dan Herdawati S.Pd, adinda Arnida Harahap S.E, adinda Anita Harahap A.md dan Dian Wahyudi S.P, adinda Martina Harahap S.P, terima kasih atas perhatian, kasih sayang serta doa yang tulus dan memompakan semangat demi keberhasilan dan kesuksesan penulis.

11. Kepada sahabatku Kakanda Ahmadan Harahap S.Ag dan Risna Dewi S.Sos. MSP serta teman-teman angkatan XVIII yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas perhatian dan dorongan semangat yang kalian berikan selama perkuliahan.

Semoga amal sholeh mereka semua mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT dan kiranya tetap mendapat taufik dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala Akhir kata semoga tesis ini memberikan manfaat kepada kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin

Medan, Nopember 2011 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : HELMINAWATY

Tempat/Tanggal Lahir : Batang Toru/15 Maret 1979

Alamat : Jl. Pelajar Timur Gg Darmo No 27 Medan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Suami : Sugiyar

Anak : Marsha Shifa Azzahra

II. PENDIDIKAN

SD Negeri 142494 Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan Tahun 1985-1991 SMP Negeri I Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan Tahun 1991-1994 SMA Negeri 13 Medan Tahun 1994-1997

S1 Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU Medan Tahun 1997-2001 Program Magister Studi Pembangunan USU Medan Tahun 2009-2011


(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 12

1.3. Tujuan Penelitian... 12

1.4. Manfaat Penelitian... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Program Kebersihan…... 14

2.1.1. Pengetian dan Tujuan Lingkungan Hidup... 14

2.1.2. Teori tentang Lingkungan Hidup... 22

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Lingkungan... 25

2.1.4. Program Kebersihan... 27

2.2. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan…... 30

2.2.1. Pentingnya Partisipasi... 36

2.2.2. Bentuk dan Jenis Partisipasi... 37

2.2.3. Indikator dan karakteristik Partisipasi... 39

2.3. Keberadaan Sampah dan Akibatnya…... 41

2.3.1. Pengertian Sampah... 41

2.4. Dampak Sampah Bagi Manusia dan Lingkungan…... 46

2.4.1. Dampak Sampah bagi Kesehatan... 47

2.4.2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan... 47

2.4.3. Dampak Sampah terhadap Sosial dan Ekonomi... 51

2.5. Sistem Pengelolaan Sampah…... 52

2.6. Model Pengelolaan Sampah…... 54

2.6.1. Model Pengelolaan Sampah di Indonesia... 54

2.7. Minimisasi Sampah…... 61

2.7.1. Penanganan Sampah 3-R... 62

2.7.2. Daur -Ulang dan Pengomposan... 64

2.8. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah... . 65

2.9. Pengertian Pola... 66


(12)

3.1. Jenis Penelitian... 68

3.2. Lokasi Penelitian... 68

3.3. Informan Penelitian... 69

3.4. Populasi dan Sampel... 69

3.5. Defenisi Konsep... 71

3.6. Defenisi Operasional... 74

3.7. Tehnik Pengumpulan Data... 74

3.8. Metode Analisa Data... 76

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN... 78

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Denai... 78

4.2. Kependudukan... 81

4.3. Pendidikan... 85

4.4. Mata Pencaharian ... 86

4.5. Kesehatan Masyarakat... 88

4.6. Sarana Sosial dan Budaya... 89

4.6.1. Kehidupan Keagamaan... 89

4.6.2. Kemasyarakatan... 90

4.7. Gambaran Umum Kelurahan Binjai... 90

4.8. Pembahasan……….. 94

4.8.1. Karakteritik Responden... 94

4.9. Pola Pengelolaan Sampah di Kelurahan Binjai... 104

4.9.1. Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Binjai... 104

4.9.2. Sistem Pengumpulan Sampah di Kelurahan Binjai... 111

4.9.3. Tempat Pembuangan Akhir... 125

4.9.4. Pengelolaan Sampah Melalui 3 R... 133

4.10. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Binjai Dalam Pengelolaan Sampah... 140

4.10.1. Reaksi Terhadap Halaman Kotor... 140

4.10.2. Reaksi Bila Melihat Orang Lain Buang Sampah Sembarangan... 142

4.10.3. Kehadiran Dalam Rapat Kegiatan Kebersihan... 143

4.10.4. Keikutsertaan Dalam Kegiatan Penyuluhan/Bimbingan Tentang Program Kebersihan... 144

4.10.5. Keikutsertaan Dalam Kegiatan Kerja Bakti... 146

4.10.6. Memberikan Masukan Tentang Program Kebersihan Pada Saat Rapat Atau Kerja Bakti... 147

4.10.7. Membersihkan Selokan di Depan rumah/Pinggir Sungai. 148

4.10.8. Membayar Retribusi... 149

4.11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan sampah... 159

BAB V PENUTUP... 171

5.1. Kesimpulan... 171


(13)

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal 1. Upaya Penanganan Sampah Melalui Prinsip 3 R di Sumber

Sampah... 67

2. Luas Wilayah Dirinci Per Kelurahan, Jumlah Lingkungan Kecamatan Medan Denai... 79

3. Banyaknya Lingkungan dan Blok Sensus Di Rinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai... 80

4. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai... 81

5. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Anggota RT di Kecamatan Medan Denai... 83

6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin... 84

7. Jumlah Penduduk Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 dan nama Kepala Lingkungan... 91

8. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 95

9. Distribusi Responden Menurut Usia... 96

10. Distribusi Responden Menurut Pendidikan... 97

11. Distribusi Responden Menurut Suku... 98

12. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan... 99

13. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak dan Jumlah Tanggungan dalam Keluarga... 100

14. Distribusi Responden Menurut Lamanya Tinggal di Kelurahan Binjai.. 101

15. Distribusi Responden Menurut Penghasilan Per/Bulan... 102


(15)

17. Distribusi Responden Menurut Status Kepemilikan Rumah... 104 18. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Tempat Sampah... 114 19. Distribusi Responden Menurut Tempat Sampah Yang Digunakan... 114 20. Distribusi Responden Menurut Jenis Sampah Yang Banyak

Digunakan... 117 21. Distribusi Responden Menurut Ada tidak nya Petugas Kebersihan Yang Mengumpulkan Sampah... 118 22. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pengangkutan Sampah di

Kelurahan Binjai... 120 23. Distribusi Responden menurut Frekuensi Pengangkutan Sampah yang Baik Menurut

Responden ... 122 24. Distribusi Responden Menurut Waktu Pengangkutan Sampah

yang Telah Dilaksanakan... 123 25. Distribusi Responden Menurut Waktu yang Tepat

Dalam Pengangkutan Sampah... 124 26. Pengetahuan Responden Tentang Sistem Pengelolaan Sampah

Dengan Menerapkan Prinsip 3 R... 133 27. Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi dari Beberapa Ahli... 136 28. Bentuk Partisipasi Yang Nyata Yang Telah Dilaksanakan

Di Kelurahan Binjai... 138 29. Bentuk Partisipasi Yang Tidak Nyata Yang Telah Dilaksanakan

Di Kelurahan Binjai... 140 30. Pendapat Responden Tentang Reaksi Terhadapo Halaman

Rumah Bila Kotor... 142 31. Pendapat Responden Tentang Reaksi Melihat Orang

membuang Sampah Sembangan... 143 32. Kehadiran responden Dalam rapat Untuk Kegiatan Kebersihan... 144 33. Keikutsertaan responden Dalam Kegiatan Penyuluhan/Bimbingan


(16)

35. Memberikan Masukan mengenai Program Kebersihan... 148 36. Frekuensi Responden Membersihkan Selokan... 148 37. Frekuensi Responden Membayar Retribusi... 153 38. Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Program

Kebersihan Berdasarkan Indikator 1 sampai 8... 155 39. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Binjai Dalam Pelaksanaan

Pengelolaan Sampah Domestik... 156 40. Pendapat Responden tentang perlunya Diadakan Sosialisasi

tentang Sistem Pengelolaan Sampah Dengan Menerapkan Prinsip 3 R... 157 41. Distribusi Responden Menurut Usia dan Tingkat Partisipasinya

