bersama dengan mereka. Namun meskipun demikian kami tetap juga manusia, yang diberi kehidupan dan rejeki sama Allah, oleh karena itu kami
tetap beribadah kepada Allah, lagipula suatu saat Allah pasti memanggil kami, jadi kami harus mempersiapkan bekal untuk naik krendo kereta
jenazah, sebelum Allah benar-benar memanggil. Waria memang berada pada posisi yang sulit, beribadah salah, tidak beribadah malah tambah salah.
Saya beruntung juga ada di desa notoyudan yang masyarakatnya tidak pernah mempermasalahkan keadaan kami disini. Mereka malah mendukung
adanya ponpes waria yang saya dirikanMaryani
4.2.4 Solusi pemecahan masalah tentang ponpes khusus al-Fatah Senin Kamis
Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa kehidupan waria senantiasa identik dengan dunia prostitusi, perilaku menyimpang dan orientasi
seksual yang cenderung menyukai sesama jenis homoseksualitas, oleh karena itu, upaya waria untuk dapat berintegrasi dengan lingkungan sosialnya
senantiasa mendapat
hambatankendala. Disamping
kendala dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya, kendala sosial waria juga terjadi ketika waria masuk dalam ranah ritual keagamaan, seperti sholat. Pada
umumnya, dalam mengerjakan ibadah shalat, waria cenderung menempatkan dirinya sebagai perempuan, sehingga mereka menentukan pilihan untuk
memakai mukena dan menempati shaf perempuan. Hal yang demikian ini tentu saja menimbulkan permasalahan. Pasalnya, dalam konteks Islam, waria
masuk dalam kategori laki-laki yang semestinya memakai sarung atau celana panjang yang bisa menutupi auratnya, bukan malah memakai mukena. Oleh
karena itu waria seringkali mendapat perlakuan yang cenderung tidak humanis dari sebagian masyarakat, yaitu pelarangan datang ke masjid atau bahkan
pengusiran dari masjid. Permasalahan waria yang begitu kompleks ini, perlu kiranya dipahami
dan dilihat dari berbagai sudut pandang, karena hanya dengan menggunakan
pemahaman sudut pandang yang komprehensif, permasalahan waria ini tidak hanya sekedar menjadi hitam putih, benar salah, atau laknat kodrat.
Dalam penelitian ini masalah yang terjadi yaitu pro dan kontra soal pandangan masyarakat tentang ponpes waria. Ada sebagian masyarakat yang
menilai positif, ada juga yang negatif, tergantung dari sisi mana mereka menilainya. Ada beberapa solusi untuk memecahkan masalah soal persepsi
masyarakat yang pro dan kontra yaitu: a Musyawarah yang dimaksut disini adalah dengan membicarakan persoalan yang ada secara bersama-sama, antara
waria dengan masyarakat untuk mendapatkan kesepakatan bersama, b mencari jalan keluar, pengasuh dan para waria menyadari bahwa
keberadaannya mungkin dianggap tabuh oleh sebagian orang, tapi dalam menyikapi hal ini mereka mempunyai cara tersendiri untuk menyelesaikannya
yaitu dengan cara mencari jalan keluar bersama antara waria dan masyarakat. Berikut menurut penuturan Maryani:
tiap manusia pasti mengalami permasalahan, apa lagi kami para waria, pasti ada sebagian masyarakat yang tidak suka dengan kami, pro dan kontra,
positif dan negatif, biasanya ya menyelesaikannya dengan musyawarah dan mencari jalan keluar
4.3 Pembahasan