Dalam Pengelolaan Sampah... 161 42. Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Tingkat

partisipasinya Dalam Pengelolaan Sampah... 163 43. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan

Tingkat partisipasinya Dalam Pengelolaan Sampah... 165 44. Distribusi Responden Menurut Penghasilan dan Tingkat

partisipasinya Dalam Pengelolaan Sampah... 166 45. Distribusi Responden Menurut Lamanya Tinggal dan Tingkat

partisipasinya Dalam Pengelolaan Sampah... 168 46. Distribusi Responden Menurut Status Kepemilikan Rumah

dan Tingkat Partisipasinya Dalam Pengelolaan Sampah... 169 47. Hasil Perhitungan X² Hitung Dengan Tingkat Signifikance 0,01... 170


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

1. Sistem Pengelolaan Sampah Kota Medan... 106 2. Pola Pengelolaan Sampah di Kelurahan Binjai... 107 3. Operasional Penanganan Sampah... 108 4. Pola Pengumpulan Sampah Dengan Pola Individual

Langsung... 112 5. Pola Pengumpulan Sampah Dengan Pola Individual


(18)

A B S T R A K

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat menganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus Taroyamane maka penulis mengambil sampel berjumlah 99 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling, yakni menentukan sendiri sampel secara acak yang dianggap memiliki potensi untuk memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi kelapangan dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan tabulasi untuk mengetahui pola dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai dan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai. Dalam menguji ada atau tidak pengaruh variabel tingkat partisipasi dengan variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lamanya tinggal dan status kepemilikan rumah digunakan uji Kuadrat Chi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan di Kelurahan Binjai bervariasi yaitu sampah dari tiap warga dikumpulkan kemudian petugas yang ditunjuk oleh RT mengumpulkan dan mengangkut sampah dengan menggunakan gerobak sampai ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) kemudian diangkut dan dibuang ke TPA(Tempat Pembuangan Akhir) oleh petugas dari Dinas Kebersihan dengan menggunakan truk, Sampah dikumpulkan oleh masyarakat dengan memilah sampah, sampah organik dipisahkan dengan anorganik, sampah dapur diberikan untuk pakanan ternak dan dibuat menjadi kompos sedangkan sampah botol kaca dan botol plastik dijual kepada tukang butut, Sampah yang dikumpul dengan menggunakan plastik langsung dibuang ke sungai, dipinggir jalan atau dilahan kosong, Sampah yang terkumpul langsung dibakar di depan atau di belakang rumah dan Sampah yang dikumpulkan masyarakat dengan menggunakan plastik atau karung plastik dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Bentuk partisipasi yang telah dilaksanakan di Kelurahan Binjai ada 2 bentuk yaitu partisipasi yang nyata dan partisipasi yang tidak nyata. Partisipasi yang nyata seperti partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, sedangkan partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi Partisipasi buah pikiran, Partisipasi sosial, Partisipasi proses pengambilan keputusan dan Partisipasi refresentatif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Binjai dalam pengelolaan sampah domestik adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, lamanya tinggal, dan status kepemilikan rumah, sedangkan usia dan tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat.


(19)

A B S T R A C T

Population growth, changing consumption patterns and lifestyles of people has increased the amount of waste generation, types, and diversity characteristics of the waste. The increasing volume of waste requiring management. Waste management that does not use the methods and techniques that are environmentally friendly waste management in addition will be a negative impact on health will also be very disturbing both environmental preservation of the residential environment, forests, rice fields, rivers and oceans.

Based on calculations from the formula Taroyamane the authors took samples amounted to 99 people with simple random sampling sampling, ie, determine its own random samples that are considered to have potential to provide the necessary data in this study. Data is collected by interview, observation and documentation study spaciousness. Data were analyzed by tabulation to determine the pattern and form of community participation in the implementation of domestic waste management in the Village Binjai and to know what are the factors that influence the level of community participation towards the implementation of domestic waste management in the Village of Binjai. In testing whether or not the influence of variable levels of participation with variables age, gender, education, income, length of residence and home ownership status used Chi Square test.

The results showed that the pattern of waste management has been implemented in the Village of Binjai varies from every citizen is garbage collected and then the officer appointed by RT collecting and transporting waste by using a cart up to the polls (Disposal meantime) and then transported and disposed of to landfill (Disposal end) by officers from the sanitation department by using trucks, garbage is collected by the society by sorting garbage, organic waste is separated by inorganic, kitchen waste is given to pakanan livestock and made into compost waste while glass bottles and plastic bottles sold to builders battered, Garbage is collected using the plastic directly discharged into the river, alongside a road or dilahan empty, burned garbage collected directly in front or behind the home and community waste collected by using a plastic or plastic bags dumped directly into the Disposal While (TPS). Forms of participation that have been implemented in the Village of Binjai there are 2 forms of real participation and participation is not real. Real participation as participation money, property participation, staff participation, while participation is not real is the brainchild of participation Participation, Social inclusion, participation and decision-making process refresentatif Participation. Factors that affect the level of community participation Binjai Village in domestic waste management is gender, education level, length of stay, and home ownership status, while age and income levels do not affect the level of community participation.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan yang tinggi, meskipun beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota lainnya telah membangun sistem yang ketat dalam kaitannya dengan pertumbuhan penduduk perkotaan di wilayah masing-masing. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan pertumbuhan wilayah, akan mengakibatkan terjadinya kepadatan penduduk. Dimana tingkat pertumbuhan penduduk dapat menambah beban berat bagi kota dalam rangka persiapan infrastruktur baru seperti pendidikan, kesehatan serta pelayanan-pelayanan perkotaan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang mengiringinya.

Bersamaan dengan kenaikan jumlah penduduk, pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan dan pengaruh pola hidup konsumtif telah mendorong kita untuk mengikuti pola hidup foya-foya. Pola hidup ini mempunyai dua dampak terhadap lingkungan hidup pertama; pola hidup ini membutuhkan dana yang semakin besar. Untuk mendapatkan dana itu eksploitasi sumber daya kita makin meningkat misalnya pada hutan dan aliran sungai kita. Kedua; tingkat konsumsi meningkat, mulai dari makanan dan kemasannya. Limbah yang kita hasilkan per orang semakin besar. Padahal jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu, pendapatan kita untuk menangani sampah masih terbatas. Akibatnya, di kota-kota besar di Indonesia banyak sampah yang bertumpuk dan berserakan.


(21)

menunjukkan bahwa permasalahan sampah ini tidak bisa dianggap main-main. Apalagi bila dihubungkan dengan kehidupan kota besar, maka permasalahan sampah ini akan menjadi sangat urgent untuk dipecahkan. Hal ini terjadi karena pengelolaan sampah tidak diatur dan direncanakan dengan baik.

Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial perekonomian suatu kota, kompleksitas permasalahan sampah pun akan meningkat. Seperti meningkatnya produksi sampah dari tahun ke tahun, menurunnya kualitas lingkungan perkotaan karena penanganan sampah yang kurang memadai, kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan yang terus meningkat tanpa diimbangi dengan penerimaan retribusi yang memadai, kesulitan mendapatkan lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir), teknis pengoperasian prasarana dan sarana persampahan yang juga tidak memadai dan lain-lain.

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatife terhadap kesehatan juga akan sangat menganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini pengelolaan sampah


(22)

sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia dan industrialisasi, yang kemudian berdampak pada permasalahan lingkungan perkotaan seperti keindahan kota, kesehatan masyarakat, dan lebih jauh lagi terjadinya bencana (ledakan gas metan, tanah longsor, pencemaran udara akibat pembakaran terbuka dan lain sebagainya)

Disisi lain, pengelolaan sampah yang diselenggerakan oleh dinas terkait hanya berfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pengolahan tertentu. Hampir semua pemerintah daerah di Indonesia, masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut sudah saatnya pemerintah daerah mau merubah pola pikir yang bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan yaitu dengan meminimasi sampah serta maksimasi kegiatan daur ulang dan pengomposan disertai dengan TPA yang ramah lingkungan.

Paradigma baru yang diharapkan dapat mulai dilaksanakan adalah dari orientasi pembuangan sampah ke orientasi daur ulang dan pengomposan. Melalui paradigma baru ini pengelolaan sampah tidak lagi merupakan satu rangkaian yang hanya berakhir di TPA, tetapi lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Berdasarkan perhitungan Direktorat Bintek-Dept.PU (1999), bila konsep pengelolaan sampah terpadu dengan strategi 3-M (mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur-ulang) dilaksanakan, maka sampah yang akan masuk ke TPA berupa residu hanya 15 %. Sampah yang dikomposkan 40%, didaur ulang 20 % dan dibakar 25 % (Hadiwijoyo; 1983)


(23)

Sampah merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat dalam lingkungan. Sumber, bentuk jenis dan komposisnya sangat dipengaruhi oleh tingkat budaya masyarakat dan kondisi alamnya, makin maju tingkat kebudayaan masyarakat makin kompleks pula sumber dan macam sampah yang ditemui.

Peningkatan timbulan sampah dan semakin tingginya komposisi anorganik sampah serta menurunnya efisiensi TPA menyebabkan perlunya suatu konsep untuk mengurangi timbulan sampah yang terangkut ke TPA. Besarnya potensi sampah yang bisa didaur ulang ditentukan oleh timbulan sampah, komposisi sampah dan karakteristik sampah. Besarnya timbulan sampah ditentukan oleh status ekonomi penduduk tersebut. Semakin tinggi status ekonomi suatu penduduk maka semakin besar pula timbulan sampahnya.

Sampah merupakan masalah perkotaan hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Di Kota Medan persoalannya lebih kompleks lantaran tidak ada intervensi dari pengambil kebijakan saat ini. Jika dibiarkan terus bakal muncul “gunung sampah”di pusat kota. Selama ini tender proyek-proyek di seluruh dinas teknis maupun perusahaan daerah di Pemerintah Kota (Pemko) Medan belum berjalan, termasuk di Dinas Kebersihan Medan. Hal ini menyebabkan Kota Medan semakin tampak lebih kotor atau jorok. Sampah-sampah di permukiman tidak terangkut dan akhirnya menyumbat drainase di saat turun hujan. Misalnya Berkaitan dengan permasalahan aktual yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia, maka pengelolaan sampah menjadi bagian penting dari upaya menciptakan iklim kota yang kondusif. Seperti hal-nya kota-kota besar di Indonesia, Medan pun tidak lepas dari masalah klasik yang berkaitan dengan sampah. Besarnya jumlah penduduk, keterbatasan fungsi lahan dan tingginya tingkat konsumsi mengakibatkan bertumpuknya sampah diberbagai sudut kota.


(24)

di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai,masalah ini seakan tidak pernah berujung.

Permasalahan sampah di Medan diprediksi akan makin sulit diatasi, mengingat dua TPA yang ada yakni Namo Bintang dan Terjun sudah mendekati maksimal. Bahkan untuk TPA Terjun hanya akan bertahan paling lama dua tahun lagi. Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan Pardamean Siregar, pihaknya telah menjadikan TPA terpadu sebagai solusi sampah kota.

Data Dinas Kebersihan menunjukkan selama tahun 2009-2010 Medan rata-rata membuang 1546,9 ton sampah perhari dan hanya 81,45 persen yang diangkut ke TPA, sisanya ada yang dibakar, dibuang ke sungai dan sedikit persentase di re-use. Selama ini sistem pembuangan sampah di Medan memang berkiblat pada sistem open dumping. Sebuah sistem pembuangan sampah yang dilakukan dilahan terbuka. Truk yang mengangkut sampah dari seluruh penjuru kota ditimbang untuk mengetahui volume sampah, kemudian sampah yang masuk ke TPA diratakan dengan alat berat supaya tidak menggunung. Tidak heran jika, kedua TPA saat ini, TPA Namobintang seluas 17 Ha dan TPA Terjun seluas 14 Ha cepat penuh.(Harian Tribun, senin 11 April 2011)

Peningkatan volume sampah disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Penduduk yang besar menghasilkan sampah yang besar pula. Salah satu bentuk sampah adalah sampah domestik. Jumlah produksi sampah domestik menduduki kuantitas tertinggi Growth Centre Wilayah I Sumut-NAD tahun 2010 juga menjelaskan bahwa di Tempat pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang dan Desa Terjun menunjukkan sumber sampah berasal dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan di kota medan. Komposisi sampah terdiri dari 70,69 persen bahan organik dan 29,31 persen bahan anorganik.


(25)

dibandingkan sampah-sampah non domestik yaitu berkisar antara 60-80 %. Bertambahnya sampah domestik sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik dan pertambahan penduduk yang cepat, namun tidak diikuti oleh peningkatan sarana dan prasarana yang memadai. Akibat dari pencemaran sampah dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, misalnya terjangkitnya penyakit menular, cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, serta berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Pengaruh akibat proses pembusukan sampah dan pembakaran sampah juga akan mempengaruhi kerusakan air tanah, tanah, dan udara.

Penanganan sampah harusnya dilakukan dengan pengumpulan sampah dari sumber-sumbernya, dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat umum yang dikumpulkan di TPS yang telah disediakan. Selanjutnya diangkut dengan truk yang telah dilengkapi jaring ke TPA. Bagi daerah-daerah yang belum mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan prasarana yang terbatas dilakukan pengelolaan sampah secara swakelola dengan beberapa jenis bantuan fasilitas pengangkutan.

Namun tidak demikian di Kecamatan Medan Denai khususnya di Kelurahan Binjai. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke badan sungai, ke parit, dibadan jalan, dilahan kosong sampai sekarang masih banyak terjadi. Harapan masyarakat membuang sampah ke sungai atau parit, sampah itu akan hanyut, karena konsep mereka bahwa badan sungai itu masih tempat pembuangan sampah. Mereka lupa bahwa jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan jumlah sampah semakin menumpuk dari hari ke hari, telah menyebabkan pencemaran badan-badan air semakin hari semakin bertambah. Padahal sungai merupakan urat nadi masyarakat perkotaan. Karena sumber air untuk penduduk seperti PAM


(26)

pada umumnya berasal dari sungai. Pembuangan sampah ke parit akan menyebabkan parit itu buntu, sehingga bila hujan turun, akan menyebabkan paret itu penuh dan air tidak mengalir sebagaimana mestinya, sehingga menimbulkan banjir. Selain itu sampah yang tidak terkumpul kemudian dibakar, sehingga dapat menimbulkan polusi udara.

Di Kelurahan Binjai khususnya di lingkungan XVI,XVII,dan XVIII, sudah menjadi kebiasaan masyarakat membuang sampah ke badan sungai, parit, bahkan dibadan jalan, membakar sampah ditempat umum yang sering menganggu masyarakat karena terjadi pencemaran udara. Hal ini terjadi karena tidak ada sarana atau prasarana yang tersedia dari pemerintah untuk pembuangan sampah. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah sementara, petugas kebersihan yang mengangkut sampah rumah tangga di lingkungan tidak sepenuhnya mengangkut sampah masyarakat. Hanya segelintir orang saja yang diangkut sampahnya sehingga masyarakat membuang sampahnya sendiri ke badan sungai, badan jalan, ke lahan kosong, paret atau membakarnya di tempat yang padat penduduk.

Di tempat-tempat tertentu, khususnya disetiap pemukiman padat penduduk, hampir selalu ditemukan tumpukan sampah. Baik itu dilingkungan tempat tinggal masyarakat maupun di lahan-lahan kosong. Kondisi ini dapat kita temukan di Kecamatan medan Denai kelurahan Medan binjai. Tumpukan sampah yang berserakan di pemukiman warga dan dilahan-lahan kosong banyak di temui, sehingga menjadi pemandangan yang kurang menyenangkan. Bahkan pada waktu-waktu tertentu tumpukan sampah dibiarkan berserakan dibadan jalan sehingga banyak pengguna jalan merasa terganggu dengan kondisi jalan yang kotor, bau dan becek

Produsen utama sampah adalah masyarakat, sehingga masyarakat harus bertanggungjawab terhadap sampah yang mereka produksi. Konsep penanganan sampah


(27)

yang baik adalah penanganan sampah yang dimulai disumbernya. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk mengelola sampahnya. Sumber sampah yang berasal dari masyarakat, sebaiknya dikelola oleh masyarakat yang bersangkutan agar mereka bertanggungjawab terhadap sampahnya sendiri.

Pada setiap kepala rumah tangga harusnya mempunyai kesadaran akan lingkungan sehingga dapat melakukan pemilahan atau pemisahan sampah dirumahnya. Sampah basah dan sampah kering dipisahkan masing-masing dengan tempat yang berbeda. Sampah plastik dipisahkan dalam kantong plastik yang nantinya akan dibakar. Tempat pembakaran harus jauh dari tempat pemukiman warga sehingga tidak terjadi pencemaran udara. Sampah basah atau kering dapat dipilah-pilah lagi kalau diperlukan untuk pembuatan pupuk atau kompos. Sampah yang tidak bisa diolah dirumah dibuang ke TPS. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat dalam hal pengelolaan sampah dirumah maka lingkungan akan terjaga kelestariannya, sampah tidak berserak dimana-mana, dan tidak akan terjadi kepenuhan sampah di TPA seperti yang dialami ke dua TPA di Medan.

Pada hakekatnya permasalahan dalam mengelola sampah bukan hanya menjadi tanggungjawab satu pihak, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak. Salah satu faktor penentu keberhasilan upaya pengelolaan sampah perkotaan menuju kota Medan bersih dan berwawasan lingkungan sesuai dengan visi Dinas Kebersihan Kota Medan adalah keterlibatan/partisipasi masyarakat setempat. Sebab, masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah. Untuk itu, masyarakat pulalah yang harus berperan untuk menjalankan fungsi tertentu dalam konteks manajemen persampahan. Dalam hal ini, salah


(28)

satu peran penting yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah sejak dari sumbernya.

Para pemulung dapat dengan mudah mengambil sampah non-organiknya, sementara para pembuat pupuk kompos sampah juga dengan mudah mengambil sampah organiknya. Dengan demikian, tumpukan sampah di TPA segera berkurang. Bahkan sangat mungkin bahwa sampah yang sudah terpisah tidak perlu dibawa lagi ke TPA, karena sudah di TPS masyarakat baik itu pemulung maupun pembuat kompos telah memanfaatkan sampah tersebut.

Selama ini yang menyebabkan TPA menumpuk adalah tercampurnya sampah organik dan non-organik. Untuk pemisahannya akan diperlukan biaya yang tinggi serta waktu yang lama. Hal inilah yang menyebabkan beberapa permasalahan, seperti pencemaran lingkungan di sekitar TPA, tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pengeomposan. Disisi lain harus diakui bahwa kunci persoalan sampah terletak pada persepsi dan perilaku masyarakat yang masih salah tentang sampah. Persepsi tersebut antara lain: (a) sampah adalah urusan pemerintah melalui Dinas Kebersihan Kota, (b) sampah dapat dibuang dimana saja, entah itu dijalan, disungai dan sebagainya, (c) masyarakat tidak mengetahui bahaya sampah dan akibat yang ditimbulkannya.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (Ndraha;1970) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu : (a) partisipasi pada tahap perencanaan, (b) partisipasi pada tahap pelaksanaan, (c) partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan dan (d) partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring.


(29)

Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung antara lain : kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks.

Adapun alasan saya memilih di kecamatan Medan Denai, Kelurahan Binjai karena daerah ini dianggap representative untuk menjadi lahan penelitian. Selain itu di daerah ini masih banyak masyarakat yang mempunyai kebiasaaan membuang sampah ke sungai, ke paret, badan jalan, dan lahan kosong, Sehingga banyak terdapat tumpukan-tumpukan sampah yang tentunya dapat menganggu kesehatan masyarakat. Tumpukan sampah yang menggunung di lahan kosong telah menyebar bau busuk yang sangat menganggu masyarakat sekitar. Jauhnya tempat pembuangan sampah sementara membuat warga membuang sampahnya sembarangan ditambah lagi petugas kebersihan yang tidak mengutip sampah setiap rumah tangga. Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam hal pengelolaan sampah menjadi penyebab menumpuknya sampah dilahan kosong.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pola dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik di Kelurahan binjai?


(30)

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai?

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis, untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya khasanah pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan dibidang disiplin ilmu studi pembangunan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, saran, dan rekomendasi kepada perusahaan, pemerintah, dan kelompok kepentingan lainnya tentang bagaimana menerapkan program pengelolaan sampah yang baik dan benar. 3. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi stakeholders, khususnya masyarakat

untuk memilih dan mengajukan program pengelolaan sampah yang cocok untuk mereka.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Program Kebersihan 2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Gerakan lingkungan hidup di Indonesia telah dimulai pada tahun 1960-an. Sebuah tonggak sejarah gerakan ini ialah diselenggerakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjadjaran dalam bulan Mei 1972, sebulan sebelum Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stokholm. Tonggak sejarah lain adalah diangkatnya seorang Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1987.

Dengan pengangkatan ini Lingkungan Hidup merupakan bagian resmi kebijakan pemerintah. Dengan masuknya lingkungan hidup sebagai bagian kebijakan pemerintah pembangunan ekonomi diisyaratkan untuk berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk menghasilkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan berkesinambungan yang tidak mengalami keambrukan karena rusaknya lingkungan hidup. Pembangunan telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan luas yang mengancam berlanjutnya pembangunan. Kerusakan lingkungan hidup dan dampaknya yang parah menunjukkan bahwa sistem pengelolaan lingkungan hidup kita telah gagal membuat pembangunan kita berwawasan lingkungan.

Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah


(32)

sekitarnya. Menurut ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaannya. Dalam Ensiklopedia Indonesia(1983) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar suatu organisme meliputi :

(1) Lingkungan mati (abiotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfir dan lainnya.

(2) Lingkungan hidup (biotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

Menurut Undang – Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan lingkungan hidup dan Undang-Undang RI No 23 tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Pada penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Oleh sebab itu keberadaan lingkungan hidup harus turut dipertimbangkan dalam setiap pengelolaan suatu kegiatan manusia termasuk pengelolaan sampah pemukiman, karena lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada perwujudan atau tempat dimana terdapat kepentingan manusia di dalamnya (Soerjadi;1988).

Masih menurut Soerjadi (1988) bahwa lingkungan hidup manusia terdiri dari lingkungan alam, sosial dan lingkungan buatan mempunyai hubungan saling mempengaruhi.


(33)

Lingkungan hidup manusi terdiri atas lingkungan hidup sosial yang menentukan seberapa jauh lingkugan hidup alam mengalami perubahan drastis menjadi lingkungan hidup buatan.

Dalam upaya meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan upaya untuk mengadakan koreksi terhadap lingkungan dengan memodifikasi lingkungan, agar pengaruh merugikan dapat dijauhkan dan dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan pengaturan lingkungan, sehingga bahaya lingkungan dapat dihindarkan dan keserasian serta keindahan dapat terpelihara.

Lebih tegasnya Soerjadi (1988), menyatakan ada tiga upaya yang harus dijalankan secara seimbang yaitu upaya teknologi, upaya tingkah laku atau sikap dan upaya untuk memahami dan menerima koreksi alami yang terjadi karena dampak interaksi manusia dan lingkungannya.

Chiras (Neolaka;1991) menyatakan bahwa lingkungan menunjukkan keluasan segala sesuatu meliputi air, binatang, dan mikro organisme yang mendiami tanah itu. Jadi lingkungan termasuk segala komponen yang hidup dan tidak hidup, interaksi antar sesama komponen. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Dari pengertian lingkungan yang sama yaitu perlu disadari bahwa ternyata pengelolaan lingkungan oleh manusia sampai saat ini tidak sesuai dengan etika lingkungan yaitu manusia bersikap superior terhadap alam. Manusia beranggapan bahwa dirinya bukan bagian dari alam semesta sehingga dia boleh bebas mengelolanya bahkan dapat merusak lingkungan hidupnya.


(34)

Antar manusia dengan lingkungan hidupnya selalu terjadi interaksi timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan hidupnya dan manusia dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Laporan Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggerakan oleh Universitas Padjadjaran pada bulan Mei 1972 menyatakan “ Hanya dengan lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal”. Sepanjang masa lingkungan hidup memegang peranan penting dalam kebudayaan manusia, mulai dari manusia primitif sampai pada yang modern.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal 1 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1997). Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 3 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggerakan dengan asas tanggungjawab, asas keberlanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Dan yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan hidup ini adalah (Pasal 4 UUPLH No. 23 Tahun 1997) :

1. Tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara manuisa dengan lingkungan hidupnya.

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan 4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.


(35)

6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan diluar wilayah Negara yang menyeabkan pencemaran dan/atau perusak lingkungan hidup. (dalam Neolaka,2008;113)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah merancang tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup yaitu : (tahun 2004-2009)

1. Mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup dengan :

a. Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, atmosfir, laut dan tanah.

b. Penurunan laju kerusakan lingkungan hidup yang meliputi sumber daya air, hutan dan lahan, keanekaragaman hayati, energi dan atmosfir, serta ekosistem pesisir laut.

c. Terintegrasinya dan diterapkannya pertimbangan pelestarian fungsi lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pengawasan pemanfaatan ruang dan lingkungan.

2. Meningkatnya kepatuhan para pelaku pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi lingkungan hidup.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dibidang pengelolaan lingkungan hidup. Dengan terwujudnya pengarusutamaan prinsip tata pemerintahan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dipusat dan daerah ( Zoer`aini,2009;25)

Visi pengelolaan lingkungan agar terwujudnya perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup yang diselenggerakan dengan asas tanggungjawab Negara, asas berlanjutan, asas manfaat diselenggerakan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup melalui penerapan prinsip-prinsip good environmental governance, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ada beberapa misi yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan visi pengelolaan lingkungan hidup yaitu, :

(1) Mewujudkan kebijakan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.

(2) Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepantingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan.


(36)

(3) Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran SDA dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup (Zoer`aini, 2009;26)

Agar tujuan pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat dicapai, maka perangkat hukum positif telah memberikan pengakuan adanya hak dan kewajiban yang dipunyai baik individu-individu, warga masyarakat atau kelompok social tertentu seperti ditetapkan dalam pasal 5 UUPLH No. 23/1997. Dengan demikian berarti bahwa pasal 5 ini dapat ditafsirkan bahwa setiap manuisa tanpa kecuali berhak untuk menikmati/memanfaatkan lingkungan hidup, manusia juga mempunyai kewajiban untuk memelihara, mencegah, dan menanggulangi, sesuatu akibat dan penggunaan hak atas lingkungan hidupnya.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup atau untuk mendapatkan mutu lingkungan yang baik, dilakukan upaya memperbesar manfaat lingkungan dan memperkecil resiko lingkungan, agar pengaruh yang merugikan dapat dijauhkan sehingga kawasan lingkungan hidup dapat terpelihara.

Sujatmoko (1983) mengatakan bahwa Indonesia menghadapi 2 macam masalah mengenai lingkungan hidup, yaitu pertama kemelaratan dan kepadatan penduduk. Masalah yang kedua adalah pengrusakan dan pengotoran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh proses pembangunan. Pembangunan erat kaitanya dengan lingkungan hidup, dimana pembangunan itu membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Menurut Hardjasumantri (2002) bahwa pembangunan dapar berjalan, tanpa menganggu lingkungan hidup. Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah, dibutuhkan swadaya masyarakat banyak untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.


(37)

Selain dengan proses pembangunan, manusia dapat bertindak sebagai subjek pembangunan yaitu sebagai pengelola, pencemar maupun perusak lingkungan, tetapi juga manusia dapat juga sebagai objek pembangunan yaitu menjadi korban pencemaran aiar, udara dan lain-lain. Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya dalam bentuk pencemaran fisik, tetapi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sosial.

Oleh karenanya setiap pengelolaan terhadap lingkungan hidup harus pula dilakukan secara sadar dan terencana. Hubungan keserasian antara arah pembangunan kelestarian lingkungan hidup perlu diusahakan dengan memperhatikan kebutuhan manusia, seperti lapangan kerja, pangan, sandang, dan pemukiman, kesehatan dan pendidikan (Emil Salim;1991).

Dari gambaran diatas dapat diketahui kunci permasalahan lingkungan adalah manusia. Jadi manusia dengan lingkungannya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Karena kedua hubungan tersebut saling pengaruh dan mempengaruhi (Natsir;1986). Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungan. Manusia yang mampu memelihara lingkungan dengan baik adalah manusia yang mampu mempergunakan alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan materinya secara wajar, sehingga kualitas lingkungan dapat dijaga dan ditingkatkan sekaligus memberikan manfaat kepada manusia.

Berdasarkan pengertian pengelolaan lingkungan hidup yang telah diutarakan diatas, maka pengelolaan sampah domestik pun harus dikaitkan dengan upaya memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Artinya pengelolaan sampah hendaknya merupakan upaya dalam pendayagunaan, pengawasan, dan pengendalian sampah, serta pemulihan lingkungan akibat pencemaran sampah.


(38)

Atas dasar adanya interaksi antara lingkungan sosial dan lingkungan buatan dan dengan kegiatan manusia yang menghasilkan sampah, maka bila sampah tidak dikelola secara tepat akan mengancam kualitas lingkungan kota. Dalam hal pengelolaan sampah pertimbangan lingkungan hendaknya selalu menjadi dasar perumusan kebijakan dan atau penanggulangannya. Atas dasar itu tidak berlebihan kiranya dinyatakan bahwa pengelolaan sampah haruslah berwawasan lingkungan.

2.1.2. Teori tentang Kesadaran Lingkungan

Hasil penelitian teoritik tentang kesadaran lingkungan hidup dari Neolaka (1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam hal ini lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada prilaku dan tindakan masing-masing individu. Hussel yang dikutip Brawer (1986), menyatakan bahwa kesadaran adalah pikiran sadar (pengetahuan) yang mengatur akal, hidup wujud yang sadar, bagian dari sikap/prilaku, yang dilukiskan sebagai gejala dalam alam dan harus dijelaskan berdasarkan prinsip sebab musebab. Tindakan sebab, pikiran inilah menggugah jiwa untuk membuat pilihan, misalnya memilih baik-buruk, indah - jelek.

Buletin Para Navigator (1988), menyatakan bahwa kesadaran adalah modal utama bagi setiap orang yang ingin maju. Secara garis besar sadar itu dapat diukur dari beberapa aspek antara lain : kemampuan membuka mata dan menafsirkan apa yang dilihat, kemampuan aktivitas, dan kemampuan berbicara. Jika seseorang mampu melakukan ketiga aspek diatas secara terintegrasi maka dialah yang disebut dengan sadar. Dari segi lain kesadaran adalah adanya hak dan kemapuan kita untuk menolak melakukan keinginan orang lain atau sesuatu yang diketahui buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.


(39)

Kesadaran lingkungan menurut M.T Zen (1985) adalah usaha melibatkan setiap warga Negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya (Neolaka; 2008;19)

Menurut Emil Salim (1982), kesadaran lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan, dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari pada itu semua, membangkitkan kesadaran lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini agar mencintaim tanah iar.

Daniel Chiras (Neolaka;2008;18) menyatakan bahwa dasar penyebab kesadaran lingkungan adalah etika lingkungan. Etika lingkungan yang sampai saat ini berlaku adalah etika lingkungan yang didasarkan pada sistem nilai yang mendudukkan manusia bukan bagian dari alam, tetapi manusia sebagai penakluk dan pengatur alam. Didalam pendidikan lingkungan hidup, konsep mental tentang manusia sebagai penakluk alam perlu diubah menjadi manusia sebagai bagian dari alam.

Dari teori-teori diatas maka dapat diberikan pengertian sebagai berikut :

1. Kesadaran adalah pengetahuan. Sadar sama dengan tahu. Pengetahuan tentang hal yang nyata, konkret, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam (menggugah jiwa), tahu sungguh-sungguh, dan tidak salah. Tidak asal mengetahui/tahu, sebab banyak orang tahu pentingnya lingkungan hidup tetapi belum tentu sadar karena tindakan/perilaku merusak lingkungan/tidak mendukung terciptanya kelestarian lingkungan hidup.

2. Kesadaran adalah bagian dari sikap atau perilaku. Pengertian kesadaran yang ada sebagian dari sikap menjadi benar jika setiap perilaku yang ditunjukkan terus bertambah dan menjadi sifat hidupnya. Contoh yang dikaitkan dengan lingkungan yaitu terdapatnya larangan untuk tidak membuang sampah kesungai/saluran, maka sebagai manusia yang sadar lingkungan harus mentaati larangan tersebut dengan tidak membuang sampah ke sungai. Dikatakan demikian karena menurut teori kesadaran adalah pengetahuan dan merupakan bagian dari sikap atau tindakan (Maftuchah Yusuf, dalam Neolaka;2008;23)


(40)

a) Faktor Ketidak tahuan

Ke tidak tahuan adalah berlawanan dengan ke tahuan. Menurut Suriasumantri (1987) pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu merupakan sarana untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin. Manusia tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi mampu menalar, artinya dapat berpikir secara logis dan analitis. Kemampuan menalar manusia menyebabkan ia mampu mengembangkan pengetahuannya.

b). Faktor kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemiskinan dianggap sebagai peristiwa sosio ekonomi dimana sumber daya yang ada digunakan untuk memuaskan keinginan yang sedikit, sedangkan yang banyak tidak dapat memenuhi kebuutuhan ppokoknya sendiri. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas penduduk Indonesia, disamping faktor lain seperti tingkat produktivitas, pendidikan, kesehatan dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Penyebab kemiskinan pertambahan penduduk dan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup.

c). Faktor Kemanusiaan

Manusia adalah mahluk yang berakal budi. Manusia mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk memciptakan sebuah dunia baru. Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar


(41)

lingkungannya. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, ia juga mengusahakan sumber daya alam lingkungannya untuk mempertahankan keturunannya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia bersama dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu ekosistem. Didalam suatu ekosistem, kedudukan manusia adalah sebagai bagian dari unsur lain yang mungkin tidak terpisahkan. Karena itu seperti dengan organisme lain, kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Untuk menjaga ekosistem, faktor manusia adalah sangat dominan. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu. d) . Faktor Gaya Hidup

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi informasi serta Komunikasi yang sangat cepat, sudah tentu berpengaruh pula terhadap gaya hidup manusia. Perubahan gaya hidup ini adalah suatu hal yang wajar apabila Iptek yang diserapnya memberikan perubahan kearah yang positif dan diterima oleh lingkungan dimana individu/manusia itu berada. Namun, hendaknya sebagai manusia yang selalu dipengaruhi oleh Iptek dan Teknologi Informasi serta komunikasi perlu memiliki kebijakan dan kearifan dalam menghadapi kecanggihan Iptek dan teknologi informasi tersebut.

Pasang (2002) menyatakan bahwa krisis lingkungan saat ini sudah sedemikian besar sehingga para ahli mengakui bahwa mereka sendiri tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Artinya bahwa untuk menyelamatkan lingkungan hidup atau bumi kita ini diperlukan


(42)

individu/manusia yang bermoral tinggi dan mencintai lingkungannya, memiliki nilai spiritual yang tinggi/ mencintai agamanya.

Telah dikatakan bahwa gaya hidup dapat merusak lingkungan hidup. Ada beberapa gaya hidup dimasyarakat yang dapat memperparah rusaknya lingkungan hidup yaitu :

a. Gaya hidup yang menekankan pada kenikmatan, foya-foya, berpesta pora. b. Gaya hidup yang mementingkan materi

c. Gaya hidup yang konsumtif

d. Gaya hidup yang sekuler atau yang mengutamakan keduniaan e. Gaya hidup yang mementingkan diri sendiri (Neolaka;2008;64)

2.1.4. Program Kebersihan

Program kebersihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Seperti contohnya sampah, jika pembuangan sampah tidak terarah pada tempatnya yang sudah tersedia akan mencemari lingkungan sekitarnya dimana sampah tersebut akan membusuk dan berserakan, sehingga wabah penyakit mudah terjangkit disamping pemandangan menjadi kurang menarik. Dengan lingkungan yang baik maka dapat ditingkatkan mutu lingkungan, dimana lingkungan yang baik dapat dilihat dari kebersihan dan keindahannya.

Menurut Zoer`aini (2009) kebersihan dan keindahan lingkungan adalah suatu keadaan yang sesuai dengan tata lingkungan untuk memenuhi harapan dalam menghasilkan sebuah kota yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu kebersihan kota harus semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak, tidak hanya ibu rumah tangga, pemerintah dan seluruh masyarakat kota secara bersama-sama bertanggungjawab menjaga dan memelihara kebersihan dan keindahan kota. Pengaturan kebersihan merupakan hal sangat luas, yaitu berupa segala tindakan untuk menuju terciptanya lingkungan serasi dan warga masyarakat


(43)

yang tinggal didalamnya tetap sehat, perkembangan fisiknya normal dan dapat bertahan hidup sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Program kebersihan adalah upaya untuk mewujudkan kota menjadi bersih secara menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam program kebersihan ini diperlukan partisipasi penuh dari segenap lapisan masyarakat, agar lingkungan yang bersih, indah, sehat dan nyaman dapat terwujud, karena tinggi rendahnya martabat suatu bangsa dapat dilihat dalam kemampuannya menampilkan sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.

Untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih, sehat dan indah perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup yang konseptual. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Untuk membuat semua insan menjadi sadar lingkungan hidup yaitu perempuan, pria, anak-anak dan masyarakat terhadap kualitas lingkungan hidup yaitu lingkungan hidup yang nyaman, aman, sehat, dan estetis perlu dilakukan berbagai usaha seperti;

1. Sosialisasi 2. Penyuluhan 3. Pelatihan

4. Pendidikan formal, informal dan nonformal 5. Penelitian dan pengkajian

6. Sosialisasi hasil penelitian dan aplikasinya 7. Seminar, lokakarya, semilok dan diskusi 8. Publikasi, menulis, membuat buku

9. Memanfaatkan media (cetak, elektronik) dan lain-lain (dalam Zoer`aini; 2009;110)


(44)

Pengertian tentang partisipasi oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya peran serta masyarakat dalam pembangunan. Istilah lain partisipasi yang sering digunakan adalah peran serta, keterlibatan dan keikutsertaan yang terwujud di dalam sikap gotong-royong. Menurut Budiono (1999), gotong-royong adalah usaha yang dilakukan secara bersama tanpa imbalan yang ditujukan untuk kepentingan bersama. Dalam makna yang sama Widiayanti dan Sunindha (1989) mendefinisikannya sebagai suatu usaha yang diselenggerakan secara bersama yang dapat diwujudkan dalam pengertian partisipasi.

Achmadi (1978) menambahkan bahwa partisipasi, masyarakat dalam bentuk swadaya gotong-royong merupakan modal utama. Sedangkan swadaya diartikannya sebagai kemampuan dari suatu kelompok masyarakat yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan iktihar pemenuhan kebutuhan. Menurut Cohen dan Uphoff (Ndraha;1990) bahwa patisipasi dapat merupakan keluaran dan masukan pembangunan. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam program pembangunan terdiri dari partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi, pemanfaatan, dan evaluasi pembangunan.

Berkaitan dengan pengertian partisipasi dan kaitannya dengan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat maka partisipasi menjadi elemen yang sangat penting. Tanpa perhitungan partisipasi masyarakat, program pembangunan yang akan dilaksanakan merupakan perencanaan diatas kertas (Pusic dalam Adi;2001). Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan warga masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari dua hal yaitu; partisipasi dalam perencanaan dan partisipasi dalam pelaksanaan. Kedua hal tersebut mempunyai segi positif dan segi negatife, baik dalam bentuk partisipasi dalam perencanaan dan partisipasi dalam pelaksanaan.


(45)

Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah dapat mendorong munculnya keterlibatan secara emosional terhadap program-program pembangunan yang direncanakan bersama, sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindarinya pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya suatu keputusan bersama.

Segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan adalah sebagian besar dari suatu program (tentang penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Segi negatifnya adanya kecenderungan menjadikan warga masyarakat sebagai objek pembangunan, dimana warga masyarakat dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi, dan tanpa timbulnya keinginan untuk mengatasi masalahnya. Akibatnya, warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.

Menurut Tjokroamidjojo (1990) bahwa dalam partisipasi terdapat tiga tahapan, yaitu;

1. Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi kebijaksanaan dalam perencanaan.

2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan.

Selanjutnya Suratmo (1995) menyatakan bahwa tujuan dasar dari partisipasi masyarakat Indonesia adalah (a) mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, (b) mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan Negara dan (c) membantu pemerintah untuk dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang lebih baik dan tepat.


(46)

langsung. Keterlbatan secara langsung, misalnya ikut serta secara langsung dalam melaksanakan suatu kegiatan (fisik terlibat); sedangkan keterlibatan secara tidak langsung misalnya seseorang secara fisik tidak ikut terlibat secara langsung dalam suatu kegiatan tetapi memberikan bantuan material atau sumbangan pikiran dalam kegiatan tersebut.

Pengertian partisipasi masyarakat menurut Keith Davis adalah “Participation is defined as mental and emotional involuement of a person in group situation inlich encomrages him to contribute to group”. Defenisi ini mengandung pengertian sebagai berikut;

a. Partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang yang lebih dari sekedar keterlibatan fisik.

b. Partisipasi memotivasi orang-orang untuk memdukung situasi tumbuhnya insiatif untuk mencari sasaran/tujuan kelompoknya.

c. Partisipasi memdorong orang untuk merasa ikut serta bertanggungjawab atas aktivitas kelompok (Keith Davis,dalam media info kesos,2010;133)

Keterlibatan mental dan emosional akan mendorong kesadaran sehingga tumbuh motivasi dari masing-masing individu dalam masyarakat untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Dalam berpartisipasi di dalamnya memiliki arti kepedulian sosial dan kesetiakawanan sosial. Kepedulian sosial atau kesetiakawanan sosial yaitu suatu rasa empati yang diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku membantu orang lain yang mengalami kesulitan dan untuk mewujudkannya memerlukan kesadaran dan tanggungjawab. Sebagaimana diungkapkan Haryadi Subadio (1991;10) bahwa kesetiakawanan sosial pada hakekatnya merupakan tenggang rasa, kemampuan menempatkan diri dalam situasi dan kesulitan orang lain, sehingga tidak bersikap semena-mena, sanggup merasakan dan mewujudkan toleransi terhadap keadaan orang lain, serta rela mengulurkan tangan bila diperlukan. Partisipasi sosial, kepedulian sosial dan kesetiakawanan sosial terhadap orang


(47)

lain merupakan bentuk empati yang tercermin dalam kesediaan melakukan suatu tindakan atau perbuatan membantu orang lain yang mengalami kesulitan.

Berdasarkan pengertian tentang partisipasi masyarakat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat juga disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan/keterlibatan masyarakat secara aktif baik secara moril maupun materil, yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama yang didalamnya menyangkut kepentingan individu. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa peran serta masyarakat menjadi demikian pentingnya didalam setiap bentuk kegiatan pembangunan, karena dengan dukungan masyarakat yang saling berinteraksi senantiasa memberikan harapan kearah berhasilnya suatu kegiatan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ciri pokok dari partisipasi yaitu kesediaan untuk turut serta dalam suatu kelompok. Dimana adanya keterkaitan perasaan dan pikiran dalam situasi kelompok, sehingga mendorong seseorang untuk membantu berhasilnya pencapaian tujuan kelompok. Dari pengertian mengenai partisipasi yang mengacu pada Davis diatas, dapat diambil tiga unsur pokok yaitu kesadaran, rasa memiliki, dan tanggungjawab dalam pengelolaan sampah domestik.

Dari penjelasan mengenai istilah partisipasi diatas dapat penulis nyatakan bahwa, partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dari sejumlah individu yang terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian partisipasi masyarakat dapat dikategorikan kedalam suatu proses, misalnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik di Kelurahan Binjai. Hal yang sama dikatakan oleh Sastropoetro (1988) bahwa partisipasi masyarakat merupakan


(48)

keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Hampir senada dengan pendapat Hetifah (2002) mengemukakan bahwa partisipasi dimaknai sebagai keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah atau kepentingan eksternal. Dengan kata lain, partisipasi dianggap sebagai kemauan rakyat untuk menciptakan pembangunan masyarakat secara mandiri. Maka partisipasi merupakan bentuk praktis dari aspirasi, inisiatif dan keterlibatan warga. Akan tetapi permasalahannya, konsep partisipasi tidak bisa dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah ataupun warga sendiri. Ada ambiguitas konsep dan aplikasi partisipasi dalam tataran praktis. Selain itu, lokalitas dan dimensi waktu juga menjadi penentu maksimalnya ruang partisipasi masyarakat.

Dr.Sudarshan dalam jurnal Syamsul Wathoni (2006) mensyaratkan bahwa partisipasi maksimal hanya bisa dilakukan dengan memperhatikan dua hal mendasar Pertama; struktur kelembagaan yang memungkinkan warga untuk berpartisipasi dan memutuskan persoalan mereka sendiri. Kedua; representasi masyarakat yang terwakili secara proporsional didalam setiap proses pengambilan kebijakan yang mengatasnamakan kepentingan bersama.

Namun begitu, Ignas Kleden (2004) melihat partisipasi bukan dari kuantitas, yang lebih menekankan pada angka-angka dan jumlah warga yang berpartisipasi akan tetapi lebih pada kualitas wacana partisipasi yang dikembangkan. Kualitas wacana yang dimaksud ditentukan oleh dua aspek; argumentasi yang baik dan mempunyai dasar yang kuat, kepentingan yang lebih luas yang dipertaruhkan. Agar partisipasi lebih bermakna, argument untuk partisipasi dan akuntabilitas institusional harus didasari oleh konsepsi hak, yang dalam konteks pembangunan memperkuat status warga negara. Jika semula warga dirumuskan


(49)

sebagai pemanfaat, sekarang ini sudah harus diposisikan sebagai pihak yang berhak dan sah atas pembangunan itu.

Selanjutnya Asngari (2001) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama. Adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua pihak diperlukan : (a) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan (b) terbinanya kebersamaan.

S.P. Hadi (1995) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan proses dimana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi adalah sebagai masukan kebijaksanaan, strategis, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Keikutsertaan masyarakat ini akan membawa pengaruh positif, dimana mereka akan bisa memahami atau mengerti berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Keterlibatan masyarakat merupakan bagian dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan, aspirasi masyarakat yang terkena dampak sehingga dampak negatife yang ditimbulkan dapat dihilangkan serta sebagai upaya para perencana untuk memperoleh input dari masyarakat tentang segala sesuatu yang menyangkut nasib mereka.

Lebih lanjut S.P Hadi menyatakan untuk mencapai sasaran tersebut terdapat dua elemen partisipasi yang harus dipenuhi oleh masyarakat yakni: adanya komunikasi dua arah yang terus menerus dan informasi yang berkenaan dengan proyek, program dan kebijaksanaan disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aktif dan informal.


(50)

2.2.1. Pentingnya Partisipasi

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Diana Conyers (1991) didasarkan tiga alasan utama, yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kodisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

Menurut Moeljarto (1994) partisipasi menjadi amat penting, terdapat beberapa pembenaran, yaitu;

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaanya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan. 4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan

dari apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi memperluas zona wawasan penerima proyek pembangunan.

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintak kepada seluruh masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif untuk membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan daerah.

10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

2.2.2. Bentuk dan Jenis Partisipasi

Davis (Sastropoetro;1988) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan program-program pembangunan, partisipasi juga dapat dilihat dari bentuk dan jenisnya yakni :


(1)

e. Sampah yang dikumpulkan masyarakat dengan menggunakan plastik atau karung plastik dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sementara.

2. Bentuk partisipasi yang telah dilaksanakan di Kelurahan Binjai ada 2 bentuk yaitu partisipasi yang nyata dan partisipasi yang tidak nyata. Partisipasi yang nyata seperti partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, sedangkan partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi Partisipasi buah pikiran, Partisipasi sosial, Partisipasi proses pengambilan keputusan dan Partisipasi refresentatif.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Binjai dalam pengelolaan sampah domestik adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, lamanya tinggal, dan status kepemilikan rumah, sedangkan usia dan tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat.

5.2 Saran

1. Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan cara menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan

2. Partisipasi masyarakat dapat dimulai dari skala individual rumah tangga yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah tangga. Teknik reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (reduce, reuse, recycle). .

3. Perlu sosialisasi/penyuluhan mengenai pengelolaan sampah meliputi kampanye massal 3 R melalui penyebaran poster, iklan media cetak, kampanye di sekolah. Sehingga masyarakat memahami cara memperlakukan sampah dengan baik dan benar.


(2)

4. Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud jika ada usaha membangkitkan masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadap kebersihan/sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya, tetapi Iebih didasarkan kepada nilai kebutuhan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.

Aca Sugandhy, MSc. Ir. Rustam Hakim, MT. 2007. Prinsip Dasar Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Annie Wahyuni, 2006. Potensi daur ulang sampah domestic dengan menggunakan model system dinamik disudut kota Bandung, Jurnal teknik lingkungan edisi khusus, Amsyari, F, 1977. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Amirin, T. M. 1987. Pokok-pokok Teori Sistem, Rajawali.Jakarta

Amos Neolaka, M,Pd, 2008. Kesadaran Lingkungan. Penerbit PT Rinika Cipta, Jakarta Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas

Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Jakarta

Djoko Sudantodo, Muliawan Hamdani, 2009. Dasar-dasar pengantar ekonomi pembangunan PT PP Mardi Mullyo,

Dinas Kebersihan Kota Medan, 2009 Permasalahan dan pengelolaan sampah kota Medan, Medan,

Daniel, T. S., Hasan, P. dan Vonny, S. 1985. Tehnologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suatu Pendekatan Konseptual. PPLH ITB.Bandung. Dinas Kebersihan Kota DKI Jakarta. 1985. Permasalahan dan Pengelolaan Sampah Kota

Jakarta. Jakarta

Ekobuharjo, MSc, Ir. Sudati Hardjohubojo, MS. 1993 Kota Berwawasan Lingkungan. Penerbit Alumni, Bandung.

Fuad Amsyari, 2000 Membangunan Lingkungan sehat, AirLangga Universiry Perss

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta

Harmona Daulay, 2009. Perempuan Dalam Kemelut Gender, Universitas Sumatera Utara perss


(4)

Julia Cleves mosse, 1996. Gender dan pembangunan, Pustaka Pelajar Offset

Janianton Damanik, Helmut F.Weber, 2006. Perencanaan Ekowisata. Penerbit Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM & Andijaya Yogjakarta.

Juli Soemirat Slamet, 2009. Kesehatan lingkungan, Gajahmada University Perss, Karden Eddy Sontang Manik, 2009. Pengelolaan Lingkungan, Penerbit Djambatan,

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH), 2008, Statistik Persampahan Indonesia

Klara Tiwon et all, 2003, Pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya mengatasi proplem sampah diperkotaan.

Karden Eddy Sontang Manik, M.S.,2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan, Jakarta.

Laporan Penelitian Kebijakan Bank Dunia, , 2005 Pembangunan berspektif Gender, Dian Rakyat

Moh Nazir, 1983. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia,

Moeliono, A.M. dkk,1989. Kamus Besar Bahasa indonesia. Penerbit Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Balai Pustaka, Jakarta

Moleong, L.J.1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remadja Karya, Bandung Mulyono Satyohutomo, 2008, Manajement Kota dan wilayah, Penerbit bumi aksara,

Murtadho, D. dan Sa’id, E. G. 1988. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Sarana Perkasan. Jakarta.

Nasir, A. 1983. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Ndraha, T. 1987, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Bina Aksara Jakarta

Otto Soemarwoto, 2004. Atur Diri Sendiri, Paradigma baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gajah Mada University perss,

Otto Soemarwoto, 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Penerbit C.V. Rajawali, Jakarta.

Roni Kastaman, Ade Moetangad Kramadibrata, 2007. Sistem Penelolaan Reaktor Sampah Terpadu Silarsatu.


(5)

Ricki M. Mulai, 2005. Kesehatan Lingkungan. PenerbitGraha Ilmu, Yogjakarta dan UIEU - University Prees, Jakarta

Said, G.E. 1987. Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup.Alumni, Bandung Said, G.E.1987. Sampah Masalah Kita Bersama, Mediyatama, Jakarta

Salim,E. 1981. Lingkungn Hidup dan Pembangunan, Penerbit Mutiara, Jakarta Salim, E. 1986. Pembangunan berwawasan Lingkungan, Penerbit LP3ES, Jakarta

Sastropoetro, S.R.A. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, Alumni, Bandung

Siti Mardiana dkk, 2009. Kajian peluang bisnis rumah tangga dalam pengelolaan sampah perkotaan melalui keterlibatan masyarakat dan swasta di Medan, Laporan Penelitian, Medan

Syamsuharya Bethan, SH, 2008. Penerapan prinsip hukum pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam aktisivasi industry nasional, sebuah upaya penyelamatan lingkungan hidup dan kehidupan antar generasi, Penerbit Alumni Bandung,

Sudrajat, Mengelola sampah kota, Solusi mengatasi sampah kota dengan manajemen terpadu dan mengolahnya menjadi energy listrik dan kompos

Suntoyo Usman, 2008. Pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat, Penerbit Pustaka Pelajar

Soekidjo Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta

SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, Departemen Pekerjaan Umum

Soeriatmodja, 1994 Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan,

Soehartini dan kawan-kawan, 2009 Model-model Pemberdayaan Masyarakat, PT LKIS Printing Cemerlang

Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 1985. Tehnologi Pemusnahan Sampah dengan Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi Dan Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Surna T.Djajadiningrat, Harry Harsono Amir, 1991. Penelitian Secara Cepat Sumber-sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Penerbit Gajahmada University Press, Yogjakarta


(6)

Soemarwoto, O.1994. Ekologi Lingkungan Hdup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan, Bandung

Soemarwoto, O.1992. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Universitas Sriwijaya dan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1989. Dasar-dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Penerbit Pusat Penelitian Program Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sriwijaya.

Wahid iqbal Mubarok, 2009 Ilmu Kesehatan Masyarakat; Teori dan aplikasi, Penerbit Salemba Medika

Wahyu mulyana, 2005 Pembangunan kota Indonesia dalam abad 21, Pengalaman Pembangunan Perkotaan di Indonesia, Urban dan Regional Developmen institute Zoer’aini Djamal Irwan, 2009. Besarnya eksploitasi Perempuan dan lingkungan, PT

Gramedia Jakarta,

Zoer’aini Djamal Irwan, M.Sc., 1992.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.